Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan fasilitas teknologi informasi mendukung perkembangan cara
berinteraksi masyarakat. Masyarakat yang sebelumnya berinteraksi dengan cara
bertemu langsung,kini bisa memanfaatkan fasilitas teknologi informasi untuk
berinteraksi kapan saja dimana saja tanpa dibatasi oleh lokasi dan waktu. Selain itu
perkembangan fasilitas teknologi informasi juga mempermudah aktivitas
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Penggunaan teknologi informasi dalam
aktivitas, masyarakat dapat membantu tumbuh pesatnya produktivitasnya mereka.
Namun perlu disadari bahwa tidak setiap orang menggunakan fasilitas
tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Masih ada juga segelintir orangyang
menggunakan nya dalam hal-hal negative. Hal ini sangat disayangkan karena
penyalahgunaan itu bisa menimbulkan kerugian baik material maupun non material
bagi orang lain. Perilaku sebagian orang yang menyalahgunakan fasilitas teknologi
informasi yang sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Rasa keingintahuan
akan sesuatu yang tidak bisa mereka kontrol, ataupun merasa tertentang maupun
untuk melakukan sesuatu hal yang tidak baik umum dilakukan maupun pengaruh
dari lingkungan disekitarnya bisa menjadi faktor penyebab tindakan-tindakan
penyalahgunaan tersebut .
Salah satu contoh kasus penyalahgunaan fasilitas teknologi informasi yaitu
kasus carding yang terjadi di Bandung sekitar Tahun 2017. Carding merupakan
kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan di
gunakan dalam transaksi perdagangan internet. Para pelaku yang kebanyakan
remaja tanggung dan mahasiswa ini ,digrebek oleh aparat kepolisian setelah
beberapa kali berhasil melakukan transaksi beberapa kali di internet menggunakan
kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata beroperasi dari warnet-warnwt yang
tersebar di kota bandung. Mereka biasa bertransaksi dengan menggunakan nomor
kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs.

1
2

Pada contoh kasus itu orang lain menderita kerugian matrial atas tindakan
yang mereka lakukan. Peranan pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencegah
terulangnya kasus tersebut. Pendidikan moral sejak dini itu perlu ditanamkan agar
kelak remaja-remaja memiliki control diri untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
penyalahgunaan. Pemerintah juga sudah mengatur Undang-Undang ITE tentang
informasi dan transaksi elektronik. Sanksi yang diberikan kepada para pelanggar
teknologi atas hak dan privasi seseorang dan kejahatan di dunia online setidaknya
dapat member efek jera kepada mereka, sehingga tidak lagi terjadi pelanggaran-
pelanggaran berikutnya. Selain itu memberikan informasi kepada masyarakat
tentang hal-hal besar yang bisa mereka dapatkan dengan pemanfaatan fasilitas
teknologi informasi juga bisa mendorong masyarakat untuk tidak menyalahgunakan
fasilitas teknologi informasi

1.2 Rumusan Masalah

1.Siapa saja pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut?


2. Bagimana cara pihak berwajib menangani kasus tersebut ?
3. Aspek hukum seperti apa yang harus diberikan kepada sipelaku?
4. Bagaimana solusi dari kasus tersebut?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di jelaskan tentang tinjauan teori yang digunakan sebagai
acuan dalam mengembangkan pemahaman dalam kasus pelanggaran hukum ini.
Bab ini antara lain akan menjelaskan tentang pengertian hukum, pasal dalam hukum
serta pengertian kartu kredit.

2.1 Pengertian Hukum


Menurut (Mochtar, 2002:112) hukum adalah semua kaidah dan asas yang
mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dimana tujuan nya untuk memelihara
ketertiban yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga dan prose guna mewujudkan
berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
Hukum juga merupakan suatu persturan atau adat yang dianggap mengikat
secara resmi sebab dikukuhkan pemerintah atau penguasa. Hukum juga diartikan
sebagai Undang-Undang, peraturan dan semacamnya yang siafatnya mengatur tata
pergaulan hidup di dalam masyarakat. Hukum juga bisa dimaknai sebagi patokan atau
kaidah mengenai sejumlah peristiwa.

2.2 Pasal Dalam Hukum


1. Pasal 362 KUHP tentang pencurian
Pada pasal ini dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku mencuri nomor
kartu kredit milik orang lain walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor
kartunya saja yang di ambil dengan menggunakan softwere card generator di
internet untuk melakukan transaksi di e-commerce .
2. Pasal 378 KUHP tentang penipuan
Pasal ini dikenakan untuk penipuan dengan seolah-olah menawarkan dan
menjual suatu produk atau brang dengan memasang ikalan disalah satu webasite
sehinga orang tertarik untuk membelinya lalu mengirimkan uang kepada
pemasang iklan. Tetapi pada kenyataannya barang tersebut tidak ada. Hal tersebut

3
4

diketahui setelah uang dikirimkan dan barnag yang dipesan kan tidak datang
sehinga pembeli tersebut menjadi tertipu.
3. Pasal 406 KUHP tentang pengerusakan
Pasal ini dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat
sistem milik oranglain seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau
dapat digunkan sebagaimana mestinya.

2.3 Pengertian Kartu Kredit


Kartu kredit juga merupakan Kartu Plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi
yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang
dilakukannya dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar
sejumlah bunga (finance change) atau sekaligus pada waktu yang telah ditentukan.
(Ibrahim, 2004:11).
2.3 1 Jenis-jenis kartu plastik/kartu kredit
1. Dilihat dari segi fungsi
a) Charge Card
Merupakan kartu kredit dimana pemegang kartu harus melunasi semua
penagihan yang terjadi atas dirinya sekaligus pada saat jatuh tempo.
b) Credit Card
Adalah suatu sistem dimana pemegang kartu dapat melunasi penagihan
yang terjadi atas dirinya sekaligus atau secara angsuran pada saat jatuh
tempo.
c) Debit Card
Merupakan kartu kredit yang pembayaran atas penagihan nasabah
melalui pendebitan astas rekening yang ada di bank dimana pada saat
membuka kartu.
d) Cash Card
Merupakan kartu yang berfungsi sebagai alat penarikan tunai pada
ATM maupun langsung di teler bank .
e) Check Guarantee
Merupakan kartu yang digunakan sebagai jaminan dalam penarikan
cek dan dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai.
5

Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem kerja kartu kredit Siamat, (2005: 644).
Pihak-pihak yang terkait dengan penerbitan dan penggunaan kartu plastik adalah
sebagai berikut:
a. Penerbit (issuer)
Merupakan pihak atau lembaga yang mengeluarkan dan mengelola
suatu kartu. Penerbit dapat berupa bank, lembaga keuangan lain dan
perusahaan non lembaga keuangan.
b. Acquirer
Adalah lembaga yang mengelola penggunaan kartu plastik terutama
dalam hal penagihan dan pembayaran antar pihak issuer dengn pihak
merchant .
c. Pemegang Kartu Atau Card Holder
Pemegang kartu utama bertanggng jawab atas pembayaran terhadap
tagihan kepada pemaki kartu suplemen. Selanjutnya, pemegang kartu
harus benar-benar mengikuti perjanjian card holder yang dibuat oleh
issuer dalam melakukan transaksi menggunakan kartu dan bertanggung
jawab atas kewajiban yang di timbulkannya.
d. Merchant
Adalah pihak yang menerima pembayaran dengan kartu atas transaksi
jual beli barang atau jasa.merchant dapat berupa pedagang, toko-toko,
hotel, restaurant, trevel biro, dan sebagainya.

2.4 Pengertian Carding


Carding adalah berbelanja menggunakan nomer dan identitas kartu kredit
orang lain, yang di peroleh secara illegal, biasanya dengan mencuri data dari internet.
Sebutan pelakunya adalah Carder dalam mendapatkan nomor kartu kredit , seorang
carder memiliki beberapa cara. Berikut ini beberapa modus operasi yang dilakukan
oleh carder:
1. Mendapatkan nomer kartu kredit (CC) dari seorang target, khususnya
orang asing.
2. Mendapatkan nomer kartu kredit melalui kegiatan chatting di internet
3. Melakukan pemesanan barang ke perusahaan di luar negeri dengan
menggunkan jasa internet.
6

4. Mengambil dan memanipulaasi data di internet.


5. Memberikan keterangan palsu.

2.4.1 Dampak Negative Dari Carding


1. Kehilangan Uang Atau Pencurian Secara Ilegal
Bagi pemilik kartu kredit, akan memperoleh dampak negatif secara
nyata. Pemilik kartu kredit akan mendapatkan pencurian atau penggunaan
kartu kredit secara ilegal yang digunakan untuk melakukan segala jenis
transaksi yang dilakukan oleh carder. Dengan adanya hal tersebut, pemilik
kartu kredit akan mengalami kerugian yang sangat dominan.

2. Adanya Kasus Penipuan


Banyak kasus penipuan yang akan terjadi dengan adanya sistem
carding. Dengan adanya carding tingkat penipuan yang dilakukan dalam dunia
maya akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, carding merupakan
kegiatan yang sangat dilarang oleh banyak negara.

3. Hilangnya Kepercayaan Pada Negara


Banyaknya carder dari suatu negara akan membuat negara tersebut
kehilangan kepercayaan dari negara-negara yang dijadikan tujuan carding.
Dengan adanya hal tersebut akan mempengaruhi adanya konflik sosial antar
negara dan bisa berakhir pada tidak adanya perdamaian dunia.

4. Adanya Keresahan Atas Kurang Amannya Bertransaksi Menggunakan


Kartu Kredit
Dengan banyaknya kasus carding yang menggunakan berbagai jenis
kartu kredit, akan meningkatkan keresahan pada pengguna kartu kredit.
Dengan adanya carding, keresahan pemilik kartu kredit akan mengalami
peningkatan karena dirasa menggunakan kartu kredit akan menimbulkan
banyak kasus penipuan. Selain itu, pemilik kartu kredit akan merasa bahwa
tidak harus menggunakan kartu kredit guna untuk mengurangi adanya tindak
kejahatan seperti carding.
7

5. Merugikan Orang Lain Yang Tidak Melakukan Carding


Carding merupakan kegiatan yang tidak hanya merugikan orang yang
menjadi target carding (pemilik kartu kredit yang digunakan sebagai target
carding). Namun, orang lain yang tidak melakukan carding akan terkena
dampaknya. Banyak orang yang mungkin trauma akan adanya carding dan
akan menyebabkan adanya pengurangan transaksi online, sehingga bisa
menurunkan adanya kerjasama antar negara.
BAB III

ANALISIS
3.1 Pelaku Yang Terkait
Isu yang terkait dalam kasus tersebut adanya pembobolan kartu
kredit dengan mencuri nomor serial kartu kredit. Pelaku yang melakukan
kejahatan tersebut biasanya pada kalangan remaja. Pelaku yang
menggunakan kartu kredit milik korban tersebut digunakan untuk
membeli tiket pesawat, menginap di hotel, dan belanja online. Ragam
modus yang dilakoni pelaku untuk mendapatkan data rinci dari calon
korban yaitu menggunakan spam. Selain menggunkan spam, mereka
menjebak calon korban dengan cara membuat website yang salah satunya
menyajikan jual beli barang-barang murah. Sehingga korban yang
berminat harus mencantumkan identitas pribadinya dan data kartu kredit
via situs buatan pelaku yang ternyata abal-abal.

3.2 Cara Pihak Berwajib Menangani Kasus


Dari kasus tersebut pihak yang berwajibpun tidak tinggal diam
merekapun membongkar aksi sindikat dan menangkap sejumlah pelaku
di hotel tempat yang biasanya meraka melakukan tindak kejahatan
tersebut. Bukan hanya membongkar aksi sindikat ini, pihak kepolisian
semakin aktiv dan tanggap terhadap kasus carding dengan semakin
banyaknya melakukan rekrutmen polisi kusus dunia maya (POLICE
CYBER) dengan berkompetensi yang baik.

3.3 Aspek Hukum Yang Diberikan Kepada Pelaku


Dengan adanya kasus peretas kartu kredit atau carding
pemerintah mengatur Undang-Undang ITE tentang informasi dan
transaksi elektronik (UU No.11 Tahun 2008) dengan pasal 35 ayat (1)
dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara dan denda Rp12
miliyar. Undang-Undang ini memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk

8
9

setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana


diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada dalam wilayah
Indonesia maupun diluar wilayah hukum Indonesia. Setidaknya dari
hukum yang diberikan kepada sipelaku dapat memberikan efek jerah dan
tidak lagi terjadi pelanggaran berikutnya.

3.4 Solusi Dari Kasus


Solusi dari kasus tersebut yaitu mendorong masyarakat untuk
tidak menyalahgunakan teknologi informasi dan juga kepada pemilik
kartu kredit harus berhati-hati, terutama dengan web-web yang
menawarkan suatu kemudahan pembelian barang atau yang dapat
menjebak pelaku, adapun solusi dari kasus dalam penanggulangannya di
dunia maya yaitu pastikan pengelola web menggunakan SSL (Secure
Sockets Layer) yang ditandai dengan teknologi enskripsi data HTTPS
pada Web login transaksi online dan juga ada baiknya anda tidak
melakukan transaksi online pada area hotspot karena pada area tersebut
rawan terjadinya intersepsi data.
BAB IV

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Studi kasus yang disajikan menggambarkan perilaku para remaja


yang aktiv di dunia maya melakukan penyalahgunaan teknologi dan
informasi transaksi elektronik, penyalahgunaan ini membuat masyarakat
di era globalisasi ini banyak tergiur dengan adanya situs belanja online
dengan harga yang relatif murah. Penyebab adanya kejahatan tersebut
adalah lemahnya system keamanan dari pihak penyedia kartu kredit.
Untuk meminimalisirkan kejahatan tersebut harusnya pihak bank selaku
penerbit harus menggunakan teknologi yang lebih tinggi tingkat
keamanannya, maka kejahatan kartu kredit lebih sulit ditembus. Pihak
bank harus menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung untuk menghindari
kerugian yang lebih besar setelah terjadi penyalahgunaan kartu kredit
misalnya saja ketika akan terjadi transaksi, pengguna akan mendapatkan
sms untuk melakukan konfirmasi. Pemilik kartu kredit, harus memiliki
pengetahuan dalam penggunaan kartu kredit agar terhindar dalam
memberikan data-data kartu kredit pada pihak yang tidak terpercaya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al Lilah Nur Hasanah “https://www.nesabamedia.com/pengertian-carding/”

Fajar Weiz “ http://fajarweiz.blogspot.com/2016/12/hukum-pidana-carding.html”

Dilla Develin “http://dilladevellin.blogspot.com/2016/04/kasus-carding-di-


bandung.html”

detikNews “https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3410423/polda-
jabarbongkar-sindikat-peretas-kartu-kredit

11
LAMPIRAN KASUS

POLDA JABAR BONGKAR SINDIKAT

PERETAS KARTU KREDIT

Baban Gandapurnama

Selasa 31 Januari 2017, 19:21 WIB

Polda Jabar Bongkar Sindikat Peretas Kartu Kredit


Baban Gandapurnama - detikNews

Bandung - Ditreskrimsus Polda Jabar menangkap sindikat peretas dan pembobol


kartu kredit. Para pelaku berjumlah 18 orang ini tak berkutik saat polisi
menyergapnya di tiga lokasi berbeda yaitu kawasan Sukarno Hatta, Margahayu raya
dan cieumbeuleuit kota bandung

Ditreskrimsus Polda Jabar Kombes Pol Samudi menyebutkan para tersangka ini
terbagi tiga kelompok. Pelaku menyasar korban yang memiliki kartu kredit. Setelah
meretas data kartu kredit, pelaku membobolnya untuk kepentingan pribadi.

"Kartu kredit milik korban diretas. Lalu digunakan para pelaku untuk membeli tiket
pesawat, menginap di hotel, dan belanja online. Korban baru tahu ada yang
menggunakan kartu kreditnya setelah pihak bank melakukan penagihan," tutur
Samudi di Mapolda Jabar, Jalan Sukarno Hatta, Kota Bandung, Selasa (31/1/2017).

Ragam modus dilakoni pelaku, terdiri 17 lelaki dan 1 perempuan, ini untuk
mendapatkan data rinci calon korban. Selain menggunakan spam, mereka menjebak
pemilik kartu kredit dengan cara membuat website yang salah satunya menyajikan
jual beli barang-barang murah.

Sindikat peretas dan pembobol kartu kredit ini mengirim email kepada calon korban.
Setelah itu, calon korban yang berminat harus mencantumkan identitas pribadi dan
data kartu kredit via situs buatan pelaku yang ternyata abal-abal.

12
"Pelaku ini tidak menggesek kartu kredit, tapi menggunakan data kartu kredit milik
korban hasil meretas," ujar Samudi.

Aksi sindikat ini berhasil dibongkar Polda Jabar setelah salah satu hotel di Kota
Bandung curiga lantaran pelaku membayar sewa kamar menggunakan kartu kredit
milik orang lain. Petugas hotel langsung mengontak polisi.

12
"Kami menangkap sejumlah pelaku di hotel tempat mereka melakukan tindakan kejahatan,"
kataSamudi.

Polisi mengembangkan kasus tersebut dan menangkap pelaku lainnya di beberapa lokasi pada
Senin (30/1) kemarin dan hari ini. Berdasarkan pemeriksaan, sejumlah pelaku sudah beraksi
sejak satu tahun hingga dua tahun. Barang bukti disita polisi antara lain komputer jinjing,
CPU, skimmer, kartu perdana, dan telepon genggam.

Mereka membagi tugas dan peran yakni mengelola website, menghimpun data calon korban,
dan meretas kartu kredit korban. Perbuatan pelaku melanggar Pasal 35 jo 51 ayat (1) UU RI
nomor 11 tahun 2008 tentang ITE dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara dan
denda Rp12 miliar. Kini seluruh pelaku mendekam di ruang tahanan Mapolda Jabar.

Berkaca dari kasus tersebut, Samudi mewanti-wanti kepada pemilik kartu kredit tidak
gampang percaya dengan tawaran menggiurkan yang ujung-ujungnya diminta mengisi
identitas pribadi dan data kartu kredit. "Pemilik kartu kredit harus hati-hati, terutama dengan
web-web yang menawarkan suatu kemudahan pembelian barang dan lainnya. Cara tersebut
merupakan jebakan pelaku," ucap Samudi.
(bbn/ern)

13

Anda mungkin juga menyukai