Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : LICIA KLAVIONITA SARI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031103797

Tanggal Lahir : 17 JULI 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU 4534 / MANAJ LOGISTIK ORGANISASI


PUBLIK
Kode/Nama Program Studi : 50/Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 16/Pekanbaru

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu/18 juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : LICIA KLAVIONITA SARI


NIM : 031103797
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4534/ MANAJ LOGISTIC ORGANISASI
PUBLIC
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : PEKANBARU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Duri, 18 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

LICIA KLAVIONITA SARI


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.1 Pelaksanaan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan pemanfatan,


pemindahtangan penata usahaan pemeliharaan dan pengamanan Barang Milik
Negara/Daerah tersebut diperlukan untuk mewujudkan tertib pengelolaan Barang
Milik Negara (BMN) yang tercermin dalam tertib hukum, tertib administrasi, dan tertib
fisik.

Sebagaimana kita ketahui BMN yang merupakan bagian dari aset negara memiliki
jumlah dan nilai yang sangat besar dimana sebagian besar berasal dari
pembelian/pengadaan yang dananya juga berasal dari masyarakat. Tentunya ini
menjadi tanggung jawab pengguna barang/satker untuk dapat menggunakannya
sesuai tugas pokok dan fungsi sekaligus menjaga dan merawatnya yang terwujud
dalam pengamanan dan pemeliharaan BMN . Namun demikian, dalam tulisan ini
hanya akan difokuskan terkait pengamanan BMN.

Dari berbagai media atau mungkin pernah kita alami, sebidang tanah yang tercatat
sebagai BMN diklaim oleh masyarakat sebagai milik mereka bahkan sampai
berperkara di pengadilan. Juga terjadi Rumah Negara yang ditempati oleh pihak
ketiga atau pensiunan Aparatur Sipil Negara yang seharusnya tidak berhak
menempati bangunan tersebut. Contoh di atas memberikan kesadaran pada kita
tentang aspek pengamanan Barang Milik Negara yang harus menjadi perhatian kita
semua. Aspek pengamanan Barang Milik Negara paling tidak terdiri dari tiga bagian
yaitu:

1. Aspek Administratif.

Pengamanan aspek ini yaitu menatausahakan BMN dalam rangka mengamankan


BMN dari segi administrasinya. Disini letak pentingnya dokumen administrasi yaitu
dokumen yang diterbitkan pihak yang berwenang yang berkaitan dengan
keberadaan BMN seperti sertifikat tanah, akta jual beli, keputusan panitia pengadaan
tanah, perjanjian sewa menyewa, perjanjian pinjam pakai, izin mendirikan bangunan,
Berita Acara Serah Terima, STNK, BPKB dan dokumen lainnya. Pengamanan
secara administratif meliputi:

a. Pembukuan

Kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam daftar barang yang ada pada
Pengguna Barang/Pengelola Barang. Dalam pembukuan dilakukan pencatatan
secara tertib terkait transaksi perolehan, transaksi perubahan maupun transaksi
penghapusan yang kesemuanya berdasarkan dokumen sumber yang jelas. Selain
melakukan pencatatan juga mengarsipkan seluruh dokumen yang ada baik dokumen
sumber, dokumen kepemilikan maupun dokumen pendukung lainnya.

b. Inventarisasi

Kegiatan pendataan, pencatatan pada kertas kerja, dan pelaporan hasil pendataan
BMN. Kegiatan inventarisasi ini tercakup di dalamnya Saldo Awal (saldo akhir
periode lalu, koreksi saldo), Perolehan BMN (hibah, pembelian, penyelesaian
pembangunan, pelaksanaan perjanjian kontrak, pembatalan penghapusan,
rampasan, reklasifikasi masuk, transfer masuk), Perubahan BMN (pengurangan,
pengembangan, perubahan kondisi, revaluasi), Penghapusan BMN (penghapusan,
transfer keluar, hibah, reklasifikasi keluar).

c. Pelaporan

Kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana
penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaporan bisa
dilakukan secara periodik maupun non periodik. Pelaporan harus dilakukan dengan
benar sesuai kondisi yang nyata di lapangan

2. Aspek Fisik

Dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah


barang, dan hilangnya barang. Terkait tanah misalnya masih ada tanah BMN yang
diibiarkan begitu saja sehingga terlihat seperti tanah terlantar. Ini sangat riskan sekali
karena bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan atau
mendirikan bangunan tanpa seizin atau sepengetahuan pengguna barang. Untuk
pengamanan secara fisik terhadap obyek tanah dapat dilakukan dengan
membangun tanda batas berupa pagar dan juga memasang papan tanda
kepemilikan yang ditulis secara jelas jenis hak atas tanah dan pengguna serta
ditambahkan tulisan Dilarang Masuk atau Memanfaatkan Tanah dengan ancaman
pasal 167 (ayat 1) KUHP, pasal 389 KUHP dan pasal 551 KUHP. Begitu pula
dengan pengamanan bangunan, selain membangun tanda batas dan papan tanda
kepemilikan juga dilakukan pemasangan CCTV untuk kantor, penyediaan alat
pemadam kebakaran yg memadai, tenaga satpam dan metal detector. Selanjutnya,
untuk kendaraan, perangkat keamanan kendaraan tidak hanya satu jenis antara lain
alarm dan kunci pengaman yang lain dipastikan ada dan berfungsi dengan baik.
Kemudian penyimpanan kendaraan dilakukan di lingkungan kantor apabila disimpan
ditempat lain pemakai kendaraan harus bertanggungjawab terhadap keamanannya.

3. Aspek Hukum

Pengamanan dari aspek hukum dilakukan agar BMN terjaga/terlindungi dari potensi
masalah hukum seperti sengketa, gugatan, atau beralih kepemilikan kepada pihak
lain secara tidak sah. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif dengan
melengkapi bukti kepemilikan BMN misalnya sertifikat Hak Pakai untuk tanah, IMB
untuk bangunan, STNK dan/atau BPKB untuk kendaraan. Selain itu upaya hukum
melalui Tuntutan Ganti Rugi maupun upaya hukum lain melalui litigasi maupun non
litigasi dapat ditempuh misalnya terhadap tanah dan atau bangunan yang
disengketakan atau diambil alih pihak lain. Terkait pengamanan BMN dari aspek
hukum, pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan sertifikasi
BMN berupa tanah dimana hal ini dilakukan terhadap obyek tanah BMN yang
memiliki bukti kepemilikan/alas hak berupa akta jual beli, Letter C, akta hibah, surat
pelepasan hak atau dokumen lain yang setara yang kemudian diterbitkan Sertifikat
Hak Pakai atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian/Lembaga.
Sementara untuk tanah yang tidak memiliki bukti kepemilikan di atas harus
diupayakan untuk memperoleh dokumen awal guna pengurusan bukti kepemilikan
seperti riwayat tanah, melalui koordinasi dengan Kepala Desa/Lurah, Camat atau
pihak terkait lainnya.

1. 2. Menurut saya dalam hal penilaian aset ini adalah yang dinilai itu bukan asetnya tapi
kepemilikan asetnya.
Barang Milik Negara di definisikan sebagai semua barang yang berasal dari dana
pemerintah. Dana pemerintah ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Barang Milik Negara ini bisa juga berasal dari luar APBN asalkan
perolehan nya dianggap sah oleh Undang-Undang. Barang Milik Negara berasal dari
perolehan lain yang sah meliputi:

Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis


Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
atau
Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
Barang Milik Negara perlu dikelola agar selaras dengan tujuan pemerintah yaitu
memberikan manfaat sebesar-besarnya terutama pada kesejahteraan masyarakat.
Proses agar tujuan ini tercapai dinamakan Pengelolaan Barang Milik Negara.
Pengelolaan Barang Milik Negara harus dilandasi dengan asas-asas seperti asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas,
dan kepastian nilai.

Penilaian termasuk didalam siklus pengelolaan Barang Milik Negara, maka jika
penilaian tidak di jalankan atau di lewatkan mengakibatkan siklus pengelolaan
Barang Milik Negara tidak berjalan secara optimal. Jika didalami lagi penilaian
termasuk dalam asas pengelolaan BMN, yaitu asas kepastian nilai yang di dalam
penilaian harus terdapat ketepatan atau kejelasan jumlah dan nilai BMN agar dalam
pengelolaan BMN bisa secara efisien dan efektif. Maka diharapkan bagi pembaca
artikel tahu betapa pentingnya suatu penilaian dalam pengelolaan Barang Milik
Negara karena jika tidak dilaksanakan maka tidak terpenuhi salah satu tujuan
pemerintah yaitu memenuhi kesejahteraan penduduk yang ada di Indonesia.

2. 1.Pada dasarnya, Tujuan penyusunan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah


sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan.
Standar Akuntansi Pemerintahan sendiri merupakan standar yang digunakan oleh
pemerintah dalam menyusun laporan keuangan yang disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

2. 2.Dengan Optimalisasi pengelolaan BMN yang merupakan proses kerja dalam


manajemen asset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah/volume, legal dan ekonomis yang dimiliki asset tersebut.

Optimalisasi pemanfaatan asset merupakan hubungan antara kegunaan layanan,


imbalan, keuntungan dengan demikian optimalisasi merupakan pemanfaatan dari
sebuah asset dimana dapat menghasilkan manfaat yang lebih atau juga
mendatangkan pendapatan.

Proses Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan barang milik
negara yang sedikitnya melibatkan dua unsure banyak berkontribusi, seperti:

a. Pemindah tanganan dengan tindaklanjut penjualan

b. Pemanfaatan BMN berupa sewa dan kerjasama pemanfaatan KSO/KSM

3.1. Penilaian BMN/BMD merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk menilai
suatu barang milik negara atau barang milik daerah. Penilaian terhadap BMN/BMD
dapat ditujukan untuk kepentingan penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah,
pemanfaatan, atau pemindahtanganan. Proses penilaian atas BMN/BMD dilakukan
oleh penilai pemerintah yang telah memiliki kompetensi di bidang penilaian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173 tahun 2020 tentang Penilaian
oleh Penilai Pemerintah di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang
mulai berlaku sejak 2 Februari 2021, penilaian yang dilaksanakan oleh oleh penilai
pemerintah dapat dilaksanakan secara tim maupun perorangan, menyusul telah
ditetapkan dan dilantiknya jabatan fungsional penilai di lingkungan DJKN.

Pendekatan perbandingan data pasar merupakan pendekatan yang menggunakan


data penjualan properti yang sebanding atau hampir sebanding dengan nilai properti
didasarkan pada suatu proses perbandingan. Umumnya, properti yang dinilai (obyek
penilaian) dibandingkan dengan transaksi properti sebanding yang telah terjadi jual
beli atau sedang ditawarkan. Walaupun proses penilaian adalah kualitatif dan
memungkinkan menggunakan analisis yang obyektif, namun data pasar merupakan
sebuah pandangan subyektif karena nilai properti berdasarkan negosiasi antara
penjual dan pembeli. Tidak semua pembeli atau penjual bertindak obyektif dalam
transaksi. Pembeli yang bertindak subyektif akan membayar properti dengan harga
yang lebih tinggi daripada seharusnya disebabkan karena interest tertentu terhadap
properti tersebut, contoh harga yang terbentuk pada pembebasan tanah untuk jalan
tol. Dapat juga seorang penjual yang subyektif akan menjual propertinya dengan
harga yang lebih rendah karena berada dalam kesulitan keuangan.

Data penawaran tanah sebagai data yang paling sering digunakan oleh penilai
sebagai data pembanding seringkali mempunyai harga yang sangat bervariasi. Hal
ini bisa disebabkan penjual tidak mengetahui harga pasaran sehingga menawarkan
harga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar. Data
yang mempunyai deviasi yang terlalu tinggi tidak baik digunakan sebagai data
pembanding karena akan menghasilkan nilai yang bukan sebenarnya.

Untuk itulah seorang penilai dalam menentukan properti yang akan dijadikan obyek
pembanding dalam penilaian tanah menggunakan metode perbandingan data pasar
harus menghindari data pembanding subyektif agar nilai yang dihasilkan dapat
menggambarkan harga pasar properti.

Menentukan jumlah sebenarnya dari penyesuaian harga adalah proses subjektif.


Seringkali, tidak ada satupun hasil yang sama untuk penilai yang berbeda.
Akibatnya, penilai terkadang menyajikan perkiraan nilai dalam rentang daripada
sebagai angka tunggal. Estimasi penyesuaian dapat berasal dari estimasi nilai
publikasi sumber data, pengetahuan pribadi dan pengalaman di pasar tertentu, atau
menggunakan analisis kuantitatif dari penjualan sebelumnya
Kesalahan Estimasi Tidak Sistematik

Kesalahan tidak sistematik (randomeror) adalah kesalahan estimasi yang terjadi


secara random (acak), lebih banyak disebabkan karena variasi sampling, besar
sampel dan karakteristik data statistik (varians). Penilai saat melakukan inspeksi
lapangan, mengumpulkan data pembanding, bisa saja terjebak pada data
pembanding yang nilainya jauh di bawah atau di atas dari harga properti sekitarnya.
Penilai perlu melakukan analisa data pembanding dan menggali informasi sekitar,
sehingga dapat memastikan bahwa data yang diperoleh pantas untuk dijadikan data
pembanding. Disinilah penilai diuji kompetensinya di lapangan, mampu mencium ada
kejanggalan data bias. Bila salah mengambil data pembanding, opini nilai yang
dihasilkan menjadi bias dan bukan nilai sebenarnya.

Prinsip pokok mencari data pembanding pasar adalah sebanding dan sejenis. Ini
merupakan prinsip “apple to apple”. Memang tidak mudah mencari harga tanah
pembanding, pembandingnya harus sepadan dan sejenis. Semakin banyak data
pembanding sejenis, semakin maksimal hasilnya.

3. 2. Independensi dan kompetensi adalah kunci untuk menjamin nilai yang dihasilkan
seorang penilai tetap akurat dan kredibel, dimana peer review dan kaji ulang
merupakan salah satu sarana untuk menjaga independensi dan meningkatkan
kompetensi tersebut.

Penilai wajib bertindak secara independen dalam melakukan penilaian. Penilai tidak
boleh: i) bertindak sebagai Pejabat Penjual, Pejabat Lelang, atau Pembeli atas objek
penilaian yang dinilainya; ii) melaksanakan penilaian tanpa penugasan dari pejabat
yang berwenang; iii) memiliki kepentingan atas objek penilaian yang dinilainya; iv)
terpengaruh oleh pihak-pihak manapun dalam memberikan opini nilai; dan/atau v)
memberitahukan sebagian atau seluruh hasil penilaian kepada pihak manapun
kecuali atas izin pemberi tugas. Penilaian dalam rangka pemanfaatan atau
pemindahtanganan BMN dapat menggunakan jasa Penilai Eksternal apabila
memenuhi beberapa syarat, yaitu: diperintahkan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, tidak cukup tersedia Penilai Internal, atau terdapat
anggaran untuk menggunakan jasa Penilai Eksternal.

4. Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa:


a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota;
b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; dan
c. selain tanah dan/atau bangunan. Tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang antara lain tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang, tetapi tidak sesuai
dengan tata ruang wilayah atau penataan kota.

Tukar menukar berupa:


a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota;
b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; dan
c. selain tanah dan/atau bangunan, dilaksanakan oleh Pengelola Barang.

Tukar menukar dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan:


a. aspek teknis, antara lain:
(1). kebutuhan Pengelola Barang /Pengguna Barang; dan
(2). spesifikasi barang yang dibutuhkan;

b. aspek ekonomis, antara lain kajian terhadap nilai barang milik daerah yang
dilepas dan nilai barang pengganti;

c. aspek yuridis, antara lain:


(1). tata ruang wilayah dan penataan kota; dan
(2). bukti kepemilikan.

Berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek yuridis terhadap
barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan, Gubernur/Bupati/Walikota
dapat memberikan alternatif bentuk lain pengelolaan barang milik daerah atas
permohonan persetujuan tukar menukar yang diusulkan oleh Pengelola
Barang/Pengguna Barang.

Barang pengganti tukar menukar atau bentuk alternatif lainnya dapat berupa:
a. barang sejenis; dan/atau
b. barang tidak sejenis.

Barang pengganti utama tukar menukar barang milik daerah berupa tanah, harus
berupa:
a. tanah; atau
b. tanah dan bangunan.

Barang pengganti utama tukar menukar barang milik daerah berupa bangunan,
dapat berupa:
a. tanah;
b. tanah dan bangunan;
c. bangunan; dan/atau
d. selain tanah dan/atau bangunan.
Barang pengganti berupa tanah atau bangunan harus berada dalam kondisi siap
digunakan pada tanggal penandatanganan perjanjian tukar menukar atau Berita
Acara Serah Terima (BAST).

Nilai barang pengganti atas tukar menukar paling sedikit seimbang dengan nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas. Apabila nilai barang pengganti lebih kecil
daripada nilai wajar barang milik daerah yang dilepas, mitra tukar menukar wajib
menyetorkan ke rekening Kas Umum Daerah atas sejumlah selisih nilai antara nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas dengan nilai barang pengganti. Penyetoran
selisih nilai dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum Berita Acara
Serah Terima (BAST) ditandatangani. Selisih nilai dituangkan dalam perjanjian tukar
menukar.

Apabila pelaksanaan tukar menukar mengharuskan mitra tukar menukar


membangun bangunan barang pengganti, mitra tukar menukar menunjuk konsultan
pengawas dengan persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota berdasarkan
pertimbangan dari SKPD terkait. Konsultan pengawas merupakan badan hukum
yang bergerak di bidang pengawasan konstruksi. Biaya konsultan pengawas menjadi
tanggung jawab mitra tukar menukar. Tukar menukar dilaksanakan oleh pengelola
barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai