Anda di halaman 1dari 8

PERLINDUNGAN HUKUM DAN TINDAK PIDANA BAGI PELAKU

DAN KORBAN DALAM KASUS SKIMMING (Studi Kasus: Bank BRI)


Abstrak

Majunya sistem perbankan tidak bisa dipisahkan dengan peran teknologi informasi.
Kejahatan terkait perbankan yang hangat dibicarakan adalah Skimming. Skimming
dilaksanakan lewat mekanisme curian data nasabah yang disimpan pada magnetik strip pada
kartu ATM lalu dikirim lewat nira kabel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti
perlindungan hukum, tindak pidana, dan sanksi bagi para pelaku maupun korban. Penelitian
ini menggunakan metode yuridis–normatif, Pendekatan masalah yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-Undangan dan juga menggunakan Pendekatan
Kasus. Dalam proses pengumpulan data menggunakan metode Studi Kepustakaan.

Kata kunci: kejahatan skimming, perlindungan korban.

Pendahuluan

Selaku negara hukum, di indonesia memang seharusnya mengatur bagian-bagian kehidupan


antar warga yang satu dengan yang lainya, Karena permasalah hukum akan dihadapi oleh
setiap orang. Perlu diketahui jika tiap aturan hukum berakar atau bertumpu pada asas hukum,
yaitu suatu nilai yang dipercaya bertepatan dengan penataan masyarakat guna tercapainya
ketertiban yang berkeadilan (Atmadja & Budiartha, 2019).

Dengan berkembangnya zaman dan makin hebatnya teknologi, Kejahatan baru bermunculan
seperti siber (Cyber Crime) maka dari itu pentingnya adanya teknologi informasi di segala
sektor tanpa terkecuali di dunia bank. majunya sistem perbankan tak bisa dipisah dengan
peran teknologi informasi. Makin maju dan lengkap pelayanan yang dipakai perbankan buat
mempermudah layanan, makin bervariasi dan lengkap juga teknologi yang bank punya.
Selain mempermudah kegiatan dalam perusahaan, alat teknologi punya tujuan yaitu
melancarkan layanan untuk nasabah bank. Seluruh produk yang ditawarkan pada nasabah
tidak begitu berbeda, maka dari itu persaingan yang terjadi pada perbankan adalah gimana
cara memberi produk yang mudah serta cepat. Kegiatan perbankan yaitu electronic
transaction (e-banking) lewat mesin ATM, HP (phone banking) serta jaringan internet
(Internet banking), adalah sebagian jenis layanan transaksi perbankan lewat teknologi
informasi. memakai teknologi bisa melindungi amannya data maupun transaksi.
Kejahatan yang ada hubungannya dengan perbankan dan masih banyak diperbincangkan
adalah Skimming, modus operasi pembobolan bank menggunakan trik Skimming dengan
cara dicurinya data nasabah yang disimpan pada magnetik strip di kartu ATM lalu dikirim
secara nirkabel (Ishaq, 2009).

Pelaku Skimming saat ini tidak usah memakai kamera tersembunyi atau di intip lewat bahu
belakang orang, tapi bisa dengan keypad tidak asli di mesin ATM, fungsinya pin nasabah
direkam dengan otomatis. Tidak lepas dari cara curang operasi yang dilakukan, perbuatan
Skimming untuk dapat pin ATM di ujungnya akan disertai dengan dipindahkannya data yang
didapat dalam kartu ATM palsu. Kartu ATM palsu itu lalu dipakai untuk mengambil uang di
mesin ATM. Mesin ATM yang kerjanya lewat satu jaringan internet, demikian ditariknya
ataupun dipindah (Transfer) dana yakni bebannya pada simpanan nasabah lalu secara
otomatis akan dilakukannya serta dikurangi jumlah simpanan nasabah pada bank lewat ATM.

Rumusan masalah

1. Hukum dan tindak pidana apa yang akan di berikan kepada pelaku?
2. perlindungan hukum apa yang akan di berikan kepada korban dari kasus skimming?

Referensi

Dari judul di atas penulis ingin mendalami tentang apa saja pidana yang di dapatkan oleh
pelaku dari skimming tersebut dan apa juga perlindungan hukum yang di berikan kepada
korban serta tanggung jawab apa yang di berikan oleh Bank kepada korban dari skimming
tersebut. sebelum membahaas tersebut, penulis akan merincikan referensi yang penulis dapat
untuk dapat menyelesaikan masalah

Jurnal pertama itu dari Kadek Ayu Manik Gita Shintadewi, I Nyoman Putu Budiartha dan I
Made Minggu Windyantara dengan judul Tanggung jawab Bank terhadap Nasabah Atas
Berkurangnya Dana Akibat Skimming Dalam Rekening Bank, permasalahan yang di angkat
dari jurnal ini yaitu Bagaimanakah tanggung jawab bank terhadap nasabah atas berkurangnya
dana akibat skimming dalam rekening Bank dan Bagaimanakah proses yang dilakukan pihak
bank dan nasabah atas berkurangnya dana akibat skimming dalam rekening Bank. Dengan
kesimpulan yaitu Upaya hukum yang bisa ditempuh pihak nasabah saat terjadi kerugian
terhadap musnahnya dana simpanan pasal 19 ayat (1),(3) undang-undang perlindungan
konsumen, jika merasa rugi bisa tuntut secara langsung ganti ruginya pada produsen lalu
produsen harusnya memberi balasan atau selesainya dengan jarak waktunya 7 hari sesudah
transaksi terjadi serta semua konsumen yang rugi bisa menggugat pelaku usaha lewat
lembaga yang tugasnya menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usahanya
maupun lewat peradilan umum ataupun penyelesaian sengketa konsumen bisa ditempuh
lewat pengadilan dasarnya UUPK pasal 45 ayat (1) ataupun di luar pengadilan atas dasar
pilihan sukarela antar pihak dasarnya UUPK pasal 45 ayat (2).

Jurnal yang kedua yaitu dari Reza Adutya Pamuji dengan judul Perlindungan Hukum bagi
Nasabah dan Tanggung Jawab Dalam Kasus Card Skimming, dengan permasalahan yang di
angkat yaitu bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang diderita nasabah
dikarenakan adanya pencurian dana simpanannya dengan modus card skimming pada saat
melakukan transaksi di ATM dan , bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah yang
mengalami kerugian atas modus card skimming pada saat melakukan transaksi di ATM.
Dengan kesimpulan yaitu pertanggung jawaban yang dilakukan pihak bank terhadap
peristiwa tindak pidana penggandaan kartu ATM yang menyebabkan kerugian hilangnya
dana nasabah adalah pihak bank memberikan ganti rugi terhadap dana nasabah yang hilang
tersebut dengan terlebih dahulu memastikan bahwa hilangnya dana nasabah apakah karena
memang benar disebabkan oleh perbuatan tersangka penggandaan kartu ATM ataukah karena
kelalaian nasabah sendiri, sehingga apabila hilangnya dana nasabah yang disebabkan oleh
kelalaian nasabah sendiri, maka pihak bank tidak wajib mengembalikan kerugian yang
dialami nasabah.

Dan jurnal yang ketiga yaitu dari Yulianti dengan judul Perlindungan Nasabah Bank Dari
Tindaka Kejahatan Skimming di tinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Dengan permasalahan yaitu bagaimana perlidnungan hukumd ari
nasabah dalam kejahatan skimming di tunjau dari UU nno 21 tahun 2011. Dengan
kesimpulan yaitu Untuk Perlindungan hukum terhadap nasabah Bank sudah terlindungi
dengan Undang Undang Nomor 21 tahun 2011 tetntang Otoritas Jasa Keuangan. Dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Dengan nara sumber yang di wawancarai yaitu Ibu Devriri dengan tempat kejadian di Bank
BRI kota Padang.
Pembahasan

Bentuk Penindakan bagi pelaku skimming


Beberapa regulasi yang mengatur tentang perlindungan data pribadi konsumen dan nasabah
yang berlaku di Indonesia:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dengan perubahan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang menentukan bahwa Bank sebagai pihak
yang menawarkan jasanya sebagai penyimpanan keuangan dan kegiatan keuangan
lainnya harus merahasiakan keterangan terkait nasabahnya, penyimpannya dan
simpanannya;
b. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, yang mengatur mengenai
arsip data-data nasabah dan pelanggan yang merupakan warga negara Indonesia yang
memiliki hak untuk dilindungi;
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, yang mengatur
mengenai dokumen berkaitan dengan data pribadi para pengguna;
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dalam perannya
memiliki kedudukan hukum atas keamanan data pribadi pasien;
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU
Telekomunikasi), yang mengatur berbagai macam tindakan yang kemungkinan
berpeluang membahayakan penggunaan data pribadi pelanggan dan nasabah di sistem
elektronik;
f. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk);
g. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
h. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
i. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik
j. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
Teknik Pencurian Melalui Mesin ATM dengan metode Skimming
Bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa
keuangan. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek
hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga(abdul 2004:53).
Sesuai dengan perkembangan zaman, dewasa ini kegiatan menabung sudah beralih dari
rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Untuk menarik dana yang ada di rekening
tabungan dapat digunakan berbagai sarana atau alat penarikan. Dalam praktiknya ada
beberapa alat penarikan yang dapat digunakan, hal ini tergantung bank masing-masing. Salah
satu alat penarikan yang digunakan untuk menarik dana yaitu berupa kartu yang terbuat dari
plastik. Kartu ATM merupakan kartu plastik yang dilengkapi dengan magnetic stripe pada
magnetic stripe akan terekam secara elektronik nomor kartu ATM, nama pemilik kartu, dan
informasiinformasi lainnya yang diperlukan oleh sistem komputer (dyah 2012:16-17).
Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009, kartu ATM diartikan sebagai
APMK yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana,
yakni kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung
simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank (LSB) yang berwenang
menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Serfianto 2012:18).
Di samping segi-segi positif tersebut, pengguna ATM juga tidak lepas dari kekurangan atau
dampak yang sifatnya negatif. Kekurangan tersebut misalnya adanya kemungkinan kejahatan
yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam transaksi melalui ATM, yaitu dengan penggunaan
langsung kartu ATM nasabah yang telah diketahui nomor PIN (Personal Identification
Number)-nya, pemalsuan kartu, atau pencurian data nasabah pengguna ATM.
Terkait pencurian dana nasabah melalui mesin ATM dengan modus card skimming, pihak
Bank Mandiri Lambung Mangkurat Cabang Banjarmasin menyebutkan terdapat berbagai
macam teknik pencurian dana simpanan nasabah melalui mesin ATM, Adapun cara pertama
yaitu dengan melakukan penggandaan kartu ATM. Proses diawali dengan pemasangan
skimmer dan kamera di mesin ATM yang tersebar di beberapa wilayah. Skimmer dipasang
dengan menggunakan double tape pada mulut slot kartu ATM. Tujuan pemasangan skimmer
ini adalah untuk merekam dan menjgambil data kartu ATM yang tertera pada pita magnetic
stripe yaitu permukaan berwarna hitam pada kartu ATM. Sedangkan kamera sengaja
dipasangi pelindung berwarna sesuai dengan mesin ATM agar tidak dapat terlihat, kemudian
dipasang di atas keypad agar dapat melihat nomor PIN yang ditekan oleh nasabah.
Pemasangan skimmer dan kamera tersebut dipasang sekitar lima sampai dengan tujuh jam
selanjutnya dilepas dan diambil datanya.
Yang kedua mengganti card reader, tetapi cara ini sudah tergolong kuno dan untuk mengganti
card reader, si pelaku harus membuka ATMnya. Pada mesin ATM terdapat fascia (bukaan
pintu) atas yang terdiri dari CPU, AC box, Card Reader, Receipt Printer, EPP, Softkey,
Monitor dan faskia (bukaan pintu) bawah yang berisi uang.
Cara ketiga, yaitu dengan menambahkan alat perekam pada EDC, dan menggunakan tusuk
gigi, tusuk gigi tersebut dimasukkan kedalam lubang tempat memasukkan kartu. Jadi, apabila
si nasabah pertama kali memasukkan kartu ATM ke dalam mesin, akan mengalami kesulitan
karena terganjal tusuk gigi tadi, setelah dipaksa masuk barulah kartu ATM tersebut bisa
dimasukkan ke dalam mesin ATM, akan tetapi kartu ATM yang telah dimasukkan akan
terjebak di dalam card reader, karena terganjal oleh tusuk gigi yang telah dipasang oleh
pelaku sebagai perangkap kartu ATM yang dimasukkan nasabah.
Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah yang Dirugikan Akibat Kejahatan Skimming
. kejahatan skimming termasuk dalam pelanggaran terhadap pasal 30 ayat 2 Undang-undang
Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum mengakses Komputerdan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
Sanksi terhadap pasal 30 ayat 2 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
terdapat pada pasal 46 ayat 2 Undang-undang yang sama yang berbunyi “Setiap Orang yang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidanadengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyakRp700.000.000,00 (tujuh
ratus juta rupiah)”.

Perbuatan Pidana (Actus reus) dari tindak pidana tersebut diatas adalah “mengakses”.
Sedangkan Niat (Mens rea) dari tindak pidana tersebut diatas adalah “dengan sengaja”.
Sedangkan Objek dari tindak pidana tersebut adalah “Komputer dan/atau Sistem Elektronik”.
Sedangkan Tujuan tindak pidana tersebut adalah “untuk memperoleh InformasiElektronik
dan/atau Dokumen Elektronik”. Artinya seseorang hanya dapat dipidana berdasarkan
ketentuan Pasal 30 ayat (2) jo Pasal 46 ayat (2) UU ITE apabila yang diakses oleh pelaku
adalah Komputer dan/atau Sistem Elektronik. Yang menjadi korban tindak pidana tersebut
adalah pemilik komputer dan/atau sistem elektronik dan atau pemilik data.

Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”

Dalam regulasi sektor jasa keuangan, pihak perbankan harus bertanggung jawab terhadap
kerugian yang menimpa para nasabah. Hal ini dapat dilihat dalam UndangUndang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
Perlindungan Konsumen menyebutkan pelaku usaha dalam hal ini perbankan bertanggung
jawab memberikan ganti rugi atas kerugian konsumen akibat mengkonsumsi jasa yang
dihasilkan. Aturan mengenai kewajiban perbankan harus bertanggung jawab atas dana
nasabah juga tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/1/2014 tentang
Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 10 , aturan tersebut menyebutkan “Penyelenggara
wajib bertanggung jawab kepada konsumen atas kerugian yang timbul akibat kesalahan
pengurus dan pegawai Penyelenggara.”.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (PJOK) juga mewajibkan perbankan mengganti kerugian
yang dialami nasabah. Dalam Pasal 29 PJOK Nomor 1/PJOK.07/2013 menyebutkan “Pelaku
Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian Konsumen yang timbul akibat
kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus, pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak
ketiga yang bekerja untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
Selain penjelasan di atas penulis juga mewawancarai ibu devriri yang pernah terjadi kasus
Skimming saat ingin mngambil uang di salah satu ATM, yang hilang itu sebesar
Rp.10.000.000.

Penutup

Kesimpulan

Kejahatan pembobolan uang nasabah dengan metode skimming merupakan salah satu
kejahatan siber (Cyber Crime). Kejahatan Siber (Cyber Crime) adalah kejahatan yang terjadi
di dunia maya (Cyber Space) yang menggunakan tekonologi informasi dan komunikasi
sebagai alat untuk melakukan kejahatan. Perbuatan tersebut termasuk dalam tindak pidana
informasi dan transaksi elektronik yang melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum mengakses komputer dan atau sistem elektronik dengan cara apapun
dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan atau dokumen elektronik
sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 tahun 2016 tentang
perubahan atas Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik atau dikenal dengan Undang-undang ITE. Perlindungan terhadap nasabah korban
kejahatan skimming dapat dilakukan dalam konteks penegakan hukum pidana dan penegakan
hukum perdata.
Daftar pustaka

Atmadja, I. D. G., & Budiartha, I. N. P. (2019). Sistematika Filsafat Hukum. Malang: Setra
Press.

Ishaq. (2009). Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Sintadewi, Kadek Ayu Manik Gita, Budiartha, I Nyoman Putu, dan Widyantara, I Made
Minggu, Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Atas Berkurangya Dana Akibat
Skimming Dalam rekening, Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 2, 2021: 206-209.

Pamuji, Reza Aditya. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah dan Tanggung Jawab Bank Dalam
Kasus Card Skimming, Lex renaissance No.1 Vol 3 Januari 2018: 25-43.

Yulianti. Perlindungan Nasabah Bank Dari Tindakan Kejahatan Skimming di Tinjau Dari
Undang-Undnag Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Jurnal Hukum,
Volume 3, Nomor 2, Desember 2020, 195-204.

Anda mungkin juga menyukai