Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : NUR MUSYAFIR

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041882078

Tanggal Lahir : 8 Agustus 1992

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4207/Hukum Dagang dan Kepailitan

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : 80/Makassar

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 29 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : NUR MUSYAFIR


NIM : 041882078
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4207/Hukum Dagang dan Kepailitan
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : 311/Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : 80/Makassar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Maros, 29 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

NUR MUSYAFIR
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.
a. Menurut Analisa saya dengan mambaca kasus tersebut, maka yang melanggar perjanjian adalah pak
Suroto. Disebutkan bahwa Suroto tidak pernah memenuhi kewajibannya dalam membayar semua
kewajibannya pada PT. X. Dalam hal tersebut Suroto sebelumnya sudah bersepakat kepada PT. X
mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut
paut dengan sewa menyewa ruangan. pasal 1313 KUHPerdata yang mana dijelaskan
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Sehingga ketika Pak Suroto sudah mengikatkan diripada perjanjian
yang dimana Pak Suroto berkewajiban untuk membayar sewa namun Pak Suroto tidak pernah
membayar sampai akhirnya Panda Furnitur dipaksa tutup oleh PT. X, maka dalam hal ini Pak Suroto
yang melanggar perjanjian tersebut.

b. Perjanjian diatur dalam buku ke III KUHPerdata yang menganut sistem terbuka, artinya, memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berupa dan
berisi apapun asalkan tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umun dan kesusilaan.
Dalam KUH Perdata perjanjian diatur dalam Buku III (Pasal 1233-1864) tentang Perikatan. BW
menggunakan istilah kontrak dan perjanjian untuk pengertian yang sama. Hal ini dapat dilihat jelas dari
judul Bab II Buku III BW yaitu: Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau
perjanjian. Dari judul tersebut dapat diberikan makna bahwa kontrak dan perjanjian dimaknai dengan
pengertian yang sama. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal seperti yang tercantum
dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian,
yaitu:
a) Adanya kesepakatan kedua belah pihak;
b) Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
c) Adanya objek perjanjian; dan
d) Adanya causa yang halal.
Selain syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dalam
pelaksanaannya perjanjian juga harus memperhatikan dan menerapkan asasasas dalam hukum
perjanjian.
Sumber : Niru Anita Sinaga. 2018. “Peranan Asas-Asas Hukum Perjanjian dalam Mewujudkan
Tujuan Perjanjian”. Binamulia Hukum, Vol 7, No. 2.
c. Menurut Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUKPKPU menunjukkan bahwa pihak yang dapat
mengajukan permohonan pailit bagi seorang Debitor antara lain:
- Debitor yang Bersangkutan
Debitor yang mengajukan permohonan pailit terhadap dirinya harus dapat mengemukakan dan
membuktikan bahwa debitor memiliki lebih dari satu kreditor, selain itu debitor harus bisa
membuktikan bahwa ia tidak membayar Utang kreditor yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
- Kreditor atau Para Kreditor
Salah satu pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah seorang kreditor atau
lebih sepanjang debitor memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar utangnya.
- Kejaksaan untuk Kepentingan Umum
Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk kepentingan umum. Yang
dimaksud dengan kepentingan umum disini adalah kepentingan bangsa dan negara atau kepentingan
masyarakat luas misalnya:
- Debitor melarikan diri;
Debitor menggelapkan bagian harta kekayaan;
1. Debitor mempunyai utang pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau badan usaha lain yang
menghimpun dana dari masyarakat;debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan
dana dari masyarakat luas;
2. Debitor tidak beritikat baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang
yang telah jatuh waktu; atau
3. Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan
- Bank Indonesia
Pengajuan permohonan pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia dan
semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan.
- Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
Badan Pengawas Pasar Modal juga mempunyai kewenangan penuh dalam hal pengajuan
permohonan pernyataan pailit dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
- Menteri Keuangan
Dalam hal debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau badan
usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.
Sehingga dalam penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa PT. X dapat mengajukan permohonan
ke Pengadilan Niaga agar Suroto dinyatakan pailit
Sumber : https://martenluckyzebua.co.id/2021/03/18/pihak-yang-dapat-mengajukan-pailit/
2.
a. Yang wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007
adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak badan di Indonesia. Sedangkan yang tidak wajib menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib
melakukan pencatatan menurut Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 28 TAHUN 2007 adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) UU nomor 36
tahun 2008, Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan dan Wajib Pajak orang pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak diwajibkan melakukan
pembukuan. Sehingga Aline yang dijadikan dasar pengenaan PPh yang bersifat final adalah jumlah
peredaran bruto butik di Jakarta saja, yakni sebesar Rp3.000.000.000, maka Aline tidak memiliki
kewajiban melakukan pembukuan dikarenakan peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp.
4.800.000.000.
Sumber : Sandra. Pencatatan dan Pembukuan. Artikel Pajakku.

b. Hubungan Perburuhan, hubungan atasan dengan bawahan sebagai diatur di dalam Pasal 1601 ayat
(1) KUHPerdata yaitu antara pengusaha dengan pelayan, kasir, pengepak, pekerja keliling. Hal
tersebut sesuai dengan Aline yang merupakan pengusaha butik pakaian yang dimana membutuhkan
pelayan, kasir, dll. Pasal 50 Undang-undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa “Hubungan kerja
terjadi karena adanya perjanjian antara Pengusaha dan Pekerja/ Buruh.” Berdasarkan bunyi pasal
tersebut, bahwa hubungan hanya dapat terjadi antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh. Dengan
demikian, menutup kemungkinan bahwa para pihak di dalam hubungan kerja selain Pengusaha
dengan Pekerja/Buruh dengan demikian menurut ilmu kaidah hukumnya ketentuan yang demikian
merupakan kaidah hukum heteronom sehingga sifat hukumnya merupakan hukum publik.
Sumber : Susilo Andi Darma. 2017. “Kedudukan Hubungan Kerja”. Mimbar Hukum volume
29, Nomor2.
c. Agen Perusahaan adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara dengan pihak
ke 3. Mereka ini mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya untuk
mengadakan selanjutnya melakukan perjanjian dengan pihak ketiga. Hubungan hukum dengan
pengusaha adalah hubungan pemberian kuasa dan bersifat tetap buakn bersifat berkala karena ia
mewakili pengusaha, jadi bukan hubungan perburuhan atau hubungan antara majikan dan buruh.
Sumber : Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H, M, H. “Pembantu Perusahaan” Modul 3
HKUM4207 Hukum Dagang dan Kepailitan.

3.
a. Hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Disebut hak
eksklusif karena hak tersebut hanya diperuntukkan bagi pencipta, dengan demikian
melarang/membatasi pihak lain untuk menggunakan hak tersebut tanpa izin pencipta. Pemegang
hak cipta yang bukan pencipta hanya memiliki Sebagian dari hak ekslusif yaitu berupa hak ekonomi.
Hak moral dibedakan dengan hak ekonomi, hak ekonomi mengandung nilai ekonomis, sedangkan
hak moral sama sekali tidak memiliki nilai ekonomis. Hukum positif hak cipta Indonesia
UndangUndang No. 28 tahun 2014 mengadopsi beberapa doktrin dalam peraturannya yang
tercermin dalam pasal-pasalnya. UndangUndang No.28 tahun 2014 mengadopsi doktrin hak cipta
personality, doktrin hak cipta labor, dan doktrin hak cipta social control planning. Setiap Orang
dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian,
dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara
komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya. Hak cipta
merupakan benda bergerak tidak berwujud. Hal ini diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Hak
Cipta Tahun 2014 yang menyatakan bahwa hak cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud.
Makna dari pengertian itu adalah bahwa hak yang melekat pada hak cipta dianggap sebagai benda
bergerak karena dapat dialihkan dengan jual beli, hibah, pewarisan, atau bentuk pengalihan hak lain.
Dengan demikian, kepemilikan terhadap hak cipta dianggap sebagai hak atas kebendaan bergerak
dan non materiel sehingga pencipta ataupun pemegang hak cipta dapat mengalihkan hak cipta atas
sesuatu karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, baik seluruh maupun sebagian kepada
orang lain.
Sumber : Khwarizmi Maulana Simatupang. 2021. “Tinjauan Yudiris Perlindungan Hak Cipta
Dalam Ranah Digital”. Jurnal Ilmiah Kebijakan hukum, Volume 15, No. 1.

b. Pasal 9 ayat (1) UUHC, diantaranya penerbitan, penggandaan, pengdaptasian, pengaransemenan


pentransformasian dan pengumuman. Sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Pasal 9 ayat (2),
dengan terlindunginya suatu karya cipta sebagai suatu hak yang Eksklusif, maka penggunaan suatu
karya cipta dalam kegiatan yang termasuk dalam Hak Ekonomi harus mendapatkan izin dari
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Cover Song sendiri merupakan hasil reproduksi atau
menyanyikan ulang sebuah lagu yang sebelumnya pernah direkam dan dirilis secara komersial
namun dibawakan oleh penyanyi atau artis yang berbeda.14 Para pelaku cover song seringkali
kemudian mengunggah kreasinya tersebut ke dalam jejaring media sosial,mengunggah hasil karya
cover song ke dalam jejaring media sosial pada dasarnya bukan merupakan pelanggaran, namun
beberapa pelaku cover song tidak berhenti sampai disitu saja. Penggunaan lagu dan/atau musik yang
dinyanyikan ulang dengan tanpa izin merupakan pelanggaran terhadap hak Eksklusif yang dimiliki
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta lagu dan/atau musik karena hal tersebut telah diatur dalam Pasal
40 UUHC. Tindakan mengeksploitasi sebuah lagu sebaiknya harus meminta ijijn terlebih dahulu
kepada Pencipta atau Pemegang Hak Cipta lagu dan/atau musik, terlebih apabila hal ini berkaitan
dengan nilai komersial sebuah lagu dan/atau musik. Dalam pengertian yuridis hukum Hak Cipta,
apabila seseorang mengumumkan atau memperbanyak suatu karya cipta tanpa izin dari Pencipta
karya cipta tersebut, maka pihak yang bersangkutan telah melanggar hukum Hak Cipta yang diatur
oleh UUHC. Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka 5 UUHC yang termasuk dalam pengertian
mengumumkan atau memperbanyak adalah kegiatan pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media
internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau
dilihat orang lain.
Sumber : Ghaesany Fadhila. 2018. “Perlindungan Karya Cipta Lagu dan atau music yang
dinyanyikan ulang (Cover Song) di Jejaring Media Sosial”. Acta Diurnal Volume 1, Nomor 2.

c. Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta memberikan artikulasi bahwa karya yang
mengatur tentang karya intelektual yaitu, bidang ilmu pengetahuan , seni dan sastra yang
ekspresikan dalm bentuk yang mempunyai ciri tersendiri untuk membedakan satu sama lain, baik
berupa ide, prosedur dan konsep dalam mewujudkan yang tetap. Bahwa dengan kata lain dalam
mendapatkan perlindungan terhadap hak cipta tidak ada keharusan dalam untuk mendaftarkan untuk
di diakui haknya, namun pendaftaran tersebut hanya sebagai keperluan belaka, ada kriteria
perolehan hak (Criteria of egibility) yang di akui tetap berlaku berdasarkan Article 1 (3) bis TRIPs
yang pemberlakuannya harus tetap berlandaskan Article 3 (1) TRIPs yang menentukan, selanjutnya
Articles 3 BIS menetapkan bahwa perlindungan hak cipta diberikan berdasarkan :
a. Nationality of author (Kewarganegaraan pencipta);
b. Place of publication work (Tempat penerbitan)
c. Residence of author (Domisili pencipta)
d. Publised work (ciptaan yang diterbitkan)
e. Simoltaneously published works (Ciptaan yang diterbitkan secara simoltan)
Dengan adanya pernyataan di atas mengenai perlindungan hukum secara mendasar untuk
memberikan hak eklusif terdapat beberapa unsur tersebut di atas, dalam analisis penulis ukuran
dalam lahirnya perlindungan secara otomatis memberikan sisi negatif terhadap si pencipta dan
orang yang kerap kali melakukan pelanggaran hak cipta ini, standarisasi dalam hak eklusif ini
seharus lebih dipertegas dengan mewajibkan pencipta dalam pendaftarannya, dalam arti
kewajuban mendaftarkan ini tidak sekedar menjaga terhadap karya ciptanya, namun kepastian
hukum yang diharapkan. Menurut analisis saya yang berangkat dari konsep perlindungan
hukum terhadap ciptaan yang tercantum di atas tentunya hal yang sangat sulit bagi pemerintah
dalam menerapkan tentang efektivitas untuk menjalankan perlindungan terhadap si pencipta,
secara otomatis mempunyai hak eklusif dan otomatis dalam mendapatkan perlindungan walau
tanpa mendaftarkan karya ciptanya kepada lembaga karya cipta.
Sumber : Dendi Martha Rahardja. 2015. “Perlindungan Hukum terhadap Pencipta Lagu yang tidak
mendaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual”. Artikal Ilmiah.

4.
a. Di dalam hukum perdata, berisikan aturan-aturan yang berfungsi mengatur hubungan antar
masyarakat, yang menitikberatkan kepada kepentingan individu. Sementara isi hukum pindana
berisi hak-hak dan kepentingan individu sebagai anggota masyarakat dan hubungannya dengan
negara sebagai pemilik kekuasaan dalam mengatur tata tertib. Sebagai contoh hukum pidana
diantaranya adalah: Pembunuhan, pencurian atau perampokan, penipuan, pemerasan,
penganiayaan, pemerkosaan, korupsi, pengemplangan pajak, pemalsuan dokumen dan lain
sebagainya. Sedangkan contoh Hukum perdata diantaranya adalah: Masalah warisan, utang piutang,
wanprestasi, sengketa lahan tanah, sengketa kepemilikan barang, pelanggaran hak paten, perebutan
hak asuh anak, pencemaran nama baik dan lain sebagainya. Sehingga dalam kasus tersebut Imelda
tidak memenuhi pembayaran berlian yang kurang sebesar 2,5 M. Dalam hal ini adanya kesepakatan
Ratna dalam memperjual berliannya kepada Imelda sehingga Imelda dalam hal tersebut dapat
dibilang wanprestasi, maka kasus tersebut masuk kedalam hukum perdata. Namun jika dilihat lagi
Imelda mempunya itikat untuk membayar sisa 2,5 M tersebut menggunakan bilyet giro namun
bilyet giro tersebut telah tutup, hal ini bisa masuk kedalam ranah penipuan yang masuk kedalam
ranah Hukum Pidana. Tapi menurut saya hal ini lebih masuk kepada hukum perdata karena Imelda
mempunyai itikat baik untuk membayar sehingga wanprestasi tersebut dapat dikenai sanksi berupa
ganti rugi kepada pihak Ratna. Karena jika masuk kedalam hukum pidana dalam kasus penipuan
seharusnya adanya tersangka yang bukan hanya Imelda yang memperkuat kasus penipuan tersebut.

b. Surat berharga adalah surat yang digunakan sebagai bukti pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi,
dimana prestasi tersebut dibayar dengan uang, sedangkan surat yang berharga adalah surat yang
berisikan identitas seseorang dimana surat tersebut hanya milik orang yang dimuat didalamnya,
surat yang berharga tidak dapat diperjual belikan dan juga tidak dapat di pindahtangankan.
Surat berharga dan surat yang berharga memiliki beberapa perbedaan, yaitu:
Surat berharga :
1. Surat berharga diterbitkan sebagai alat pembayaran dari perikatan dasarnya
2. Surat berharga sangat mudah untuk dipindah dialihkan atau dipindahtangankan
3. Surat berharga merupakan surat legitimasi atau surat bukti hak tagih bagi yang memegangnya
4. Adapun bentuk surat berharga tersebut ditentukan oleh peraturan-peraturan tertentu seperti
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Keputusan Presiden (Keppres), Keputusan
Menteri (Kepmen) , Keputusan Bank Indonesia (BI)
Sedangkan surat yang berharga :
1. Surat yang berharga melekat pada suatu hak
2. Surat yang berharga sukar untuk dialihkan atau dipindahtangankan
3. Surat yang berharga bukan merupakan surat atas pengganti
4. Bentuk surat yang berharga tidak ditentukan
Adapun contoh surat berharga diatur dalam KUHD yaitu wesel (buku I, bab VI, Pasal 100-173),
surat sanggup (buku I, bab VI, Pasal 174-177), cek (bab I, bab VII, Pasal 178-229), kwitansi (bab
I, bab VII, Pasal 229e-229k) sedangkan contoh surat yang berharga adalah sertifikat, akta otentik,
ijazah.
Sumber : Rosari Manik, 2020. “Surat berharga dan Surat yang Berharga”. Artikel Menurut
hukum.

c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa surat berharga adalah surat pengakuan
hutang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan
lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
dan pasar uang (Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 7 tentang Perbankan Tahun 1992).
Penggolongan Surat Berharga dibagi menjad dua yaitu surat berharga yang diatur dalam KUHD
dan surat berharga diluar KUHD. Jenis-jenis Surat Berharga di dalam antara lain : wesel, cek, bilyet
giro, surat sanggup, dan promes atas tunjuk. Untuk jenis-jenis surat berharga diluar KUHD terdapat
bilyet giro, commercial paper, dan sertifikat bank indonesia (pasal 1 angka 10 undang-undang tahun
1998). Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak
dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat
bayar itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ke tiga, atau
pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat itu. Sedangkan surat-
surat yang mempunyai harga atau nilai bukan alat pembayaran, penerbitannya tidak untuk
diperjualbelikan, melainkan sekedar sebagai alat bukti diri bagi pemegang bahwa dia sebagai orang
yang berhak atas apa yang disebutkan atau untuk menikmati hak yang disebutkan di dalam suratitu.
Bahkan bagi yang berhak, apabila surat bukti itu lepas dari penguasaannya, ia masih dapat
memperoleh barang atau haknya itu dengan menggunakan alat bukti lain. Suatu surat yang disebut
sebagai surat berharga, haruslah di dalam surat itu tercantum nilai yang sama dengan nilai dari
perikatan dasarnya. Perikatan dasar inilah yang menjadi causa dari diterbitkannya surat berharga.
Dengan perkataan lain, bahwa sepucuk surat disebut surat berharga, karena didalam surat itu
tercantum nilai yang sama dengan nilai perikatan dasarnya. Perikatan dasar antara dua orang, adalah
yang menjadi sebab diterbitkannya surat berharga. Dengan demikian unsur yang penting dalam
surat berharga itu adalah dapat dipindahtangankan atau diperdagangkan (negotiable) secara mudah.
Oleh karena itu, semua surat yang diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang dengan
sendirinya dapat dikategorikan sebagai surat berharga.
Sumber : Surya. 2012. “Surat Berharga dan Kebijakan Deviden”.

Anda mungkin juga menyukai