Majunya sistem perbankan tidak bisa dipisahkan dengan peran teknologi informasi.
Kejahatan terkait perbankan yang hangat dibicarakan adalah Skimming. Skimming
dilaksanakan lewat mekanisme curian data nasabah yang disimpan pada magnetik strip pada
kartu ATM lalu dikirim lewat nira kabel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti
perlindungan hukum, tindak pidana, dan sanksi bagi para pelaku maupun korban. Penelitian
ini menggunakan metode yuridis–normatif, Pendekatan masalah yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-Undangan dan juga menggunakan Pendekatan
Kasus. Dalam proses pengumpulan data menggunakan metode Studi Kepustakaan.
Pendahuluan
Dengan berkembangnya zaman dan makin hebatnya teknologi, Kejahatan baru bermunculan
seperti siber (Cyber Crime) maka dari itu pentingnya adanya teknologi informasi di segala
sektor tanpa terkecuali di dunia bank. majunya sistem perbankan tak bisa dipisah dengan
peran teknologi informasi. Makin maju dan lengkap pelayanan yang dipakai perbankan buat
mempermudah layanan, makin bervariasi dan lengkap juga teknologi yang bank punya.
Selain mempermudah kegiatan dalam perusahaan, alat teknologi punya tujuan yaitu
melancarkan layanan untuk nasabah bank. Seluruh produk yang ditawarkan pada nasabah
tidak begitu berbeda, maka dari itu persaingan yang terjadi pada perbankan adalah gimana
cara memberi produk yang mudah serta cepat. Kegiatan perbankan yaitu electronic
transaction (e-banking) lewat mesin ATM, HP (phone banking) serta jaringan internet
(Internet banking), adalah sebagian jenis layanan transaksi perbankan lewat teknologi
informasi. memakai teknologi bisa melindungi amannya data maupun transaksi.
Kejahatan yang ada hubungannya dengan perbankan dan masih banyak diperbincangkan
adalah Skimming, modus operasi pembobolan bank menggunakan trik Skimming dengan
cara dicurinya data nasabah yang disimpan pada magnetik strip di kartu ATM lalu dikirim
secara nirkabel (Ishaq, 2009).
Pelaku Skimming saat ini tidak usah memakai kamera tersembunyi atau di intip lewat bahu
belakang orang, tapi bisa dengan keypad tidak asli di mesin ATM, fungsinya pin nasabah
direkam dengan otomatis. Tidak lepas dari cara curang operasi yang dilakukan, perbuatan
Skimming untuk dapat pin ATM di ujungnya akan disertai dengan dipindahkannya data yang
didapat dalam kartu ATM palsu. Kartu ATM palsu itu lalu dipakai untuk mengambil uang di
mesin ATM. Mesin ATM yang kerjanya lewat satu jaringan internet, demikian ditariknya
ataupun dipindah (Transfer) dana yakni bebannya pada simpanan nasabah lalu secara
otomatis akan dilakukannya serta dikurangi jumlah simpanan nasabah pada bank lewat ATM.
Rumusan masalah
1. Hukum dan tindak pidana apa yang akan di berikan kepada pelaku?
2. perlindungan hukum apa yang akan di berikan kepada korban dari kasus skimming?
Referensi
Dari judul di atas penulis ingin mendalami tentang apa saja pidana yang di dapatkan oleh
pelaku dari skimming tersebut dan apa juga perlindungan hukum yang di berikan kepada
korban serta tanggung jawab apa yang di berikan oleh Bank kepada korban dari skimming
tersebut. sebelum membahaas tersebut, penulis akan merincikan referensi yang penulis dapat
untuk dapat menyelesaikan masalah
Jurnal pertama itu dari Kadek Ayu Manik Gita Shintadewi, I Nyoman Putu Budiartha dan I
Made Minggu Windyantara dengan judul Tanggung jawab Bank terhadap Nasabah Atas
Berkurangnya Dana Akibat Skimming Dalam Rekening Bank, permasalahan yang di angkat
dari jurnal ini yaitu Bagaimanakah tanggung jawab bank terhadap nasabah atas berkurangnya
dana akibat skimming dalam rekening Bank dan Bagaimanakah proses yang dilakukan pihak
bank dan nasabah atas berkurangnya dana akibat skimming dalam rekening Bank. Dengan
kesimpulan yaitu Upaya hukum yang bisa ditempuh pihak nasabah saat terjadi kerugian
terhadap musnahnya dana simpanan pasal 19 ayat (1),(3) undang-undang perlindungan
konsumen, jika merasa rugi bisa tuntut secara langsung ganti ruginya pada produsen lalu
produsen harusnya memberi balasan atau selesainya dengan jarak waktunya 7 hari sesudah
transaksi terjadi serta semua konsumen yang rugi bisa menggugat pelaku usaha lewat
lembaga yang tugasnya menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usahanya
maupun lewat peradilan umum ataupun penyelesaian sengketa konsumen bisa ditempuh
lewat pengadilan dasarnya UUPK pasal 45 ayat (1) ataupun di luar pengadilan atas dasar
pilihan sukarela antar pihak dasarnya UUPK pasal 45 ayat (2).
Jurnal yang kedua yaitu dari Reza Adutya Pamuji dengan judul Perlindungan Hukum bagi
Nasabah dan Tanggung Jawab Dalam Kasus Card Skimming, dengan permasalahan yang di
angkat yaitu bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang diderita nasabah
dikarenakan adanya pencurian dana simpanannya dengan modus card skimming pada saat
melakukan transaksi di ATM dan , bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah yang
mengalami kerugian atas modus card skimming pada saat melakukan transaksi di ATM.
Dengan kesimpulan yaitu pertanggung jawaban yang dilakukan pihak bank terhadap
peristiwa tindak pidana penggandaan kartu ATM yang menyebabkan kerugian hilangnya
dana nasabah adalah pihak bank memberikan ganti rugi terhadap dana nasabah yang hilang
tersebut dengan terlebih dahulu memastikan bahwa hilangnya dana nasabah apakah karena
memang benar disebabkan oleh perbuatan tersangka penggandaan kartu ATM ataukah karena
kelalaian nasabah sendiri, sehingga apabila hilangnya dana nasabah yang disebabkan oleh
kelalaian nasabah sendiri, maka pihak bank tidak wajib mengembalikan kerugian yang
dialami nasabah.
Dan jurnal yang ketiga yaitu dari Yulianti dengan judul Perlindungan Nasabah Bank Dari
Tindaka Kejahatan Skimming di tinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Dengan permasalahan yaitu bagaimana perlidnungan hukumd ari
nasabah dalam kejahatan skimming di tunjau dari UU nno 21 tahun 2011. Dengan
kesimpulan yaitu Untuk Perlindungan hukum terhadap nasabah Bank sudah terlindungi
dengan Undang Undang Nomor 21 tahun 2011 tetntang Otoritas Jasa Keuangan. Dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Dengan nara sumber yang di wawancarai yaitu Ibu Devriri dengan tempat kejadian di Bank
BRI kota Padang.
Pembahasan
Perbuatan Pidana (Actus reus) dari tindak pidana tersebut diatas adalah “mengakses”.
Sedangkan Niat (Mens rea) dari tindak pidana tersebut diatas adalah “dengan sengaja”.
Sedangkan Objek dari tindak pidana tersebut adalah “Komputer dan/atau Sistem Elektronik”.
Sedangkan Tujuan tindak pidana tersebut adalah “untuk memperoleh InformasiElektronik
dan/atau Dokumen Elektronik”. Artinya seseorang hanya dapat dipidana berdasarkan
ketentuan Pasal 30 ayat (2) jo Pasal 46 ayat (2) UU ITE apabila yang diakses oleh pelaku
adalah Komputer dan/atau Sistem Elektronik. Yang menjadi korban tindak pidana tersebut
adalah pemilik komputer dan/atau sistem elektronik dan atau pemilik data.
Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”
Dalam regulasi sektor jasa keuangan, pihak perbankan harus bertanggung jawab terhadap
kerugian yang menimpa para nasabah. Hal ini dapat dilihat dalam UndangUndang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
Perlindungan Konsumen menyebutkan pelaku usaha dalam hal ini perbankan bertanggung
jawab memberikan ganti rugi atas kerugian konsumen akibat mengkonsumsi jasa yang
dihasilkan. Aturan mengenai kewajiban perbankan harus bertanggung jawab atas dana
nasabah juga tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/1/2014 tentang
Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 10 , aturan tersebut menyebutkan “Penyelenggara
wajib bertanggung jawab kepada konsumen atas kerugian yang timbul akibat kesalahan
pengurus dan pegawai Penyelenggara.”.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (PJOK) juga mewajibkan perbankan mengganti kerugian
yang dialami nasabah. Dalam Pasal 29 PJOK Nomor 1/PJOK.07/2013 menyebutkan “Pelaku
Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian Konsumen yang timbul akibat
kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus, pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak
ketiga yang bekerja untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
Selain penjelasan di atas penulis juga mewawancarai ibu devriri yang pernah terjadi kasus
Skimming saat ingin mngambil uang di salah satu ATM, yang hilang itu sebesar
Rp.10.000.000.
Penutup
Kesimpulan
Kejahatan pembobolan uang nasabah dengan metode skimming merupakan salah satu
kejahatan siber (Cyber Crime). Kejahatan Siber (Cyber Crime) adalah kejahatan yang terjadi
di dunia maya (Cyber Space) yang menggunakan tekonologi informasi dan komunikasi
sebagai alat untuk melakukan kejahatan. Perbuatan tersebut termasuk dalam tindak pidana
informasi dan transaksi elektronik yang melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum mengakses komputer dan atau sistem elektronik dengan cara apapun
dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan atau dokumen elektronik
sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 tahun 2016 tentang
perubahan atas Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik atau dikenal dengan Undang-undang ITE. Perlindungan terhadap nasabah korban
kejahatan skimming dapat dilakukan dalam konteks penegakan hukum pidana dan penegakan
hukum perdata.
Daftar pustaka
Atmadja, I. D. G., & Budiartha, I. N. P. (2019). Sistematika Filsafat Hukum. Malang: Setra
Press.
Sintadewi, Kadek Ayu Manik Gita, Budiartha, I Nyoman Putu, dan Widyantara, I Made
Minggu, Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Atas Berkurangya Dana Akibat
Skimming Dalam rekening, Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 2, 2021: 206-209.
Pamuji, Reza Aditya. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah dan Tanggung Jawab Bank Dalam
Kasus Card Skimming, Lex renaissance No.1 Vol 3 Januari 2018: 25-43.
Yulianti. Perlindungan Nasabah Bank Dari Tindakan Kejahatan Skimming di Tinjau Dari
Undang-Undnag Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Jurnal Hukum,
Volume 3, Nomor 2, Desember 2020, 195-204.