Anda di halaman 1dari 16

TRANSAKSI PERBANKAN MELALUI INTERNET BANKING DALAM PERSPEKTIF

HUKUM DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. Drs. Imam Haryanto, S.H., M.H.

Mata Kuliah : Hukum Perbankan

Disusun oleh :
Rachel Fayza Rabbani (2010611111)
Syifa’ Silvana (2010611122)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Lembaga keuangan sebagai pengatur tatanan sistem ekonomi menjadi salah satu sarana
penunjang dalam perwujudan pembangunan nasional negara Republik Indonesia. Indonesia dalam hal
ini perlu mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan yang menyeluruh terhadap segala aspek
perikehidupan yang mencakup pula kehidupan masyarakat, kemakmuran bangsa dan negara, dan guna
mewujudkan tujuan nasional sesuai alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
didorong pada fakta semakin pesatnya pengaruh arus kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
maupun teknologi sehingga kini menimbulkan berbagai permasalahan multikompleks, maka
diperlukan peran serta baik dari sektor pemerintah maupun swasta yang senantiasa memperhatikan
keserasian, keselarasan, dan kesinambungan berbagai unsur pembangunan di bidang ekonomi dan
pembangunan. Pembangunan nasional bangsa Indonesia dimaksudkan sebagai upaya untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia demi terwujudnya suatu
masyarakat yang sejahtera, adil, makmur secara merata baik materiil maupun spiritual.1
Pertumbuhan yang sehat dan baik terhadap perkembangan lembaga keuangan tentu akan
mampu mendorong perkembangan ekonomi bangsa. Lembaga keuangan tersebut dapat berbentuk
Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Bank merupakan lembaga keuangan
yang menjadi tempat bagi perseorangan, badan usaha baik milik swasta maupun milik negara dan
lembaga pemerintah untuk menyimpan dananya yang bertujuan untuk memberikan kredit dan
jasa-jasa. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
2
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Indonesia telah mengatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan seputar permasalahan mengenai bank.
Melihat pada kian canggihnya berbagai industri keuangan, berkesinambungan dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap jasa perbankan dan menimbulkan persaingan ketat
antar bank, sehingga dalam hal ini menuntut lembaga perbankan untuk senantiasa melakukan
peningkatan efisiensi dan perbaikan mutu pelayanannya kepada masyarakat dengan cara beradaptasi
dengan tuntutan perkembangan jasa perbankan.3 Lembaga keuangan bank memberikan layanannya
tidak hanya melalui bentuk-bentuk konvensional, tetapi sudah mulai beralih pada pemanfaatan
teknologi informasi. Hal ini dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi

1
Sri Soemantri M, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni,
Cetakan Edisi ke XV, 2007, hlm. 21.
2
Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Siber Sistem Pengamanan E-Commerce, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2001, hlm. 309.
3
Budiman, Fuad dan Fefri Indra Arza. 2013. “Pendekatan Technology Acceptance Model Dalam
Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah”. Jurnal WRA, Vol.1 No.1. hlm.16.
yang mampu mendukung sistem transaksi perbankan. Kerangka kerja lembaga keuangan bank harus
terus berevolusi mengikuti perkembangan teknologi terkini, selain itu bank juga harus terus berinovasi
sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Bank-bank masa kini semakin mendorong
peningkatan kualitas dan keterjangkauan yang lebih luas bagi nasabahnya dalam memperoleh layanan
perbankan, sasarannya adalah bagaimana menjangkau dan memudahkan nasabah untuk menikmati
berbagai fasilitas layanan perbankan tanpa harus terintangi ruang dan waktu.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi infomasi pada masa sekarang ini menjadikan
internet banking sebagai alternatif yang banyak dipakai oleh bank saat ini. Internet banking
merupakan pelayanan jasa perbankan untuk mempermudah nasabah di dalam melakukan transaksi
perbankan, karena internet banking memanfaatkan teknologi sistem informasi sesuai dengan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/164/KEP/DIR/1995 tentang Penggunaan Teknologi
Sistem Informasi oleh Bank dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/175/KEP/DIR/1998 tentang Penyempurnaan Teknologi Sistem Informasi Bank dalam Menghadapi
Tahun 2000. Layanan internet banking merupakan wujud dari responsifnya lembaga keuangan bank
terhadap peluang dalam persaingan saat ini. Bagi sektor perbankan, penggunaan internet banking
sangat berpotensi mengefisiensi biaya sekaligus meningkatkan pendapatan melalui sistem yang jauh
lebih efektif daripada bentuk konvensional. Layanan internet banking saat ini. Internet banking
merupakan pelayanan jasa perbankan untuk mempermudah nasabah di dalam melakukan transaksi
perbankan, karena internet banking memanfaatkan teknologi sistem informasi sesuai dengan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/164/KEP/DIR/1995 tentang Penggunaan Teknologi
Sistem Informasi oleh Bank dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/175/KEP/DIR/1998 tentang Penyempurnaan Teknologi Sistem Informasi Bank dalam Menghadapi
Tahun 2000. Layanan internet banking merupakan wujud dari responsifnya lembaga keuangan bank
terhadap peluang dalam persaingan saat ini. 4
Bagi sektor perbankan, penggunaan internet banking sangat berpotensi mengefisiensi biaya
sekaligus meningkatkan pendapatan melalui sistem yang jauh lebih efektif daripada bentuk
konvensional. Layanan internet banking menawarkan berbagai macam kemudahan dalam kegiatan
transaksi perbankan di Indonesia. Kemudahan tersebut dapat dimulai dari penawaran jasa perbankan
melalui situs-situs yang dibuat oleh bank yang bersangkutan sampai pada tawaran untuk melakukan
transaksi secara online melalui media internet. Di dalam layanan internet banking kita bisa melakukan
aktivitas perbankan hanya melalui komputer yang terhubung dengan internet.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Bentuk Pelaksanaan Transaksi Perbankan Melalui Internet Banking Menurut
Undang-Undang Perbankan?

4
Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm.
29-30.
2. Bagaimana Upaya Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Permasalahan Hukum dalam Transaksi
Perbankan Melalui Internet Banking?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pelaksanaan Transaksi Perbankan Melalui Internet Banking Menurut Undang-Undang


Perbankan
Dewasa ini perkembangan layanan perbankan mengalami kemajuan yang pesat sekali. Ini
dibuktikan dengan adanya layanan perbankan lewat sarana internet atau yang lebih dikenal dengan
internet banking. Dengan adanya keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan internet
banking ini maka dunia perbankan saling berlomba untuk menawarkan berbagai macam layanan bagi
nasabah dalam melakukan transaksi perbankan.5 Adapun internet banking memiliki definisi menurut
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP Tanggal 20 April 2004 tentang Penerapan
Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet Banking yakni bahwa
internet banking merupakan salah satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk
memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan
internet.6
Di Indonesia saat ini terdapat beberapa bank yang telah menyelenggarakan layanan internet
banking untuk mempermudah transaksi perbankan yang dilakukan oleh bank dan nasabah,
diantaranya yakni Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), HSBC, Citibank,
Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Permata, dan Bank Lippo.7
Internet banking merupakan bagian dari electronic banking yang merupakan wujud inovasi dari jenis
rekening tabungan dan atau rekening giro rupiah. Sebagai sistem layanan yang bersumber pokok pada
kedua rekening tersebut, maka salah satu syarat bagi nasabah yang menginginkan layanan internet
banking ini terlebih dahulu harus mempunyai rekening tabungan dan atau rekening giro serta harus
mempunyai alamat e-mail dan hardware/software dengan kualifikasi tertentu. Meskipun demikian,
nasabah yang telah memiliki jenis rekening tabungan dan atau rekening giro serta alamat email tidak
secara otomatis dapat diberikan layanan internet banking ini, nasabah harus melakukan pendaftaran
atau registrasi terlebih dahulu untuk menjadi nasabah internet banking, kecuali jika secara tegas
dinyatakan dalam syarat dan ketentuan produk rekening tabungan dan atau rekening giro yang
dinyatakan bahwa fasilitas kedua rekening tersebut secara otomatis melekat layanan internet banking.8

5
Rafikasari, Elok Fitriani. 2019. Analisis Persepsi Mahasiswa Tentang Adopsi SIMBA Jurusan
Manajemen Zakat Dan Wakaf Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung, An-Nisbah:
Jurnal Ekonomi Syariah Volume 05, Nomor 02. hlm.23.
6
Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni. 2018. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi.
7
Bank Mandiri, http://www.bankmandiri.com, diakses Tanggal 1 Desember 2022.
8
Bank Indonesia. 2018. Booklet Bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.
Registrasi bisa dilakukan melalui kantor cabang pada bank yang bersangkutan, dengan
memenuhi dan menyetujui persyaratan dan ketentuan yang membentuk perjanjian standar yang
ditetapkan oleh bank untuk disetujui oleh pelanggan yang ingin menjadi pelanggan Bank internet.
Syarat dan ketentuan ini biasanya terdapat di layar ATM bank bersangkutan, situs internet bank
bersangkutan, atau dalam bentuk apapun formulir yang dapat diperoleh dari kantor cabang bank yang
bersangkutan. Setelah terdaftar sebagai pelanggan internet perbankan, nasabah akan mendapatkan
Pengguna ID (identitas pengguna) dan PIN (nomor identitas pribadi) yang merupakan kode
kerahasiaan dan otorisasi pengguna hanya diketahui oleh pelanggan bersangkutan sebagai verifikasi
pada saat itu akan dilakukan pelanggan transaksi perbankan melalui internet banking, yang dimaksud
untuk menjaga kerahasiaan identitas dan semua informasi keuangan pelanggan, jadi semua transaksi
perbankan hanya dapat dilakukan oleh pelanggan yang khawatir.9 Mengenai jumlah digit dan atau
sistem aktivasi melalui User ID dan PIN dan tata cara pengiriman User ID dan PIN masing-masing
bank berbeda satu dengan lainnya. Ini terkait dengan sistem teknologi dan pilihan sistem keamanan
yang dimiliki setiap bank yang menyediakan layanan internet perbankan. Untuk mengamankan
transaksi pengguna layanan internet perbankan, maka layanan ini membutuhkan penggunaan token
PIN, yang merupakan alat pengaman yang berfungsi menghasilkan PIN yang dapat digunakan untuk
melakukan transaksi perbankan. Melalui internet. Dengan token PIN ini, maka PIN pelanggan akan
selalu bergantian setiap waktu, jadi transaksi perbankan lebih aman dan nyaman.10
Jenis layanan internet banking yang ditawarkan oleh bank dan dapat diakses oleh nasabah
antara bank satu dengan yang lain pun berbeda-beda. Sebagai contoh di dalam layanan Internet
Banking Mandiri, layanan yang terdapat dalam Internet Banking Mandiri, Internet Banking BRI dan
internet banking bank lainnya yaitu11 :
a. Informasi Saldo Informasi saldo yang dapat dilakukan adalah saldo tabungan, giro, deposito,
dan pinjaman.
b. Informasi Sepuluh Transaksi Terakhir Nasabah dapat mengetahui informasi sepuluh transaksi
terakhir untuk rekening tabungan dan giro.
c. Transaksi transfer, Transaksi transfer yang dapat dilakukan oleh nasabah, yaitu :
● Transfer antar rekening sendiri
● Transfer ke rekening pihak ketiga yang telah didaftarkan
d. Pembayaran Pembayaran yang dapat dilakukan oleh nasabah yaitu pembayaran tagihan
listrik, telepon selular, pajak, dan tagihan-tagihan lain.
e. Pembelian Pembelian disini meliputi pembelian voucher pulsa telepon seluler.
f. Mengubah PIN, Melakukan perubahan PIN dapat dilakukan sesuai dengan keinginan nasabah.

9
Gunawan, Andrew. 2014. “Aplikasi Technology Acceptance Model Pada Minat Nasabah
Menggunakan Internet Banking”. Jurnal Nominal, Vol.3 No.2. hlm.29.
10
Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, Bandung: CV. Andi Offset, 2010, hlm. 70.
11
Tentang pelaksanaan internet banking pada bank mandiri, http://www.bankmandiri.com, diakses
Tanggal 1 Desember 2022.
Fitur dan jenis layanan internet banking selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi, di mana setiap saat dapat berubah. Di samping itu, informasi dan transaksi
perbankan melalui internet banking hanya bersifat pemberitahuan, sehingga nasabah sebaiknya tetap
meminta data transaksi tersebut ke cabang bank yang bersangkutan menyangkut hal pembuktian.12
Berkaitan dengan pembuktian, di dalam ketentuan layanan internet banking biasanya terdapat
ketentuan mengenai pembuktian. Sebagai contoh di dalam Internet Banking Bank terdapat ketentuan
sebagai berikut13:
1. Setiap transaksi finansial dari nasabah yang tersimpan pada pusat data Bank dalam bentuk
apapun, termasuk namun tidak terbatas pada catatan, tape/cartridge, print out komputer,
komunikasi yang ditransmisi secara elektronik antara Bank dan nasabah, merupakan alat bukti
yang sah, kecuali nasabah dapat membuktikan sebaliknya.
2. Nasabah menyetujui semua komunikasi dan instruksi dari nasabah yang diterima oleh Bank
merupakan alat bukti yang sah meskipun tidak dibuat dokumen tertulis ataupun dikeluarkan
dokumen yang ditandatangani

Internet banking memberikan berbagai manfaat bagi nasabah sebagai pengguna layanan
internet banking dan bank sebagai penyelenggara layanan internet banking, manfaat tersebut antara
lain14 :
a. Manfaat bagi nasabah yang menggunakan layanan internet banking, yaitu :
1. Dapat melakukan transaksi perbankan kapan saja, dimana saja selama 24 (dua puluh
empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu;
2. Proses transaksi perbankan menjadi lebih cepat;
3. Fitur layanan di dalam layanan internet banking sangat beragam dan lengkap.
b. Manfaat bagi bank menyelenggarakan layanan internet banking, yaitu :
1. Menurunkan biaya transaksi di dalam perbankan;
2. Meningkatkan image bank;
3. Meningkatkan loyalitas nasabah kepada bank;
4. Menghasilkan fee based income

12
Agustina, Heny. 2017. “Penggunaan Teknologi Informasi, Kemudahan, dan Fitur Layanan Terhadap
Minat Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)”. Jurnal
Manajemen Kinerja. Vol.3 No.1. hlm.20
13
Ibid.
14
Laksmi Rithmaya, Chitra. 2016. “Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kemanfaatan, Sikap, Risiko
Dan Fitur Layanan Terhadap Minat Ulang Nasabah Bank BCA Dalam Menggunakan Internet
Banking”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol.16 No.1. hlm.11.
Mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha bank dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan menetapkan ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sesuai Pasal 29
Undang-Undang Perbankan sebagai berikut15 :
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
2. Di dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
3. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan
timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui
bank.

Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai penyelenggara
layanan internet banking dapat menjamin keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh
nasabah, serta nasabah dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam transaksi
perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui informasi layanan internet banking
yang diberikan oleh bank.16 Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan
tersebut mencerminkan akan asas atau prinsip kerahasiaan bank, yang sekiranya mampu dipergunakan
untuk menetapkan dan memberikan perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam melakukan
transaksi perbankan melalui internet banking, mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari
masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan.17
Mengenai kerahasiaan bank ini, untuk perkembangan saat ini tidak cukup lagi mengantisipasi
dinamika bisnis sektor perbankan. Prinsip kerahasiaan bank ini dalam konteks perlindungan hukum
atas data pribadi nasabah dapat saja diterapkan, namun penerapannya di dalam penyelenggaraan
internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada
pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di
dalam penyelenggaraan internet banking, data nasabah yang ada tidak hanya data yang disimpan dan
dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak nasabah dari sarana komputer yang
terhubung dengan internet dimana nasabah melakukan transaksi perbankan.18 Bank tidak mampu lagi

15
Budi Agus Riswandi. 2019. Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta PT Raja Grafindo Persada.
hlm.35.
16
Wahyu Adiputra, Made. 2015. “Aplikasi Technology Acceptance Model Terhadap Pengguna
Layanan Internet Banking.” Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Vol.2 No.1.
17
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Bogor: Galia
Indonesia, 2019, hlm. 79.
18
Fadhli, Muhammad dan Rudy Fachruddin, 2016. “Pengaruh Persepsi Nasabah Atas Risiko,
Kepercayaan, Manfaat, dan Kemudahan Penggunaan Terhadap Internet Banking (Studi Empirispada
untuk mengantisipasi dampak dari pemanfaatan layanan internet banking. Ketidakmampuan ini
disebabkan karena karakteristik layanan internet banking untuk memfasilitasi transaksi perbankan
yang berbeda dengan perbankan secara konvensional.19 Melihat pada kondisi demikian, dapat
disimpulkan bahwa Undang- Undang Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum
sepenuhnya atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan internet banking.
Oleh karena itu, keberadaan self-regulation tidak menjadi suatu instrumen yang betul-betul
dapat memberikan perlindungan penuh terhadap data pribadi nasabah dan bank jika instrumen
undang-undang tidak segera dibentuk oleh pemerintah, artinya kebutuhan terhadap undang-undang
mengenai perlindungan data pribadi sangat dibutuhkan terutama dalam industri perbankan yang terus
berkembang dengan pesat.

2.2. Upaya Penyelesaian Sengketa terhadap Timbulnya Permasalahan Hukum dalam Transaksi
Perbankan melalui Internet Banking
Internet banking sebagai inovasi dari produk perbankan yang memanfaatkan teknologi sistem
informasi, selain memberikan keuntungan dan kemudahan dalam transaksi perbankan juga
mempunyai dampak risiko yang dapat merugikan kepentingan pihak bank maupun nasabah sebagai
penyelenggara dan pengguna layanan internet banking dalam transaksi perbankan yang dilakukan.
Transaksi perbankan melalui internet banking dapat menimbulkan permasalahan hukum yang dapat
merugikan para pihak, sehingga memungkinkan munculnya sengketa antara para pihak di kemudian
hari. Permasalahan hukum yang mungkin muncul dalam transaksi perbankan melalui internet banking
salah satunya yakni menyangkut keamanan sistem informasi. Internet banking yang memanfaatkan
teknologi sistem informasi membuat transaksi perbankan yang dilakukan semakin berisiko. Dengan
kenyataan seperti ini, faktor keamanan merupakan hal yang penting dan paling perlu diperhatikan.20
Kecanggihan teknologi tak selamanya menjamin keamanan dalam melakukan transaksi
perbankan. Sebagai contoh, pada Tahun 2001, dunia perbankan diributkan oleh kasus pembobolan
internet banking milik Bank BCA, yang lebih dikenal dengan kasus klikbca. Kasus ini dilakukan oleh
Steven Haryanto yang dengan sengaja membuat situs palsu layanan Internet Banking BCA dengan
membeli domain-domain internet dengan nama mirip www.klikbca.com (situs asli Internet Banking
BCA), antara lain wwwklikbca.com, kilkbca.com, clikbca.com, klickbca.com, dan klikbac.com
dengan tampilan yang sama persis dengan situs Internet Banking BCA. Dalam hal ini pelaku
memanfaatkan kesalahan ketik yang mungkin dilakukan oleh nasabah, sehingga pelaku mampu

Nasabah Bank Umum di Kota Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akutansi, Vol.1 No.2.
hlm.12.
19
Fauziati, Popi. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap
Layanan Internet Banking Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM)”. Jurnal Kajian
Akuntansi dan Auditing, Vol.7 No.2. hlm. 20.
20
Hermansyah. 2020. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana. hlm.40
mendapatkan User ID dan PIN dari nasabah yang memasuki situs plesetan tersebut. Di dalam kasus
ini, diperkirakan 130 nasabah dicuri datanya.21
Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat dilihat bahwa di dalam hal ini yang paling dirugikan
adalah nasabah pengguna layanan internet banking. Dari sinilah muncul kemungkinan terjadi sengketa
antara para pihak, yakni pihak bank dengan nasabah. Sengketa yang timbul antara pihak bank dengan
nasabah dapat diselesaikan dengan mengacu pada perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak,
mengingat belum ada pengaturan secara khusus tentang transaksi perbankan melalui internet banking
dalam sistem perundang-undangan di Indonesia, sehingga belum ada aturan yang tegas mengenai
upaya hukum maupun sanksi hukum yang dapat diterapkan. Perjanjian merupakan prosedur dan
undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat itu
sah dan mengikat kedua belah pihak, dalam hal ini yaitu pihak bank dengan nasabah. Kedua belah
pihak wajib melaksanakan isi perjanjian dan tidak dibenarkan untuk membatalkan atau mengakhiri
perjanjian tanpa persetujuan kedua belah pihak ataupun tanpa alasan yang dibenarkan oleh
undang-undang. Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal 1338 KUH Perdata.22
Apabila suatu perjanjian telah disepakati, maka masing-masing pihak terikat karenanya dan
berkewajiban memenuhi prestasinya. Akan tetapi, di dalam pelaksanaannya terdapat kemungkinan
mengalami hambatan-hambatan yang pada akhirnya mempengaruhi tujuan perjanjian yang telah
disepakati, seperti halnya munculnya sengketa antara pihak bank dan nasabah akibat permasalahan
hukum yang timbul dalam layanan internet banking, yang pada akhirnya mempengaruhi tujuan
perjanjian yang telah disepakati para pihak.23 Di dalam suatu perjanjian memuat syarat-syarat sahnya
perjanjian. Suatu hal tertentu merupakan syarat obyektif dari perjanjian, yakni mengenai apa yang
diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan. Di dalam perjanjian
yang disepakati para pihak dalam layanan internet banking, sedikitnya juga memuat dalam klausul
perjanjian mengenai hak dan kewajiban para pihak apabila terjadi perselisihan, serta upaya hukum apa
yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak. Sengketa yang terjadi antara
pihak bank dengan nasabah dapat diselesaikan melalui pengadilan (litigasi) maupun di luar pengadilan
(nonlitigasi).24
Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan melalui pengadilan (litigasi),
di mana posisi para pihak saling berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa
melalui pengadilan tidak direkomendasikan, kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu

21
Lodia Putri, Dwika dan Souvya Fithrie. 2019. “Pengaruh Risiko, Manfaat Dan Kemudahan
Penggunaan Terhadap Kepercayaan Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking Di Pekanbaru
(Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri)”. Jurnal Ikraith Ekonomika, Vol.2 No.2. hlm.12.
22
Mariam Darus Badrulzaman. 2016. Perjanjian Kredit Bank. Bandung : Alumni. hlm 21.
23
Bawa Laksana, Giga. 2015. Pengaruh Persepsi Kemanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan,
Persepsi Resiko Dan Persepsi Kesesuaian Terhadap Minat Menggunakan Mobile Banking (Studi
Pada Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Rembang, Jawa Tengah). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 26 No. 2. hlm.34.
24
J. Satrio. 2016. Hukum Perikatan. Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. Buku I. Bandung : Citra
Aditya Bakti. hlm.46.
semata-mata hanya sebagai jalan yang terakhir setelah alternatif atau upaya penyelesaian sengketa
yang lain dinilai tidak membuahkan hasil. Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan biasanya
memerlukan biaya yang relatif mahal dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga para pihak yang
bersengketa mengalami ketidakpastian, padahal sistem penyelesaian sengketa sederhana, cepat dan
biaya ringan adalah salah satu asas peradilan di Indonesia. Meskipun demikian, keberadaan peradilan
sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman tetap dibutuhkan. Tempat dan kedudukan peradilan dalam
negara hukum dan masyarakat demokrasi masih dapat diandalkan, antara lain25 :
1. Peradilan berperan sebagai katup penekan atas segala pelanggaran hukum, ketertiban
masyarakat, dan pelanggaran ketertiban umum.
2. Peradilan masih tetap diharapkan berperan sebagai tempat terakhir mencari kebenaran dan
keadilan, sehingga peradilan masih tetap diandalkan sebagai badan yang berfungsi
menegakkan kebenaran dan keadilan.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, penyelesaian sengketa


perdata disamping dapat diajukan ke peradilan umum juga terbuka kemungkinan diajukan melalui
arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum, yang dimaksud arbitrase adalah
cara penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.26 Di dalam undang-undang ini
disebutkan pula Alternatif Penyelesaian Sengketa, yakni lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Lembaga hukum yang dapat digunakan
untuk penyelesaian sengketa dalam transaksi perbankan melalui internet banking yakni melalui
lembaga Alternative Dispute Resolution (ADR). Di dalam sudut pandang yang luas, ADR meliputi
segala cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dan secara garis besar ADR dapat
dikualifikasikan dalam negosiasi, good offices, mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan kombinasi dari
kelima media tersebut minitrial, summary jury trial, rent-a-judge, mediasi-arbitrase. 27
Penyelesaian sengketa dalam transaksi perbankan melalui internet ini dapat saja dilakukan
secara tradisional, misalnya melalui lembaga arbitrase. Untuk dapat dilakukan penyelesaian sengketa
melalui lembaga arbitrase, para pihak harus melihat apakah ada klausul arbitrase, dalam arti kata
selain ada perjanjian pokok yang bersangkutan diikuti atau dilengkapi dengan persetujuan arbitrase.
Dari berbagai sumber undang-undang, peraturan dan konvensi internasional dapat dijumpai dua
bentuk klausula arbitrase, yakni Pactum de compromittendo dan Akta kompromis Pactum de

25
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2020. Seri Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. hlm.25-30.
26
Daisy Rahmad, Andri dkk. 2017. “Pengaruh Kemudahan Terhadap Kepercayaan Dan Penggunaan
SMS Banking”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.43 No.1. hlm.13.
27
Ibid.
compromittendo adalah para pihak yang mengikatkan kesepakatan akan menyelesaikan persengketaan
yang mungkin timbul melalui forum arbitrase.28 Pada saat mereka mengikatkan dan menyetujui
klausul arbitrase, sama sekali belum terjadi perselisihan. Sedangkan akta kompromis adalah sebuah
perjanjian arbitrase yang dibuat setelah timbulnya perselisihan antara para pihak. Jika para pihak yang
bersengketa dalam layanan internet banking telah melakukan kesepakatan untuk menyelesaikan
sengketa melalui arbitrase, maka perlu ditunjuk arbiter yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh Lembaga Arbitrase untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tersebut. Pasal 4 Ayat (1) Undang - Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum menyatakan bahwa “Dalam hal para pihak
telah menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan diselesaikan melalui arbitrase dan para pihak
telah memberikan wewenang, maka arbiter berwenang menentukan dalam putusannya mengenai hak
dan kewajiban para pihak jika hal ini diatur dalam perjanjian mereka”. Di dalam Pasal 3 disebutkan
pula bahwa “Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah
terikat dalam perjanjian arbitrase”. Akan tetapi, putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan
eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari pengadilan.29
Tahap-tahap penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa menurut
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, yakni :
1. Tahap pertama : Pertemuan langsung para pihak
2. Tahap kedua : Penunjukan penasihat ahli atau mediator oleh para pihak
3. Tahap ketiga : Penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau lembaga penyelesaian
sengketa
4. Tahap keempat : Penyelesaian sengketa oleh lembaga arbitrase atau oleh arbitrase ad hoc

Setelah tahap-tahap tersebut, kemudian dilakukan pendaftaran ke Pengadilan Negeri yang


berisi kesepakatan tertulis yang telah dicapai para pihak, selanjutnya dilakukan pelaksanaan
kesepakatan yang telah dicapai. Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagai salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa non litigasi dengan mempertimbangkan segala bentuk efisiensinya dan untuk
tujuan masa yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa. Alternatif
Penyelesaian Sengketa ini diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum. Sengketa atau beda pendapat perdata dapat
diselesaikan oleh para pihak melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa yang didasarkan pada itikad
baik dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di Pengadilan Negeri, di mana
sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dengan waktu yang ditentukan dan
hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis, yang bersifat final dan mengikat para pihak

28
Rachmadi Usman. 2021. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia. hlm.30.
29
Suyud Margono. 2018. ADR Alternatif Dispute Resolution dan Arbitrase roses Pelembagaan dan
Aspek Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia. hlm.6.
untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri. Berdasarkan
upaya-upaya penyelesaian sengketa di atas, maka diharapkan sengketa yang terjadi antara para pihak
dapat diselesaikan dengan memperoleh hasil putusan yang seadil-adilnya melalui upaya penyelesaian
sengketa yang disepakati para pihak.30

30
Ibid.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa internet banking merupakan salah satu pelayanan
jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan
melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet. Transaksi perbankan melalui internet
banking sampai saat ini belum diatur secara khusus dalam sistem perundang-undangan di Indonesia.
Pengaturan mengenai transaksi perbankan melalui internet banking di Indonesia yang ada saat ini
belum dapat menjamin kepastian hukum dan keadilan bagi para pihak, baik pihak bank maupun
nasabah. Upaya perlindungan hukum telah dilakukan oleh pemerintah, namun substansi-substansi dari
peraturan-peraturan yang ada belum menunjukkan adanya upaya perlindungan hukum yang optimal
bagi para pihak. Sudah terdapat kesesuaian dari peraturan-peraturan mengenai transaksi perbankan
melalui internet banking yang ada, namun instrumen perlindungan hukum yang ada masih kurang.
Ketentuan hukum dari peraturan-peraturan tersebut juga belum mencerminkan perlindungan hukum
yang komprehensif, dimana perlindungan hukum masih bersifat parsial yang terletak di berbagai
macam perundang-undangan. Peraturan yang ada belum menggalang suatu peraturan yang adil karena
belum mencerminkan asas keseimbangan, di mana idealnya pembentukan aturan tersebut harus
mencerminkan hak dan kewajiban yang seimbang di antara para pihak yang terkait. Diperlukan
peraturan khusus yang bersifat komprehensif dalam sistem perundang-undangan di Indonesia yang
mengatur tentang transaksi perbankan melalui internet banking.
Internet banking sebagai inovasi dari produk perbankan yang memanfaatkan teknologi sistem
informasi untuk memberikan kemudahan dalam transaksi perbankan juga memiliki dampak risiko
timbulnya permasalahan hukum yang dapat menimbulkan sengketa antara para pihak kemudian hari,
salah satunya permasalahan hukum menyangkut keamanan sistem informasi. Sengketa antara para
pihak yang timbul dari permasalahan hukum tersebut dapat diselesaikan dengan mengacu pada
perjanjian yang telah disepakati para pihak, apakah penyelesaian sengketa dilakukan melalui
pengadilan (litigasi) maupun di luar pengadilan (non litigasi) berdasarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pada pasal 6 tentang sengketa
umum dapat diselesaikan melalui arbitrase. Perjanjian yang telah disepakati bersama merupakan
undang-undang bagi yang membuatnya, sehingga yang dijadikan dasar hukum dalam upaya
penyelesaian sengketa adalah kehendak bebas yang teratur dari para pihak, dan cara penyelesaian
sengketa yang ditempuh sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing pihak untuk memperoleh
putusan yang seadil-adilnya.
3.2. SARAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memiliki beberapa saran yang nantinya
dapat dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan perbaikan diantaranya :
1. Pemerintah perlu membuat peraturan khusus dalam sistem perundang-undangan di Indonesia
yang mengatur transaksi perbankan melalui internet banking, mengingat kebutuhan perbankan
Indonesia akan peraturan yang bersifat komprehensif yang mengatur transaksi perbankan
melalui internet banking sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan hukum bagi para pihak
agar tercipta kepastian hukum dan keadilan.
2. Pemerintah perlu membuat standarisasi dalam aplikasi internet banking bagi bank yang
menyelenggarakan internet banking serta beberapa prinsip sistem keamanan yang ada pada
internet banking. Kehadiran internet banking memang telah memberikan kemudahan dalam
transaksi perbankan, baik bagi pihak bank sebagai penyelenggara layanan internet banking
maupun nasabah sebagai pengguna layanan internet banking. Namun, kelebihan-kelebihan ini
akan menjadi berkurang tatkala sistem keamanan dalam transaksi tidak terjamin
3. Selain dibutuhkan sistem pengamanan dari segi hukum, dari segi teknologi itu sendiri setiap
bank yang menyelenggarakan layanan internet banking perlu meningkatkan sistem
pengamanan yang handal, mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat
yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan.
4. Bagi nasabah yang ingin menjadi nasabah internet banking suatu bank sebaiknya berusaha
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang layanan internet banking untuk
memperhitungkan terlebih dahulu secara matang mengenai pilihannya sebelum mendaftar
menjadi nasabah internet banking dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan
internet banking, serta risiko yang mungkin terjadi dan konsekuensi apa yang mungkin
ditimbulkan. Hal ini perlu dilakukan agar jika terjadi suatu permasalahan hukum dalam
internet banking, nasabah mengetahui upaya apa yang harus dilakukan, sehingga kerugian
yang terjadi tidak lebih besar jika sejak awal diupayakan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni. 2018. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi.
Agustina, Heny. 2017. “Penggunaan Teknologi Informasi, Kemudahan, dan Fitur Layanan Terhadap
Minat Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)”.
Jurnal Manajemen Kinerja. Vol.3 No.1.
Bank Mandiri. Panduan Internet Banking. http://www.bankmandiri.com, diakses Tanggal 1 Desember
2022.
Bank Indonesia. 2018. Booklet Bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.
Bawa Laksana, Giga. 2015. Pengaruh Persepsi Kemanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan,
Persepsi Resiko Dan Persepsi Kesesuaian Terhadap Minat Menggunakan Mobile Banking
(Studi Pada Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Rembang, Jawa Tengah).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 26 No. 2.
Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018.
Budiman, Fuad dan Fefri Indra Arza. 2013. “Pendekatan Technology Acceptance Model Dalam
Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah”. Jurnal WRA, Vol.1 No.1.
Daisy Rahmad, Andri dkk. 2017. “Pengaruh Kemudahan Terhadap Kepercayaan Dan Penggunaan
SMS Banking”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.43 No.1.
Fadhli, Muhammad dan Rudy Fachruddin, 2016. “Pengaruh Persepsi Nasabah Atas Risiko,
Kepercayaan, Manfaat, dan Kemudahan Penggunaan Terhadap Internet Banking (Studi
Empirispada Nasabah Bank Umum di Kota Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Akutansi, Vol.1 No.2.
Fauziati, Popi. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap
Layanan Internet Banking Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM)”. Jurnal
Kajian Akuntansi dan Auditing, Vol.7 No.2.
Gunawan, Andrew. 2014. “Aplikasi Technology Acceptance Model Pada Minat Nasabah
Menggunakan Internet Banking”. Jurnal Nominal, Vol.3 No.2.
Hermansyah. 2020. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana.
J. Satrio. 2016. Hukum Perikatan. Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. Buku I. Bandung : Citra
Aditya Bakti.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2020. Seri Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Laksmi Rithmaya, Chitra. 2016. “Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kemanfaatan, Sikap, Risiko
Dan Fitur Layanan Terhadap Minat Ulang Nasabah Bank BCA Dalam Menggunakan Internet
Banking”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol.16 No.1.
Lodia Putri, Dwika dan Souvya Fithrie. 2019. “Pengaruh Risiko, Manfaat Dan Kemudahan
Penggunaan Terhadap Kepercayaan Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking Di
Pekanbaru (Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri)”. Jurnal Ikraith Ekonomika, Vol.2
No.2.
Mariam Darus Badrulzaman. 2016. Perjanjian Kredit Bank. Bandung : Alumni.
Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, Bandung: CV. Andi Offset, 2010.
Rachmadi Usman. 2021. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Rafikasari, Elok Fitriani. 2019. Analisis Persepsi Mahasiswa Tentang Adopsi SIMBA Jurusan
Manajemen Zakat Dan Wakaf Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung,
An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah Volume 05, Nomor 02.
Ratnasari Siregar, Khairani. 2011. Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi
Menggunakan Technology Accaptance Model (TAM). Jurnal Rekayasa. Volume 4, Nomor 1.
Sri Soemantri M, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni, Cetakan
Edisi ke XV, 2007.
Suyud Margono. 2018. ADR Alternatif Dispute Resolution dan Arbitrase roses Pelembagaan dan
Aspek Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Siber Sistem Pengamanan E-Commerce, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2021.
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Bogor: Galia
Indonesia, 2019.
Wahyu Adiputra, Made. 2015. “Aplikasi Technology Acceptance Model Terhadap Pengguna Layanan
Internet Banking.” Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Vol.2 No.1.
Yani, Evi, dkk. 2018. “Pengaruh Internet Banking Terhadap Minat Nasabah Dalam Bertransaksi
Dengan Technology Acceptance Model”. Jurnal Informatika, Vol.5 No.1.

Anda mungkin juga menyukai