Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Rizky Agustina

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045303757

Tanggal Lahir : 17 Agustus 2002

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211 / HUKUM AGRARIA

Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ :18 / PALEMBANG

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA / 20 DESEMBER 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Rizky Agustina


NIM : 045303757
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211 / HUKUM AGRARIA
Fakultas : HUKUM
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : 18 PALEMBANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Palembang, 20 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

Rizky Agustina
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. a. Terdapat berbagai konsekuensi hukum jika dalam pelaksanaannya hukum agraria dan administrasi
pertanahan dipisahkan dan dibeda-bedakan. Salah satu sumber hukum tertulis RUU pertanahan adalah
Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Sedangkan hukum agraria
merupakan kumpulan peraturan yang mengatur tentang agraria. Hukum agraria mencakup bumi, air,
dan ruang. RUU Pertanahan menegaskan kembali bahwa setiap pelaksanaan izin usaha pengambilan
kekayaan alam yang membutuhkan tanah wajib mengurus hak atas tanah. Dengan demikian negara
tidak saja memperoleh pemasukan dari pajak hasil usaha tetapi tetapi juga bea perolehan tanahnya.
Hukum agraria mencakup kekayaan alam dari tanah tersebut sedangkan administrasi pertanahaan
mengurus tentang izin usaha. Jika salah satu dari kedua hukum tersebut diabaikan, maka akan timbul
konsekuensi hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
b. Hukum agraria memiliki arti kumpulan peraturan dan kaidah hukum yang mengatur segala sesuatu
yang berkaitan dengan agraria. Tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam termasuk dalam ruang
lingkup hukum agrarian. Hal tersebut karena dalam UUPA sudah dijelaskan bahwa ruang lingkup
agraria mencakup bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Selain
itu, Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, menjadi babak baru
terbentuknya lembaga penataan ruang dalam wadah Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang masih
berdampingan dengan organisasi Badan Pertanahan Nasional (BPN).
2. a. Apabila masyarakat yang memiliki tanah tidak dapat membuktikan adanya sertifikat kepemilikan
tanah sebelum berlakunya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), maka berdasarkan hukum yang
berlaku, tanah tersebut dapat dinyatakan tidak sah sebagai hak milik pribadi atau hak pengelolaan
oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat yang tersebut juga tidak memiliki hak untuk menjual,
mengambil jaminan, atau memberikan hak atas tanah tersebut kepada pihak lain. Oleh karena itu,
sangat penting bagi masyarakat yang memiliki tanah untuk membuktikan kepemilikan tanahnya
dengan cara membuat sertifikat tanah yang sah sebelum berlakunya UUPA.
b. Setelah berlakunya UUPA, maka semua hak-hak barat yang belum dibatalkan sesuai ketentuan dan
masih berlaku tidak serta merta hapus dan tetap diakui, akan tetapi untuk dapat menjadi hak milik atas
tanah sesuai dengan sistem yang diatur oleh UUPA, harus terlebih dahulu dikonversi menurut dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan konversi dan aturan pelaksanaannya. Dalam Pelaksanaan konversi
didasarkan pada beberapa prinsip, yakni Prinsip Nasionalitas, Pengakuan Hak-hak tanah terdahulu,
Penyesuaian pada ketentuan Konversi, Status Quo Hak-hak Tanah terdahulu.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. a. Tanah yang sudah diaftarkan dan bersertifikat dapat dibatalkan kepemilikannya. Pembatalan hak
atas tanah sebagai pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah
karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administratif dalam penerbitannya atau untuk
melaksanakan putusan pengadilan yang telah inkracht. Selain karena alasan administratif, pembatalan
sertifikat hak atas tanah juga dapat terjadi dalam hal ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa
suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan sertifikat itu adalah secara sah dan nyata miliknya dan hal
tersebut didukung dengan adanya putusan pengadilan yang telah inkracht. Pembatalan sertifikat dapat
dilakukan di luar mekanisme peradilan, yaitu dengan cara mengajukan permohonan yang diajukan
secara tertulis kepada Menteri atau Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
b. Sertifikat sebagai akta otentik, mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi pemiliknya,
dimana hakim harus terikat dengan data yang disebutkan dalam sertifikat itu selama tidak dapat
dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain. Sertifikat tanah merupakan salah satu dokumen yang menjadi
bukti kepemilikan atas suatu tanah. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), sertifikat tanah merupakan akta otentik yang tidak dapat
dicabut kepemilikannya, kecuali dalam beberapa kondisi tertentu.
Kondisi tersebut antara lain:
- Bila sertifikat tanah tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Bila sertifikat tanah tersebut diperoleh dengan cara yang tidak sah atau tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Bila sertifikat tanah tersebut diperoleh dengan cara yang merugikan pihak lain.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sertifikat tanah merupakan akta otentik yang tidak
dapat dicabut kepemilikannya, kecuali dalam kondisi-kondisi tersebut. Namun, bila terjadi
perselisihan atau sengketa mengenai kepemilikan tanah, maka pihak yang terlibat dapat mengajukan
gugatan ke pengadilan agraria untuk memperoleh keputusan yang memenuhi haknya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. a. Keberadaan wakaf telah mendapat pengakuan dalam Pasal 49 Undang-Undang Pokok Agraria No.
5 Tahun 1960 yang selanjutnya di atur dalam PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah
Milik. Dalam Pasal 40 UU No. 41 Tahun 2004, menyatakan bahwa harta benda wakaf yang sudah
diwakafkan dilarang: dijadikan jaminan; disita; dihibahkan; dijual; diwariskan; ditukar; atau dialihkan
dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Atas larangan tersebut terdapat pengecualian dalam hal harta
benda wakaf digunakan untuk kepentingan umum, dapat diubah statusnya dengan penukaran
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 41 UU No. 41 Tahun 2004:
1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf
yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang
(RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan syariah.
2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah
memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.
3) Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-
kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
PP No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 mengatur mengenai penukaran
harta benda wakaf harus dengan izin tertulis dari Menteri (dhi. Menteri Negara Urusan Agama)
berdasarkan pertimbangan Badan Wakaf Indonesia (BWI) bahwa harta benda wakaf tersebut
digunakan untuk kepentingan umum. Pasal 49:
1) Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis
dari Menteri berdasarkan pertimbangan BWI.
2) Izin tertulis dari Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan dengan
pertimbangan antara lain perubahan harta benda wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umum
sesuai dengan rencana tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundangan dan tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah;
Mengacu pada ketentuan yang diatur dalam UU tentang Wakaf dan peraturan pelaksanaanya, harta
benda wakaf dilarang diubah status dan dialihkan dalam bentuk apapun kecuali dengan bentuk
penukaran yang ditujukan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

syariah. Dengan demikian pada hakikatnya harta benda wakaf dapat dikenakan sebagai obyek
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yaitu dengan penukaran
harta benda pengganti.
b. Pasal 1 ayat (3) Keputusan Presiden No 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa kepentingan umum adalah
kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) tersebut diatas telah
memberikan kriteria tentang kepentingan umum, yakni bahwa yang termasuk kepentingan umum
adalah kepentingan untuk seluruh lapisan masyarakat. Selanjutnya Pasal 5 Keputusan Presiden No 55
Tahun 1993 menyatakan bahwa “Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki
Pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan”. Mengacu pada pasal tersebut diatas,
Keppres No 55 Tahun 1993 telah memberikan kriteria untuk kepentingan umum yakni :
1. kegiatan dilakukan oleh Pemerintah
2. hasilnya dimiliki oleh Pemerintah
3. tidak digunakan untuk mencari keuntungan.
Gunanegara mengidentifikasi untuk tempat ibadah / tempat suci lainnya sebagai salah satu
syarat/kriteria kepentingan umum. Didasarkan pengertian kepentingan umum dalam Pasal 1 ayat (3)
Keputusan Presiden No 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, maka tempat ibadah termasuk dalam kriteria kepentingan umum karena
tempat ibadah merupakan kepentingan untuk seluruh lapisan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai