Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : YUNIA LATIFAH


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042556663
Tanggal Lahir : 23 MARET 2000
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4405/ HUKUM ACARA PERDATA
Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM
Kode/Nama UPBJJ : 21/UPBJJ JAKARTA
Hari/Tanggal UAS THE : SABTU/18 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertIqbal tangan di bawah ini :


Nama Mahasiswa : YUNIA LATIFAH
NIM : 042556663
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4405/HUKUM ACARA PERDATA
Fakultas : FHISP/ HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
Program Studi : 311/ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : 21/ UPBJJ JAKARTA
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Depok, 18 Juni 2022
Yang Membuat Pernyataan

YUNIA LATIFAH
1.1 Buktikan dan argumenkanlah bahwa hukum perdata formil untuk mempertahankan hukum
perdata materiil
1.2 Bandingkanlah keadaan hukum acara perdata pada zaman Hindia Belanda dengan zaman
pasca kemerdekaan dari aspek struktur dan substansi hukumnya!

JAWAB:

1.1 Rangkain peraturan-peraturan hukum di samping hukum materiil perdata diperlukan untuk
melaksanakan hukum itu sendiri, terutama apabila ada pelanggaran atau guna
mempertahankan berlangsungnya hukum materiil perdata. Peraturan hukum ini yang
dikenal dengan dengan hukum formil atau hukum acara perdata.
Untuk menjamin agar hukum materiil perdata ditaati, maka diperlukan hukum acara
perdata. Ketentuan dalam hukum acara perdata didesain agar tidak membebani hak atau
kewajiban seseorang sebagaimana dijumpai dalam hukum materiil perdata, akan tetapi
melaksanakan serta mempertahankan atau menegakkan kaidah hukum materiil yang ada.
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain,
hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya
menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.
Hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak,
memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan daripada putusannya. Tuntutan hak yang
dimaksud adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang
diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “eigenritching” atau main hakim sendiri.
Tindakan ini merupakan tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendaknya sendiri
yang bersifat sewenang-wenang tanpa persetujuan pihak lain, sehingga menimbulkan
kerugian.
Perkataan “acara” dalam Hukum Acara Perdata berarti proses penyelesaian perkara lewat
hakim (pengadilan). Proses penyelesaian perkara itu bertujuan untuk memulihkan hak
seseorang yang merasa dirugikan atau terganggu, menegmbalikan suasana seperti semula
bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata.
Secara teologis, dapat dirumuskan bahwa Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum
yang berfungsi untuk mempertahankan berlakunya hukum perdata. Atau tujuannya
memintakan keadilan lewat hakim, Hukum Acara Perdata dirumuskan sebagai peraturan
hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim sejak
dimajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim.
Dengan adanya Hukum Acara Perdata, orang dapat memulihkan haknnya yang telah
diambil itu lewat hakim dan akan mencegah tindakan main hakim sendiri. Mmelalui hakim,
orang akan mendapat kepastian haknya yang harus dihormati oleh tiap orang. Misal: hak
ahli waris, dan hak memiliki barang.
Hukum acara perdata juga disebut hukum perdata formil karena semua kaidah hukumnya
menentukan dan mengatur cara untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban perdata seperti
yang diatur dalam hukum perdata materiil.
Hukum Acara Perdata berfungsi sebagai penunjuk jalan yang harus dilewati seseorang agar
perkara yang dihadapinya dapat diselesaikan lewat pengadilan. Selain itu, juga
menunjukkan bagaimana cara pemeriksaan suatu perkara dilakukan, bagaimana cara
pengadilan menjatuhkan putusan, dan bagaimana cara agar putusan dapat dijalankan
sehingga maksud dari orang mengajukan perkara ke pengadilan dapat tercapai. Yaitu
terwujudnya pelaksanaan hak dan kewajiban sebagiamana mestinya.
1.2 JAMAN HINDIA-BELANDA
➢ Sejarah singkat lembaga peradilan
Pada zaman Hindia-Belanda, lembaga peradilan dibagi berdasarkan golongan. Yaitu:
1. Peradilan Gubernemen
Terdiri dari dua lembaga, yaitu yang diperuntukkan bagi golongan Eropa dan yang
dipersamakan, terdiri atas Raad van Justitie dan Residentiegerecht sebagai
pengadilan tingkat pertama dan Hoggerechtshof sebagai Lembaga pengadilan
tertinggi yang berkedudukan di Batavia, dan lembaga peradilan bagi golongan
Bumiputera yang dilaksanakan oleh Landraad sebagai pengadilan tingkat pertama
didampingi oleh badan pengadilan untuk perkara kecil. Sedangkan tingkta banding
dilkasanakan oleh Raad van Justitie. Pengadilan Kabupaten/Distrik hanay
menyelesaikan perkara kecil yang tuntutannya dibawah serratus gulden.

2. Peradilan Swapraja
Ukuran tentang kekuasaan Peradilan Swapraja terletak pada permasalahan pakah
tergugat adalah seorang kaula/onderhoogerige dari Swapraja Ketika ia berada
ataukah dari Pemerintah Pusat (Orang Eropa, Timur Asing selain keturunan raja,
Pegawai Pemerintah Pusat, buruh dari beberapa macam perusahaan)

3. Peradilan Adat
Hanya berada di luar Jawa dan Madura. Pasal 130 Indische Staatsregelling memberi
kemungkinan bahwa di beberapa daerah Indonesia, ada peradilan adat di samping
yang diatur dalam RO.
Pada waktu itu, di beberapa daerah masih ada dua macam peradilan, yaitu:
pengadilan negeri dan pengadilan adat. Contohnya, di Palembang peradilan adat ini
ada pada seorang Psirah atau Wedana. Di Jambi, peradilan adat tingkat pertama
dilakukan oleh Pasirah dan pada tingkat banding dilakukan oleh Kepala Daerah
Swatantra Tingkat I.
Peradilan adat diizinkan untuk memiliki peradilan sendiri yang diartikan bahwa
segala perkara perdata terhadap orang Indonesia asli sebagai tergugat masuk
kekuasaan pengadilan adat dengan tidak memperhatikan siapa yang menggugat.
Pengadilan adat hanya diperuntukkan bagi orang Indonesia asli.
Pasal 7 Peraturan Peradilan Adat menentukan apabila tergugat lebih dari satu orang
dan Sebagian bukan orang Indonesia asli, maka yang berwenang mengadili adalah
Pengadilan Negeri. Pasal 5 memberi kemungkinan kepada Kepala Daerah untuk
menetapkan bahwa orang Indonesia yang terlibat dalam beberapa macam perjanjian
perburuhan, dan perjanjian pada umumnya, jika alasan mendesak, orang Indonesia
tertentu tidak dapat digugat di Pengadilan Adat.

4. Peradilan Agama Islam


Dasar hukumnya adalah pasal 134 ayat 2 Indische Staatregeling yang menentukan
bahwa perkara perdata antara orang yang beragama Islam, apabila hukum adat
menentukannya, masuk kekuasaan Pengadilan Agama Islam, kecuali apabila
ditetapkan lain dalam ordinasi.
Putusan Pengadilan Agama Islam dapat dimintakan pemeriksaan banding kepada
Mahkamah Islam Tinggi yang dahulu berkedudukan di Jakarta. Mahkamah Islam
menurut pasal 7g dari Staatsblad 1882-152 berkuasa untuk mengadili sengketa
antara berbagai Pengadilan agama Islam di Jawa dan Madura.
Sekarang, Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaku pelaksana kekuasaan
Kehakiman dalam lingkup Peradilan Agama, diatur dalam UU No. 4 Tahun 2004
tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman, dan UU No 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.

5. Peradilan Desa
Setelah proklamasi kemerdekaan, masih dipertahankan di desa-desa wilayah
Indonesia. Hakim Peradilan Desa terdiri atas anggota pengurus desa atau tetua desa.
Ketentuan pasal 120a HIR pasal 143a RBg yang kemudian ditiadakan oleh UU
Darurat No 1 Tahun 1951.

➢ Sejarah Hukum Acara Perdata Indonesia


1. Sejarah singkat HIR
Dibentuk oleh Mr. H.L. Wichers, karena tidak membenarkan praktik pengadilan
tanpa dilandasi perintah Undang-Undang. Pada tanggal 5 Desember 1846,
terbentuklah reglemen tentang Administrasu Polisi dan Acara Perdata serta Acara
Pidana bagi pengadilan yang diperuntukkan golongan Bumiputera.
Rancangan Mr. H.L. Wichers dipublikasikan tanggal 5 April 1848 yang lazim
disebut Inlandsch Reglement/IR. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
• Dilarang oleh pembentuk undang-undang untuk menggunakan bentuk-bentuk
acara yang diatur dalam Reglement op de Burgerlijk Rechtvordering
• Dalam hal reglemen Indonesia/HIR tidak mengatur maka hakim wajib mencari
penyelesaian dengan mencipta bentuk-bentuk acara, yang ternyata dibutuhkan
dalam praktik. Dengan cara demikian, HIR dapat diperluas dengan peraturan
acara yang tidak tertulis, yang dibentuk dengan putusan hakim berdasar
kebutuhan dalam praktik.
• HIR sebagai hukum acara, hukum formil, merupakan alat untuk
menyelenggarakan hukum materiil, sehingga harus dipergunakan sesuai
keperluan.
Pada tahun 1941, HIR mnegalami perubahan dan penyempurnaan. Perubahan ini
dilakukan terhadap ketentuan mengenai acara pidananya saja, yaitu pembentukan
aparatur Kejaksaan atau Penuntut Umum yang berdiri sendiri. Sebelum pembaruan
tersebut, jaksa pada hakikatnya adalah bawahan dai assistant Resident/pamong
praja.

2. Sejarah singkat RBg


Pasal 6 firman raja Stb. 1847-23, diketahui bahwa apabila Gubernur Jenderal
memandang perlu maka dapat membuat peraturan tentang pengadilan di daerah luar
Jawa dan Madura untuk menjamin berlakunya Kitab Undang-undang Hukum
Dagang di daerah secara tertib. Maka, pada tahun 1927 Gubernur Jenderal Hindia
Belanda mengumumkan sebuah Reglement Hukum Acara Perdata untuk Daerah
Seberang dengan Stb. 1927-227, yaitu RBg.
Dengan terbentuknya RBg ini, di Hindia-Belanda terdapat tiga macam Reglemen
Hukum Acara untuk pemeriksaan perkara di muka pengadilan sbb:
• BRv untuk orang Eropa yang berperkara di muka Raad van Justitie dan Resident
Gerecht
• I.R untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing di Jawa dan Madura, yang
berperkara di muka Landraad
• RBg untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing di daerah luar Jawa dan
Madura, yang berperkara di muka Landraad
➢ Lembaga peradilan hukum dan hukum acaranya pada zaman Hindia-Belanda
• Peradilan Gubernemen terdiri atas:
A. Peradilan yang berlaku bagi orang-orang Eropa dan yang dipersamakan: Raad
Van Justitie dan Residentiegerecht, sebagai peradilan tingkat pertama, Hukum
Acara Perdata yang dipergunakan adalah Reglement op de Burgerlijk
Rechtsvordering
B. Peradilan yang berlaku bagi golongan Bumiputera dan yang dipersamakan:
Landraad yang dalam perkara kecil dibantu oleh pengadilan kabupaten/distrik
sebagai pengadilan tingkat pertama.
Hukum acara perdata yang digunakan:
a) Untuk Jawa-Madura, Herziene Indonesisch Reglement/ HIR
b) Untuk luar Jawa dan Madura Rechts Reglement voor de Buitengewesten
(Reglement Tanah Seberang)
• Peradilan lainnya yang berlaku bagi golongan Bumiputera, seperti peradilan adat,
Swapraja, Agama Islam mempergunakan hukum acara yang diatur pada reglement
yang mengatur masing-masing Lembaga peradilan tersebut.

SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN


Keadaan yang telah ada sebelumnya tetap dipertahankan. Sesuai dengan ketentuan Aturan
Peralihan Pasal II dan IV UUD 1945. HIR dan RBg masih tetap berlaku sebagai peraturan
Hukum Acara di muka peradilan untuk semua golongan penduduk.
Menurut ketentuan UU Darurat 1951-1 tentang tindakan sementara untuk
menyelenggarakan kesatuan, susunan, dan acara pengadilan sipil, untuk semua warga
negara Indonesia hanya ada 3 macam pengadilan, yaitu:
➢ Pengadilan Negeri, yang memeriksa dan memutus perkara perdata dan pidana untuk
tingkat pertama
➢ Pengadilan Tinggi, yang memeriksa dan memutus perkara perdata dan pidana untuk
tingkat kedua/banding
➢ Mahkamah Agung, yang memeriksa dan memutus perkara perdata dan pidana dalam
tingkat kasasi
Ketentuan pasal 5 UU Darurat 1951-1, acara pada Pengadilan Negeri dilakukan dengan
mengindahkan peraturan RI dahuku yang telah ada dan berlaku untuk Pengadilan Negeri,
yaitu HIR untuk Jawa-Madura, RBg untuk luar Jawa-Madura. Pasal 6 ayat 1 UU Darurat
1951-1, ditentukan bahwa HIR harus diambil sebagai pedoman acara perkara pidana sipil.
Asas unifikasi yang dikehendaki pasal 6 ayat 1 UU Darurat 1951-1 dalam bidang Hukum
Acara Pidana dan Acara Perdata dianggap sudah tercapai. Peraturan Hukum Acara Perdata
diperkaya dengan yurisprudensi Mahkamah Agung RI.

2.1 Berdasarkan kasus diatas, analisalah bagaimana proses gugatan Mona tersebut mengingat
Mona baru berusia 15 tahun! Sertakan dasar hukumnya!
2.2 Tentukan termasuk golongan mana Mona bila dikaitkan dengan personae miserabiles!

JAWAB:

2.1 Karena berusia 15 tahun, maka Mona dianggap belum cukup umur/belum dewasa untuk
mengajukan gugatan.
Pasal 330 BBW menyebutkan bahwa: “Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin”
Dan menurut UU No 1 Tahun 1951 (UU Kerja), seorang dikatakan dewasa apabila telah
berumur 18 tahun.
Proses gugatan Mona diwakilkan oleh seorang wali/pengampu, dan harus ditulis dalam
gugatan dan disebutkan dalam putusan hakim. Wali/pengampu disebut sebagai pihak
formil, sedangkan Mona disebut sebagai pihak materiil.

2.2 Personae miserabiles adalah pihak yang tidak mampu bertindak dan tidak mempunyai
kemampuan prosesuil di muka pengadilan.
Bila dikaitkan dengan personae miserabiles, maka Mona termasuk ke dalam golongan
belum dewasa, sebagaimana disebutkan dalam poin 2.1 di atas.
Di Indonesia banyak peraturan mengenai batas umur kedewasaan, yaitu berkisar antara 15-
21 tahun. Mereka yang belum dewasa dan tidak dibawah kekuasaan orangtua, berada di
bawah perwalian.
Pengecualian atas ketentuan bahwa orang yang belum dewasa harus diwakili di dalam
perkara, namun tidak berlaku di dalam hukum Perburuhan. Seorang buruh yang belum
dewasa dapat menghadap pengadilan dengan tidak diwakili.

3.1 Setelah saudara membaca kasus diatas, berikan analisa saudara atas putusan hakim tersebut
disertai dasar hukumnya!
3.2 Upaya apa yang dapat dilakukan oleh Badu apabila tidak menerima atas putusan tersebut!

JAWAB:

3.1 Verstek adalah pernyataan bahwa tergugat tidak hadir, dan hanya dapat dinyatakan jika
tergugat tidak datang pada hari sidang pertama. Dengan kata lain, verstek adalah putusan
yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat, dan apabila tergugat sama sekali belum pernah
datang.
Jika Badu tidak datang setelah dipanggil dengan patut, maka gugatan dikabulkan dengan
putusan di luar hadir, kecuali jika gugatan itu melawan haka tau tidak beralasan (Pasal 125
ayat 1 HIR/149 ayat 1 RBg). Ini berarti bahwa putusan verstek Badu dikalahkan, kecuali
jika gugatan Ali ternyata melawan hak atau tidak beralasan.
Pada saat Ali hendak mengajukan gugatan, maka gugatan yang hendak diajukan harus
memenuhi syarat, mempunyai dasar hukum, dan beralasan. Maka jika syarat ini tidak
dipenuhi, meskipun Badu diputus verstek, akan tetapi Ali akan dikalahkan.
Tetapi, tidak selalu jika Badu tidak datang pada hari siding pertama hakim akan
menjatuhkan putusan verstek, menurut pasal 126 HIR/150 RBg, hakim dapat menunda
persidangan dengan berbagai pertimbangan, misalnya karena jarak antara rumah Badu
dengan gedung pengadilan yang memeriksa perkara nya sangat jauh, atau karena perkara
nya sangat penting, dan sebagainya.
Pada satu sisi undang-undang mendudukkan kehadiran tergugat di sidang sebagai hak,
bukan kewajiban yang bersifat imperative. Hukum menyerahkan sepenuhnya apakah
tergugat akan mempergunakan hak itu untuk membela kepentingannya. Di sisi lain,
undang-undang tidak memaksakan penerapan acara verstek terhadap tergugat yang tidak
hadir memenuhi panggilan sidang. Penerapannya bersifat fakultatif.
Sifat penerapan yang fakultatif itu diatur dalam pasal 126 HIR sebagai acuan. Seperti telah
dijelaskan di atas, apabila Badu telah dipanggil secara patut namun tidak datang
menghadiri sidang pertama tanpa alasan yang sah, hakim langsung dapat menerapkan acara
verstek, dengan jalan menjatuhkan putusan verstek berdasarkan jabatan atau ex officio,
meskipun tidak ada permintaan dari Ali.
Akan tetapi, berdasarkan pertimbangan prinsip fair trial sesuai dengan asas audi et alteram
partem, jika Badu tidak hadir memenuhi panggilan sidang pertama, maka kurang layak
apabila hakim langsung menghukumnya dengan putusan verstek. Oleh karena itu, hakim
yang bijaksana tidak gegabah secara emosional langsung menerapkan acara verstek, tetapi
memberi kesempatan lagi kepada Badu untuk hadir dalam persidangan lain dengan cara
mengundurkan pemeriksaan.

3.2 Upaya yang dapat dilakukan Badu apabila tidak menerima putusan verstek adalah
mengajukan eksepsi tentang kompetensi.
Berdasarkan pasal 125 ayat 2 jo. Pasal 121 HIR, hukum acara memberi hak kepada tergugat
mengajukan eksepsi tentang kompetensi/ exceptie van onbevoegdheid, baik absolut
berdasar pasal 134 HIR atau relative berdasar pasal 133 HIR. Apabila Badu tidak
mengajukan eksepsi seperti itu, kemudian Badu tidak memnuhi panggilan sidang
berdasarkan alasan yang sah maka hakim dapat langsung menyelesaikan perkara
berdasarkan acara verstek.
Sebaliknya, meskipun Badu tidak hadir tanpa alasan yang sah, akan tetapi Badu
mengajukan jawaban tertulis yang berisi eksepsi tentang kompetensi, yang menyatakan
Pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara secara absolut atau relative maka:
➢ Hakim tidak boleh langsung menerapkan acara verstek, meskipun tergugat tidak hadir
memenuhi penggilan
➢ Dengan diajukannya eksepsi tersebut, tidak perlu dipersoalkan alasan ketidak hadiran
karena eksepsi menjadi alasan ketidak hadiran
Selain itu, Badu juga bisa mengajukan perlawanan/ verzet. Apabila dalam permulaan
sidang, tergugat tidak hadir pada sidang tanpa alasan yang sah, sedangkan panggilan adalah
patut, maka jika dalam putusan tersebut gugatan penggugat dikabulkan oleh hakim maka
putusannya diberitahukan kepada tergugat serta dijelaskan bahwa tergugat berhak
menagjukan perlawanan/verzet terhadap putusan verstek kepada hakim yang memeriksa
perkara itu juga. (Pasal 125 ayat 3 HIR jo. 129 HIR, 149 ayat 3 jo. 153 RBg)
Berdasarkan ketentuan pasal 129 ayat 1 HIR, apabila terhadap tergugat dijatuhkan putusan
verstek dan dia keberatan atasnya, maka tergugat dapat mengajukan perlawanan/verzet,
bukan upaya banding. Mengenai hal ini dapat disimak putusan MA No 1936 K/Pdt/1984
antara lain ditegaskan bahwa permohonan banding yang diajukan terhadap putusan verstek
tidak dapat diterima, karena upaya hukum terhadap putusan verstek adalah verzet. Verzet
dihubungkan dengan putusan verstek mengandung arti:
➢ Tergugat berupaya melawan putusan verstek atau tergugat mengajukan perlawanan
terhadap putusan verstek
➢ Tujuannya adalah supaya terhadap putusan tersebut dilakukan pemeriksaan ulang
secara menyeluruh sesuai dengan proses pemeriksaan kontradiktor dengan permintaan
agar putusan verstek dibatalkan, sekaligus meminta agar gugatan penggugat ditolak.

4. Berilah argumen saudara atas kasus diatas, yang mana Minah berkeinginan untuk
mengubah dari isi tuntutan dalam gugatannya. Apakah Minah bisa melakukan perubahan
atas isi dari gugatan/tuntutan tersebut?
1) Bila jawaban saudara menyatakan Minah bisa untuk mengubah gugatan tersebut,
berikan argumentasi saudara dengan didukung oleh dasar hukum yang ada!
2) Bila jawaban saudara menyatakan Minah tidak bisa mengubah dari isi dari gugatan
tersebut, berikan juga argumen saudara dengan didukung oleh dasar hukum yang ada!

JAWAB:

Menurut argument saya, Minah tidak dapat mengubah gugatan. Gugatan Minah akan merubah
peristiwa yang menjadi dasar tuntutan.
HIR tidak mengatur perihal menambah atau mengubah surat gugat sehingga hakim leluasa
untuk menentukan sampai sejauh mana penambahan atau perubahan surat gugat itu akan
diperkenankan. (Soetantio & Oeripkartawinata, 1979: 45)
Mengubah gugatan dapat meliputi beberapa pengertian sbb:
➢ Mengubah isi gugatan
Pasal 127 Rv menyatakan bahwa perubahan gugatan diperbolehkan sepanjang
pemeriksaan, asal saja tidak mengubah atau menambah onderwerp van den
eis/petitum, pokok tuntutan, termasuk peristiwa yang menjadi dasar tuntutan, yaitu sbb:
✓ Semula penggugat menuntut agar perjanjian dipenuhi oleh tergugat, kemudian diubah
menjadi perjanjian diputuskan
✓ Semula penggugat menuntut agar uang yang telah dibayarkan dikembalikan dan
barang dikembalikan karena ada cacat, kemudian diubah menjadi uang
dikembalikan, tetapi barang tetap padanya.
✓ Semula, penggugat menuntut perceraian berdasar perzinaan, kemudian diubah menjadi
keretakan yang tak dapat diperbaiki
Dalam kasus ini, MInah merubah peristiwa yang menjadi dasar tuntutan, yaitu di point ke
dua.
➢ Menambah isi gugatan
Beberapa contoh penambahan gugatan yang diperkenankan, adalah sbb:
✓ Semula tidak semua ahli waris diikutsertakan agar mereka yang belumdiikutsertakan
itu ditarik pula sebagai tergugat atau turut tergugat
✓ Dalam petitum, penggugat lupa memohonkan sah dan berharga suatu sita jaminan,
kemudian mohon ditambahkan hal tersebut
✓ Penggugat kelupaan mohon agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan lebih dahulu,
kemudian hal itu mohon ditambahkan
➢ Mengurangi isi gugatan
Dalam hal mengurangi gugatan, selalu diperbolehkan karena tidak merugikan pihak
tergugat sbb:
✓ Semula penggugat menuntut agar tergugat menyerahkan tiga bidang tanah sengketa
karena menyadari kekeliruannya tanah bahwa sesungguhnya yang menjadi sengketa
hanya dua bidang tanah, kemudian mengubah tuntutan menjadi menyerahkan dua
bidang tanah sengketa
✓ Semula penggugat menggugat A, B, C untuk segera menyerahkan barang sengketa,
kemudian gugatan kepada C dihapuskan karena sesungguhnya C tidak menguasai
barang sengketa.

Anda mungkin juga menyukai