Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : NADHIRA PUTRI PRAYOGO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030536834

Tanggal Lahir : Bekasi,18 November 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4402/ HUKUM PERJANJIA

Kode/Nama Program Studi : ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : JAKARTA

Hari/Tanggal UAS THE : Minggu / 19 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : NADHIRA PUTRI PRAYOGO


NIM : 030536834
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4402/ HUKUM PERJANJIAN
Fakultas : HUKUM
Program Studi : ILMU HUKUM (S1)
UPBJJ-UT : JAKARTA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
JAKARTA, 19 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

NADHIRA PUTRI PRAYOGO


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. a. Menurut pendapat saya sesuai dengan pasal 1703 KUHPDT di perbolehkan karena perjanjian tersebut
merupakan perjanjian penitipan barng terpkasa karena timbulnya suatu petaka yaitu kebakaran.
b. Karena perjanjian tesebut berwujud perjanjian lisan yang dimana perjanjian tesebut merupakan
perjanjian riil, yang berarti bahwa perjanjian ini baru terjadi dengan dilakukannya suatu perbuatan yang
nyata, yaitu diserahkannya barang yang dititipkan.
c. Pada dasarnya, si Penerima titipan diwajibkan memelihara barang titipan seperti memelihara
barang miliknya sendiri (Pasal 1706 KUHPdt) dan si Penerima Titipan diwajibkan mengembalikan
barang yang sama yang telah diterimanya (Pasal 1714 KUHPdt).
Kejadian gudang bocor bukan merupakan suatu keadaan memaksa (overmacht) atau keadaan kahar
(force mejuere). Maka dengan demikian si Penerima Titipan (Pemilik Toko Sahabat) berkewajiban
untuk mengganti beras dan gula yang rusak tersebut, sehingga pada saat pengembalian titipan jumlah
gula dan beras adalah sebanyak jumlah yang dititipkan oleh si Pemilik Toko (Toko Kerabat).

2. a. Jika dilihat dari kasus di atas karena Amir menandatangani perjanjian terlihat sah karena
di anggap telah sepakat, namun perjanjian dapat batal karena adanya paksaan, sesuai dengan Pasal
1321 KUHPerdata: “Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan.” Dan Pasal 1324 KUHPerdata : “ Paksaan terjadi bila ada tindakan
sedemikian rupa sehingga memberi kesan dan dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal
sehat, bahwa dirinya, orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu dekat. Dalam
pertimbangan hal tersebut, harus diperhatikan usia, jenis kelamin dan kedudukan orang yang
bersangkutan. Bahwa hakim berwenang menilai apakah perjanjian itu dibuat oleh para pihak dalam
keadaan seimbang atau tidak. Hal tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung
No. 3641 K/Pdt/2001 tanggal 11 September 2002, yang kaidah hukumnya sebagai berikut:
“Dalam azas kebebasan berkontrak Hakim berwenang untuk meneliti dan menyatakan bahwa kedudukan para
pihak berada dalam yang tidak seimbang, sehingga salah satu pihak dianggap tidak bebas menyatakan
kehendaknya.”
“Dalam hal perjanjian yang bersifat terbuka, nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat sesuai dengan
kepatutan, keadilan, perikemanusiaan dapat dipakai sebagai upaya perubahan terhadap ketentuan-ketentuan
yang disepakati dalam perjanjian.” Maka, perjanjian yang sudah ditandatangani tersebut tidak mutlak sah
dan mengikat. Apabila dalam pembuatan perjanjian tersebut ada kedudukan yang tidak seimbang dan
keadaan-keadaan yang tidak bebas, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.
b. Langkah hukum yang harus Amir yaitu mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum agar Pengadilan
menyatakan perjanjian tersebut tidak sah dan batal demi hukum.

Menurut analisis saya

3.a. Wanprestasi yang dilakukan adalah PT. A melanggar atau lalai dengan tidak menjalankan isi perjanjian
sesuai yang disepakati. Berdasarkan Pasal 1238,1239,1234 KUHPerdata.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Penggabungan gugatan wanprestasi dan PMH dalam satu gugatan yang sama dikenal dengan sebutan
kumulasi objektif. Meski kumulasi objektif ini tidak diatur secara tegas dalam peraturan perundang-
undangan, namun dalam praktek peradilan, kumulasi objektif ini ternyata sudah lama diterapkan. hal
tersebut bisa dilihat dalam Putusan Raad Justisie Jakarta tanggal 20 Juni 1939 memperbolehkan kumulasi
objektif dalam perkara yang terdapat hubungan erat (Soepomo, 1993: hal.20).
Pendapat yang sama dikemukakan dalam Putusan Mahkamah Agung No. 575 K/Pdt/1983, sebagaimana
dinyatakan Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata, tentang Gugatan, Perisangan, Penitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, 2004 : hal.456, bahwa meski tidak diatur oleh HIR dan RBg,
penggabungan perkara dapat dilakukan sepanjang benar-benar untuk memudahkan atau menyederhanakan
proses pemeriksaan dan menghindari terjadinya putusan yang saling bertentangan.
Di bawah ini ada beberapa Yurisprudensi yang pada pokoknya membenarkan penggabungan antara
wanprestasi dengan PMH, sebagai berikut:
1. Putusan MA No. 2686 K/Pdt/1985 tanggal 29 Januari 1987 yang pertimbangannya menyatakan,
“meskipun dalil gugatan yang dikemukakan dalam gugatan adalah PMH, sedangkan peristiwa hukum
yang sebenarnya adalah wanprestasi namun gugatan dianggap tidak obscuur lible”.
2. Putusan MA No.2157 K/Pdt/2012. Dalam perkara ini penggugat menggabungkan gugatan
wanprestasi dan PMH. Namun dalam dalilnya mejelaskan soal wanprestasi dan yang terbukti juga
adalah soal wanprestasinya. Terhadap perkara ini Mahkamah Agung dalam pertimbangannya
menyatakan:
▪ Bahwa walaupun dalam surat gugatan menggunakan istilah perbuatan melawan hukum (PMH), tidak
berarti gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima karena posita gugatan telah secara jelas
menguraikan hubungan hukum para pihak, yaitu adanya hutang piutang dan penggugat telah
mendalilkan para tergugat telah wanprestasi;
▪ Mengingat asas peradilan cepat, sederhana dan murah, penyebutan istilah perbuatan melawan
hukum (PMH) dalam surat gugatan, padahal fakta-fakta persidangan menggambarkan hubungan
perjanjian para pihak, tidak mengakibatkan surat gugatan cacat atau tidak dapat diterima;
▪ Mengingat fakta-fakta persidangan di Pengadilan Negeri, penggugat (dalam hal ini pemohon kasasi)
telah dapat membuktikan dalil-dalilnya dimana terbukti tergugat wanprestasi.
3. Putusan MA No. 886 K/Pdt/2007, juga membenarkan penggabungan wanprestasi dan PMH
dalam satu gugatan. Dalam pertimbangannya MA mengatakan “bahwa dalam posita gugatan telah
jelas terpisah antara PMH dan wanprestasi yaitu:
▪ “Tergugat I tidak melaksanakan Perjanjian Kerja Sama Ni. 158/X/BBWM/2003; dan No. 009 MBP-
DIR/12/2003 Oktober 2003, perbuatan mana sebagai wanprestasi, dan;
▪ “Tergugat I dan Tergugat II membuat perjanjian Kerja Sama No. 199/BBMW/XII/2003; dan No.
009/MBP-DIR/12/2003 tanggal 29 Desember 2003 tanpa diketahui penggugat sebagai yang berhak
atas pengoperasian Pengelolaan Minya dan Gas Kabupaten Bekasi, perbuatan mana merupakan
perbuatan melawan hukum”. Bahwa sungguhpun dalam gugatan terdapat posita wanprestasi dan
terpisah maka
perbuatan mealwan hukum, akan tetapi dengan tegas diuraikan secara
gugatan demikian yang berupa kumulasi objektif dapat diterima.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

perbuatan mealwan hukum, akan tetapi dengan tegas diuraikan secara terpisah maka gugatan
demikian yang berupa kumulasi objektif dapat diterima.
Secara manfaat, Zainal Asikin menyatakan ada dua manfaat dan tujuan penggabungan gugatan, termasuk
kumulasi objektif (Asikin : 2015, hal.33)
▪ Mewujudkan peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. Melalui gugatan kumulasi dua atau lebih
gugatan dapat diselesaikan sekaligus apabila dua atau lebih objek gugatan diajukan sendiri-sendiri,
maka asas sederhana, cepat, dan biaya ringan tidak akan tercapai.
▪ Menghindari putusan yang saling bertentangan. Melalui gugatan kumulasi objektif dapat
menghindari dua putusan dalam kasus yang sama saling bertentangan.
Menurut pendapat Dr. Yasardin, S.H., M.Hum, Hakim Tinggi pada PTA Jakarta (Varia hal 38), penggabungan
gugatan wanprestasi dan PMH dapat dilakukan, dengan syarat yang ketat yaitu:
6. Terdapat hubungan erat antara dua perbuatan tersebut;
7. Dalam objek yang sama dan diselesaikan dengan hukum acara yang sama;
8. Antara wanpresasi dan perbuatan melawan hukum merupakan kewenangan pengadilan yang
sama;
9. Untuk menyederhanakan proses dan menghindari dua putusan yang berbeda/bertentangan;
10. Dalam posita (alasan-alasan diajukan gugatan) diuraikan secara sendiri-sendiri, artinya
dalam posita diuraikan secara jelas peristiwa wanprestasi dahulu, kemudian diikuti dengan
uraian secara jelas pula tetang perbuatan melawan hukumnya dan demikian juga di dalam
petitum (hal-hal yang diminta/dituntut)
c. Perbedaan tuntutan ganti rugi wanprestasi dan perbuatan melawan hukum yaitu :

Wanprestasi Perbuatan Melawan Hukum


KUHPerdata telah menagatur KUHPerdata tidak mengatur
tentang jangka waktu perhitungan bagaimana bentuk dan rincian ganti
ganti rugi yang dapat dituntut, rugi. Dengan demikian, bisa digugat
serta jenis dan jumlah ganti rugi ganti rugi nyata dan kerugian
yang dapat dituntut dalam immaterial
wanprestasi
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. a. Penjual atau Toko realcom harus memenuhi kewajiban di karenakan barang tersebut cacat tersembunyi
, yang dimana sesuai dengan pasal 1508 KUHPedrata : “Jika si penjual telah mengetahui cacat-cacatnya barang,
maka selain diwajibkan mengembalikan harga pembelian yang telah diterimanya, ia juga diwajibkan
mengganti segala biaya, kerugian dan bunga kepada si pembeli.” Dan Pasal 1509 KUHPerdata : “Jika si penjual
tidak telah mengetahui cacat-cacatnya barang maka ia hanya diwajibkan mengembalikan harga pembelian,
dan mengganti kepada si pembeli biaya yang telah dikeluarkan untuk penyelenggaraan pembelian dan
penyerahan, sekadar itu telah dibayar oleh si pembeli.” Di karenakan penjual menjual barang dengan
spesifikasi yang tidak semestinya (charger tidak sesuai dengan spesifikasi laptop) berarti penjual tidak
memberikan konsumen hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
b. Joni yang merupakan konsumen dari Toko Realcom dapat menggugat penjual (Toko Realcom)
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Selain itu, penyelesaian sengketa konsumen dapat
ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak, berdasarkan
pasal 45 ayat 1 dan 2 UUPK. Dan Joni juga dapat melakukan hal sesuai Pasal 1507 KUH Perdata antara lain:
1. mengembalikan barangnya sambil menuntut kembali uang harga pembelian; atau
2. akan tetap memiliki barang itu sambil menuntut kembali sebagian dari uang harga pembelian sebagaimana
ditentukan oleh Hakim setelah mendengar ahli tentang itu.

c. Kewajiban yang harus dilakukan oleh penjual yaitu :

- Jika penjual telah mengetahui cacat-cacat barang, maka penjual wajib mengembalikan uang
harga pembelian yang telah diterimanya dan mengganti segala biaya, kerugian dan bunga. (Pasal
1508 KUHPerdata)

- Jika penjual tidak mengetahui adanya cacat-cacat barang, maka penjual wajib mengembalikan
uang harga barang pembelian dan mengganti biaya untuk menyelenggarakan pembelian dan
penyerahan, sekedar itu dibayar oleh pembeli.(Pasal 1509 KUHPerdata)

Anda mungkin juga menyukai