Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Sebagaimana kita ketahui BMN yang merupakan bagian dari aset negara memiliki
jumlah dan nilai yang sangat besar dimana sebagian besar berasal dari
pembelian/pengadaan yang dananya juga berasal dari masyarakat. Tentunya ini
menjadi tanggung jawab pengguna barang/satker untuk dapat menggunakannya
sesuai tugas pokok dan fungsi sekaligus menjaga dan merawatnya yang terwujud
dalam pengamanan dan pemeliharaan BMN . Namun demikian, dalam tulisan ini
hanya akan difokuskan terkait pengamanan BMN.
Dari berbagai media atau mungkin pernah kita alami, sebidang tanah yang tercatat
sebagai BMN diklaim oleh masyarakat sebagai milik mereka bahkan sampai
berperkara di pengadilan. Juga terjadi Rumah Negara yang ditempati oleh pihak
ketiga atau pensiunan Aparatur Sipil Negara yang seharusnya tidak berhak
menempati bangunan tersebut. Contoh di atas memberikan kesadaran pada kita
tentang aspek pengamanan Barang Milik Negara yang harus menjadi perhatian kita
semua. Aspek pengamanan Barang Milik Negara paling tidak terdiri dari tiga bagian
yaitu:
1. Aspek Administratif.
a. Pembukuan
Kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam daftar barang yang ada pada
Pengguna Barang/Pengelola Barang. Dalam pembukuan dilakukan pencatatan
secara tertib terkait transaksi perolehan, transaksi perubahan maupun transaksi
penghapusan yang kesemuanya berdasarkan dokumen sumber yang jelas. Selain
melakukan pencatatan juga mengarsipkan seluruh dokumen yang ada baik dokumen
sumber, dokumen kepemilikan maupun dokumen pendukung lainnya.
b. Inventarisasi
Kegiatan pendataan, pencatatan pada kertas kerja, dan pelaporan hasil pendataan
BMN. Kegiatan inventarisasi ini tercakup di dalamnya Saldo Awal (saldo akhir
periode lalu, koreksi saldo), Perolehan BMN (hibah, pembelian, penyelesaian
pembangunan, pelaksanaan perjanjian kontrak, pembatalan penghapusan,
rampasan, reklasifikasi masuk, transfer masuk), Perubahan BMN (pengurangan,
pengembangan, perubahan kondisi, revaluasi), Penghapusan BMN (penghapusan,
transfer keluar, hibah, reklasifikasi keluar).
c. Pelaporan
Kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana
penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaporan bisa
dilakukan secara periodik maupun non periodik. Pelaporan harus dilakukan dengan
benar sesuai kondisi yang nyata di lapangan
2. Aspek Fisik
3. Aspek Hukum
Pengamanan dari aspek hukum dilakukan agar BMN terjaga/terlindungi dari potensi
masalah hukum seperti sengketa, gugatan, atau beralih kepemilikan kepada pihak
lain secara tidak sah. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif dengan
melengkapi bukti kepemilikan BMN misalnya sertifikat Hak Pakai untuk tanah, IMB
untuk bangunan, STNK dan/atau BPKB untuk kendaraan. Selain itu upaya hukum
melalui Tuntutan Ganti Rugi maupun upaya hukum lain melalui litigasi maupun non
litigasi dapat ditempuh misalnya terhadap tanah dan atau bangunan yang
disengketakan atau diambil alih pihak lain. Terkait pengamanan BMN dari aspek
hukum, pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan sertifikasi
BMN berupa tanah dimana hal ini dilakukan terhadap obyek tanah BMN yang
memiliki bukti kepemilikan/alas hak berupa akta jual beli, Letter C, akta hibah, surat
pelepasan hak atau dokumen lain yang setara yang kemudian diterbitkan Sertifikat
Hak Pakai atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian/Lembaga.
Sementara untuk tanah yang tidak memiliki bukti kepemilikan di atas harus
diupayakan untuk memperoleh dokumen awal guna pengurusan bukti kepemilikan
seperti riwayat tanah, melalui koordinasi dengan Kepala Desa/Lurah, Camat atau
pihak terkait lainnya.
1. 2. Menurut saya dalam hal penilaian aset ini adalah yang dinilai itu bukan asetnya tapi
kepemilikan asetnya.
Barang Milik Negara di definisikan sebagai semua barang yang berasal dari dana
pemerintah. Dana pemerintah ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Barang Milik Negara ini bisa juga berasal dari luar APBN asalkan
perolehan nya dianggap sah oleh Undang-Undang. Barang Milik Negara berasal dari
perolehan lain yang sah meliputi:
Penilaian termasuk didalam siklus pengelolaan Barang Milik Negara, maka jika
penilaian tidak di jalankan atau di lewatkan mengakibatkan siklus pengelolaan
Barang Milik Negara tidak berjalan secara optimal. Jika didalami lagi penilaian
termasuk dalam asas pengelolaan BMN, yaitu asas kepastian nilai yang di dalam
penilaian harus terdapat ketepatan atau kejelasan jumlah dan nilai BMN agar dalam
pengelolaan BMN bisa secara efisien dan efektif. Maka diharapkan bagi pembaca
artikel tahu betapa pentingnya suatu penilaian dalam pengelolaan Barang Milik
Negara karena jika tidak dilaksanakan maka tidak terpenuhi salah satu tujuan
pemerintah yaitu memenuhi kesejahteraan penduduk yang ada di Indonesia.
Proses Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan barang milik
negara yang sedikitnya melibatkan dua unsure banyak berkontribusi, seperti:
3.1. Penilaian BMN/BMD merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk menilai
suatu barang milik negara atau barang milik daerah. Penilaian terhadap BMN/BMD
dapat ditujukan untuk kepentingan penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah,
pemanfaatan, atau pemindahtanganan. Proses penilaian atas BMN/BMD dilakukan
oleh penilai pemerintah yang telah memiliki kompetensi di bidang penilaian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173 tahun 2020 tentang Penilaian
oleh Penilai Pemerintah di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang
mulai berlaku sejak 2 Februari 2021, penilaian yang dilaksanakan oleh oleh penilai
pemerintah dapat dilaksanakan secara tim maupun perorangan, menyusul telah
ditetapkan dan dilantiknya jabatan fungsional penilai di lingkungan DJKN.
Data penawaran tanah sebagai data yang paling sering digunakan oleh penilai
sebagai data pembanding seringkali mempunyai harga yang sangat bervariasi. Hal
ini bisa disebabkan penjual tidak mengetahui harga pasaran sehingga menawarkan
harga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar. Data
yang mempunyai deviasi yang terlalu tinggi tidak baik digunakan sebagai data
pembanding karena akan menghasilkan nilai yang bukan sebenarnya.
Untuk itulah seorang penilai dalam menentukan properti yang akan dijadikan obyek
pembanding dalam penilaian tanah menggunakan metode perbandingan data pasar
harus menghindari data pembanding subyektif agar nilai yang dihasilkan dapat
menggambarkan harga pasar properti.
Prinsip pokok mencari data pembanding pasar adalah sebanding dan sejenis. Ini
merupakan prinsip “apple to apple”. Memang tidak mudah mencari harga tanah
pembanding, pembandingnya harus sepadan dan sejenis. Semakin banyak data
pembanding sejenis, semakin maksimal hasilnya.
3. 2. Independensi dan kompetensi adalah kunci untuk menjamin nilai yang dihasilkan
seorang penilai tetap akurat dan kredibel, dimana peer review dan kaji ulang
merupakan salah satu sarana untuk menjaga independensi dan meningkatkan
kompetensi tersebut.
Penilai wajib bertindak secara independen dalam melakukan penilaian. Penilai tidak
boleh: i) bertindak sebagai Pejabat Penjual, Pejabat Lelang, atau Pembeli atas objek
penilaian yang dinilainya; ii) melaksanakan penilaian tanpa penugasan dari pejabat
yang berwenang; iii) memiliki kepentingan atas objek penilaian yang dinilainya; iv)
terpengaruh oleh pihak-pihak manapun dalam memberikan opini nilai; dan/atau v)
memberitahukan sebagian atau seluruh hasil penilaian kepada pihak manapun
kecuali atas izin pemberi tugas. Penilaian dalam rangka pemanfaatan atau
pemindahtanganan BMN dapat menggunakan jasa Penilai Eksternal apabila
memenuhi beberapa syarat, yaitu: diperintahkan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, tidak cukup tersedia Penilai Internal, atau terdapat
anggaran untuk menggunakan jasa Penilai Eksternal.
b. aspek ekonomis, antara lain kajian terhadap nilai barang milik daerah yang
dilepas dan nilai barang pengganti;
Berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek yuridis terhadap
barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan, Gubernur/Bupati/Walikota
dapat memberikan alternatif bentuk lain pengelolaan barang milik daerah atas
permohonan persetujuan tukar menukar yang diusulkan oleh Pengelola
Barang/Pengguna Barang.
Barang pengganti tukar menukar atau bentuk alternatif lainnya dapat berupa:
a. barang sejenis; dan/atau
b. barang tidak sejenis.
Barang pengganti utama tukar menukar barang milik daerah berupa tanah, harus
berupa:
a. tanah; atau
b. tanah dan bangunan.
Barang pengganti utama tukar menukar barang milik daerah berupa bangunan,
dapat berupa:
a. tanah;
b. tanah dan bangunan;
c. bangunan; dan/atau
d. selain tanah dan/atau bangunan.
Barang pengganti berupa tanah atau bangunan harus berada dalam kondisi siap
digunakan pada tanggal penandatanganan perjanjian tukar menukar atau Berita
Acara Serah Terima (BAST).
Nilai barang pengganti atas tukar menukar paling sedikit seimbang dengan nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas. Apabila nilai barang pengganti lebih kecil
daripada nilai wajar barang milik daerah yang dilepas, mitra tukar menukar wajib
menyetorkan ke rekening Kas Umum Daerah atas sejumlah selisih nilai antara nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas dengan nilai barang pengganti. Penyetoran
selisih nilai dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum Berita Acara
Serah Terima (BAST) ditandatangani. Selisih nilai dituangkan dalam perjanjian tukar
menukar.