Anda di halaman 1dari 15

Vol. 3(3) Desember 2019, pp.

380-394

ISSN : 2580-9059 (online)


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2549-1741 (cetak)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT DAN


BIAYA RINGAN BERKAITAN DENGAN YURISDIKSI
PENGADILAN NEGERI SIGLI

EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF SIMPLE JUSTICE, FAST AND


LIGHTWEIGHT ASSOCIATION IN THE YURISDICTION
OF THE SIGLI COUNTRY COURT
Sayed Akhyar
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jalan Putroe Phang No.1. Darussalam, Banda Aceh, 23111
e-mail: lorenzoleumang@gmail.com

Diterima: 10/1/2019; Revisi: 22/06/2019; Disetujui: 14/12/2019

Abstrak - Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan telah diatur dalam UU, Hakim wajib menerapkan
asas tersebut dengan tujuan memberikan keadilan dan menghematkan waktu bagi para pihak yang
menyelesaikan perkara. Begitu juga hakim yang memeriksan dan menutuskan perkara di Pengadilan Negeri
Sigli, meskipun PN Sigli memiliki 2 wilayah yurisdiksi yaitu Pidie dan Pidie Jaya. Tujuan penulisan untuk
mengetahui efektifitas dan hambatan dalam pelaksanaan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan di PN
Sigli. Metode yang digunakan adalah metode penelitian yuridis empiris. Hasil penelitian menunjukkan: pertama.
Penerapan asas pengadilan sederhana, cepat dan biaya ringan belum berjalan dengan efektif dan sempurna di PN
Sigli. Kedua. Pelaksanaan asas sederhana, cepat dan biaya ringan di PN Sigli masih mendapat berbagai macam
hambatan, yaitu: Pemanggilan Tidak Ketemu Para Pihak di Tempat, Keuchik Lupa Menginformasikan kepada
Pihak, Lupa Mencamtukan Materai Pada Seluruh Bukti, Banyaknya Perkara yang Masuk, Banyaknya Saksi
yang Dihadirkan, para pihak Tidak Serius, dan gagalnya proses mediasi.
Kata Kunci : efektifitas, asas pengadilan, yurisdiksi pengadilan

Abstract - The principle of simple, fast and low-cost justice has been regulated in the Law, the Judge is obliged
to apply the principle with the aim of providing justice and saving time for the parties who settle the case.
Likewise the judge who examined and decided on the case in the Sigli District Court, even though the Sigli
District Court had 2 jurisdictions namely Pidie and Pidie Jaya. The purpose of writing is to find out the
effectiveness and obstacles in the implementation of simple, fast and low-cost judicial principles in Sigli District
Court. The method used is an empirical juridical research method. The results of the study show: first. The
application of a simple, fast and low cost court principle has not been effective and perfect in Sigli District
Court. Second. The implementation of simple, fast and low-cost principles in Sigli District Court still gets
various obstacles, namely: Summoning Not Meeting Parties at the Place, Keuchik Forgot to Inform the Parties,
Forgot to Stamp on All Evidence, Number of Cases Entered, Number of Witnesses Presented, the parties are not
serious, and the mediation process fails.
Keywords: effectiveness, court principles, court jurisdiction.

PENDAHULUAN
Pemeriksaan di pengadilan tidak terlepas dari prosedur yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Aturan hukum menjadi pedoman utama bagi hakim dalam
mengadili dan menyelesaikan persoalan yang diajukan kepadanya. Salah satu hal yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu adanya Asas peradilan sederhana, cepat
dan biaya ringan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menggantikan Undang-Undang Nomor 35 tahun 1999 tentang
380
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 381

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970. Pasal 4 ayat (2) menyatakan “bahwa
peradilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan”.
Pengertian sederhana dan biaya ringan hanya dijumpai dalam Undang Undang
Kekuasaan Kehakiman 2009 yang menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan “sederhana”
adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif.
Yang dimaksud dengan “biaya ringan” adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh
masyarakat. Namun demikian asas sederhana,cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan dan
penyelesaian perkara perdata di pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian dan
kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan, sedangkan yang dimaksud dengan cepat
tidak dijumpai dalam penjelasan tersebut, untuk itu kiranya dapat diukur berdasarkan
kelaziman yang dapat dirasakan oleh masyarakat atas dasar perlakuan yang wajar dan
seharusnya dari aparat penegak hukum. Asas sederhana, cepat dan biaya ringan merupakan
asas pengadilan yang jika benar-benar diterapkan maka akan memberikan kenyamanan bagi
masyarakat yang mencari keadilan. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.1
Keadilan adalah suatu cita-cita yang irasional. Keadilan ini bukanlah sasaran
pengetahuan, meskipun sangat diperlukan bagi kemauan dan tindakan manusia. Dilihat dari
sudut pengetahuan rasional, yang tampak hanyalah kepentingan atau konflik kepentingan
lebih tepatnya.2
Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan yang telah diatur dalam UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menjadi acuan bagi seluruh hakim yang berada
dalam lingkungan Mahkamah Agung. Hakim wajib melaksanakan dengan tujuan untuk
memberikan keadilan dan menghematkan waktu bagi para pihak yang menyelesaikan
perkara. Baik dalam perkara perdata maupun dalam kasus pidana hakim mengupayakan
semaksimal mungkin supaya asas tersebut dapat terealisasikan dengan baik.
Penerapan Asas Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan diterapkan di seluruh
lingkungan pengadilan yang ada di Mahkamah Agung. Termasuk di dalamnya Pengadilan
Negeri yang juga merupakan salah satu lembaga pengadilan yang diberikan kewenangan
absolut dan kewenangan relatif di wilayah-wilayah tertentu. Masing-masing peradilan

1
E. Sundari, Praktik Class Action di Indonesia , Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2015, hlm. 3.
2
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media & Nuansa,Bandung, 2006, hlm.
16.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 382

memiliki kewenangan absolut dan relatifnya masing-masing. Bagi wilayah yang tidak terlalu
luasa, pelaksanaan asas peradilan cepat dan biaya ringan bukanlah suatu hal yang mustahil
untuk dilaksanakan.
Mekanisme penyelesaian tindak pidana ringan yang dilakukan oleh masyarakat juga
memperlihatkan belum adanya keberhasilan peran adat gampong dalam menyelesaikan
secara peradilan adat, bila pun ada, mekanisme yang dilakukan tidak seperti yang dijelaskan
dalam peraturan MAA. Penyelesaian dilakukan secara spontan tanpa melalui tahap-tahap
yang telah diatur melalui mekanisme peradilan adat.3
Berbeda halnya dengan wilayah yang terlalu luas yang berakibat pada lamanya proses
suatu perkara. Misalnya Pengadilan Negeri Sigli yang wewenang relatifnya mencakup dua
wilayah kabupaten yaitu kabupaten pidie dan kabupaten pidie jaya. Bagi masyarakat yang
berada di dua lokasi tersebut apabila terjadinya persoalan pidana maupun perdata wajib
dibawakan kepada Pengadilan Negeri Sigli.
Dengan memperhatikan luasnya kedua wilayah yurisdiksi pengadilan negeri sigli
tersebut, dapat menimbulkan tantangan tersendiri bagi hakim yang bertugas di Pengadilan
Negeri Sigli. Hal ini dikarenakan perkara yang diadili bukanlah perkara perdata saja, akan
tetapi perkara pidana juga diadili dalam sebuah lembaga. Akibatnya, pelaksanaan peradilan
cepat, dan biaya ringan akan terkendala dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya.
Pelaksanaan asas ini tidak boleh mengurangi “ketetapan” pemeriksaan dan penilaian
menurut hukum dan keadilan. Kesederhanaan, kecepatan pemeriksaan, jangan memanipulasi
untuk membelokkan hukum, kebenaran dan keadilan. Semua harus “tepat” menurut hukum
(due to law). Menurut Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata dirumuskan sebagai
peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui hakim
(pengadilan) sejak dimajukannya gugatan, dilaksanakannya gugatan, sampai dengan putusan
hakim.4
Luasnya wilayah tanpa diiringi oleh ketersediaan SDM yang seimbang turut
berkontribusi menumpuknya perkara di Pengadilan Negeri Sigli. Jumlah Hakim yang tersedia
saat ini berjumlah 7 (tujuh) orang termasuk Ketua Pengadilan Negeri Sigli dan Wakil Ketua
Pengadilan Negeri Sigli.5 Sehingga yang menjadi persoalan utama adalah bagaimana

3
Sururi, Lailan, Dahlan Ali, and Teuku Muttaqin Mansur. "Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan
Gampong." Kanun: Jurnal Ilmu Hukum 21.1 (2019): 61-76.
4
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Alumni,Bandung, 1982, hlm. 29
5
Diakses dari http://pn.pn-sigli.go.id/hakim/, Pengadilan Negeri Sigli, hakim, pada tanggal 12 September
2018, pukul 16:10 Wib
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 383

kemudian efektifitas pengadilan dengan jumlah Hakim berjumlah 7 (tujuh) orang, kemudian
menaungi wilayah hukumnya mencapai 2 (dua) Kabupaten, 31 (tiga puluh satu) Kecamatan
dan 954 (Sembilan ratus lima puluh empat) Desa, sehingga untuk menerapkan asas peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan dipandang akan berdampak pada kualitas penanganan
perkara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan asas peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan dalam penanganan perkara di Pengadilan Negeri Sigli, dan
untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh hakim Pengadilan Negeri Sigli dalam
merealisasikan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan dalam penanganan perkara
perdata di dua wilayah yurisdiksi Pidie dan Pidie Jaya.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode penelitian yuridis empiris dalam kajian ini. Penelitian
yuridis empiris yaitu penelitian yang ingin mengkaji kaidah-kaidah hukum yang
tercantumkan dalam peraturan perundang-undangan pada tataran empiris. Dengan sumber
data yang digunakan adalah sumber hukum primer yang diperoleh melalui wawancara
dengan narasumber, dan data hukum sekunder yang terdiri dari bahan hukun primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang diperoleh dengan tehnik telaah kepustakaan.
Data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan akan dianalisis dengan
pendekatan kualitatif yang akan dinarasikan secara deskriptif analisis. Menurut Soerjono
Soekanto, analisis data kualitatif adalah suatu analisis yang menghasilkan data deskriptif
analitif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku
yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Efektifitas Pelaksanaan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan di Pengadilan
Negeri Sigli
Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman merumuskan bahwa pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha
sekeraskerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan. Lebih tegas lagi diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-

6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media,Jakarta, 2005, hlm. 154
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 384

undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu berupa peradilan
dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringa. Dalam penjelasan, disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dilakukan dengan cara efisien dan
efektif, kemudian yang dimaksud dengan biaya ringan adalah biaya perkara yang dapat
dipikul oleh rakyat, dengan tetap tidak mengorbankan ketelitian dalam mencari kebenaran
dan keadilan.
Asas-asas peradilan tersebut di atas khususnya berkaitan dengan penerapan asas
peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan dalam penyelesaian perkara perdata, dapat
ditempuh melalui beberapa aspek, yakni dari aspek administratif dilakukan penerapan
dokumen elektronik, kemudian dari aspek pengintegrasian mediasi ke dalam sistem
penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri, berikutnya, penyebaran perkara melalui
pembentukan peradilan khusus, dan terakhir yakni dari aspek pembatasan pengajuan upaya
hukum luar biasa (Peninjauan Kembali) perkara perdata.7
Asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan sangat tergantung pada
bagaimana terobosan hukum dan sistem peradilan yang dapat diwujudkan. Aspek Pertama,
yakni aspek administratif, yang antara lainnya tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
3/DJU/HMO2.3/6/2014 tentang Administrasi Pengadilan Berbasis Teknologi Informasi,
tertanggal 20 Juni 2014, pada Bidang Pelaksanaan (V) Butir 8 ditentukan bahwa : “Tanggung
jawab utama dalam memastikan akurasi data, pengendalian mutu, dan ketepatan waktu
pengunggahan data berada pada ketua dan panitera dari masing-masing Pengadilan Negeri.
Seluruh pengadilan akan dimonitor oleh Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung untuk
memastikan semua data yang dimasukkan akurat dan termutakhirkan. Kegagalan
memasukkan data dalam tenggat waktu 24 jam/1 hari kerja dapat dikenakan sanksi sebagai
pelanggaran kedisiplinan oleh Badan Pengawasan, dan akan dipertimbangkan dalam
penentuan kenaikan pangkat, rotasi, mutasi, dan/atau tindakan kedisiplinan lainnya.”
Demikian pula berdasarkan Peraturan Sekretaris Mahkamah Agung Republik
Indonesia No. 002 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada di Bawahnya, tertanggal
24 Mei 2012, pada lampirannya, Angka 2 tentang Tujuan, dijelaskannya bahwa : “Standar

7
Ambrosius Gara, Penerapan Asas Peradilan Cepat Dalam Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan
Negeri. Jurnal Lesx Administratum, Vol. III/ Nomor 3/ Mei 2015, Jurnal elektronik Bagian Hukum
Administrasi negara Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado, hlm, 73.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 385

Operasional Prosedur yang disusun oleh setiap satuan kerja di lingkungan Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya, diharapkan:8
1. Memberikan kepastian dan keseragaman dalam proses pelaksanaan suatu tugas
dan pemberian pelayanan kepada masyaraka
2. Menunjang kelancaran dalam proses pelaksanaan tugas dan kemudahan
pengendalian
3. Mempertegas tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas bagi aparatur
4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutan dalam
melaksanakan tugas umum di bidang peradilan
5. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh aparatur
peradilan secara proporsional.
Selain itu, Penyelesaian perkara perdata berdasarkan prosedur mediasi di Pengadilan,
terkait erat dengan penerapan asas sederhana, cepat dan biaya ringan peradilan yang cepat
oleh karena Perdamaian yang tertuang dalam bentuk Akta Perdamaian telah menutup upaya
hukum lainnya, sehingga dimungkinkan penyelesaian perkara perdata berdasarkan prosedur
mediasi di Pengadilan, hanya sampai di Pengadilan Negeri saja sepanjang kesepakatan itu
tertuang dalam Akta Perdamaian (Acte van Dading). Dibandingkan dengan penyelesaian
perkara melalui proses peradilan yang bersifat memutus (ajudikatif), maka terdapat upaya
hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa yang harus menempuh proses yang panjang,
oleh karena proses tersebut belum sampai pada suatu putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Perdamaian dan akta perdamaian itu sendiri menurut A. Ridwan Halim, merupakan
pengejahwantahan dan penuangan dari kehendak para pihak itu sendiri.9
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwasanya dalam penerapan asas sederhana,
cepat dan biaya ringan telah dilakukan berbagai upaya oleh pihak peradilan agar tercapainya
penerapan asas tersebut secara maksimal, yaitu dengan dilakukannya terobosan baru dalam
hal manajeman administrasi perkara di setiap lembaga peradilan di Indonesia secara
elektronik (online). Hal ini dilakukan untuk memudahkan para pihak yang berperkara dan
lembaga peradilan dalam memonitoring perkara yang sedang diperiksa dan diadili di
pengadilan.

8
Ibid., hlm, 74.
9
A. Ridwan Halim, Hukum Acara Perdata Dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, hal.
156
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 386

Begitu juga dengan pemberlakukan mediasi dalam setiap perkara perdata di


persidangan. Upaya mediasi yang dilakukan oleh pihak pengadilan kepada para pihak yang
berperkara dapat dikatakan sebagai salah satu upaya tercapainya penerapan asas sederhana,
cepat dan biaya ringan. Maka dengan demikian, para pihak yang berperkara secara perdata di
pengadilan tetap akan dilakukan upaya mediasi terlebih dahulu dengan harapan dapat
menyelesaikan perara tersebut secara damai, namun jika mediasi gagal maka prkara tersebut
akan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan oleh penggugat terhadap tergugat di muka
hakim dalam persidangan yang terbuka untuk umum.
Pada dasarnya semua lembaga peradilan harus menerapkan asas sederhana, cepat dan
biaya ringan dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara apapun yang masuk ke
pengadilan. Baik dalam ranah privat maupun publik. Hal ini diterapkan untuk memberikan
rasa keadilan hukum, kepastian hukum, dan kemanfaatan hukum kepada masyarakat luas
pada umumnya dan kepada para pihak secara khususnya. Dengan telah terpenuhinya tujuan
hukum tersebut, maka dapat dikatakan penerapan asas sederhana, cepat dan biaya ringan di
persidangan telah berjalan dengan efektif sesuai dengan amanat peraturan perundang-
undangan terkait.
Praktik penerapan asas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan sampai
dengan pemutusan perkara perdata di Pengadilan Negeri Sigli telah dijalankan atai diterapkan
sesuai dengan amnat undang-undang dan peraturan yang dilekuarkan oleh Mahkamah Agung.
Menurut As’Ari, SH., jika berbicara mengenai asas sederhana, cepat dan biaya ringan
mengacu pada Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2014, dan dalam
penerapannya ada tiga bagian yang harus diperhatikan, yakni:10
1) Asas sederhana, dalam pelaksanaanya hakim Pengadilan negeri Sigli dilakukan dengan
mudah yang dapat dijalani oleh para pihak yang berperkara.
2) Asas cepat, penerapannya asas ini dalam perkara pedata di Pengadilan negeri Sigli telah
diusahakan untuk diselesaikan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dalam
peraturan mahkamah agung, yaitu untuk perkara perdata harus diselesikan dengan
maksimal waktu 5 (lima) bulan setelah dinyatakan mediasi gagal.
3) Asas biaya ringan, penerapan asas ini telah diterapkan dengan baik oleh pengadilan
Negeri Sigli. Besar kecilnya biaya yang akan dikeluarkan oleh para pihak tergantung
pada radius dan berapa kali pemanggilan para pihak. Hal ini dapat dilihat dari biaya

10
Wawancara dengan Bapak As’ari, SH, pada tanggal 13 November 2018 di Pengadilan Negeri Sigli.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 387

yang telah ditentukan oleh Pengadilan Negeri Sigli sesuai dengan jarak atau radius
masing-masing wilayah, yaitu sebagai berikut:
Tabel.1
Biaya Perkara di Pengadilan Negeri Sigli
Jarak atau Radius Biaya Wilayah (kecamatan)
Radius I Rp. 90.000,00 Kec. Kota dan Pidie

Radius II Rp. 115.000,00 – Kec. Bandar Baru, Kec. Pante Raja, dan
Rp. 150.000,00 Kec. Tringgadeng.
Radius III Rp. 200. 000,00 – Kec. Meurah Dua, Kec. Jangka Buya, kec.
Rp. 250. 000, 00 Meuredu, Kec. Ulim da kec. Bandar Dua.

Dilihat dari efektivitas penerapan asas sederhana, cepat dan biaya ringan yang
dilakukan oleh Hakim di Pengadilan negeri Sigli, menurut hemat bapak As’ari, SH,
menyebutkan bahwasanya efektifnya penerapan asas tersebut bukan dilihat dari keseluruhan
asas, tetapi ada bagian-bagian dari asas tersebut yang telah efektif dijalankan dan juga ada
bgaian tertetu yang belum efektif diterapkan dalam persidangan di Pengadilan negeri Sigli.11
Asas sederhana menurut pengakuannya telah diterapkan dengan baik selama proses
persidangan perkara perdata di Pengadilan Negeri Sigli. Di samping itu, asas biaya ringan
diakunya juga telah diterpaknnya dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada. Hal ini
dapat dilihat dari telah diaplikasikannya asas biaya ringan dalam kasus perdata, dimana pada
saat mendaftarkan perkara perdata ke Pengadilan Negeri Sigli, para pihak akan membayar
satu kali pembayaran saja dengan nominal jumlah Rp. 1.500.00,00, dan jika biaya tersebut
lebih, maka akan dikembalikan kembali kepada para pihak.
Sedangkan penerapan asas cepat dalam perkara perdata di pegadilan negeri Sigli tidak
berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari
para pihak maupun yang datang dari pihak hakim itu sendiri. Adapun faktor tidak
terlaksananya asas persidangan cepat sesuai yang disebabkan oleh para pihak yaitu para pihak
dinggap tidak kooperatif dalam mengikuti proses persidangan, dalam arti para pihak kerap
kali tidak tepat waktu menghadiri persidangan baik karena telat maupun tidak hadir pada saat
jadwal persidangan yang telah ditentukan sesuai dengan koot kelender pengadilan Negeri
Sigli. karena itu sidang akan ditunda sampai dengan penentuan jadwal persidangan kembali.

11
Wawancara dengan Bapak As’ari, SH, pada tanggal 13 November 2018 di Pengadilan Negeri Sigli.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 388

Sementara faktor tidak terlaksananya asas pengadilan cepat yang disebabkan oleh hakim
adalah adanya hakim yang berhalangan hadir (cuti).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya Pengadilan negeri Sigli telah
beruapaya untuk menerapkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan dengan baik. Namun
pada saat pelaksanaannya, hak tersebut tidak berjalan dengan sempurna, dikarenakan tidak
semua asas sederhana, cepat dan baiya ringan berjalan dengan efektif. Hanya pelaksanaan
asas sedrhana dan biaya ringan saja yang berjalan dengan baik. Sementara asas pengadilan
cepat tidak terlaksanan dengan baik.
Pada dasarnya semua pihak yag terlibat dalam pengadilan di semua lingkungan
peradilan harus menerapkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan dengan baik dan
sempurna, dalam arti ketiga unsur asas sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 2 ayat (4) undang-Undang kekuasaan kehakiman mampu diterapkan dengan baik secara
keseluruhan. Hal ini bertujuan agar terciptanya rasa kepastian hukum bagi para pihak yang
berpekera. Di mana pihak yang berperkara sangat membutuhkan proses penyelesaian hukum
yang dilakukan oleh lembaga peradilan dengan cepat. Karena dengan diputuskan suatu
perkara dengan cepat oleh pihak pengadilan, di samping memberikan kepastian hukum
kepada para pihak juga akan menjamin rasa keadilan dan kemanfaat hukum bagi para pihak
itu sendiri.

2. Hambatan Hakim Pengadilan Negeri Sigli dalam merealisasikan asas peradilan


sederhana, cepat dan biaya ringan dalam penanganan perkara perdata di dua
wilayah yurisdiksi Pidie dan Pidie Jaya
Sebagai lembaga yang diberikan kewenangan untuk menegakkan hukum dan
keadilan, hakim yang beroperasional di Pengadilan Negeri Sigli telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menjalankan sesuai dengan yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Namun pada tataran empiris, dalam mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara
yang diajukan kepadanya oleh para pencari keadilan selalu menghadapi berbagai persoalan.
Begitu juga dalam pelaksanaan asas Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan di Pengadilan
Negeri Sigli juga menghadapi berbagai persoalan yang tidak bisa dihindari dan harus
dihadapi untuk mengatasinya.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 389

Berbagai macam persoalan yang sering dihadapi oleh hakim yang bertugas di
Pengadilan Negeri Sigli dalam menjalankan aktivitasnya mengadili memutuskan perkara,
khususnya perkara perdata adalah sebagai berikut:12
1. Pemanggilan Tidak Ketemu Para Pihak di Tempat
Pemanggilan para pihak untuk menghadap ke persidangan merupakan salah satu
keharusan yang dilaksanakan di Pengadilan. Para pihak mendatangi ke Pengadilan didasarkan
adanya pemberitahuan dari pengadilan secara langsung yang disampaikan melalui petugas
khusus yang ditugaskan untuk itu. Suatu persoalan yang sering dihadapi di lapangan yang
menjadi faktor tidak efisiensi pelaksanaan asas Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan di
Pengadilan Negeri Sigli yaitu karena tidak ketemu dengan pihak langsung untuk menerima
relas panggilan. Langkah yang ditempuh bila juru sita tidak menemukan langsung dengan
para pihak di tempat yaitu yaitu menitipkannya di Keuchik.
Masyarakat yang berdomisili di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sigli memiliki
profesi yang berbeda-beda sehingga pada harinya disibukkan dengan rutinitasnya masing-
masing. Petugas akan mengalami kesulitan untuk menemui secara langsung para pihak yang
berperkara. Bahkan ada yang keluar kota yang baru kembali rumahnya dua atau tiga hari.
Jikalau ada Kepala Desa di tempat, maka akan disampaikan surat tersebut kepadanya untuk
diberikan kepada Para Pihak. Bahkan kalau tidak ada Keuchik, maka terkadang petugas bolak
balik untuk menyerahkan relas panggilannya.
2. Keuchik Lupa Menginformasikan kepada Pihak
Sebagian Keuchik yang telah menerima suratnya sering lupa menginformasikan
kembali kepada para pihak. Akibatnya adalah para pihak tidak mengetahui jadwal sidang
yang telah ditentukan. Padahal dalam relas panggilan telah ditentukan jadwal yang
disebutkan secara tegas di dalamnya, namun karena tidak diberikan kepadanya menyebabkan
sidang yang pertama harus ditunda. Keuchik menyampaikan pada saat jadwal sidang
terlewatkan.
Informasi ketidakhadiran para pihak yang tidak menghadiri persidangan pada jadwal
yang telah ditentukan diperoleh pada saat sidang berikutnya. Penggugat atau Tergugat
ditanyakan alasan-alasan ketidakhadirannya pada sidang yang telah ditentukan dalam
persidangan. Para pihak menjawab bahwa relas panggilannya baru diserahkan oleh Keuchik.

12
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 390

3. Lupa Mencamtukan Materai Pada Seluruh Bukti


Sebagian dari masyarakat yang tidak menggunakan jasa advokat seringkali lupa
mencantumkan materai pada setiap alat bukti yang diajukan ke persidangan. Padahal dalam
proses pembuktian, setiap alat bukti surat yang diajukan oleh penggugat dan tergugat harus di
stempelkan terlebih dahulu di kantor Pos. Berbeda halnya dengan pengugat atau tergugat
yang didampingi oleh advokat yang biasanya selalu mencantumkan materai terlebih dahuludi
kantor pos. Pada saat pemeriksaan di persidangan tidak lagi mempermasalahkan tentang
materai.13
4. Banyaknya Perkara yang Masuk ke Pengadilan
Faktor lain yang merupakan alasan tidak efektifnya pelaksanaan asas peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan di Pengadilan Negeri Sigli yaitu tingginya perkara yang
masuk dan tidak sesuai dengan jumlah hakim yang tersedia. Sebelum adanya Pengadilan
Negeri Meureudu, Pengadilan Negeri Sigli mengadili dua wilayah kabupaten yaitu wilayah
pidie dan pidie jaya. Meningkatnya jumlah kasus yang diajukan oleh masyarakat menjadi
tidak dapat dihindari.14
5. Banyaknya Saksi yang Dihadirkan
Pembuktian merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam proses beracara
di pengadilan perdata. Hakim akan memutuskan perkara yang diajukan kepadanya
berdasarkan adanya alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan oleh para pihak, baik
penggugat maupun tergugat. Dalam hukum acara perdata dikenal beberapa alat bukti
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 164 HIR, yaitu15: Bukti surat, Bukti saksi, Persangkaan,
Pengakuan dan Sumpah.
Bukti saksi merupakan salah satu alat bukti yang memberikan kejelasan tentang suatu
persoalan yang dipersoalkan. Namun hadirnya saksi di persidangan juga turut berpengaruh
pada lamanya proses penyelesaian perkara. Semakin banyaknya saksi yang diajukan semakin
lama pula proses perkara yang sedang ditangani. Apalagi kedua belah pihak mengajukan

13
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
14
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
15
Deasy Soeikromo, Proses Pembuktian Dan Penggunaan Alat-Alat Bukti Pada Perkara Perdata Di
Pengadilan, Jurnal Ilmu Hukum, Vol.II/No.1/Januari-Maret /2014, Fakultas Hukum Unversitas Sam Ratulangi,
Manado, hlm. 127.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 391

bukti saksi agar dapat memberikan keterangan yang yang dipahami dan ketahui oleh
dirinya.16
6. Penggugat/Tergugat Tidak Serius
Keseriusan para pihak memiliki peranan penting dalam menghadiri ke persidangan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari tingginya biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan
biaya-biaya lainnya. Apalagi salah satu pihak yang tidak dating ke persidangan tanpa
memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak lawan. Akibatnya, pihak yang dating akan
merasa dirugikan karena sidang akan ditunda lagi pada masa yang akan dating. Sebenarnya
jikalau masyarakat yang berperkara serius dalam menghadiri ke persidangan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan tidak akan menghabiskan biaya yang terlalu banyak. 17
Salah satu contoh konkrit putusan yang diputuskan oleh majelis hakim Pengadilan
Negeri Sigli yaitu Putusan Nomor 01/Pdt.G/2016/PN-Sgi. Putusan tersebut diajukan oleh
penggugat sejak tanggal 18 Januari 2016 yang diterima oleh Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Sigli. Penggugat mendaftarkan gugatannya dikarenakan ada perbuatan wanprestasi yang
dilakukan oleh tergugat. Akibat kelalaian tergugat yang tidak melaksanakan sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati bersama akhirnya terjadilah wanprestasi.
Majelis hakim yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri Sigli melalui putusan
Nomor 01/Pdt.G/2016/PN-Sgi telah memutuskan dalam sidang yang terbuka untuk umum
pada tanggal 21 Februari 2017. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa batas pendaftaran
perkara dengan putusan yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan negeri sangatlah lama yaitu
setahun lebih satu bulan atau tiga belas bulan.
Adapun hal yang melatarbelakangi lamanya proses pemeriksaan dalam perkara
tersebut dikarenakan tidak adanya keseriusan dari tergugat untuk menghadap ke persidangan.
Tergugat sering tidak menghadiri atau menghadap ke persidangan meskipun telah diundang
secara resmi dan patut.Hal ini dikarenakan kuasa hukum terguat mengundurkan diri. Setelah
kuasa hukum mengundurkan diri, tergugat tidak meminta kuasa hukum lainnya untuk
menghadiri ke persidangan. bahkan tergugat sendiri tidak pernah hadir lagi ke persidangan.
Meskipun tidak pernah dihadiri oleh tergugat, namun perkara tersebut terus berlanjut hingga
berakhir dengan putusan.

16
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
17
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 392

Dalam pertimbangan hukumnya majelis hakim mempertimbangkan bahwa oleh


karena jangka waktu dan formalitas panggilan menurut hukum telah diindahkan dengan
sepatutnya serta gugatan tersebut tidak melawan hukum dan beralasan, maka para tergugat
yang telah dipanggil dengan patut akan tetapi tidak datang menghadap di persidangan dan
tidak menyuruh orang lain menghadap sebagai wakilnya, harus dinyatakan tidak hadir dan
gugatan tersebut dikabulkan dengan verstek sebagian dan menolak selebihnya.
Dengan tidak pernah hadirnya tergugat ke persidangan pada jadwal yang telah
ditentukan dapat mengakibat jadwal sidang tertunda dan hakim memutuskan putusan tersebut
dengan putusan verstek. Dalam dictum amar putusan hakim menyatakan:
a. Menyatakan tergugat telah dipanggil dengan patut tetapi tidak hadir;
b. Mengabulkan gugatan penggugat sebagian dengan verstek;
c. Menyatakan sah dan berkekuatan hukum kwitansi pernyataan hutang yang telah
ditandatangani tergugat sebesar Rp 530.130.000 (lima ratus tiga puluh juta seratus
tiga puluh ribu rupiah);
d. Menyatakan perbuatan tergugat adalah perbuatan ingkar janji (wanprestasi) dengan
segala akibat hukumnya.
e. Menghukum tergugat membayar kerugian materil sebesar Rp 530.130.000 (lima ratus
tiga puluh juta seratus tiga puluh ribu rupiah) kepada penggugat secara tunai dan
sekaligus;
f. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp 1.991.000 (Satu
juta Sembilan ratus Sembilan puluh satu ribu rupiah)
g. Menolak gugatan untuk selebihnya.
Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkara tersebut berjumlah Rp 1.991.000
(Satu juta Sembilan ratus Sembilan puluh satu ribu rupiah). Hal ini dikarenakan biaya
panggilan yang terlalu besar.
7. Mediasi Tidak Berhasil
Persoalan lainnya yang mengakibatkan tidak berhasilnya pelaksanaan asas sederhana,
cepat, dan biaya ringan adalah karena mediasi yang dilaksanakan tidak mendapatkan hasil
yang maksimal. Artinya pelaksanaan mediasi yang dilakukan oleh hakim Pengadilan Negeri
Sigli tidak berhasil sehingga gugatan yang diajukan oleh penggugat harus diperoleh
sebagaima biasanya.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan mediasi sangat ditentukan oleh para pihak.
Mediator yang disediakan untuk menengahi para pihak hanya memberikan pandangan
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 393

semata, tanpa memaksakan para pihak untuk mengikuti atau tidak terhadap segala saran dan
pandangan yang diberikan.18 Biasanya keberhasilan mediasi ini harus adanya itikad baik di
antara pihak untuk saling terbuka dan menerima segala yang baik bagi para pihak. Jikalau hal
ini tidak dimiliki tentu tidak akan mendapatkan hasil mediasi yang optimal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Pengadilan Negeri Sigli dapat disimpulkan
bahwasanya penerapan asas pengadilan sederhana, cepat dan biaya ringan belum berjalan
dengan efektif dan sempurna, dalam artian penerapan asas tersebut tidak efektif secara
keselutuhan. Karena hanya asas sederhana dan biaya ringan saja yang telah diterepkan
dengan baik oleh Pengadilan Negeri Sigli. sedangkan asas cepat belum terpenuhi dengan
baik, hal ini disebabkan oleh molornya waktu peridangan yang sering kali ditunda, baik
disebabkan ketidakhadiran para pihak maupun karena berhalangannya hakim untuk hadir di
persidangan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam melaksanakan asas sederhana, cepat dan biaya ringan di Pengadilan Negeri
Sigli masih mendapat berbagai macam hambatan untuk merealisasikannya, yaitu:
Pemanggilan Tidak Ketemu Para Pihak di Tempat, Keuchik Lupa Menginformasikan kepada
Pihak, Lupa Mencamtukan Materai Pada Seluruh Bukti, Banyaknya Perkara yang Masuk ke
Pengadilan, Banyaknya Saksi yang Dihadirkan, Penggugat/ Tergugat Tidak Serius, dan
pelaksanaan Mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri tidak berhasil sehingga hakim
memeriksanya seperti biasa melalui tahapan pembacaan gugatan, jawaban, replik, duplik,
pembuktian, kesimpulan dan pembacaan putusan oleh hakim.

DAFTAR PUSTAKA
A. Ridwan Halim, Hukum Acara Perdata Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2005.

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Alumni, Bandung, 1982.

Deasy, Soeikromo. "Proses Pembuktian Dan Penggunaan Alat-Alat Bukti Pada Perkara
Perdata Di Pengadilan." Jurnal Hukum Unsrat 2.1 (2014): 124-136.

Diakses dari http://pn.pn-sigli.go.id/hakim/, Pengadilan Negeri Sigli, hakim, pada tanggal 12


September 2018, pukul 16:10 Wib.

18
Wawancara dengan Bapak Yusmadi, SH., MH, pada tanggal 14 November 2018 di Pengadilan Negeri
Sigli.
Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3(3) Desember 2019
Sayed Akhyar 394

E. Sundari, Praktik Class Action di Indonesia , Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2015.

Gara, Ambrosius. "PENERAPAN ASAS PERADILAN CEPAT DALAM PENYELESAIAN


PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI." LEX ADMINISTRATUM 3.3
(2015).

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media & Nuansa, Bandung,
2006.

Peraturan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 002 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan Yang Berada di Bawahnya.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005.

Sururi, Lailan, Dahlan Ali, and Teuku Muttaqin Mansur. "Penyelesaian Sengketa Melalui
Peradilan Gampong." Kanun: Jurnal Ilmu Hukum 21.1 (2019): 61-76.

Surat Edaran Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 3/DJU/HMO2.3/6/2014 tentang Administrasi Pengadilan Berbasis
Teknologi Informasi.

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Anda mungkin juga menyukai