Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : RIFKI M JAELANI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 04865447

Tanggal Lahir : 26 Juni 2003

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211 / Hukum Agraria

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 42 / Semarang

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 27 Jun 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : RIFKI M JAELANI


NIM : 048654471
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211 / Hukum Agraria
Fakultas : FHISIP
Program Studi : 311 / Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : 42 / Semarang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Cirebon, 27 Juni 2023

Yang Membuat Pernyataan

Rifki M Jaelani
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pertanyaan :
A. Silakan Saudara analisis bagaimana penyelenggaraan tertib administrasi bidang pertanahan untuk
menunjang pelaksanaan kewenangan, tugas, dan fungsi Badan Pertanahan Nasional!
Jawaban :

Penyelenggaraan tertib administrasi bidang pertanahan memiliki peran yang penting dalam menunjang
pelaksanaan kewenangan, tugas, dan fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN). Berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 7 Tahun 1979, tertib administrasi pertanahan bertujuan untuk memperlancar usaha masyarakat yang
berkaitan dengan tanah serta menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan dalam penggunaan tanah sebagai
sumber daya, uang, dan modal.
Dalam konteks Badan Pertanahan Nasional, penyelenggaraan tertib administrasi pertanahan dapat dilakukan
melalui beberapa langkah dan kegiatan, antara lain:
1. Pendaftaran Tanah: Badan Pertanahan Nasional bertanggung jawab dalam melakukan pendaftaran tanah
secara sistematis dan menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan dan mengelola data mengenai
kepemilikan, pemanfaatan, dan status tanah di wilayah yang menjadi kewenangannya. Pendaftaran tanah
yang akurat dan terkini akan memberikan dasar yang kuat dalam pengambilan kebijakan dan pengaturan
bidang pertanahan.

2. Penyediaan Informasi: Badan Pertanahan Nasional memiliki tugas menyediakan informasi mengenai
tanah kepada masyarakat. Hal ini meliputi informasi mengenai kebijakan, peraturan, prosedur, dan data
terkait tanah. Dengan adanya akses yang mudah terhadap informasi pertanahan, masyarakat dapat
memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat terkait penggunaan
dan pemanfaatan tanah.

3. Koordinasi dan Kolaborasi: Badan Pertanahan Nasional berperan dalam mengoordinasikan dan
memfasilitasi kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan di bidang pertanahan. Hal ini termasuk
kerjasama dengan pemerintah daerah, lembaga terkait, serta sektor swasta. Kolaborasi ini penting untuk
memastikan kelancaran proses administrasi pertanahan, pemetaan, dan pengawasan yang melibatkan
berbagai pihak.

4. Pengawasan: Badan Pertanahan Nasional juga memiliki fungsi pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan di
bidang pertanahan. Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa setiap usaha yang melibatkan tanah
sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan melakukan pengawasan yang efektif,
Badan Pertanahan Nasional dapat mencegah dan menindak pelanggaran serta menjaga integritas sistem
administrasi pertanahan.

Melalui penyelenggaraan tertib administrasi pertanahan yang baik, Badan Pertanahan Nasional dapat
menjalankan kewenangan, tugas, dan fungsinya secara efektif. Dengan memiliki data dan informasi yang
akurat, koordinasi yang baik, serta pengawasan yang ketat, Badan Pertanahan Nasional dapat memastikan
bahwa penggunaan tanah dilakukan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dan dalam rangka mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

B. Silakan Saudara analisis bagaimana akibat hukum pembuatan balik nama sertifikat tanpa sepengetahuan
pemiliknya apabila ditinjau dari tertib administrasi pertanahan!
Jawaban :
Pembuatan balik nama sertifikat tanpa sepengetahuan pemiliknya dapat memiliki akibat hukum yang serius dan
melanggar prinsip tertib administrasi pertanahan. Berikut adalah analisis mengenai akibat hukum dari tindakan
tersebut dalam konteks tertib administrasi pertanahan:
1. Pelanggaran Hak Pemilik: Pembuatan balik nama sertifikat tanpa sepengetahuan pemilik merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak pemilik tanah. Hak pemilik tanah termasuk hak atas kepemilikan,
penggunaan, dan manfaat dari tanah tersebut. Dalam prinsip tertib administrasi pertanahan, penting
untuk memastikan bahwa proses peralihan hak atas tanah dilakukan dengan melibatkan pemilik tanah
atau pihak yang berwenang secara hukum. Melakukan balik nama tanpa sepengetahuan pemilik tanah
dapat menyebabkan ketidakpastian hukum, hilangnya hak-hak pemilik, dan terganggunya stabilitas dalam
administrasi pertanahan.

2. Ketidakpastian Kepemilikan: Tindakan pembuatan balik nama tanpa sepengetahuan pemilik dapat
menciptakan ketidakpastian mengenai status kepemilikan tanah. Hal ini dapat menyebabkan konflik dan
sengketa atas kepemilikan tanah di kemudian hari. Dalam prinsip tertib administrasi pertanahan,
peralihan hak atas tanah harus didokumentasikan secara jelas dan transparan agar dapat memberikan
kepastian hukum kepada pemilik dan pihak terkait.

3. Kerugian Finansial: Tindakan pembuatan balik nama tanpa sepengetahuan pemilik juga dapat
menyebabkan kerugian finansial bagi pemilik tanah. Misalnya, jika terjadi penjualan tanah tanpa
persetujuan atau pengetahuan pemilik, pemilik dapat kehilangan nilai ekonomis tanah atau terkena
tindakan penipuan. Ini dapat mengganggu stabilitas dan kepercayaan dalam transaksi dan investasi di
sektor pertanahan.

4. Gangguan Tertib Administrasi Pertanahan: Pembuatan balik nama tanpa sepengetahuan pemilik juga
melanggar prinsip tertib administrasi pertanahan. Tertib administrasi pertanahan mencakup pemenuhan
kewajiban untuk melibatkan pemilik tanah dan menjalankan prosedur hukum yang berlaku dalam
peralihan hak atas tanah. Melanggar prinsip ini dapat merusak integritas sistem administrasi pertanahan
dan mengurangi kepercayaan publik terhadap lembaga atau otoritas yang bertanggung jawab atas
administrasi pertanahan.

Dalam rangka menjaga tertib administrasi pertanahan, penting untuk memastikan bahwa proses peralihan hak
atas tanah dilakukan dengan mematuhi aturan hukum yang berlaku dan dengan melibatkan pemilik tanah.
Apabila terdapat dugaan pelanggaran terkait balik nama sertifikat, penting untuk segera melaporkan ke pihak
berwenang, seperti Badan Pertanahan Nasional atau kepolisian, guna mengambil langkah-langkah hukum yang
sesuai untuk memulihkan hak-hak pemilik dan memastikan tertib administrasi pertanahan yang baik.

2. Pertanyaan :
A. Silakan Saudara analisis, apakah setiap badan hukum dapat memiliki hak milik atas tanah!
Jawaban :
Tidak semua badan hukum dapat memiliki hak milik atas tanah. Meskipun dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 menyebutkan bahwa hak milik atas tanah dapat diberikan baik kepada orang-perorangan maupun
kelompok orang, serta badan-badan hukum, tetapi pemberian hak milik kepada badan hukum tidak berlaku untuk
semua jenis badan hukum.
Pada umumnya, badan hukum yang dapat memiliki hak milik atas tanah adalah badan hukum yang diakui dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di suatu negara. Jenis badan hukum yang biasanya
dapat memiliki hak milik atas tanah termasuk:
1. Badan Usaha: Badan usaha, seperti perusahaan terbatas (PT), perseroan terbatas (CV), dan koperasi,
dapat memiliki hak milik atas tanah. Hal ini memungkinkan badan usaha untuk memiliki, menguasai, dan
memanfaatkan tanah sesuai dengan kegiatan usahanya.

2. Lembaga Pemerintah: Lembaga pemerintah, seperti pemerintah daerah atau pemerintah pusat, dapat
memiliki hak milik atas tanah untuk kepentingan umum, seperti pembangunan infrastruktur,
pengembangan kawasan, atau penggunaan untuk kepentingan publik lainnya.
3. Organisasi Non-Profit: Beberapa organisasi non-profit atau lembaga amal juga dapat memiliki hak milik
atas tanah, terutama jika kepemilikan tanah tersebut berkaitan dengan misi atau kegiatan organisasi yang
bersifat non-profit.

Namun, perlu diingat bahwa setiap negara memiliki peraturan dan persyaratan yang berbeda dalam mengatur
kepemilikan tanah oleh badan hukum. Ada regulasi dan batasan tertentu yang harus dipatuhi dan dipenuhi untuk
memperoleh hak milik atas tanah.
Selain itu, peraturan dan persyaratan mengenai kepemilikan tanah oleh badan hukum juga dapat berbeda
tergantung pada jenis tanah, lokasi, penggunaan tanah, dan tujuan kepemilikan tersebut. Oleh karena itu,
sebelum sebuah badan hukum dapat memiliki hak milik atas tanah, biasanya harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut dan melalui proses administrasi
pertanahan yang berlaku.

B. Silakan Saudara analisis, apakah status hak milik atas tanah seseorang dapat dilihat dari penguasaannya!
Jawaban :
Status hak milik atas tanah seseorang tidak dapat secara langsung dilihat hanya dari penguasaannya. Penguasaan
seseorang terhadap tanah bisa beragam dan tidak selalu menunjukkan status kepemilikan yang sah. Meskipun
seseorang dapat memiliki penguasaan fisik atau penggunaan tanah dalam jangka waktu tertentu, itu tidak secara
otomatis menunjukkan bahwa mereka memiliki hak milik atas tanah tersebut.
Untuk mengetahui status hak milik atas tanah seseorang, perlu mengacu pada dokumen-dokumen hukum yang
menyatakan kepemilikan tanah, seperti sertifikat atau akta tanah yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, seperti
Badan Pertanahan Nasional atau lembaga pemerintah terkait. Dokumen ini berfungsi sebagai bukti sah yang
menegaskan status hak milik atas tanah.
Selain itu, informasi mengenai status hak milik atas tanah juga dapat diketahui melalui proses pendaftaran tanah
yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional atau instansi terkait. Pendaftaran tanah bertujuan untuk
mencatat kepemilikan tanah dan menghasilkan sertifikat yang sah sebagai bukti legalitas kepemilikan.
Jadi, meskipun penguasaan fisik tanah oleh seseorang dapat memberikan indikasi awal, tetapi untuk mengetahui
dengan pasti status hak milik atas tanah seseorang, perlu merujuk pada dokumen hukum yang sah dan melalui
proses pendaftaran tanah yang berlaku dalam sistem administrasi pertanahan yang berlaku di suatu negara.

3. Pertanyaan :
A. Silakan Saudara analisis kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam sistem publikasi pendaftaran
tanah di Indonesia!
Jawaban :
Kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia adalah penting
untuk menjamin keabsahan dan keberlanjutan hak kepemilikan tanah. Berikut adalah analisis mengenai kepastian
hukum dan perlindungan hukum dalam sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia:
1. Kepastian Hukum: Sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia, yang melibatkan penerbitan sertifikat
hak atas tanah, memberikan kepastian hukum kepada pemilik tanah. Sertifikat tersebut merupakan bukti
sah yang menunjukkan kepemilikan tanah dan memberikan kejelasan mengenai batas-batas tanah yang
dimiliki. Pemilik tanah yang telah memiliki sertifikat hak atas tanah memiliki kepastian bahwa hak
kepemilikan mereka diakui dan dilindungi oleh hukum.

2. Bukti Kuat: Sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan melalui sistem publikasi pendaftaran tanah memiliki
kekuatan dan bukti yang kuat. Sertifikat ini merupakan dokumen resmi yang secara hukum mengikat dan
dapat digunakan sebagai bukti dalam transaksi jual beli, pemberian jaminan, atau kegiatan lain yang
melibatkan hak atas tanah. Dengan adanya bukti kuat ini, pemilik tanah dapat melindungi hak-haknya dan
membuktikan kepemilikan tanah secara sah.
3. Perlindungan Hukum: Sistem publikasi pendaftaran tanah juga memberikan perlindungan hukum kepada
pemilik tanah. Pendaftaran tanah yang dilakukan melalui proses yang ditetapkan secara hukum
memberikan perlindungan terhadap kepemilikan tanah dari klaim atau tuntutan yang tidak sah. Jika
terjadi sengketa terkait kepemilikan tanah, pemilik yang memiliki sertifikat hak atas tanah akan memiliki
bukti kuat yang dapat digunakan untuk mempertahankan haknya dan mendapatkan perlindungan hukum.

4. Transparansi dan Aksesibilitas: Sistem publikasi pendaftaran tanah juga berperan dalam meningkatkan
transparansi dan aksesibilitas informasi terkait kepemilikan tanah. Dengan adanya pendaftaran yang
terbuka untuk umum, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi mengenai kepemilikan
tanah dan melakukan pengecekan terhadap status dan batas-batas tanah yang ingin mereka transaksikan.
Hal ini memastikan adanya transparansi dan kepercayaan dalam transaksi tanah.

Namun, perlu dicatat bahwa sistem publikasi pendaftaran tanah juga memiliki tantangan dan masalah, seperti
kurangnya cakupan pendaftaran yang komprehensif di beberapa daerah, adanya sengketa tanah yang belum
terselesaikan, atau tindakan pemalsuan sertifikat. Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan dan
memperbaiki sistem pendaftaran tanah, mengoptimalkan pengawasan, serta memberikan edukasi dan kesadaran
kepada masyarakat mengenai pentingnya pendaftaran tanah untuk mendapatkan kepastian hukum dan
perlindungan yang lebih baik.

B. Silakan Saudara analisis, apakah perjanjian jual-beli tanah dengan hanya bukti bayar berupa kuitansi sudah
berdasarkan asas-asas pendaftaran tanah!
Jawaban :
Perjanjian jual-beli tanah dengan hanya bukti bayar berupa kuitansi tidak secara langsung berdasarkan asas-asas
pendaftaran tanah. Dalam sistem pendaftaran tanah yang sah, perjanjian jual-beli tanah harus melalui proses
pendaftaran dan pengalihan hak kepemilikan yang ditetapkan oleh hukum yang berlaku. Berikut beberapa asas
penting dalam pendaftaran tanah:
1. Asas Publisitas: Asas publisitas dalam pendaftaran tanah berarti bahwa peralihan hak kepemilikan tanah
harus diumumkan dan dicatat dalam catatan publik, seperti Sertifikat Hak Atas Tanah. Dengan demikian,
pihak ketiga dapat memeriksa dan mengetahui kepemilikan dan status hukum tanah tersebut.

2. Asas Legitimasi: Asas legitimasi dalam pendaftaran tanah menekankan bahwa hak kepemilikan tanah
yang sah didasarkan pada hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam konteks perjanjian jual-beli tanah,
hanya memiliki bukti bayar berupa kuitansi tidak memenuhi persyaratan legalitas untuk pengalihan hak
kepemilikan tanah.

3. Asas Keberlanjutan: Asas keberlanjutan dalam pendaftaran tanah menunjukkan bahwa perubahan hak
kepemilikan tanah harus diikuti dengan pembaruan dokumen dan catatan yang sah. Perjanjian jual-beli
tanah yang hanya memiliki bukti bayar berupa kuitansi belum memastikan bahwa perubahan kepemilikan
tersebut telah secara sah dicatat dalam sistem pendaftaran tanah yang berlaku.

Dalam praktiknya, untuk mengamankan dan melindungi hak kepemilikan tanah, penting untuk melakukan
pendaftaran dan pengalihan hak kepemilikan dengan mematuhi prosedur dan persyaratan yang ditetapkan oleh
hukum. Proses ini melibatkan pembuatan akta jual-beli yang sah, pembayaran pajak yang relevan, dan
pendaftaran yang tepat ke otoritas pendaftaran tanah yang berwenang. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dan melindungi hak kepemilikan tanah secara sah.
Dalam kasus perjanjian jual-beli tanah dengan hanya bukti bayar berupa kuitansi, pihak yang terlibat disarankan
untuk melakukan langkah-langkah tambahan, seperti mengadakan akta notaris, mencatat perjanjian jual-beli
tersebut dalam buku tanah, dan melaporkan perubahan kepemilikan ke otoritas pendaftaran tanah yang
berwenang, guna memastikan keabsahan dan perlindungan hukum yang maksimal atas kepemilikan tanah
tersebut.
4. Pertanyaan :
A. Silakan Saudara analisis, apakah pemerintah dapat melakukan pengadaan tanah untuk keperluan mendesak!
Jawaban :
Ya, pemerintah dapat melakukan pengadaan tanah untuk keperluan mendesak. Dalam banyak negara, termasuk
Indonesia, undang-undang mengatur mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum, termasuk
keperluan mendesak, yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktur, proyek publik,
atau kegiatan lain yang dianggap penting untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Pada umumnya, pengadaan tanah untuk keperluan mendesak diatur dalam undang-undang yang mengatur
tentang pengadaan tanah atau dalam peraturan yang terkait dengan masalah tersebut. Proses pengadaan tanah
biasanya melibatkan beberapa tahap, termasuk penetapan kebutuhan tanah, penilaian nilai tanah, penawaran
ganti rugi yang layak dan adil kepada pemilik tanah, dan pemindahan kepemilikan tanah kepada pemerintah.
Dalam situasi keperluan mendesak, pemerintah dapat menggunakan alat hukum yang disediakan oleh undang-
undang untuk mempercepat proses pengadaan tanah. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kepentingan
umum yang mendesak dapat terpenuhi dengan segera untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pengadaan tanah untuk keperluan mendesak harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip hukum yang adil dan proporsional. Pemilik tanah harus diberikan ganti rugi yang
layak dan adil sesuai dengan nilai pasar serta hak-hak pemilik tanah harus dilindungi. Prosedur dan mekanisme
yang jelas dan transparan juga harus diikuti dalam proses pengadaan tanah untuk memastikan keadilan dan
perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat.
Dalam hal pengadaan tanah untuk keperluan mendesak, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan
proses dengan itikad baik, menghormati hak-hak pemilik tanah, dan memberikan ganti rugi yang adil serta
memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

B. Silakan Saudara telaah, bagaimana bila dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, pihak yang
berhak atas ganti kerugian menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah
atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung!
Jawaban :
Apabila dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, pihak yang berhak atas ganti kerugian menolak
bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian yang ditawarkan berdasarkan hasil musyawarah atau putusan
Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung, beberapa hal yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
1. Mediasi dan Negosiasi: Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah upaya mediasi dan negosiasi antara
pihak yang berwenang melakukan pengadaan tanah dan pihak yang berhak atas ganti kerugian. Melalui
mediasi, pihak-pihak yang terlibat dapat mencoba mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan
dan memperhatikan kepentingan kedua belah pihak. Jika mediasi tidak berhasil, negosiasi dapat
dilakukan untuk mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

2. Banding atau Peninjauan Kembali: Jika pihak yang berhak atas ganti kerugian tidak puas dengan hasil
musyawarah atau putusan pengadilan, mereka dapat mengajukan banding atau peninjauan kembali
terhadap keputusan tersebut. Pihak yang berhak atas ganti kerugian dapat mengajukan banding ke
Pengadilan Tinggi atau mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung, tergantung pada prosedur
hukum yang berlaku.

3. Hak Judicial Review: Selain itu, pihak yang merasa dirugikan juga dapat menggunakan hak judicial review
jika merasa adanya pelanggaran hukum atau prosedur dalam proses pengadaan tanah. Judicial review
adalah mekanisme hukum yang memungkinkan pihak yang terkena dampak untuk menguji keabsahan
atau kesesuaian suatu peraturan atau tindakan pemerintah dengan undang-undang atau konstitusi.
4. Pendekatan Komprehensif: Dalam menghadapi penolakan pihak yang berhak atas ganti kerugian
terhadap bentuk atau besarnya ganti kerugian, penting bagi pemerintah untuk menerapkan pendekatan
yang komprehensif dan memperhatikan prinsip keadilan serta kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Dalam beberapa kasus, peninjauan ulang terhadap tawaran ganti kerugian dapat dilakukan
untuk memastikan adanya keseimbangan antara kepentingan umum dan hak-hak individu yang terlibat.

Pada akhirnya, penyelesaian sengketa terkait pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang melibatkan
penolakan pihak yang berhak atas ganti kerugian memerlukan proses yang adil dan transparan. Dalam situasi
seperti ini, penting bagi pemerintah untuk menjunjung tinggi prinsip hukum, mengedepankan musyawarah, dan
memperhatikan kepentingan bersama guna mencapai penyelesaian yang adil dan berkelanjutan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai