Anda di halaman 1dari 8

Perkembangan Regulasi dan efektivitas penerapan Peradilan secara online

Proposal

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata kuliah Penulisan Skripsi

Disusun Oleh

Nama: yanuar rifqy

Npm: 201910115311

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
JAKARTA
2022
1.1 Latar Belakang
sistem e-court yang sudah berjalan sejak dikeluarkannya Perma No. 1 Tahun 2019 saat ini
telah menjadi solusi bagi institusi pengadilan di bawah Mahkamah Agung untuk tetap
memberikan pelayanan hukum meskipun para pencari keadilan tidak hadir di pengadilan
secara langsung.

Penerapan teknologi digital pada layanan pengadilan dapat dilihat misalnya pada Sistem
Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) yang fungsinya untuk memudahkan masyarakat
pencari keadilan dalam mengetahui status perkara yang sedang diajukan sampai mana
prosesnya berjalan atau sudah selesai. Aplikasi SIPP ini merupakan salah satu contoh
proses digitalisasi dari pencatatan informasi perkara secara manual dari tertulis menjadi
bentuk data-data digital yang dapat diakses secara daring (online). Pemanfaatan teknologi
tersebut kemudian semakin berkembang dengan munculnya berbagai aplikasi-aplikasi yang
bertujuan untuk memberikan layanan pengadilan secara lebih mudah di akses oleh banyak
pihak

Berdasarkan  surat edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 1 Tahun 2020. Tanggal 23 Maret
2020. Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID – 19) di Lingkungan Mahkamah Agung RI dan Badan
Peradilan Berada di Bawahnya.

Sebagai bentuk mewujudkan efisiensi pelayanan administrasi pengadilan sistem e-court


yang di rancang dengan berbagai fitur seperti pendaftaran perkara online (eFiling),
pembayaran Panjar Biaya Online (e-Payment), Pemanggilan Elektronik (eSummons) dan
Dokumentasi atas dokumen persidangan diharapkan dapat mempertegas wujud dari
realisasi sebuah harapan dari keberadaan sistem tersebut, yang hendak membantu
masyarakat dari jalur panjang dan berliku sebuah birokrasi dalam pelayanan para pencari
keadilan

Didalam praktik pengadilan terdapat asas peradilan  yang efisien dengan asas sederhana,
cepat dan baiaya ringan asas ini merupakan suatu landasan praktik di persidangan, tuntutan
implementasi asas sederhana, cepat dan biaya ringan untuk mewujudkan  sistem
administrasi persidangan guna meningkatkan pelayanan birokrasi. 
- Asas ini tegas disebutkan dalam Pasal 2 ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Sederhana mengandung arti pemeriksaan dan penyelesaian perkara
dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif. Asas cepat, asas yang bersifat universal,
berkaitan dengan waktu penyelesaian yang tidak berlarut-larut.
- Asas cepat ini terkenal dengan adagium justice delayed justice denied, bermaknaproses
peradilan yang lambat tidak akan memberi keadilan kepada para pihak.Asas biaya ringan
mengandung arti biaya perkara dapat dijangkau oleh masyarakat
- dalam Pasal 2 ayat (4) UndangUndang Kekuasaan Kehakiman tersebut, Konsorsium
Internasional untuk Pengadilan yang Unggul (International Consortium for Court
Excellence, ICCE) menyebutkan bahwa penyelenggaraan peradilan harus dilakukan secara
efektif dan efisien. International Framework for Court Excellence yang merupakan
pedoman yang disusun oleh ICCE, menegaskan bahwa peradilan yang efektif dan efisien
adalah salah satu indikator bagi sebuah peradilan yang unggul (court excellence).

- Pada undang undang kekuasaan kehakiman bahwa pengadilan harus membantu para pihak
yang sedang berperkara agar tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah


1.2,1 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka dapat di ambil beberapa
point tentang permasalahan yang perlu di bahas yaitu

1. Efektivitas Penerapan asas sederhana ,cepat dan biaya ringan didalam e Courts
Didalam pasal 2 ayat (4) undang undang nomor 48 tahun 2009 Peradilan dilakukan
dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dari undang undang di atas dapat
dijabarkan abahwa asas sederhana, cepat dan biaya ringan ialah pemeriksaan dan
penyelesaian prkara dilakukan secara efektif dan efisien, yang dimaksud biaya ringan
ialah perkara dengan biaya ringan sehingga dapat di jangkau banyak orang dan cepat
dapat dimaknai dengan penyelesaian perkara .
Berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat(4)Undang-UndangNo.48Tahun2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman,yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dan
penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif. Peradilan yang
sederhana jangan sengaja dipersulit oleh Hakim kearah proses pemeriksaan
yang berbelit-belit sampai jalannya pemeriksaan “mundur terus” dengan berbagai
alasan yang tidak sah menurut hukum
Serta yang dimaksud dengan biaya ringan adalah biaya perkara dapat dijangkau oleh
masyarakat, sedangkan berkenaan dengan prinsip cepat tidak dijabarkan dalam
penjelasan tersebut akan tetapi prinsip cepat itu mengacu pada waktu

2. Degan adanya asas sederhana ,cepat dan biaya ringan penulis juga tertarik tentang
efektivitas penerapan asas tersebut apakah terjadi suatu kendala dengan di terapkanya
asas sederhana ,cepat dan biaya ringan terhadaap kasus yang di jalankan didalam
system peradilan online/E Court
1.2,2 Rumusan Masalah
Dari semua permasalahan yang telah di kemukakan di atas masih sangat luas cakupaanya.
Oleh karna itu akan lebih baik jika di rumuskan pokok pokok permasalahan secara lebih
spesifik agar pembahasan mengenai permasalahan –permasalahan seputar sistem peradilan
online ini dapat lebih terfokuskan dan teratur diantaranya

1. Apakah system peradilan online ini sudah sesuai dengan asas peradilan sederhana ,cepat
dan biaya ringan
2. Bagaimana efektivitas peradilan online untuk mengadili semua bentuk kasus yang ada

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
menuangkan pemikiran penulis mengenai penerapan peradilan online dalam perkara pidana
maupun perdata. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk membuka pengetahuan baru
kepada pembaca agar dapat lebih mengetahui beberapa permasalahan yang terkait dengan
efektivitas penerapan peradilan online.

Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah
wawasan yang lebih luas dalam studi hukum bagi masyarakat, agar
menghetahui bagaimana keadilan di tegakan didalam system peradilan online
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan konstribusi pemikiran dan pengetahuan serta wawasan bagi
akademisi, praktisi hukum serta pemerintah dalam penghetahuan hukum
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
yang berguna bagi masyarakat.
1.4 Kerangka Teoris, Konseptual dan Pemikiran
1.4.1 Kerangka Teoris
a. Teori Pidana Pemidanaan
Istilah “pidana” merupakan istilah yang lebih khusus, yaitu menunjukkan sanksi dalam
hukum pidana. Pidana adalah sebuah konsep dalam bidang hukum pidana yang masih
perlu penjelasan lebih lanjut untuk dapat memahami arti dan hakekatnya. Menurut
Roeslan Saleh “pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang
dengan sengaja ditimpakan negara kepada pembuat delik itu”. Pengenaan pidana
betapapun ringannya pada hakekatnya merupakan pencabutan hak-hak dasar manusia.
Oleh karena itu penggunaan pidana sebagai sarana politik kriminal harus dilandasi oleh
alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis, yuridis dan sosiologis.
b.Teori Perlindungan Hukum
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa hukum hadir dalam masyarakat adalah untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa
bertubrukan satu sama lain. Pengkoordinasian kepentingan-kepentingan tersebut
dilakukan dengan cara membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya tersebut. Pemberian
kekuasaan, atau yang sering disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur, keluasan
dan kedalamannya
1.4.2 Kerangka Konseptual
Suatu konsep atau kerangka konseptual pada hakekatnya adalah suatu pengarahan atau
pedoman yang memberikan batasan dalam pengertian yang akan dipergunakan sebagai
dasar penelitian hukum. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
a. Pengertian E Litigasi
E-Litigation secara singkat adalah persidangan yang dilakukan secara elektronik dengan
cara meminimalisir Para Pihak untuk bertatap muka dan datang ke kantor Pengadilan,
guna mewujudkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan itu sendiri. Teknisnya Para
Pihak dapat melakukan beberapa rangkaian acara persidangan di depan Laptop atau
Personal Computer-nya sendiri.
1.4.3 Kerangka Pemikiran
-Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Secara
Elektronik
- Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 129/KMA/SK/VIII/2019
- Pasal 2 ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
- surat edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 1 Tahun 2020. Tanggal 23 Maret 2020.
Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID – 19) di Lingkungan Mahkamah Agung RI dan Badan Peradilan
Berada di Bawahnya.
- Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 menjadi Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2019
1.5 Metode Penelitian
Istilah metode berasal dari kata Yunani “metahodos” yang terdiri atas kata “meta” yang
berarti sesudah, sedangkan “hodos” berarti suatu jalan atau cara kerja. Pengertian tersebut
kemudian dikembangkan oleh Van Peursen yang mengatakan bahwa metode berarti
penyelidikan berlangsung menurut rencana tertentu. 1 Jadi, metode ilmiah merupakan
prosedur yang harus dijalankan untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Dengan
demikian, metode penelitian hukum berkenaan dengan aktivitas yang harus dilakukan sesuai
dengan prosedur yang sudah merupakan kesepakatan untuk mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu2
Oleh sebab itu, metode penelitian akan berkaitan dengan berbagai seni kegiatan
penelitian seperti bahan-bahan (data) penelitian, teknik pengumpulan bahan, sarana dan
teknik yang dipergunakan untuk mengkaji bahan-bahan dan lain-lain sebagainya.
1.5.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif didefinisikan sebagai penelitian yang mengacu
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan pengadilan. Ronald Dwokrin berpendapat bahwa penelitian hukum normatif disebut
juga sebagai penelitian (doktrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik
hukum sebagai law as it written in the book (hukum sebagai perundang-undangan tertulis)
maupun hukum sebagai law as it decided by the judge through judicial process (hukum
sebagai putusan pengadilan dalam proses berperkara).3
1.5.2 Metode Pengumpulan data
1
Van Peurseun, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta: 1989), hlm. 16.
2
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), hlm.16
Metode pengumpulan data untuk penelitian hukum normatif adalah dengan
mengumpulkan data sekunder yaitu dengan meneliti data kepustakaan yang diperoleh
dari berbagai sumber, yang jenis-jenisnya meliputi:
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
perundang-undangan ( statueekata approach ), pendekatan perundang undangan yang
berkaitan dengan materi yang di bahas. Selain itu juga digunakan pendekatan kasus
( case approach ),
b. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang meliputi
sejumlah peraturan perundang-undangan. Yang berkaitan dengan hukum Pidana dan
peraturan tentang peradilan yang berkaitan dengan kasus penelitian ini yaitu:
1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi
Perkara Secara Elektronik
3 Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 129/KMA/SK/VIII/2019
4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 menjadi Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019
c. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum, yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer yang berupa rancangan undang-undang, hasil penelitian, buku-
buku, jurnal ilmiah.
d. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus bahasa,
kamus hukum.
e. Analisis data
Diperoleh melalui studi dokumen terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan data
tersier, kemudian disusun secara sistematis akan diperoleh gambaran yang menyeluruh.
3
Ronald Dworkin Dalam Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,
Disampaikan Pada “Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum Dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada
Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum, USU, Tanggal 18 Februari 2003.
Data tersebut disusun secara sistematis dan diklasifikasikan secara kualitatif dalam
kategori tertentu, kemudian di sunting untuk mempermudah penelitian. Bahan hukum
tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus bahasa, kamus hukum.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dapat dilakukan secara terang dan sistematis, maka sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Bab I: Pendahuluan
Dalam pendahuluan dijelaskan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
antara lain mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi dan rumusan
permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoris, kerangka konseptual,
kerangka pemikiran, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
b) Bab II: Tinjauan Pustaka
Pada Bab ini berisi uraian tentang asas asas peeradilan sederhana,cepat dan biaya ringan
pada pengadilan secara online

c) Bab III: Metode Penelitian


Pada bab ini berisi uraian mengenai metode penelitian yang berkaitan dengan informasi
atau data yang ditemukan atau yang telah dikumpulkan dan dikaitkan dengan cara
berpikir penulis guna mendapatkan pemecahan masalah.
d) Bab IV: Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan dengan menghubungkan fakta-fakta/data yang
satu dengan yang lainnya, yang diperoleh dari hasil penelitian. Data tersebut kemudian
dianalisis secara sistematis, terperinci dan kritis sesuai dengan metode pendekatan, dan
kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis masalah tersebut.
e) Bab V: Hasil Penutup
Pada bab ini mengurai hasil kesimpulan dan saran penulis.

Anda mungkin juga menyukai