Anda di halaman 1dari 10

PENGATURAN ASAS CONSTANTE JUSTITIE

( ASAS PERADILAN CEPAT, SEDERHANA DAN


BIAYA RINGAN ) DALAM HUKUM ACARA
PIDANA INDONESIA

Oleh :

EMHADE YUSRIL INDAR ROVIQY


NIM: 11180480000104

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dengan memanjatkan puji syukur


kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Shalawat serta salam
senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan sehat-Nya,
baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan karya ilmiah ini sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Acara Pidana dengan judul
“Pengaturan Asas Constante Justitie (Asas Peradilan Cepat Sederhana dan Biaya Ringan)
Dalam Hukum Acara Pidana”.

Penulis tentu menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk karya ilmiah ini, supaya karya ilmiah ini
nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada karya
ilmiah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis
selaku manusia biasa.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Hukum Acara Pidana kami Bapak Burhanuddin, S.H., M.Hum. semoga amal baik bapak
mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap agar karyailmiah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan
pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 18 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4


A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

A. PENGATURAN ASAS CONSTANTE JUSTITIE (PERADILAN CEPAT, SEDERHANA DAN


BIAYA RINGAN ………………………………………………………………………………………………………….6

1. ASAS PERADILAN CEPAT………………………………………………………………………………………6


2. ASAS SEDERHANA ………………………………………………………………………………………………7
3. ASAS BIAYA RINGAN …………………………………………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………..9

KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………….10

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia merupakan negara hokum. Sebagai konsekuensi dari


negara hokum maka setiap penyelenggara negara, setiap aparatur pemerintah serta semua
warga negara harus tunduk dan taat kepada aturan hokum yang berlaku di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Hukum dalam suatu negara memiliki berbagai macam tujuan, antara lain
perdamaian, keamanan, ketertiban, keadilan dan lain sebagainya. Aktivitas Pemerintah
dalam rangka tercapainya kesejahteraan masyarakat adakalanya terhambat oleh beberapa
factor, antara lain factor apparat pemerintah dalam pelaksanaan tugasnya beupa perilaku
yang menyimpang bahkan dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum. Perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah adakalanya termsuk dalam lingkup pelanggaran
hukum administrasi negara, hukum perdata, bahkan seringkali mengarah kepada
perbuatan melawan hukum pidana atau lebih dikenal sebagai tindak pidana.

Demikian halnya tiap warga negara dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam berbagai bidang, terkadang terjadi benturan dengan warga negara yang lain,
bahkan terkadang melakukan perbuatan yang merampas hak orang lain. Apabila terjadi
demikian, maka penyelesaian yang harus ditempuh adalah melalui penegakan hukum.

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau
setidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya
dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan
melakukan suatu pelanggaran hukum.

Asas Constante Justitie, yaitu merupakan asas peradilan cepat, sederhana dan
biaya ringan. Asas tersebut yang dianut dalam KUHAP sebenarnya merupakan
penjabaran Undang-Undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Peradilan cepat
(terutama untuk menghindari penahanan yang lama sebelum ada putusan Hakim),
merupakan bagian hak-hak asasi manusia. Begitu pula peradilan bebas, jujur dan tidak
memihak yang ditonjolkan dalam Undang-Undang tersebut. (Andi Hamzah, 2006 : 11)

Asas ini dimaksudkan untuk melindungi tindakan sewenang-wenang dari apparat


penegak hukum, baik pada pemeriksaan, penuntutan maupun saat persidangan. Untuk itu
diperlukan petugas-petugas yang handal, jujur dan berdisiplin tinggi dan tidak cepat
tergoda oleh janji-janji yang menggiurkan. Kalua hal-hal tersebut diabaikan oleh petugas,
maka terjadilah penyimpangan-penyimpangan, kolusi dan manipulasi hukum.
(Faisal Salam, 2001 : 23)

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sangat penting sebagai pedoman dari masalah yang akan
dibahas sehingga dapat mempermudah bagi penulis dalam membahas permasalahan
serta dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

Bagaimana pengaturan tentang asas constante justitie (asas peradilan cepat,


sederhana dan biaya ringan) dalam peraturan perundan- undangan saat ini ?

5
BAB II
Pembahasan

A. Pengaturan asas Constante Justitie (Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya
Ringan) dalam peraturan perundang-undangan saat ini.

Ketentuan tentang asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan di atur
dalam beberapa Undang-Undang kehakiman. Sebagaimana diketahui bahwa ketentuan
tentang asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan terdapat dalam beberapa
peraturan perundang-undangan, khususnya di Lembaga peradilan. Adapun beberapa
ketentuan tersebut secara berurutan seperti berikut :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang


Kekuasaan Kehakiman

Rumusan mengenai asas Contante Justitie (asas peradilan cepat,


sederhana dan biaya ringan) yang terdapat dalam Undang-Undang No 4
Tahun 2004 Pasal 2 ayat (4) tentang Kekuasaan Kehakiman adalah :
“peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.” Ketentuan
ini dimaksudkan untuk memenuhi harapan para pencari keadilan. Namun
demikian, dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara tidak
mengorbankan ketelitian dalam mencari kebenaran dan keadilan.1

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang


Kekuasaan Kehakiman

Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan


kehakiman terdapat pada pasal 4 ayat (2) dalam pengadilan membantu
pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan
untuk dapat tercapainya peradilan yang sedehana, cepat dan biaya ringan.2

1. Asas Peradilan Cepat

Kata cepat secara Bahasa artinya waktu singkat, dalam waktu singkat, segera,
tidak banyak seluk-beluknya (tidak banyak Pernik).3 Kata cepat menunjuk kepada
jalannya peradilan, terlalu banyak formalitas merupakan hambatan bagi jalannya

1
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
(http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_48.pdf)
2
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
(https://komisiinformasi.go.id/?p=1807)
3
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-undang No 7 Tahun
1989), (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2003), hlm, 71.

6
peradilan. Tidak jarang suatu perkara tertunda sampai bertahun-tahun karena saksi
tidak dating atau para pihak bergantian tidak dating atau minta mundur. Bahkan
perkaranya sudah di lanjutkan oleh ahli warisnya.4

Proses peradilan dimulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan serta


pemeriksaan didepan persidangan. Dalam KUHAP secara tegas disebutkan dalam
hal pembatasan jangka waktu penangkapan,yakni dalam waktu satu kali dua puluh
empat jam. Dan tentang jangka waktu penahanan , Kitab Undang-undang telah telah
menetapkan jangka waktu penahanan beserta perpanjangan penahanan secara
limitatif.

Asas peradilan cepat ini bukan bertujuan untuk menyuruh hakim memeriksa
dan memutus perkara perceraian misalnya dalam tempo satu jam atau setengah jam.
Yang dicita-citakan adalah suatu proses pemeriksaan yang relative tidak memakan
jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan
hukum acara itu.5

Sistem peradilan yang cepat dan tepat akan memberikan harapan bagi para
pencari keadilan dan juga akan memberikan kepercayaan yang penuh dari
masyarakat pencari keadilan kepada pengadilan. Bahkan dari sudut kegembiraan
dan kelegaan menerima proses peradilan yang cepat dan tepat mengandung nilai
kepuasan tersendiri. Maka cepatnya jalannya peradilan akan meningkatkan
kewibawaan pengadilan dan menambah kepercayaan masyarakat kepada
pengadilan. 6

2. Asas Sederhana

Asas sederhana bermakna bahwa kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata cara
pemeriksaan perkara haruslah sederhana mudah dimengerti oleh pencari keadilan
dan tidak berbelit-belit serta tidak terlalu formalistic.7 Maka asas sederhana artinya
caranya yang jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit. Yang terpenting adalah agar
para pihak dapat mengemukakan kehendaknya dengan jelas dan penyelesaiannya
dilakukan dengan jelas, terbuka runtut dan pasti, dengan penerapan hukum acara
yang fleksibel demi kepentingan para pihak yang menghendaki acara yang
sederhana.8

4
Sudikno Mertokusumo, Hukum acara Perdata Indonesia, hlm, 36
5
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-undang No 7 Tahun
1989), hlm, 71
6
Sudikno Mertokusumo, Hukum acara Perdata Indonesia, hlm 36
7
Sukarno Aburaera, Kekuasaan Kehakiman, (Makassar, Arus Timur, 2012). Hlm, 14

7
Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. bahwa yang dimaksud
sederhana adalah acara yang jelas, mudah di fahami dan tidak berbelit-belit. Makin
sedikit dan sederhana formalitas-formalitas yang diwajibkan atau diperlukan dalam
beracara di muka pengadilan makin baik.9

System peradilan yang berlin dengan berbelit-belit maka akan menciderai asas
sederhana tersebut. Adanya asas sederhana untuk membuat para pencari keadilan
tidak segan untuk mendatangani pengadilan karena sebab tidak berbelit-belitnya
beracara di pengadilan dan para pencari keadilanpun memahami serta paham
dengan system peradilan tersebut.

3. Asas Biaya Ringan

Secara Bahasa biaya artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan


(mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu, ongkos (administrasi; ongkos
yang dikeluarkan untuk pengurusan surat dan sebagainya), seperti biaya
pemanggilan saksi dan biaya marterai.10 Sedangkan ringan sendiri mengacu pada
banyak atau sedikitnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pencari keadilan dalam
menyelesaikan sengketanya di depan pengadilan.

Dalam hal ini, biaya ringan berarti tidak dibutuhkan biaya lain kecuali benar-
benar diperlukan secara riil guna penyelesaian perkara. Biaya harus ada tarif yang
jelas dan seringan-ringannya. Segala pembayaran di pengadilan harus jelas
kegunaannya dan diberi tanda terima uang. Pengadilan harus mempertanggung
jawabkan uang tersebut kepada yang bersangkutan dengan mencatatkannya dalam
jurnal keuangan perkara sehingga yang bersangkutan dapat melihatnya sewaktu-
waktu.11

Bagi para pencari keadilan yang dikategorikan masyarakat tidak mampu juga
dapat menjalani siding di Lembaga peradilan. Dalam kaitannya dengan biaya
perkara di pengadilan bagi orang yang tidak mampu diberikan pelayanan untuk
memperoleh perlindungan hukum dan keadilan secara cuma-Cuma (prodeo). (pasal
237-247 HIR/pasal 237-277 R.Bg).12

9
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, Cet 1, 2006),
hlm, 36
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm, 13.
11
A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan Perdata di Indonesia), hlm,
67
12
A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan Perdata di Indonesia), hlm,
67

8
BAB III
Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan karya ilmiah yang telah ditulikan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

1. Asas Constante Justitie (asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan) terdapat
dalam hukum acara pidana, yaitu terdapat dalam beberapa pasal dari Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
2. Asas Constante Justitie ( asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan)
dimaksudkan agara dalam penyelesaian perkara di pengadilan dilakukan secara secara
efisien dan efektif dan tidak berbelit-belit dengan penyederhanaan proses akan dapat
berimplikasi terhadap lamanya waktu penanganan perkara di pengadilan dan secara
tidak langsung juga berimplikasi terhadap biaya yang dikeluarkan oleh kedua pihak.
3. Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan tersebut merupakan suatu asasyang
benar-benar sangat mendasar bagi terlaksananya penyelesaian perkara pidana yang
harus dilakuakan oleh para penegak hukum.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

Faisal Salam, 2001. Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek. Bandung: Mandar maju

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman


(http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_48.pdf)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman


(https://komisiinformasi.go.id/?p=1807)

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-undang


No 7 Tahun 1989), (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2003)

Sukarno Aburaera, Kekuasaan Kehakiman, (Makassar, Arus Timur, 2012).

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,


Cet 1, 2006), hlm, 36

A. Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik dan Solusi Terhadap Praktik Paradilan Perdata di
Indonesia)

Kamus Besar Bahasa Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai