Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Hukum Acara Perdata
Disusun oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Agar suatu gugatan jangan sampai terjadi kekeliruan, maka harus diperhatikan cara
dalam mengajukan gugatan benar-benar oleh penggugat bahwa gugatan yang diajukan harus
secara tepat kepada badan pengadilan yang benar-benar berwenang untuk mengadili
persoalan tersebut. Dimana dalam hukum acara perdata dikenal dengan 2 kewenangan, yaitu
wewenang mutlak dan wewenang relatif. Wewenang mutlak adalah menyangkut pembagian
1
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm. 2.
2
Darwan Prints, Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 1.
3
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Cet. 1,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2019), hal. 41.
kekuasaan antar badan-badan peradilan, dilihat dari macam-macam pengadilan menyangkut
pemberian kuasa untuk mengadili, sedangkan wewenang relative mengatur pembagian
kekuasaan mengadili antar pengadilan yang serupa, tergantung dari tempat tinggal tergugat,
yang diatur dalam pasal 118 H.I.R. 4
Dalam rangka peradilan yang lebih maju, Makhamah Agung mulai menuju
peradilan elektronik, didasarkan pada praktek pengadilan yang terjadi di negara maju. Sistem
ini mengubah praktek pelayanan keperkaraan di pengadilan secara fundamental dengan tetap
berpegangan dengan asassederhana, cepat, dan biaya ringan. Asas tersebut menjadi acuan,
untuk mewujudkan proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan serta sebagai
wujud responsif atas tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan adanya pelayanan
administratif yang lebih efektif dan efisien dari Mahkamah Agung (MA) melalui Peraturan
Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan
Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik yang menggantikan PERMA No. 3 Tahun 2018
tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik mengeluarkan sistem e-court.
E-court sendiri merupakan sebuah instrumen pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap
masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online (e-filing), taksiran panjar biaya
secara elektronik (e-SKUM), pembayaran panjar biaya secara online (epayment),
pemanggilan pihak secara online (e-summons) dan persidangan secara online (e-litigation)
(Mahkamah Agung, 2019a). Lingkungan peradilan yang menyediakan ecourt adalah
Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah, Pengadilan Militer dan
Pengadilan Tata Usaha Negara.5
4
Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek (Bandung: Mandar Maju, 2019), hlm.10-11.
5
Mahkamah Agung, Buku Panduan E-Court (Jakarta: Mahkamah Agung 2019).
Mahkamah Agung telah memilih 17 (tujuh belas) Pengadilan Negeri, 6 (enam) Pengadilan
Tata Usaha Negara dan 9 (sembilan) Pengadilan Agama sebagai Pengadilan awalan project
aplikasi e-court. 6
Dimana aplikasi e-court ini sendiri diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dalam
fungsinya menerima pendaftaran perkara secara online, sehingga masyarakat akan
menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara. Selain itu, juga sesuai
dengan asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Untuk menyempurnakan
sistem penerapan E-Court PERMA Nomor 3 Tahun 2018, Mahkamah Agung mengeluarkan
SEMA Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kewajiban Pendaftaran Perkara Perdata Melalui E-
Court pada tanggal 10 Juni 2019 yang mewajibkan seluruh Pengadilan Negeri kelas 1A
khusus, kelas 1A dan seluruh Pengadilan Negeri di wilayah Pengadilan Tinggi Banten,
Pengadilan Tinggi Jakarta, Pengadilan Tinggi Bandung, Pengadilan Tinggi Semarang,
Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan Pengadilan Tinggi Surabaya wajib menggunakan e-court
Indonesia
1. Apakah tata cara dari e-filling yang dilakukan oleh Selvi Herlina sudah sesuai prosedur?
2. Berapakah total dari biaya dari sistem e-court dalam kasus penggugat dan tergugat?
3. Bagaimanakan tata cara pembayan e-payment yang dilakukan oleh Silvi Herlina selaku
penguggat?
4. Bagaimakah tata cara pemanggilan tergugat dan penggugat menggunakan e-summon?
5. Apakah pemanggilan dari tergugat Eddy Yohannes sudah dinilai tepat sesuai prosedur
pemanggilan secara sah dalam hukum acara perdata?
6. Bagaimanakah tata cara e-litigation khususnya pada kasus perceraian yang dialami Eddy
Yohannes dan Selvi Herlina?
7. Apakah terdapat yurisprudensi dalam putusan tersebut?
8
Indonesia, surat Edaran Makhamah Agung No. 1 tahun 2020.
9
Makhamah Agung, Putusan Direktori Makhamah Agung.
Kasus Posisi
Pada tanggal 20 September 2019, penggugat Selvi Herlina dan Tergugat Eddy Yohannes telah
melakukan Pernikahan secara Agama Kristen, kemudian pernikahan tersebut dicatat di dinas
kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bandung pada tanggal 4 September 2015. Sesuai
dengan Kutipan Akta Perkawinan Nomor : 3273 –KW – 03092015 – 0016. Kemudian, dari dari
pernikahan tersebut diatas, telah dilahirkan 1 (satu) orang anak, yang bernama Yohanes, laki-laki,
lahir di Bandung pada tanggal 9 September 2015. Sesuai dengan Kutipan Akta Kelahiran No.
3273 – LT – 22092016 0 0065. yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan & Pencatatan sipil
kota Bandung. Dimana pada awal pernikahan kehidupan rumah tangga penggugat dengan
tergugat sebagaimana umumnya hidup berumah tangga.10
Pada tahun 2015 mulailah terjadi cekcok yang menimbulkan ketidakharmonisan serta
pertengkaran yang terus-menerus. Hal ini didasarkan pada perilaku dari tergugat Eddy Yohannes
yang sering pulang tengah malam dan atau tidak pulang kerumah. Kemudian mempunyai
kebiasaan yang tidak baik (mabuk), dan sering tidak jujur / berbohong kepada tergugat 11.
Sehingga karena pertengkaran yang terus-menerus, dan pernah mengancam keselamatan
Penggugat selaku Isteri yaitu Selvi Herlina, memilih pergi dari rumah, saat ini sudah pisah
rumah selama kurang lebih 2 tahun 6 bulan (penggugat memilih mengkontrak rumah atau
terkadang ikut menumpang di rumah keluarga penggugat).
Dimana pihak penggugat Selvi Herlina sudah tidak merasakan kehidupan yang tentram dan
bahagia dalam rumah tangga, sehingga memilih lebih baik untuk bercerai sehingga akhirnya
mengajukan gugatan ini. Yang meminta hak asuh dari Jeremy Yohannes, hidup bersama Selvi
Herlina selaku penggugat dan biaya sehari-hari diatanggung penggugat, mengingat usia anak
masih balita memohonkan ditetapkan penggugat selaku wali dari anak tersebut diatas dan yang
mengasuh dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
ISI
10
Berdasarkan Putusan Nomor 433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg. Hlm. 2.
11
Berdasarkan Putusan Nomor 433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg. Hlm. 7.
I. Teori Pendukung/ Pembahasan
Dalam sistem e-court yang ada di Indonesia pada umumnya sama dengan
pengadilan hukum acara perdata yang ada di Indonesia biasa. Secara formal,
dalam mengajukan gugatan yang akan disidangkan di pengadilan, maka surat
gugatan diharuskan diajukan ke pengadilan yang berwenang, dengan
memperhatikan asas Actor Sequitas Forum Rei dan pasal 118 H.I.R. jika di daerah
Jawa dan RBG jika tergugat di luar daerah Jawa. Kemudian, disebutkan dalam
tahap administrative bahwa dalam mengajukan gugatan, pihak penggugat harus
mendaftarkannya setelah biaya perkara dilunasi. Setelah terdaftar, gugatan diberi
nomor perkara dan selanjutnya diajukan kepada Ketua Pengadilan. 12 Kemudian,
pada tahap pengadilan, ketua pengadilan menerima gugatan selanjutnya ketua
pengadilan akan menunjuk hakim yang ditugaskan untuk menangani perkara
tersebut. Pada hari sidang yang telah ditentukan apabila satu pihak atau kedua
belah pihak tidak hadir maka persidangan ditunda dan menetapkan hari sidang
berikutnya. Kepada yang hadir diperintahkan menghadiri sidang berikutnya tanpa
dipanggil lagi dan yang tiak hadir dilakukan pemanggilan sekali lagi.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya mengenai garis besar dari sistem e-
court, melihat tugas hakim yang dijelaskan berdasarkan UU No.48 Tahun 2009
yang harus memperhatikan beberapa hal penting antara lain:
1) Membuktikan bahwa benar/tidaknya peristiwa yang diajukan oleh para pihak
melalui alat-alat yang sah menurut hukum pembuktian, dimana pembuktian
yang sah menurut merupakan yang mendapat keyakinan bahwa seseorang
yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya.13
2) Memilah peristiwa/fakta yang sudah terbukti, dengan menilai peristiwa dan
kaitannya dengan hubungan hukum terhadap peristiwa yang telah dibuktikan
yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam pertimbangan hukum putusan.
12
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Cet. 1,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2019), hal. 111.
13
Indonesia, Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Pasal 6 ayat (2).
Selain itu, ketua majelis hakim mempunayi tugas untuk keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas dirinya. Kemudian majelis hakim, Menyusun konsep
putusan/penetapan sesuai dengan hasil pemerikasaan yang dicatat lengakp di
berita acara periksaan dan melakukan minustasi berkas perkara.
Syarat melakukan Prodeo diatur dalam PERMA No.1 Tahun 2014, pasal 7
ayat (2), antara lain:
16
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2019, pasal 10 angka 1 dan 2.
17
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iiyah di Indonesia,
Jakarta, IKAHI, 2008, hlm. 149.
18
Pramesti, Ayu Jatta Tri. Hukumonline.com.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52fafbb784533/perbedaan-pro-bono-dengan-pro-deo/, 2014,
diakses pada 06 Mei 2021.
terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain yang
berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu.
Jadi dalam sistem e-court, e-payment wajib dilakukan dalam melakukan
tahap administrasi dan jika tidak mempunyai cukup biaya dapat mengajuka
prodeo jika merupaka perseorangan dan pro bono jika merupakan masalah
kepentingan umum.19
c. Dokumen Persidangan
Dokumen persidangan digunakan dalam mendukung proses persidangan
seperti replik, duplik, kesimpulan dan atau jawaban secara elektronik yang
dapat diakses oleh pengadilan dan para pihak. Dokumen tersebut mempunyai
pengertian yang diatur dalam PERMA No.1 Tahun 2019 pasal 1 angka 10
yang berbunyi bahwa Dokumen elektronik adalah dokumen terkait
persidangan yang diterima, disimpan dan dikelola di Sistem Informasi
Pengadilan.20
d. Pemanggilan elektronik (e-summons)
Pemanggilan berdasarkan sistem e-court merupakan pemanggilan kepada
Pengguna Terdaftar dilakukan secara elektronik yang dikirimkan ke alamat
domisili elektronik pengguna terdaftar. Akan tetapi untuk pihak tergugat untuk
pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir
pada persidangan yang pertama akan diminta persetujuan apakah setuju
dipanggilan secara elektronik atau tidak jika setuju maka akan pihak tergugat
akan dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang
diberikan dan apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual
seperti biasa.21
Berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2019, Pasal 15 ayat (1) yang berbunyi
bahwa Panggilan/ pemberitahuan secara elektronik disampaikan kepada:
a) Penggugat yang melakukan pendaftaran secara elektronik; dan
19
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2014, pasal 7.
20
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2019, pasal 1 angka 10.
21
Susanto, dkk. Loc. Cit, Hlm. 108.
b) Tergugat atau pihak lain yang telah menyatakan persetujuannya untuk
dipanggil secara elektronik.22
e. Persidangan (e-litigation)
Pada umumnya persidangan dalam e-court sama dengan alur persidangan
dengan tatap muka, tetapi terdapat perbedaan, yaitu ada yang dijalankan secara
tatap muka dan ada yang dijalankan secara elektronik. Persidangan secara
elektronik ini menurut PERMA No. 1 Tahun 2019, Persidangan secara
elektronik merupakan serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara
oleh pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan
komunikasi26, dimana dalam peraturan ini berlaku untuk proses persidangan
dengan acara penyampaian gugatan/ permohonan/ keberatan/ bantahan/
22
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2019, Pasal 15 ayat (1)
23
Ibid, Pasal 6.
24
Ibid, Pasal 18.
25
Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk. Loc. Cit. Hlm.136.
26
Ibid, Pasal 26.
perlawanan/ intervensi beserta perubahannya, jawaban, replik, duplik
pembuktian, kesimpulan dan pengucapan putusan/ penetapan .27
Dalam Pasal 19 disebutkan bahwa dalam menjalankan persidangan
elektronik harus Hakim/ Hakim Ketua dapat memberikan penjelasan mengenai
hak dan kewajiban para pihak terkait persidangan secara elektronik baru
kemudian persidangan secara elektronik dilaksanakan setelah Penggugat dan
Tergugat menyatakan persetujuannya. Apabila pihak Tergugat tidak setuju
maka persidangan secara elektronik tidak dapat dilaksanakan. Untuk pihak
Penggugat, dianggap telah memberikan persetujuannya secara hukum pada
saat Penggugat melakukan pendaftaran perkara secara elektronik.28
Dalam tahp jawab-menjawab berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2019,
setelah diberi tahu jadwal persidangan maka menurut Pasal 22, para pihak
yang tidak menyampaikan dokumen elektronik sesuai dengan jadwal dianggap
tidak menggunakan haknya. Kemudian, untuk pengarutan pihak ketiga,
dimana wajib mengikuti proses pemeriksaan secara eletronik yang telah
dilakukan apabila pihak ketiga tersebut tidak setuju maka Hakim/ Hakim
Ketua akan mengeluarkan penetapan yang menyatakan permohonan intervensi
tersebut tidak dapat diterima29
Mengenai pembuktian dalam persidangan diatur berdasarkan hukum
acara perdata Indonesia yang diatur di dalam HIR atau Rbg. Pengaturan lebih
khusus diatur dalam Pasal 24, PERMA No.1 Tahun 2019, bahwa pembuktian
dengan acara pemeriksaan keterangan saksi dan/ atau ahli dapat dilaksanakan
secara jarak jauh melalui media komunikasi audio visual yang memungkinkan
semua pihak dapat berpartisipasi dalam persidangan30. Dengan syarat
pengadilan dapat melakukan pemeriksaan secara jarak jauh ini dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.
Terakhir dalam rangka putusan, pembacaan putusan pada sidang
elektronik diucapkan oleh hakim ketua/ hakim secara elektronik pengucapan
putusan/ penetapan dalam sidang elektronik secara hukum telah dilaksanakan
27
Ibid, Pasal 4.
28
Ibid, Pasal 19.
29
Ibid, Pasal 23.
30
Ibid, Pasal 24.
dengan memberikan salinan putusan/penetapan elektronik kepada para pihak
yang dianggap langkah tersebut secara hukum dianggap telah dihadiri semua
pihak dan dilakukan dalam sidang terbuka umum 31. Berdasarkan PERMA No.
1 Tahun 2019, dalam pasal 27 dijelaskan bahwa persidangan secara elektronik
yang dilaksanakan melalui Sistem Informasi Pengadilan pada jaringan internet
public secara hukum telah memenuhi asas dan ketentuan persidangan terbuka
untuk umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.32
Kemudian, mengenai puusan/penetapan elktronik dibubuhi dengan
persidangan secara elektronik yang dilaksanakan melalui Sistem Informasi
Pengadilan pada jaringan internet public secara hukum telah memenuhi asas
dan ketentuan persidangan terbuka untuk umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.33
II. Analisis
Dalam proses pemerikasaan perdata penggugat menggunakan sistem e-
court
yang dilakukan di pengadilan negeri Bandung, dimana pengadilan negeri bandung
sudah ditetapkan dari awal sebagai 17 pengadilan permerkasa sistem e-court di
Indonesia. Pertama, dalam sistem pengadilan e-court penggugat dilihat dulu
kasusnya, yang dalam kasus ini masuk ke dalam ruang lingkup pengadilan e-court
yang berkatitan dengan pengadilan negeri berupa perceraian, dan masuk ke dalam
bidang perdata. Dimana penggugat menggugat hak asuk anak diberikan
kepadanya.
Jika dikaitkan dengan tata cara e-fiiling dalam sistem e-court, dalam kasus
ini penggugat Selvi Helina menguggat suaminya Eddy Yohannes dengan
pernyataan bahwa suaminya tidak cocok lagi karena seringnya terjadi percekcokan
yang terus menerus. Dalam kasus ini Selvi Herlina melakukan pemberian kuasa
yang memenuhi syarat pemberian kuasa dengan itikad baik dan penggunaan tata
cara yang sesuai. Dimana, para advokat yang akan berperkara harus sudah
31
Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk. Loc. cit. Hlm. 138.
32
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2019 Pasal 27.
33
Ibid. Pasal 26.
terdaftar datanya dalam sistem pendataan elektronik 34. Untuk syarat penggunaan
advokat selain terdaftar adalah Persyaratan untuk dapat menjadi pengguna
terdaftar bagi advokat adalah KTP, Kartu Keanggotaan advokat, dan Bukti berita
acara sumpah oleh pengadilan tinggi.35 Advokat yang digunakan dalam kasus ini
adalah Agus Sutarsa,SH. Yang memiliki kantor di Jalan Batu Indah I Nomor 24
Kelurahan Batununggal Kota Bandung berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 16
Oktober 2019 dari pihak penggugat.
Dalam e-filling penggugat juga memasukkan dokumen elektronik yang
akan digunakannya dalam bukti di persidangan untuk memperkuat dalil-dalilnya.
Dokumen yang diberikan berupa:
1. Foto copy Kartu Keluarga Nomor 3273170606160005 atas nama Kepala
Keluarga Eddy Yohanes ( Bukti P – 1);
2. Foto copy Kutipan Akta Perkawinan No. 3273-KW-03092015-0016 tanggal 4
September 2015 atas nama Eddy Yohanes dengan Selvi Herlina tanggal ( Bukti P
– 2);
3. Foto copy Kutipan Akta Kelahiran No.3273-LT-22092016-0065 atas nama
JEREMY YOHANES tanggal 26 September 2016 ( Bukti P – 3);, dan
4. Foto copy Kartu Tanda Penduduk atas nama Selvi Herlina No.
3273116405830004 atas nama tanggal 24 september 2016 (Bukti P-4)
34
Hary Djatmiko. “Implementasi Peradilan Elektronik (E-Court) Pasca Diundangkannya Perma Nomor 3 Tahun
2018 Tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik”. (Jakarta: LEGALITA). 2018.
35
Ika Atiqah, “Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses Penyelesaian Perkara di
Indonesia” Jurnal Social and Politial challenges in Industrial 4.0. 2018.
36
Susanto, dkk. Loc. Cit. Hlm. 110.
1) Dokumen Persidangan pada sistem E-court dan telah termasuk pegiriman
dokumen secara elektronik persidangan seperti dokumen replik, duplik,
kesimpulan dan dapat diakses baik oleh pengadilan dan pihak pencari keadilan.
2) berkaitan dengan pemanggilan elektronik/e-summons yang dimana
pemanggilan dan pendaftaranya dilakukan dengan penggunaan e-court, maka
pemanggilanya kepada pengguna terdaftar dilakukan juga secara elektronik yang
dikirimkan ke alamat domisili ekektronik pengguna terdaftar, namun berkaitan
dengan hal tersebut akan diawali oleh pemanggilan pertama secara manual 37dan
pada saat tergugat hadir di persidangan yang pertama maka di waktu yang sama
tergugat akan dimintai persetujuanya untuk setuju atau tidak dipanggil secara
eektronik, bilamana setuju maka kemudian akan dipanggil secara elektronik sesuai
dengan domisili elektronik yang telah diberikan namun apabila tergugat tidak
setuju untuk dipanggil secara elektronik maka yang kemdian akan dipanggil secara
manual.
Dalam kasus ini penggugat tidak melakukan prodeo, dimana prodeo
berdasarkan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 yang sekarang sudah dicabut dan
digantikan PERMA No.1 Tahun 2014 tentang pedoman pelayanan bantuan hukum
bagi masyarakat yang kurang mampu merupakan proses berperkara di pengadilan
secara cuma-cuma dengan dibiayai negara melalui anggaran Mahkamah Agung
RI. Dimana Dalam hal perkara perdata, perdata agama dan tata usaha negara,
Penggugat/Pemohon mengajukan permohonan Pembebasan Biaya Perkara
sebelum sidang pertama secara tertulis atau sebelum sidang persiapan khusus
untuk perkara tata usaha negara.38
Dalam kasus ini tergugat kalah oleh penggugat yang dimana tergugat harus
membayar biaya yang dikeluarkan dalam sidang. Dengan kisaran biaya dalam
kasus ini sebanyak.
Biaya pendaftaran……………………….Rp. 30.000,00
Biaya Pemberkasan……………………..Rp. 50.000,00
Biaya Panggilan Sidang…………………Rp. 480.000,00
Biaya Pemeriksaan……………………….Rp. –
37
Indonesia, Perma No.3 Tahun 2018, Pasal 18.
38
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2014. Pasal 9 ayat (1).
Sita ……………………………………….. Rp. –
Materai……………………………………..Rp. 6.000,00
Redaksi…………………………………….Rp. 20.000,00 +
Jumlah …………………………………….Rp. 586.000,00 (lima ratus delapan
puluh enam ribu rupiah)
Yang ditanggung oleh tergugat, sedangkan penggugat hanya menanggung biaya
pendaftaran.
Setelah melakukan e-payment, pengadilan akan melakukan panggilan (e-
summons) bagi para pihak akan dikirimkan secara elektronik berdasarkan database
yang didaftarkan. Melakukan panggilan sesuai dengan syarat pengajuan gugatan
dalam peraturan perundang-undangan. dengan asas Actor Sequiter Forum Rei 39,
yang dimana adanya pengecualian dalam gugatan perceraian dapat diajukan
kepada pengadilan negeri di tempat kediaman penggugat. Dimana diatur dalam
UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan.40 Dimana dilakukan pengadilan di
Bandung.
Dalam kasus ini putusan yang terjadi adalah verstek karena tergugat tidak hadir
dalam persidangan dan dikabulkan. Jadi, penggugat yang telah mendaftarkan
gugatan tersebut kepada catatan sipil akan dikeluarkan akta perceraian41.
39
Indonesia, H.I.R, Pasal 118.
40
Ny. Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek Edisi
Revisi(Bandung: Mandar Maju, 2019), hlm. 13.
41
Ibid, hlm.14.
Pada kasus ini para pihak yang telah menerima panggilan yang dikirimkan
oleh pengadilan serta panggilan yang sudah sesuai yaitu tidak boleh kurang dari
tiga hari kerja. Maka bisa disimpulkan bahwa panggilan yang dilakukan oleh pihak
pengadilan merupakan panggilan yang sah dan patut.42 Yang dimana dalam kasus
ini telah disampaikan ke kediaman tergugat dan tergugat tidak datang ke
persidangan dan dianggap tidak beritikad baik.
42
Indonesia. H.I.R, Pasal 390 ayat (1).
43
Indonesia, PERMA No.1 Tahun 2019, pasal 15 ayat (1).
44
Sovia Hasanah. Hukumonline.com. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aaf18303d84a/putusan-
verstek-jika-salah-satu-tergugat-tidak-hadir/#:~:text=Putusan%20verstek%20adalah%20putusan%20yang,ia
%20sudah%20dipanggil%20dengan%20patut. , 2018, diakses pada 09 Mei 2021.
45
Indonesia, PP Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 19.
diterima sebagai bukti, namun apakah alat bukti tersebut dapat dipergunakan untuk
mendukung dalil gugatan Penggugat, hal ini akan dipertimbangkan di bawah ini.
48
Indonesia, Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975. Pasal 19 huruf F.
49
Indonesia, yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.0534.K//Pdt.G/1996, tanggal 18 Juni 1996, menyebutkan
bahwa masalah perceraian tidak perlu melihat siapa yang pergi meninggalkan pihak lain, tetapi yang perlu
diperhatikan adalah, apakah masalah perkawinan Penggugat dan Tergugat masih dapat di pertahankan atau tidak.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Putusan majelis hakim Putusan Nomor 433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg
telah menyatakan dengan amarnya secara putusan verstek bahwa tergugat Eddy
Yohannes telah dinyatakan putus karena perceraian. 50Dimana proses persidangan
yang dilakukan menggunakan sistem e-court, yang dilakukan di pengadilan negeri
bandung. Pemilihan tempat pengajuan perkara didasarkan pada UU No.1 Tahun
1974, pengecualian dari pasal 118 H.I.R., yang menggunakan asas actor sequitas
forum rei.
Sistem pengadilan e-court, dijalankan sesuai dengan tata cara e-court
dengan baik, baik dalam tahap administrative, maupun tahap pengadilan. Dimana
penggugat Selvi Herlinna, mengajukan 4 dokumen pendaftaran, 2 saksi, dan
melakukan pemberian kuasa kepada Agus Sutarsa S.H. melalui e-filling. Dalam
pendaftaran perkara melakukan pendaftaran biaya perkara dengan baik dan
mendapatkan tanggal sidang pertama. Pemanggilan tergugat secara elektronik (e-
summons) juga telah dilakukan dengan prosedur yang sah dan patut.
Dalam tahap pengadilan tergugat dan penggugat sepakat untuk
mengadakan pengadilan secara tatap muka, tetapi pada tahap mediasi sampai
putusan tergugat tidak datang. Sehinggga majelis hakim menjatuhkan putusan
verstek, berdasarkan dalil-dalil dan bukti yang diberikan oleh penggugat.
Diperkuat dengan yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.0534.K//Pdt.G/1996.
Kemudian ditetapkan Selvi Herlina sebagai wali yang mengasuh anak dan
memerintahkan kepada panitera pengadilan untuk mengirim Salinan putusan
kepada kantor kependudukan dan pencatatan sipil Kota Bandung untuk dicatat dan
dibuatkan akta perceraian.51
Jadi, dalam kasus ini persidangan e-court pada putusan nomor
433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg berjalan sesuai dengan prosedur peradilan e-court
50
Berdasarkan Putusan Nomor 433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg. Hlm. 11.
51
Berdasarkan Putusan Nomor 433/Pdt.G/e.Court/2019/PN.Bdg. Hlm.13.
yang ada di Indonesia yang meliputi e-filling, e-payment, e-summons, dan e-
litigation.
II. SARAN
Pelaksanaan e-court di Indonesia sudah sangat baik dan bisa diterapkan di
seluruh Indonesia. Selain itu, e-court sendiri sudah mempeluas bukan hanya tahap
administrasi saja, tetapi sudah memasuki tahap pengadilan dengan adanaya
peraturan baru PERMA No.1 Tahun 2019 yang memasukkan pengadilan
elektronik e-litigation.
Namun, masih ada beberapa hal yang dapat menjadi perhatian penting bagi
pelasanaan e-court yang ada di Indonesia, antara lain:
1. Peningkatan Kualitas SDM perlu ditingkatkan dalam menghadapi teknologi
baik dari internal pengadilan maupun eksternal pengadilan. Seperti pelatihan
persidangan elektronik agar berjalan dengan lancar.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana terkait aplikasi e-court dan e-litigation.
Contoh pada e-court bisa langsung mengirim pesan terlebih dahulu atau
menghubungi tergugat untuk memastikan alamat tergugat. Kemudian, untuk e-
litigation sarana jaringan internet yang kuat pada saat melakukan persidangan
elektronik.
3. Membuat sosialisasi e-court melalui iklan layanan masyarakat TV dan media
massa baik cetak maupun elektronik. Dapat dilakukan dengan tata cara
pelaksanaan admistrasi seperti e-filling, e-payment, e-summons, dan e-payment.52
Selain itu, Registrasi advokat sebagai pengguna terdaftar di e-court saat ini
masih berupa himbauan untuk mengantisipasi permintaan klien yang akan
berperkara dengan layanan e-court. Tetapi, lebih baik apabila advokat melakukan
registrasi dalam layanan e-court guna memudahkan advokat untuk bisa membela
klien yang hendak menggunakan jalur e-court, secara otomatis advokat bisa
beracara menggunakan sistem e-court sebagaimana yang diatur dalam PERMA
dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No.122/KMA/SK/VII/2018
Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi
52
Sonyendah Retnaningsih, Disriani Latifah S.N., dkk, loc. Cit, Hlm.143.
Pengadilan Agung No. 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan
Secara Elektronik.53
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Prints, Darwin. Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002.
Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek. Bandung: Mandar Maju, 2009.
Maru, Sophar Hutagalung. Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2019.
Buku Panduan E-Court Panduan Pendaftaran Online untuk Pengguna Terdaftar, Jakarta:
Mahkamah Agung RI, 2018
III. Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia,Putusan Nomor No.0534.K//Pdt.G/1996 .
IV. Artikel/Jurnal
Hary Djatmiko. Implementasi Peradilan Elektronik (E-Court) Pasca Diundangkannya Perma
Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara
Elektronik. LEGALITA, Vol. 01, No. 01. (2019). Hlm. 23-32.
53
Ika Atiqah, loc. Cit. Hlm.126
Susanto, Muhammad Iqbal, dan Wawan Supriyatna. “Menciptakan Sistem Peradilan Efisien
Dengan Sistem E-Court Pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Se-
Tanggerang Raya. Jurnal Cendekia Hukum Vol.6 No.1. (2020). Hlm. 104-116.
Retnaningsih, Sonyendah, Disriani Latifah S.N., dkk. “E-Court Menurut PERMA Nomor 3
Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik dan E-
Litigation Menurut PERMA NOMOR 1 TAHUN 2019 Tentang Adminisrasi Perkara
dan Persidangan Di Pengadilan Secara Elektronik (studi di pengadilan negeri di
Indonesia). Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol. 50 No.1. Hlm. 125-144.
Atiqah, Ika. “Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses
Penyelesaian Perkara di Indonesia”. ” Jurnal Social and Politial challenges in
Industrial 4.0. Hlm. 107-127.
V. Web
Hasanah, Sovia. “Pengertian Putusan Verstek”
<https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aaf18303d84a/putusan-verstek-
jika-salah-satu-tergugat-tidak-hadir/#:~:text=Putusan%20verstek%20adalah
%20putusan%20yang,ia%20sudah%20dipanggil%20dengan%20patut>, diakses pada
09 Mei 2021.
Pramesti, Ayu Jatta Tri. “Perbedaan Prodeo dan Pro bono”
<https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52fafbb784533/perbedaan-pro-
bono-dengan-pro-deo/>, diakses pada 06 Mei 2021