Abstrak
Abstrack
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di dunia mengalami kemajuan yang begitu
pesat. Mulai dari perkembangan teknologi informasi itu sendiri telah menciptakan
perubahan sosial, ekonomi dan budaya. 1 Perkembangan teknologi ini tentu membawa
dampak yang sangat besar kepada seIuruh sektor perekonomian, tidak terkecuaIi
sektor perbankan. Perkembangan teknoIogi tentunya membawa angin segar, terbukti
memberikan banyak kegunaan seperti dari segi keamanan, kecepatan serta
kenyamanan daIam meIakukan aktivitas. 2 Perkembangan ekonomi di Indonesia tidak
terlepas dari peran strategis yang dimiliki oleh lembaga perbankan.
Mengenai perbankan itu sendiri, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan, bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
tersebut ke dalam bentuk pinjaman atau kredit bagi masyarakat. Secara sederhana,
bank juga dapat diartikan sebagai tempat untuk masyarakat menabung dengan aman,
dan kemudian uang yang ditabung tersebut akan digunakan kembali oleh pihak bank
untuk memberikan pinjaman dan kredit kepada masyarakat. Undang-Undang
Perbankan berisikan tentang ketentuan umum perbankan yang berlaku di Indonesia.
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia, berfungsi
sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana. Posisi penting yang dimiliki bank dalam mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat melahirkan orientasi bisnis bagi bank dalam melakukan berbagai
macam transaksi. Transaksi perbankan yang utama adalah menghimpun dana
(funding) dan menyalurkan dana (lending), disamping itu transaksi perbankan lainnya
dalam rangka mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana adalah
memberikan jasa-jasa bank lainnya (services).3
Berkaitan dengan bisnis yang dijalankan, bank turut menggunakan kemajuan
teknologi untuk pengembangan sistem bank dan meningkatkan pelayanan kepada
nasabah. Pelayanan melalui fasilitas electronic banking dalam bentuk internet banking
yang merupakan salah satu bentuk dari delivery channel pelayanan bank yang
mengubah konsep pelayanan dengan transaksi manual menjadi pelayanan dengan
transaksi berbasis teknologi. Kehadiran layanan internet banking dalam bisnis
perbankan diharapkan menjadi solusi yang efektif dalam era informasi seperti saat ini,
bahwa konsumen (nasabah) sangat mengedepankan aspek kemudahan, fleksibilitas,
1 Ferry Satya Nugraha, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Pembobolan Internet Banking
Melalui Metode Malware”, Diponegoro Law Journal, Vol. 5, No. 3 (2016), hal. 2.
2 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal.19.
3 Onno W Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-Commerce, (Jakarta: Elek Media Komputindo,
2001), h. 85.
efisiensi, dan kesederhanaan dalam melakukan suatu transaksi. Kemudahan dan
efisiensi yang ditawarkan layanan internet banking tidak selamanya berjalan lancar
tanpa ada kendala.
Internet banking ini berbeda dengan perbankan secara konvensionaI. DaIam
internet banking, proses yang tak kasat mata menimbuIkan banyak pertanyaan terkait
dengan pengaturan hukum data pribadi para nasabah. Transaksi daIam internet
banking tidak hanya meIibatkan pihak bank dengan nasabah, meIainkan meIibatkan
banyak pihak, yaitu antara Iain pihak bank) yaitu pihak internet service provider¸ pihak
merchant maupun nasabah yang bersangkutan.
Dalam praktiknya, penggunaan layanan ini terkadang timbul masalah atau
kesalahan yang penyebabnya bukan hanya muncul dari pihak nasabah sendiri, tetapi
juga bisa dari pihak bank maupun pihak ketiga. Penyalahgunaan data pribadi nasabah
merupakan salah satu pintu masuk dalam kejahatan yang berkaitan dengan internet
banking. Prinsip kerahasiaan dalam konteks perlindungan hukum atas data pribadi
nasabah sudah sewajibnya diterapkan, akan tetapi masih didapati kejahatan dalam
internet banking juga disebabkan oleh minimnya pengamanan yang dilakukan oleh
bank sebagai penyedia jasa dalam melindungi data dan dana nasabah dengan dalih
untuk mengejar kemudahan bagi nasabah.
Nasabah merupakan pihak yang menggunakan jasa bank, sehingga nasabah
berpengaruh besar terhadap jalannya operasional suatu bank. Merujuk pada Undang-
Undang Perbankan, terdapat dua macam nasabah yaitu nasabah penyimpan dan
nasabah debitur. Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di
bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan. Sedangkan, Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh
fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Perlindungan terhadap nasabah perbankan merupakan salah satu permasalahan
yang sampai saat ini belum mendapatkan tempat yang baik di dalam sistem perbankan
nasional.4 Nasabah seringkali berada di posisi yang tidak diuntungkan apabila terjadi
perselisihan antara bank dengan nasabahnya. Pemahaman mengenai bentuk tanggung
jawab para pelaku, dimulai dari adanya hubungan hukum yang terjadi diantara kedua
belah pihak dalam suatu perikatan. Hubungan antara bank dengan masyarakat selain
dilandasi hubungan kepercayaan masyarakat (fiduciary relationship) kepada perbankan
juga membawa konsekuensi hukum sebagai akibat adanya hubungan tersebut. 5
Sebagai contoh dalam kasus Gugatan Perbuatan Melawan Hukum antara Tjho
Winarto sebagai Penggugat melawan PT. Bank Permata, Tbk selaku Tergugat dan PT.
4 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.1.
5 Kuwido Prahoro, “tanggung Gugat Dalam Transaksi Melalui Internet Banking”, Hukum Bisnis, Vol. 3,
No. 2 (2019), hal. 5.
Grapari Telkomsel selaku Turut Tergugat atas penyalahgunaan layanan internet
banking, di mana gugatan terkait telah disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dengan Salinan Putusan Nomor 92/Pdt.G/2015/PN. Jkt. Sel. yang selanjutnya
putusan Majelis Hakim juga telah dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 1731 K/Pdt/2017, dalam hal ini Penggugat telah kehilangan
dana/simpanan di rekening tabungan yang telah disimpan di tempat Tergugat yang
selanjutnya Penggugat menuntut ganti rugi kepada Tergugat atas hilangnya
dana/simpanan di rekeningnya. Hilangnya dana/simpanan Penggugat ini ditengarai
karena ada pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mengakses rekening Penggugat
melalui internet banking di mana pelaku dapat mengetahui data pribadi milik Penggugat
yang mana data tersebut harusnya disimpan dan dirahasiakan dengan baik oleh
Tergugat.
Adanya bentuk kejahatan dalam layanan internet banking tersebut menuntut
perbaikan sistem hukum yang efektif dan handal dalam mencegah dan menanggulangi
berbagai kejahatan cyber ke depan. Perbankan perlu meningkatkan keamanan layanan
internet banking antara lain melalui standarisasi pembuatan aplikasi internet banking
dan adanya deteksi dini mengenai panduan apabila terjadi fraud dengan pemberian
informasi yang jelas kepada nasabah tentang segala hal yang berkaitan dengan
transaksi melalui layanan internet banking. Hal ini berkaitan dengan perlindungan dan
tanggung jawab bank kepada nasabah jika terjadi kerugian yang disebabkan
penggunaan produk maupun layanan internet banking tersebut, sehingga bank sebagai
lembaga keuangan tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini ingin membahas terkait bentuk
penyalahgunaan transaksi dalam layanan internet banking serta perlindungan hukum
bagi nasabah penyimpan dana yang mengalami kerugian akibat pembobolan rekening
melalui internet banking.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis mengidentifikasi
topik yang akan dijadikan pembahasan sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk penyalahgunaan transaksi melalui Internet Banking?
2. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana yang
mengalami kerugian akibat pembobolan rekening melalui internet banking?
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder belaka. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif
yaitu pendekatan yang maksudnya mencari penyelesaian masalah dengan meneliti dan
mengkaji norma hukum positif dengan menggunakan konsep Law in book.
B. PEMBAHASAN
Informasi saat ini oleh sebagian masyarakat dipandang sebagai kebutuhan, bahkan
ada pepatah yang menyatakan siapa menguasai informasi dialah yang menguasai
dunia. Pemenuhan kebutuhan informasi dapat melalui media massa berupa surat
kabar, majalah, radio, dan televisi. Namun demikian pemenuhan kebutuhan informasi
melalui media tersebut bagi sebagian masyarakat saat ini dirasa tidak mencukupi,
sehingga sebagian masyarakat tersebut memanfaatkan teknologi informasi untuk
mengakses informasi terkini maupun bertukar informasi dengan para koleganya dengan
apa yang saat ini disebut dengan internet.
Internet yang merupakan jaringan global saat ini tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia dimana telah digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Melalui
internet, seseorang dapat berkomunikasi, memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkan dan bahkan dapat melakukan perdagangan dengan pihak yang berada di
belahan dunia lain dengan aman, cepat dan mudah. Karena itu, internet banyak
dipergunakan di negara maju sebagai alat untuk mengakses data maupun informasi
dari seluruh penjuru dunia. Electronic Fund Transfer merupakan salah satu contoh
inovasi dari penggunaan teknologi internet yang mendasar dalam Teknologi Sistem
Informasi (TSI) dalam bidang perbankan. Contoh dari produk EFT antara lain meliputi
Anjungan Tunai Mandiri, electronic home banking (dikenal dengan internet banking),
dan money tansfer network.6
Internet Banking merupakan salah satu layanan perbankan tanpa cabang, yaitu
fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan tanpa
perlu datang ke kantor cabang. Menurut Bank Indonesia, internet banking adalah salah
satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabahnya untuk memperoleh
informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan
internet. Internet banking adalah wujud nyata dari perkembangan teknologi yang
dimanfaatkan dalam dunia perbankan. Operasional internet banking memanfaatkan
teknologi jaringan internet yang semakin canggih dan terus berkembang. 7
Layanan yang diberikan internet banking kepada nasabah ialah berupa transaksi
pembayaran tagihan, informasi rekening, pemindahbukuan antar rekening, informasi
terbaru mengenai suku bunga dan nilai tukar valutas asing, administrasi mengenai
6 Direktorat Hukum Bank Indonesia dan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Rekonstruksi Hukum
Dalam Menanggulangi Kejahatan Dunia Maya di Bidang Perbankan, (T.t: Interim Report, 2003), hal. 82.
7 Trisadini P. Usanti, Abd. Shomad, Hukum Perbankan, (Surabaya: Lutfansah
Mediatama, 2015), hal. 15.
perubahan Personal Identification Number (PIN), alamat rekening atau kartu, data
pribadi dan lain-lain, terkecuali pengambilan atau penyetoran uang. Karena
pengambilan masih memerlukan layanan ATM dan penyetoran uang masih
memerlukan bantuan bank cabang.8
Merujuk pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP/2004 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Melalui Internet (Internet
Banking) angka I.2, jaringan kegiatan internet banking dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Informational Internet Banking
Pelayanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk informasi melalui eksekusi
transaksi.
2. Communicative Internet Banking
Pelayanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk komunikasi atau melakukan
interaksi dengan bank penyedia layanan internet banking secara terbatas dan tidak
melakukan eksekusi transaksi.
3. Transactional Internet Banking
Pelayanan jasa bank kepada nasabah untuk melakukan interaksi dengan penyedia
layanan internet banking dan melakukan eksekusi serta transaksi.
Pemanfaatan teknologi internet banking dalam perkembangannya semakin banyak
diaplikasikan pada industri perbankan. Hal ini tentu tidak terlepas dari banyaknya
kemudahan yang didapat dengan keunggulan internet. Sebagai produk perbankan yang
mengalami kemajuan sangat pesat, internet banking dalam penggunaannya harus
diawasi oleh peraturan-peraturan yang relevan dan oleh regulator perbankan.
Penggunaan layanan internet banking perlu diawasi karena dalam menggunakan
teknologi informasi atau internet sangat rawan oleh tindak kejahatan. Masih terdapat
beberapa kelemahan oleh sistem teknologi perbankan yang dapat dimanfaatkan oleh
pihak tidak bertanggungjawab untuk melakukan cybercrime.
Cybercrime merupakan sisi gelap dari adanya kemajuan teknologi yang memiliki
dampak negatif bagi seluruh bidang kehidupan modern, tak terkecuali bidang
perbankan. Cybercrime merupakan bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini.
Beberapa julukan atau sebutan lain yang ditujukan kepada jenis kejahatan baru ini
antara lain, sebagai kejahatan dunia maya (cyberspace/virtual space offence), dimensi
baru dari high tech crime, dimensi baru dari transnational crime, dan dimensi baru dari
white collar crime.9
Cybercrime di bidang perbankan muncul dengan memanfaatkan kelalaian atau
kelengahan pihak bank, merchant maupun pihak nasabah. Oleh karena itu yang
menjadi korban bisa siapapun baik itu pihak bank, merchant, atau pihak nasabah,
15 Dikdik M. Arief Mansur, Cyber Iaw Aspek Hukum TeknoIogi Informasi, Bandung: Refika Aditama,
2005, HIm. 84”
16 Trisadini Prasastinah Usanti, Prinsip Kehati-hatian Pada Transaksi Perbankan, Airlangga University
Press, Surabaya, 2013, h.1.
3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
bank.
5) Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh Bank Indonesia.
17 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2000,
h.130.
18 Agus Yudha Hernoko, “Lembaga Jaminan Hak Tanggungan sebagai Penunjang Kegiatan Perkreditan
Bank memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan Nasabahnya. Hal ini
disebutkan dalam Pasal 40 angka (1) Undang-Undang Perbankan yang berbunyi:
“Bank Wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A,
Pasal 42, Pasal 44, dan Pasal 44A.”
Hal-hal rahasia atau yang tidak dapat diungkap oleh bank sebagaimana diatur
dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tidak dapat diterapkan secara maksimaI di
daIam penyeIenggaraan internet banking. PerIindungan terkait kerahasiaan bank pada
dasarnya hanya terbatas pada data yang diarsipkan dan dikumpuIkan oIeh bank,
sedangkan di Iayanan internet banking serta layanan kartu kredit data pribadi tidak
hanya disimpan dan dikumpuIkan meIainkan juga ditransfer oIeh nasabah di tempat ia
melakukan transaksi. Sehingga Undang-Undang Perbankan dianggap beIum dapat
berkontribusi dalam hal perIindungan hak atas data pribadi nasabah daIam
penyeIenggaraan Iayanan internet banking. 19
Secara khusus tidak terdapat pengaturan rinci terkait pertanggungjawaban pihak
bank terhadap kerugian privasi atau materiil yang dialami oleh nasabah. Namun bila
merujuk pada Pasal 21 Ayat 2-4 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, kita akan menemukan bentuk dasar hukum
pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan internet banking. Pasal 21 Ayat 2 sampai
4 menegaskan:
(1) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi
Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi;
b. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa; atau
c. Jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
(2) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen
Elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik,
segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
(3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen
Elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat hukum
menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan.
Ketentuan di atas menegaskan bahwa beban tanggung jawab atas kerugian yang
dialami nasabah penyimpan dana akibat pembobolan rekening melalui internet banking
tergantung pada kesalahan pihak yang melakukannya atau si pelaku. Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan cenderung mengharuskan pihak bank untuk lebih
C. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa
1. Penggunaan internet banking memberi banyak kemudahan serta efisiensi kepada
nasabah yang melakukan transaksi pada bank tersebut. Namun, hal tersebut juga
membuka celah kejahatan yang dilakukan oleh para pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk melakukan penyalahgunaan terhadap layanan internet banking yang
antara lain adalah typo site, keylogger, sniffing, brute force attacking, web deface,
email spamming, denial of service, dan virus, worm, trojan. Bentuk penyalahgunaan
dalam layanan internet banking tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor kesalahan
dari pengguna maupun kelemahan pada sistem perbankan.
2. Di Indonesia sendiri belum ada pengaturan khusus yang mengatur mengenai
perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana yang mengalami kerugian
akibat pembobolan rekening melalui internet banking. Namun terdapat beberapa
peraturan perundang-undangan yang berkaitan terkait permasalahan tersebut.
Pasal 29 angka (2) Undang-Undang Perbankan menyebutkan mengenai prinsip
kehati-hatian. Prinsip kehatian-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk
selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya sehingga di kemudian hari
tidak terjadi peristiwa yang merugikan nasabah. Selain itu, Pasal 21 Ayat 2-4
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
menegaskan bahwa beban tanggung jawab atas kerugian yang dialami nasabah
penyimpan dana akibat pembobolan rekening melalui internet banking tergantung
pada pihak yang melakukan kesalahan atau si pelaku. Dalam hal nasabah telah
mengalami kerugian akibat transaksi melalui layanan internet banking, upaya
penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan komplain, upaya damai, mediasi
perbankan, dan Jalur pengadilan.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka hendaknya pemerintah
membuat ketentuan khusus yang secara tegas mengatur terkait perlindungan hukum
bagi nasabah yang mengalami kerugian dalam internet banking. Peraturan yang dibuat
tidak hanya mengatur pihak intervensi saja akan tetapi mengatur internet banking
secara keseluruhan sehingga nasabah mendapat perlindungan secara utuh serta
kepastian hukum atas segala hal yang berkaitan dengan penggunaan internet banking.
Sehingga baik dari pihak bank maupun nasabah yang menjalankan perikatan mendapat
perlindungan hukum yang pasti dan adil bagi masing-masing pihak. Untuk nasabah
pengguna internet banking juga harus mengutamakan prinsip kehati-hatian sebab
walaupun penggunaan internet banking memberikan banyak kemudahan tetapi tetap
memiliki resiko dalam penggunaannya yang dapat merugikan nasabah itu sendiri.
Daftar Pustaka
Buku
Arief, Barda Nawawi. 2006. Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian Cyber
Crime di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kusuma, Mahesa Jati. 2015. Hukum Perlindungan Nasabah Bank (Hukum Melindungi
Nasabah Bank terhadap Tindak Kejahatan ITE di Bidang Perbankan). Bandung: Nusa
Media.
Mansur, Dikdik M. Arief. 2005. Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Bandung:
Refika Aditama.
Purbo, Onno W. dan Aang Arif Wahyudi. 2001. Mengenal E-Commerce. Jakarta: Elek
Media Komputindo.
Riswandi, Budi Agus. 2003. Hukum dan Internet di Indonesia. Jakarta: UII Press.
_________________. 2005. Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Usanti, Trisadini P. dan Abd. Shomad. 2015. Hukum Perbankan. Surabaya: Lutfansah
Mediatama.
Artikel Ilmiah
Direktorat Hukum Bank Indonesia dan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2003.
Rekonstruksi Hukum Dalam Menanggulangi Kejahatan Dunia Maya di Bidang
Perbankan. T.t: Interim Report.
Hernoko, Agus Yudha. 1998. Lembaga Jaminan Hak Tanggungan sebagai Penunjang
Kegiatan Perkreditan Nasional. Tesis. Program Pascasarjana. Unair Surabaya.
Nugraha, Ferry Satya. 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam
Pembobolan Internet Banking Melalui Metode Malware. Diponegoro Law Journal. Vol.
5, No. 3.
Prahoro, Kuwido. 2019. Tanggung Gugat Dalam Transaksi Melalui Internet Banking.
Hukum Bisnis. Vol. 3, No. 2.
Putra, I Made Aditya Mantara. 2020. Tanggung Jawab Hukum Bank Terhadap Nasabah
Dalam Hal Terjadinya Kegagalan Transaksi Pada Sistem Mobile Banking. KERTHA
WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. Vol. 14, No. 2.
Peraturan Perundang-Undangan