Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang perkembangan teknologi dan informasi sangatlah


pesat. Perkembangan teknologi dan informasi tersebut telah merubah segala aspek
kehidupan manusia mulai dari bisnis, industri, pemerintah dan organisasi non
profit lainnya menjadi lebih mudah dan simpel dalam melakukan pekerjaannya.
Namun perkembangan teknologi informasi tersebut juga membawa konsekuensi
yang tidak dinginkan seperti kegiatan kriminal, spamming, penipuan kartu kredit,
penipuan ATM, phishing, pencurian identitas dan kejahatan cyber terkait lainnya.

Salah satu sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan


informasi adalah sektor perbankan. Hal tersebut membawa konsekuensi logis
yaitu diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
perekonomian dan hukum khususnya sektor perbankan. Hal tersebut ikut
mendorong lahirnya suatu peraturan yang penting di bidang perbankan yaitu
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dan juga tak kalah penting lahirnya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik.
Perkembangan teknologi informasi di sektor perbankan ini telah memberikan
banyak kesempatan bagi bank-bank yang ada di Indonesia untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya terhadap nasabah melalui produk baru yang membantu
menghemat waktu, uang dan usaha, produk baru tersebut adalah internet banking.
Definisi internet banking menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/18/DPNP Tanggal 20 April 2004 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada
Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet Banking yakni bahwa internet
banking merupakan salah satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabah
untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi
perbankan melalui jaringan internet. Internet banking sudah bukan menjadi istilah
yang asing bagi masyarakat, karena telah banyak masyarakat Indonesia yang
menggunakan fasilitas tersebut, disisi bank sendiri, telah banyak lembaga

1
perbankan yang menyediaakan layanan tersebut. Internet banking merupakan
bagian dari electronic banking yang merupakan inovasi dari jenis rekening
tabungan dan atau rekening giro rupiah.

Namun dari kemudahan internet banking tersebut terdapat sisi lain berupa
ancaman yang dinamakan cybercrime. Cybercrime telah menjadi ancaman yang
sangat merugikan bagi perkembangan ekonomi modern saat ini. Cybercrime
sendiri didefinisikan sebagai kejahatan yang menggunakan internet. Cybercrime
terjadi sejak tahun 1960 dengan kejahatan berupa hacking, privacy violations,
telephone tapping, trespassing and distribution of illegal materials. Dan hingga
saat ini cybercrime telah merambat ke dunia perbankan, adanya Internet Banking
dimanfaatkan oleh pelaku cybercrime dalam target kejahatannya. Cybercrime
dalam internet banking ini menyangkut tentang bocornya data-data pribadi
nasabah pengguna internet banking beserta hilangnya sejumlah rekening yang
tersimpan di Bank. Hal ini tentu menyebabkan industri perbankan harus
menyiapkan security features yang mampu membuat masyarakat yakin bahwa
penggunaan internet banking itu aman. Sehubungan dengan hal itu perlindungan
hukum juga sangat dibutuhkan untuk melindungi hak-hak nasabah pengguna
internet banking.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah yang penulis
ambil adalah :
1. Bagaimana perjanjian/kontrak bank dengan nasabah bank pengguna internet
banking?
2. Bagaimana peraturan perundang-undangan yang melindungi nasabah bank
pengguna internet banking dari ancaman cybercrime?
3. Bagaimana perlindungan dan tanggungjawab yang diberikan oleh pihak bank
terhadap nasabah yang mengalami masalah dalam penggunaan internet
banking?

2
1.3 TUJUAN PENULISAN

Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perjanjian/kontrak bank dengan nasabah bank pengguna
internet banking.
2. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan yang melindungi nasabah
bank pengguna internet banking dari ancaman cybercrime.
3. Untuk mengetahui perlindungan dan tanggungjawab yang diberikan oleh pihak
bank terhadap nasabah yang mengalami masalah dalam penggunaan internet
banking.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para pihak yang berkepentingan
terutama yang sering melakukan transaksi secara elektronik.
2. Makalah ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak bank maupun
nasabah pengguna internet banking dalam mengambil keputusan terhadap
permsalahan yang mungkin terjadi.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perjanjian/Kontrak Awal Bank dengan Nasabah Bank Pengguna


Internet Banking.

Bank merupakan industri yang bergerak di bidang keuangan. Bank sebagai


badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat selain itu bank juga
menyalurkan dana untuk masyarakat. Dalam hal ini, bank menghimpun dana dari
masyarakat berdasarkan asas kepercayaan dari masyarakat. Apabila masyarakat
percaya pada bank, maka masyarakat akan merasa aman untuk menyimpan uang
atau dananya di bank. Dengan demikian, bank menanggung risiko reputasi atau
reputation risk yang besar. Bank harus selalu menjaga tingkat kepercayaan dari
nasabah atau masyarakat agar menyimpan dana mereka di bank, dan bank dapat
menyalurkan dana tersebut untuk menggerakkan perekonomian bangsa.

Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata : “Suatu perjanjian


adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”. Hukum perjanjian mengatur kedua belah
pihak yang membuat perjanjian dan dipertanggung jawabkan secara hukum. Suatu
perjanjian dapat dibuat secara timbal balik maupun searah. Suatu perjanjian yang
timbal balik menyebabkan munculnya hak dan kewajiban dari setiap pihak yang
mengadakan perjanjian.

Internet banking sendiri termasuk ke dalam transaksi elektronik. Dimana


menurut Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Ektronik Pasal 1,
Transaksi Elektronik adalah hubungan hukum yang dilakukan melalui komputer,
jaringan komputer, atau media elektronik lainnya, sedangkan Kontrak elektronik
adalah perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik
lainnya. Perjanjian untuk penggunaan internet banking merupakan perjanjian
yang muncul karena nasabah memutuskan untuk menggunakan layanana/fasilitas
tambahan yang diberikan oleh bank. Fasilitas penggunaan internet banking
merupakan fasilitas tambahan yang diberikan secara bersamaan pada saat calon
nasabah menjadi nasabah suatu bank dengan mengisi aplikasi pembukaan

4
rekening. Seperti yang telah dijelaskan oleh narasumber bahwa perjanjian/kontrak
awal antara bank dengan nasabah tertera pada selembaran yang diberikan bank di
awal saat nasabah membuka rekening di bank tersebut. Apabila nasabah ingin
menggunakan fasilitas internet banking suatu bank, maka nasabah tersebut harus
mengisi aplikasi tambahan penggunaan internet banking. Namun jika nasabah
tidak ingin menggunakan fasilitas tambahan bank dalam hal ini internet banking
maka nasabah tidak perlu mengisi aplikasi tambahan penggunaan internet
banking. Namun ketika nasabah merupakan nasabah lama dari suatu bank dan
berniat membuka internet banking maka nasabah dapat melakukan resgitrasi
ulang. Registrasi ini dapat dilakukan di ATM bank bersangkutan maupun Kantor
cabang dari bank bersangkutan. Registrasi internet banking di ATM
menggunakan kartu debit untuk mendapatkan User ID dan password. Registrasi
di kantor cabang diperlukan agar nasabah dapat melakukan transaksi Finansial di
internet banking. Nasabah harus mengisi dan menandatangani Formulir Aplikasi
internet banking yang dapat diperoleh di kantor cabang dengan menunjukkan
bukti asli identitas diri yang sah (KTP, SIM, Paspor, KIMS) dan bukti
kepemilikan pemegang rekening. Nasabah memiliki HP dan Nomor HP dari
operator yang telah kerjasama dengan bank. Selain itu nasabah juga harus
memiliki alamat E-mail.

Setelah terdaftar menjadi nasabah internet banking, nasabah akan


memperoleh User ID dan PIN yang merupakan kode rahasia yang hanya diketahui
oleh nasabah yang bersangkutan sebagai verifikasi ketika nasabah ingin
melakukan transaksi melalui internet banking. Narasumber juga menjelaskan
bahwa di awal perjanjian pihak bank tidak meminta User ID dan PIN. Bank juga
meminta nasabah untuk merahasiakan password dan user id dari pihak manapun
untuk menghindari adanya resiko cybercrime. Hal ini karena Segala
penyalahgunaan User ID maupun Password Internet Banking merupakan
tanggung jawab Nasabah Pengguna. Nasabah Pengguna dengan ini membebaskan
bank dari segala tuntutan apapun yang mungkin timbul, baik dari pihak lain
maupun Nasabah Pengguna sendiri sebagai akibat penyalahgunaan User ID
maupun Password Internet Banking. Untuk mengamankan transaksi pengguna
layanan internet banking, maka terdapat bank yang mewajibkan penggunaan token

5
PIN, yaitu alat pengaman yang berfungsi menghasilkan PIN yang dapat
digunakan untuk melakukan transaksi perbankan melalui internet. Dengan token
PIN ini, maka PIN nasabah akan selalu berganti-ganti setiap saat, sehingga
keamanan transaksi perbankan lebih aman dan terjamin.

Proses pelaksanan hak dan kewajiban dalam perjanjian internet banking


sudah tersirat didalam syarat dan ketentuan internet banking, karena sebelum
melakukan berbagai transaksi perbankan nasabah telah mengetahui kalusula-
kalusula yang tertulis dari berbagai ketentuan pengguna internet banking.

2.2 Peraturan Perundang-Undangan yang Melindungi Nasabah Bank


Pengguna Internet Banking dari Ancaman Cybercrime.

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana ke


masyarakat selain itu sebagai badan usaha yang memegang asas kepercayaan dari
masyarakat sudah seharusnya pemerintah perlu berusaha melindungi masyarakat
dengan cara memberikan perlindungan terhadap munculnya kerugian bagi
nasabah atas penggunaan produk dan layanan bank. Internet banking sebagai
produk bank disisi memeliki banyak manfaat namun disisi lain mempunyai resiko
yang merugikan nasabah dalam penggunaannya.

Di dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan perundang-


undangan khusus yang mengatur tentang internet banking di Indonesia, namun
kita dapat menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah
internet banking, dengan menafsirkan peraturan tersebut ke dalam pemahaman
tentang internet banking atau mengaitkan peraturan satu dengan peraturan lainnya.
Berikut ini peraturan-peraturan yang terkait dengan pelindungan nasabah
pengguna internet banking :

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Konsumen sebagai motor penggerak dalam perekonomian kerap kali berada


dalam posisi lemah atau tidak seimbang bila dibandingkan dengan pelaku usaha
dan hanya menjadi alat dalam aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha.

6
Berdasarkan Penjelasan umum atas Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 disebutkan bahwa faktor utama yang menjadi kelemahan
konsumen dalam perdagangan adalah tingkat kesadaran konsumen masih amat
rendah yang selanjutnya diketahui terutama disebabkan oleh rendahnya
pendidikan konsumen. Mengacu pada hal tersebut, UUPK diharapkan menjadi
landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui
pembinaan dan pendidikan konsumen. Sehingga diharapkan segala kepentingan
konsumen secara integrative dan komprehensif dapat dilindungi.

Payung hukum yang dijadikan perlindungan bagi konsumen dalam hal ini
nasabah bank penggunan layanan internet banking dalam penulisan ini yaitu
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Mengacu
pada asas yang terkandung dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, dalam
perlindungan konsumen, hendaknya bank melaksanakan hal-hal berikut :
1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan jasa serta memberi penjelasan pcnggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
4. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan jasa yang diperdagangkan;
5. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Untuk memenuhi kewajiban tersebut bank telah berusaha dengan membuat
sistem pengaman yang berfungsi untuk melindungi konsumen, namun karena
lemahnya fungsi tersebut maka masih terdapat celah yang menyebabkan ancaman
kejahatan terjadi dan tentunya mengakibatkan kerugian bagi nasabah. Selain itu
undang-undang juga telah dibuat sebagai usaha preventif untuk mencegah
terjadinya hal yang tidak diinginkan atau yang merugikan bagi konsumen.
Sehingga dalam hal ini perlindungan telah dibuat oleh pemerintah bagi nasabah

7
dalam bentuk Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Bank telah berusaha
mematuhi kewajiban yang timbul dalam undang-undang tersebut.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen ini dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi
sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya
dilanggar bisa memngadukan dan memproses perkaranya secara hukum di badan
penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) yang ada di Indonesia.
b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang diubah menjadi Undang-
undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Dalam Undang-undang perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
diubah menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf (n) bahwa
bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dan perlakuan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya payung hukum tersebut
mengisyaratkan bahwa internet banking legal diterapkan di Indonesia. Selain itu
menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan : “Perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.
Salah satu kegiatan perbankan dalam memberikan pelayanan kepada
nasabah adalah dalam bentuk internet banking. Berikutnya yang dapat ditinjau
dari internet banking berkaitan dengan pendekatan hukum privacy. Di dalam
praktek penyelenggaraan internet banking hal yang lumrah jika suatu bank
menyelenggarakan layanan internet banking menyediakan suatu kebijakan, yang
terkait dengan privacy yang disebut dengan privacy policy. Dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang perbankan dikenal yang disebut dengan kerahasiaan bank (bank
secrecy). Dalam Pasal 40 ayat (1) dan (2) dinyatakan (1) Bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali
dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44 dan Pasal 44A (2).

8
c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan
Manajemen Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank
Umum.
Dalam surat edaran ini telah disebutkan dengan jelas tentang peraturan
layanan internet banking oleh bank, seperti pada lampiran 1 angka (1) :
“Penggunaan Teknologi Informasi diperlukan Bank dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional Bank. Selain itu
perkembangan Teknologi Informasi memungkinkan Bank untuk meningkatkan
pelayanan kepada nasabah melalui produk-produk Electronic Banking.”
Pada lampiran 1 angka (3) disebutkan bahwa “Mengingat penggunaan
Teknologi Informasi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi Bank, maka Bank
wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif.” sehingga disini
menimbulkan suatu kewajiban bagi bank umum untuk menerapkan manajemen
resiko yang efektif sebagai akibat dari penerapan teknologi informasi di bank
umum tersebut. Sehingga diharapkan mampu meminimalisir kerugian yang
mungkin datang akibat penggunaan teknologi informasi khusunya internet
banking bagi bank maupun nasabah pengguna internet banking.
d. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Undang-undang ITE merupakan undang-undang yang mengatur segala
bentuk tindakan manusia dibidang teknologi dan informasi. Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE ini dinilai telah cukup mampu mengatur
permasalahan-permasalahan dari internet banking sebagai suatu fasilitas atau
layanan yang disediakan oleh lembaga perbankan. Meskipun Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008 ini tidak mengatur secara spesifik tentang internet banking
namun terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai transaksi dengan media
internet.
Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan
berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baikm dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. Penyelenggara internet
banking dapat diklasifikasikan sebagai penyelnggara sistem elektronik. Setiap
penyelenggara sistem elektronik diwajibkan untuk menyediakan sistem elektronik

9
secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem
elektronik sebagaimana mestinya. Dalam undang-undang ini juga dijelaskan
mengenai pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam
pelaksanaan transaksi elektronik, yaitu :
1. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi
elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi.
2. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa.
3. Jika dilakukan melalui agen elektronik segala akibat hukum dalam pelaksanaan
transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik.
4. Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen
elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap sistem
elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelengaara agen
elektronik. Namun demikian jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal
beroperasinya agen elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan,
segala akibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna layanan. Ketentuan
tersebut tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa,
kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.
e. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi, telekomunikasi adalah segala kegiatan pemancaran, pengiriman,
dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda syarat,
tulisanm gambarm suaram dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau
sistem elektromagnetik lainnya. Dalam Pasal 17 Undang-undang Telekomunikasi
diatur bahwa penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa
telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua
pengguna, peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan telekomunikasi,
pemenuhan standar pelayanan serta standar penyediaan sarana dan prasarana.
Undang-undang ini juga mengatur tentang perlindungan hukum atas data
pribadi nasabah yang terdapat pada ketentuan Pasal 22 Undang-undang
Telekomunikasi yang menyatakan bahwa : “Setiap orang yang dilarang
melakukan perbuatan tanpa hak, dan tidak sah, atau memanipulasi :

10
A. Akses ke jaringan telekomunikasi, dan/atau
B. Akses ke jasa telekomunikasi, dan/atau
C. Akses ke jaringan telekomunikasi khusus.”
Ketentuan ini lebih menitikberatkan perlindungan terhadap data yang ada
dalam jaringan dan data yang sedang ditransfer. Ketentuan pidana terhadap para
pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Pasal 22 Undang-undang
Telekomunikasi tersebut terdapat dalam Pasal 50 menyatakan bahwa : “Barang
siapa yang melanggar ketentuan sebagaumana dimaksud pasal 22, dipidana
penjara paling lama 6(enam) ytahun dan atau denda paling banyak Rp.
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).”
Selain itu pada Pasal 15 Undang-undang ini mengatur bahwa atas kesalahan
dan kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka
pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada
penyelenggara telekomunikasi. Ganti rugi yang dimaksud adalah ganti rugi yang
diberikan penyelenggara telekomunikasi kepada pengguna atau masyarakat luas
yang dirugikan karena kelalaian dan kesalahannya. Ganti rugi wajib diberikan
kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian
tersebut bukn diakibatkan oleh kesalahan dan kelalaiannya.
2.3 Perlindungan dan Tanggungjawab yang Diberikan Oleh Pihak Bank
Terhadap Nasabah Yang Mengalami Kerugian dalam Penggunaan
Internet Banking.
Hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah bank dalam transaksi
perbankan adalah hubungan yang didasari oleh suatu perjanjian. Termasuk untuk
transaksi perbankan melalui internet. Perlindungan konsumen bersumber pada dua
bentuk, yang pertama diberikan oleh undang-undang dan juga berasal dari
perjanjian. Tanggung jawab pihak bank dari segi penyedia layanan internet
banking membebankan kepada nasabah agar lebih meningkatkan kewaspadaan
dalam menggunkan layanan internet banking. Bila terjadi hal-hal yang
mencurigakan atau dianggap akan menimbulkan bahaya dalam hal ini ancaman
cybercrime dalam penggunaan internet banking, maka nasabah dapat
memberitahukan ke bank lewat layanan call center atau dapat secara langsung
melakukan pengaduan ke cabang bank terdekat.

11
Kemudian yang menjadi masalah bagaimana tanggung jawab yang
diberikan oleh pihak bank kepada nasabah pengguna internet banking yang
mengalami kerugian akibat cybercrime ?.
Berdasarkan analisa penulis menggunakan metode triangulasi, atas kerugian
materiil yang diderita nasabah dalam mekanisme internet banking, nasabah bank
pengguna internet banking dapat mengajukan suatu tuntutan maupun meminta
pertanggungjawaban dari pihak bank maupun pihak ketiga, berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata, Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,
Undang-Undang Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999 serta hasil wawancara
dengan narasumber. Permasalahan dapat diselesaikan dengan
pertanggungjawaban sebagai berikut :
1. Apabila kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet
banking tersebut diakibatkan oleh karena kesalahan dari nasabah bank pengguna
internet banking itu sendiri, seperti kelalaian pengguna dalam mejaga User ID dan
PIN sehingga diketahui oleh banyak orang, maka nasabah bank pengguna internet
banking tidak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak bank karena kesalahan
tersebut dilakukan oleh nasabah bank pengguna internet banking sendiri, dan
berarti pihak bank tidak melakukan wanprestasi kepada nasabah bank pengguna
internet banking tersebut.
2. Sebaliknya, apabila ternyata kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank
pengguna internet banking diakibatkan oleh karena kesalahan dari pihak bank,
maka pihak bank harus memenuhi tuntutan nasabah bank pengguna internet
banking tersebut serta bertanggungjawab untuk memberikan ganti kerugian sesuai
dengan kerugian yang telah diderita oleh nasabah bank pengguna internet
banking. Karena pihak bank telah melakukan wanprestasi kepada nasabah bank
pengguna internet banking.
3. Jika kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet
banking ternyata disebabkan karena perbuatan pihak ketiga misalnya cracker
maka hal itu menjadi tanggung jawab pihak bank sebagai issuer dari fasilitas
internet banking yang disediakannya karena pihak bank harus menjaga
keamaanan dan kerahasiaan data yang terkirim dalam internet banking. Bank

12
mempunyai tim tersendiri untuk menyelidiki cybercrime seperti mendeteksi lokasi
pengambilan rekening dimana. Kemudian bank akan mengadakan rapat khusus
tim investigasi untuk menentukan keputusan yang diambil selanjutnya mengenai
ganti rugi terhadap konsumen.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah penulis peroleh baik dari
wawancara, observasi dan dokumen, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Perjanjian antara bank dan nasabah pengguna internet banking telah dilakukan
di awal pembuatan internet banking. Proses pelaksanan hak dan kewajiban
dalam perjanjian internet banking sudah tersirat didalam syarat dan ketentuan
internet banking, karena sebelum melakukan berbagai transaksi perbankan
nasabah telah mengetahui kalusula-kalusula yang tertulis dari berbagai
ketentuan pengguna internet banking.
2. Hingga saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang secara
langsung mengatur tentang pelaksanaan internet banking. Namun peraturan
perundang-undangan yang ada telah secara tidak langsung mencakup tentang
perlindungan bagi nasabah pengguna internet banking seperti Undang-undang
tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang perbankan, Undang-undang
tentang IT dan surat edaran Bank Indonesia dimana didalamnya telah mengatur
tentang penerapan teknologi dan informasi dalam dunia usaha, perlindungan
terhadap privacy konsumen, manajemen resiko pihak perbankan.
3. Tanggung jawab bank kepada nasabah yang berada dalam masalah cybercrime
atau nasabah yang mengalami kerugian secara materiil dalam penggunaan
layanan internet banking harus dilihat dulu penyebab dari kejadian yang
merugikan tersebut. Karena diawal telah dilakukan perjanjian dimana terdapat
force majeure yang disampaikan oleh pihak bank, bahwa pihak bank tidak
bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi diluar kuasa bank,
seperti kejadian yang merugikan nasabah bank tersebut timbul karena kelalaian
nasabah bank dalam menggunakan User ID dan PINnya. Namun bank akan
bertanggung jawab jika penyebab dari kerugian tersebut dilakukan oleh pihak
ketiga karena kurang amanya perlindungan sistem yang dimiliki oleh ban

14
3.2 SARAN
1. Perlunya pembuatan peraturan perundang-undangan yang mengatur khusus
tentang internet banking dimana pembuatannya dilakukan dengan melibatkan
bank, nasabah, pemerintah, bank indonesia, dan pihak-pihak terkait lainnya.
2. Diharapkan pihak bank dapat selalu meningkatkan keamanan internet banking
dan membuat pengamanan secara periodik untuk mencegah terjadinya
cybercrime dalam internet banking yang merugikan pihak bank maupun
nasabah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Rizky, Ahmad, 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Surabaya : Airlangga
University Press
Susanto, Happy,2008 .Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan.Jakarta : Visimedia
Makalah, Jurnal, dan Tesis
Dewi, Katika. Proses Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Dalam Perjanjian Internet
Banking Serta Jaminan Yang Diberikan Oleh Bank Bagi Nasabah Pengguna
Internet Banking (Studi Pada Bank Bni Cabang Padang), Sumatera Barat :
2007.
Suprihono, Tinjauan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Mobile Banking PT
BCA Di Kantor Cabang Pati, Semarang : 2003.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP Tanggal 20 April 2004 tentang
Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui
Internet Banking.

Internet
https://ib.bri.co.id/ib-bri/id/terms.html

http://www.bi.go.id.

16
LAMPIRAN

TRANSKIP

DATA DIRI NARASUMBER :

Nama : Mukhamad Lukman

Umur : 27 Th

Tempat Kerja : Bri Kantor Cabang Mulyosari

Jabatan : Customer Service (Senior)

DAFTAR PERTANYAAN :

1. Bagiamana perjanjian atau kontrak awal antara bank dengan nasabah yang akan
menggunakan internet banking?

2. Apa saja perlindungan hukum bagi pengguna internet banking dalam


cybercrime?

3. Bagaiamana tanggung jawab bank ketika nasabah pengguna internet banking


tersebut menjadi korban dari cybercrime?

HASIL WAWANCARA

1. Bagiamana perjanjian atau kontrak awal antara bank dengan nasabah yang akan
menggunakan internet banking?

Jawab : Kalau kontrak dan perjanjian itu jadi yang jelas bank itu sudah
memberikan selembaran. Pihak bank tidak meminta user id dan password untuk
melakukan transaksi. Jadi jika ada suatu pihak yang meminta user Id dan
password maka itu bisa dikatakan penipuan. Bank selalu menjelaskan diawal
bahwa nasabah untuk menjaga kebiasaan bertransaksinya.

2. Apa saja perlindungan hukum bagi pengguna internet banking dalam


cybercrime?

Jawab : Jadi untuk perlindungan hukum ada beberapa, yang pertama Undang-
undang tentang perlindungan konsumen, undang-undang ini cakupannya luas
mengenai semua transaksi penjualan yang termasuk internet banking. Kemudian
ada Undang-undang perbankan seperti kerahasiaan privasi nasabah. Serta Bank
Indonesia juga mengeluarkan Surat Edaran tentang penerapan manajemen resiko
dalam penggunaan teknologi informasi oleh bank umum jadi ini tentang
bagaimana kita (pihak bank) mengantisipasi resiko-resiko yang bakal atau
mungkin terjadi.

17
3. Bagaiamana tanggung jawab bank ketika nasabah pengguna internet banking
tersebut menjadi korban dari cybercrime?

Jawab : Sebenarnya kalau untuk tanggung jawab bank, tiap bank itu mempunyai
regulasi sendiri-sendiri, mempunyai kebijakan-kebijakan yang diambil atau
diberikan terkait nasabah yang terkena kasus cybercrime. Sebagai contoh di bank
mandiri terdapat nasabah yang kebobolan hampir 49juta sekian tapi nominalnya
tidak bulat. Jadi kalau kasus cybercrime itu nominal yang diambil tidak bulat.
Tetapi kalau nominalnya tidak bulat namun nasabah tidak merasa mengambil jadi
kemungkinannya fraud. Jadi fraud itu dari pihak intern seperti bank atau pihak
luar. Jadi ketika nasabah mengalami kerugian terdapat tahapan dari bank untuk
menangani masalah tersebut. Jadi bank pun tidak mau mengambil keputusan yang
merugikan pihaknya dan bank pun menjaga integritas atau nama bank itu sendiri
jangan sampai bank nya lari karena merasa sudah menaruh uang disitu dan tiba-
tiba uangnya hilang dan bank tidak mau bertanggung jawab. Jadi tiap bank
memiliki regulasi berbeda-beda. Walaupun nanti akhirnya diganti namun tidak
100% diganti oleh bank. Bank pasti menyelidiki kasus cybercrime oleh tim
khusus dari IT, dengan melacak lokasi pengambilan.

Jadi intinya kalau internet banking itu harus hati-hati jaga password dan user id,
jangan menggunakan fasilitas umum seperti warnet umum untuk membuka baik
cek saldo atau transaksi.

18

Anda mungkin juga menyukai