Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : INDA WATY ……………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042710946 ……………………………………………………………………..

Tanggal Lahir : 25 September 1999 ………………………………………………….……..

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4405/Hukum Acara Perdata …………………………..……..

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum ……………………………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ : 21/Jakarta ..……………………………………………………………………..

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu, 18 Juni 2022 ………………………….………………………………

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Inda Waty ..…………………………………………………………………..


NIM : 042710946 …………………………………………………………………..
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4405/Hukum Acara Perdata ….…………………………..
Fakultas : FHISIP …………………………………………………………………………..
Program Studi : 311/Ilmu Hukum ……..…………………………………………………..
UPBJJ-UT : UT Jakarta ……….……………………………………………………………

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bekasi, 18 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Inda Waty
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A. Eksistensi hukum acara perdata sebagai hukum formil, mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam
upaya menegakkan hukum perdata (materiil) di lembaga peradilan. Sebagai hukum formil, hukum acara
perdata berfungsi untuk menegakkan, mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum perdata(materiil)
di dalam praktek pengadilan. Oleh karena itu, hukum perdata eksistensinya terkait erat dengan hukum acara
perdata, bahkan keduanya merupakan pasangan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun
demikian, peraturan hukum acara perdata yang ada sekarang ini cukup memprihatinkan, karena
kemerdekaan kita sudah berlangsung selama hampir 74 tahun namun hingga saat ini Indonesia masih
menggunakan hukum acara perdata produk dari peninggalan pemerintah hindia belanda yaitu HIR4 dan RBG
Hukum Acara Perdata adalah hukum formil yang berfungsi mempertahankan dan menegakkan hukum
perdata materiil apabila terjadi pelanggaran. Hukum Acara Perdata (Burgerlijke Rechtsvordering) yaitu
peraturan hukum formil yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
melalui perantara hakim. Hukum Acara Perdata tidak membebani hak dan kewajiban tapi berfungsi
mempertahankan dan menegakkan hukum perdata apabila terjadi perselisihan. Menurut Sudikno
Mertokusumo, hukum acara perdata ialah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin
pelaksanaan hukum perdata materiil. HukumAcara Perdata yang dipakai sebagai aturan main dalam
memeriksa perkara perdata di persidangan pengadilan yaitu HIR dan RBg. Sampai dewasa ini, khusus dalam
bidang Hukum Acara Perdata belum memiliki Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata yang bersifat
nasional dan sumber- sumber hukum acara perdata yang tersebar di berbagai peraturan
perundangundangan.
B. Sejarah Hukum Acara perdata Indonesia tidak dapat lepas dari sejarah peradilan di Indonesia yang pada
zaman Hindia Belanda terdiri atas beberapa Lembaga peradilan, yaitu peradilan Gubernemen (Lembaga
peradilan yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda) dan peradilan – peradilan lain yang telah
ada sebelum datangnya Belanda ke Indonesia. Peradilan Gubernemen sendiri terdiri atas 2 peradilan, yaitu
Peradilan yang diperuntukkan bagi golongan eropa dan yang dipersamakan dan Peradilan yang diperuntukkan
golongan Bumi Putera. Dengan adanya Pluralisme, dalam peradilan ini maka hukum acaranya juga ada
beberapa. Bagi peradilan yang diperuntukkan bagi golongan eropa dan yang dipersamakan mempergunakan
hukum acara perdata BRv, sedangkan untuk peradilan yang diperuntukan bagi golongan BumiPutera
mempergunakan dua macam hukum acara, yaitu HIR bagi jawa dan madura dan RBg bagi luar jawa dan
madura (Tanah Sebrang)
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. A. Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, syarat sahnya perjanjian adalah : 1.
Kesepakatan para pihak 2. Kecakapan 3. Suatu hal tertentu 4. Karena yang sah Apabila suatu perjanjian tidak
memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian tersebut “dapat dibatalkan”. Perjanjiannya sendiri tetap
mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak
meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak
bebas). Sedangkan, jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut adalah
“batal demi hukum”. Batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan
suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Bahwa diatas maka dapat disimpulkan terdapat
perbedaan antara perjanjian yang batal demi hukum dengan perjanjian yang dapat dibatalkan yaitu dilihat
adanya unsur sebagaimana dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu dua unsur yang menyangkut unsur
subjektif dan dua unsur yang menyangkut unsur objektif dan pembatalan tersebut dapat dilakukan dengan
mengajukan gugatan ke Pengadilan. bahwa yang bertindak sebagai penggugat harus orang yang benar-
benar memiliki kedudukan dan kapasitas yang tepat menurut hukum. Keliru dan salah bertindak sebagai
penggugat mengakibatkan gugatan mengandung cacat formil. Dengan kata lain, penggugat tidak
berkapasitas adalah orang yang tidak berhak untuk melakukan gugatan. kondisi-kondisi yang menyebabkan
seseorang diklasifikasikan penggugat yang tidak berkapasitas: 1.    Orang tersebut tidak mempunyai hak untuk
menggugat perkara yang disengketakan karena tidak ada hubungan hukum dengan perkara yang
disengketakan. 2.    Orang tersebut tidak cakap melakukan tindakan hukum. Orang yang berada di bawah
umur atau perwalian, tidak cakap melakukan tindakan hukum. Gugatan yang mereka ajukan tanpa bantuan
orangtua atau wali, mengandung cacat formil error in persona dalam bentuk diskualifikasi karena yang
bertindak sebagai penggugat orang yang tidak memenuhi syarat. Jadi berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, karena penggugat tidak memenuhi syarat sah nya perjanjian maka perjanjian
tersebut batal demi hukum dan dapat dibatalkan. Jadi dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan suatu
perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
B. Manusia yang belum mencapai usia 21 Tahun dan belum menikah (MINDERIJARIGHEID).
Seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum kawin, belum diizinkan untuk melakukan
perbuatan hukum senidiri. Walaupun memang diakui oleh hukum bahwa sejak dilahirkan, bahkan jika
kepentingannya menghendaki sejak ia masih dalam kandungan, ia sudah memiliki hak dan kewajiban
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. A. Perubahan gugatan/Ronvoi merupakan hak yang diberikan kepada penggugat yang diatur dalam pasal 127
Rv yang berbunyi, ‘Penggugat berhak untuk mengubah atau mengurangi tuntutannya sampai perkara diputus,
tanpa boleh mengubah atau menambah pokok gugatannya’.
Menurut saya perubahan gugatan yang diajukan minah merugikan tergugat dalam Pasal 127 Rv memberi hak
kepada penggugat mengurangi gugatan atau tuntutan yang dimana minah/penggugat mengurangi objek
tergugat yang jelas dimana akan merugikan tergugat.
B. Menurut saya pengajuan gugatan yang diajukan minah adalah bersifat adil. Yang dimana dalam
pembatasan perubahan gugaatan dalam pasal 127 Rv yang tidak mengubah posita gugatan dan pegubahan
gugatan tidak merugikan tergugat.

Terima kasih!
Sumber : Modul HKUM4405
https://fjp-law.com/id/perubahan-gugatan-dalam-hukum-perdata-indonesia/
www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalselteng/baca-artikel/12769/Putusan-Verstek-dan-Upaya-Hukum-Kita.
https://www.jurnalhukum.com/perwalian-minderjarigheid/
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, syarat sahnya perjanjian adalah : 1. Kesepakatan para
pihak 2. Kecakapan 3. Suatu hal tertentu 4. Karena yang sah Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif,
maka perjanjian tersebut “dapat dibatalkan”. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak
dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau
pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas). Sedangkan, jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat
objektif, maka perjanjian tersebut adalah “batal demi hukum”. Batal demi hukum artinya adalah dari semula
dianggap tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Bahwa dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara perjanjian yang batal demi
hukum dengan perjanjian yang dapat dibatalkan yaitu dilihat adanya unsur sebagaimana dalam ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata yaitu dua unsur yang menyangkut unsur subjektif dan dua unsur yang menyangkut unsur objektif dan
pembatalan tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan. bahwa yang bertindak sebagai
penggugat harus orang yang benar-benar memiliki kedudukan dan kapasitas yang tepat menurut hukum. Keliru
dan salah bertindak sebagai penggugat mengakibatkan gugatan mengandung cacat formil. Dengan kata lain,
penggugat tidak berkapasitas adalah orang yang tidak berhak untuk melakukan gugatan. kondisi-kondisi yang
menyebabkan seseorang diklasifikasikan penggugat yang tidak berkapasitas: 1.    Orang tersebut tidak mempunyai
hak untuk menggugat perkara yang disengketakan karena tidak ada hubungan hukum dengan perkara yang
disengketakan. 2.    Orang tersebut tidak cakap melakukan tindakan hukum. Orang yang berada di bawah umur atau
perwalian, tidak cakap melakukan tindakan hukum. Gugatan yang mereka ajukan tanpa bantuan orangtua atau wali,
mengandung cacat formil error in persona dalam bentuk diskualifikasi karena yang bertindak sebagai penggugat
orang yang tidak memenuhi syarat. Jadi berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena
penggugat tidak memenuhi syarat sah nya perjanjian maka perjanjian tersebut batal demi hukum dan dapat
dibatalkan. Jadi dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan.

Anda mungkin juga menyukai