PENDAHULUAN
Pencak silat merupakan salah satu beladiri yang sudah cukup tua
umurnya. Walaupun sampai saat ini belum didapatkan secara pasti kapan dan
oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Pencak silat adalah suatu metode
gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau,
awalnya memilki paham yang sama tentang pencak silat. Namun seiring
yang berbeda dan sampai sekarang masih belum ada penyelesainnya. Dari
1
membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya
pertentangan.
mulai sering terjadi perkelahian. Perkelahian tersebut tak sedikit yang juga
melibatkan senjata tajam dan tak jarang berakhir dengan kematian dari salah
satu pihak.
yang diekspresikan melalui berbagai symbol seperti kostum, tugu, dan banner
Hal ini dilakukan untuk membesarkan nama perguruan pencak silat tersebut.
dampak dari konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat maka
2
1.2. Rumusan Masalah
untuk :
untuk :
3
BAB 2
Konflik. Teori Lewis Coser digunakan untuk memaparkan fungsi positif dari
setiap konflik. Menurut Coser (1956), terdapat 16 fungsi konflik sosial. Secara
Kelompok
Konflik antar kelompok memiliki andil yang besar dalam membangun dan
menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok, karena konflik menyebabkan
adanya jarak antar kelompok yang satu dengan yang lain. Selain itu, konflik
4
berfungsi untuk menjaga identitas suatu kelompok, karena melalui konflik
Terjadinya konflik antar kelompok memiliki nilai positif untuk kelompok itu
sehingga pertahanan suatu kelompok terhadap ancaman dari luar semakin kuat.
konflik, maka ikatan antar anggota suatu kelompok akan semakin kuat.
antar anggota suatu kelompok. Apabila terjadi konflik, maka suatu kelompok
harus bersatu untuk melawan kelompok lain. Hal utama yang tidak boleh terjadi
pada saat suatu kelompok sedang terlibat konflik dengan kelompok lain adalah
permusuhan antar anggota. Oleh karena itu, apabila ada masalah antar anggota,
Tanpa katup penyelamat, permasalahan yang ada antar anggota akan semakin
Oleh karena itu, katup penyelamat merupakan faktor penting dalam menjaga
5
menghilangkan kebencian antar anggota dalam suatu kelompok yang biasanya
dapat saja merasa tertekan dan mengundurkan diri ketika pedapatnya tidak
diterima. Dengan melepaskan rasa permusuhan yang ada antar anggota melalui
katup penyelamat, maka hubungan baik antar anggota tetap terjalin. Sosok
Coser (1956) membagi konflik menjadi dua, yaitu konflik realistis dan
kemungkinan bahwa konflik realistis terjadi tanpa sikap permusuhan. Cara yang
dilakukan untuk menjatuhkan lawan masih dengan cara yang logis. Sedangkan
konflik non-realistis adalah konflik yang berasal dari kebutuhan untuk meredakan
ketegangan akibat suatu konflik, paling tidak dari salah satu pihak. Cara yang
Menurut Coser (1956), dorongan untuk menjadi agresif atau rasa benci
tidak cukup untuk menjelaskan alasan terjadinya konflik. Seperti rasa cinta, rasa
benci membutuhkan objek. Konflik hanya dapat terjadi apabila ada interaksi
antara subjek dan objek. Dengan adanya interaksi tersebut, maka konflik selalu
dapat diandaikan seperti suatu hubungan. Suatu konflik tidak perlu disertai dengan
rasa permusuhan dan agresivitas. Ketegangan atau tekanan tidak selalu dapat
6
diasosiasikan dengan perilaku yang menyebabkan terjadinya konflik. Namun, hal
tersebut dapat berguna untuk membenci lawan. Berbagai isu yang dikembangkan
menumbuhkan rasa benci yang akan semakin menguatkan tekanan sosial dalam
anggota suatu kelompok untuk terlibat dalam sebuah konflik sampai konflik
tersebut berakhir. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konflik menimbulkan
antar individu yang memiliki hubungan yang dekat, maka pemisahan antara
Coser (1956), apabila semakin dekat suatu hubungan, maka semakin besar rasa
saling memiliki yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan
Rasa tidak suka atau kebencian biasanya merupakan sebuah elemen yang
terhadap suatu kelompok lebih besar dibandingkan rasa saling memiliki yang
Menurut Coser (1956), apabila sebuah konflik muncul dari hubungan yang
dekat, maka konflik yang terjadi akan besar. Hal ini terjadi karena konflik antar
kelompok dari hubungan yang dekat akan menimbulkan koalisi dan sekaligus
oposisi sehingga konflik yang terjadi akan semakin tajam. Semakin banyak yang
7
terlibat dalam sebuah konflik, baik sebagai yang berkoalisi atau oposisi, maka
reaksi kekerasan yang timbul akan semakin besar. Dalam konflik antar kelompok
yang sebelumnya memiliki hubungan yang erat, rasa benci anggota suatu
menyebabkan semakin intensnya suatu konflik. Hal ini karena rasa benci tersebut
dirasakan oleh anggota kelompok lawan sebagai ancaman terhadap persatuan dan
dalam hubungan antara dua pihak dan membangun kembali persatuan. Coser
(1956) berpendapat bahwa konflik berfungsi sebagai jalan keluar dari ketegangan
yang terjadi antara dua pihak. Dapat diartikan bahwa konflik berfungsi untuk
menstabilkan fungsi hubungan antara dua pihak yang berkonflik dan menjadi
komponen pemersatu hubungan. Akan tetapi, tidak semua konflik memiliki fungsi
positif bagi hubungan antar kelompok yang berkonflik, hanya kelompok yang
bahwa hubungan antar kelompok kuat dan stabil. Kedekatan antara satu kelompok
ada satu pihak yang merasa bahwa hubungan yang terjalin lemah, maka konflik
hubungan mereka. Kestabilan hubungan antar kelompok dapat dilihat dari konflik
8
yang terjadi antara dua atau lebih kelompok. Semakin sering terjadi konflik,
berarti semakin erat hubungan antar kelompok yang berkonflik, tetapi Coser
terjadi pada hubungan dekat. Untuk hubungan yang tidak dekat, konflik berfungsi
Kelompok
anggota dalam suatu kelompok semakin erat, sehingga kohesi di dalam sebuah
kelompok semakin erat. Kohesi dalam kelompok tergantung pada karakter konflik
yang melibatkan suatu kelompok serta terkait juga dengan karakteristik kelompok.
Apabila konflik yang terjadi antara dua atau lebih kelompok tergolong besar,
maka kohesi yang terjadi di dalam sebuah kelompok semakin erat. Kohesi yang
erat dalam sebuah kelompok dapat menjadi renggang apabila terjadi kesewenang-
rasa benci dalam diri anggota-anggota sebuah kelompok, tetapi rasa benci ini
tidak dapat disalurkan karena tidak ada katup penyelamat. Tidak adanya katup
kelompok, maka dapat dipastikan kohesi di dalam kelompok tersebut tidak erat.
konflik dengan kelompok lain, maka batas toleransi setiap anggota dalam sebuah
9
kelompok semakin berkurang. Kohesi sosial setiap anggota bergantung pada
kehidupan kelompok. Kelompok yang sering terlibat konflik akan dengan hati-
kelompok tersebut bersifat eksklusif. Berbeda dengan kelompok yang jarang atau
bahkan tidak pernah terlibat konflik dengan kelompok lainnya, yang perekrutan
anggotanya tidak memiliki banyak syarat, maka jumlah anggotanya banyak dan
suatu kelompok memang sengaja mencari musuh. Kelompok seperti ini benar-
benar dapat memahami ancaman dari luar kelompok mereka. Walaupun ancaman
yang dirasakan berasal dari luar kelompok, terkadang hanyalah ancaman yang
tidak nyata. Coser (1956) berpendapat bahwa ancaman yagn tidak nyata dapat
yang tidak nyata dalam konteks ini adalah ancaman yang dibentuk seolah akan
menjadi nyata. Ancaman dari luar kelompok yang dibesar-besarkan, daya tarik
mereka adalah perwakilan dari sebuah kelompok, berjuang bukan untuk dirinya
sendiri, melainkan untuk ideologi dari kelompok yang mereka wakili, akan
berjuang lebih radikal dan tanpa ampun. Hal ini berkebalikan bila dibandingkan
10
dengan partisipan yang terlibat dalam sebuah konflik karena alasan pribadi.
aturan-aturan, norma-norma, dan kebiasaan baru. Oleh karena itu, Coser (1956)
berpendapat bahwa konflik berfungsi sebagai agen sosialisasi bagi dua kubu yang
Coser (1956) berpendapat bahwa bersatunya dua atau lebih kelompok pada
apabila kekuatan yang dimiliki antar kelompok yang berkonflik sama, maka
untuk bersatu dengan suatu kelompok lain juga untuk memperlihatkan kelompok
mana yang paling kuat. Selain itu, Coser (1956) menjelaskan bahwa dengan
11
Konflik Membentuk dan Menjaga Keseimbangan Kekuasaan
kelompok hanya dapat dilakukan apabila satu pihak sadar akan kekuatan pihak
lawannya. Kesadaran akan kekuatan pihak lawan tersebut, menurut Coser (1956),
hanya dapat dicapai melalui konflik. Dengan demikian, Coser (1956) berpendapat
yang berkonflik, atau bahkan individu maupun kelompok yang tidak memiliki
kelompok yang kohesif. Hal ini disebabkan adanya kepentingan pragmatis dari
orang-orang yang terlibat dalam suatu konflik. Koalisi antar kelompok yang
lainnya. Koalisi akan terlihat sebagai ancaman dan tindakan tidak bersahabat bagi
kelompok yang tidak ikut di dalam koalisi tersebut. Oleh karena itu, akan
12
2.2. Kajian Pustaka
2.2.1. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
berdaya.
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
individu atau kelompok. (4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat.
13
2.2.2. Kekerasan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda.
Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan
barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial
tertentu.
orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain
suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka
terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau
14
Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya
mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik. Ada dua hasrat
pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu: (1) Hasrat
untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya (2) Hasrat untuk bersatu dengan
2.2.4. Kepribadian
ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu
akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan
kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah
menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu
sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi
yang di hadapi.
dan dipengaruhi oleh adat, sikap,emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika.
15
Perilaku sesorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh
Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu
tindakan sengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang
seseorang diukur relatif terhdap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol
Pencak silat merupakan salah satu jenis beladiri yang sudah cukup tua
umurnya. Walaupun sampai saat ini belum di dapatkan secara pasti kapan dan
oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Pencak silat asalah suatu metode beladiri
yang diciptakan oleh bangsa Indonesia guna mempertahankan diri dari bahaya.
16
sosial masyarakat bangsa Indonesia pencak silat sangat dipengaruhi oleh falsafah,
paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari cara, sikap, dan sifat untuk
berinteraksi dengan orang lain dalam maupun diluar keluarga. Tingkat selanjutnya
itu sendiri ada organisasi yang bisa kita jadikan tempat untuk bersosialisasi lebih
luas lagi seperti organisasi kelas. Ada pula dari tingkatan sekolah yang tertinggi
jangkauannya lebih luas. Lalu ada tingkatan saat kita berada di lingkungan kerja
sudah mulai mandiri dan bisa menyumbangkan apresisasi dan ilmu kita ke dalam
bidang pekerjaan yang sesuai dengan kriteria yang ada dalam diri kita. Tingkatan
paling akhir adalah lingkungan masyarakat yang kita temui nanti saat kita sudah
cukup siap dan dewasa untuk bisa terjun langsung ke dalamnya kita pun bisa
masyarakat .
17
2.3. Kerangka Pemikiran
KONFLIK
NEGATIF POSITIF
PERBEDAAN PENDAPAT
PERPECAHAN
TIMBULNYA
KEKERASAN
PERASAAN INGIN
MENJADI PALING KUAT
TIDAK BERHASILNYA
MUNCUL KONFLIK PROSES INTERGRASI
18
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Konflik
sehingga sulit untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari
konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber
konflik , tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber
2. Kekerasan
19
kelompok-kelompok tersebut dibekali metode untuk melindungi dirinya dan
lebih kuat.
mengarah kelebih normal diantara kedua bela pihak. Pascakonflik bisa juga
kekerasan bisa terjadi karena beberapa faktor. Pertama, kedua belah pihak
pihak mengalami kekalahan yang luar biasa, tanpa mendapatkan apapun yang
yang negatif. Seperti luka fisik akibat kekerasan yang dirasakan setiap
individu yang terlibat dalam kekarasan tersebut. Dan nama kelompok yang
20
3.3. Lokasi Penelitian
Perguruan Pencak Silat di Jombang Jawa Timur” lokasi yang dipilih oleh peneliti
Indonesia atau KONI dan Dinas Dinas Pendidikan Olahraga Budaya dan
21
Jobang yang bergerak dalam bidang olahraga seperti KONI dan DIPORA
langsung sehingga hal ini peneliti dan pembaca bisa menarik kesimpulan
penelitian ini yang dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antar
Timur.
responden
diteliti adalah bersifat interaktif dan tidak dapat dipisahkan ( Moleong, 2009 ),
menganalisis data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
22
1. Triangulasi Sumber
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian yang
Jawa Timur ini untuk mengetahui konflik yang terjadi antara kelompok perguruan
pencak silat yang berujung pada kekerasan. Segala data yang terkumpulkan, akan
Rumusan Masalah .
untuk mengetahui dampak dari konflik yang terjadi antara orang tua dan anak dalam
hal prestasi anak yang menjadi pondasi terbentuknya sikap atau perilaku anak dalam
hal ini yaitu dari sumber siswa SMA Negeri 3 Jombang dan orang tua siswa yang
mengalami konflik tersebut. Kemudian dari ketiga sumber data tersebut di bedakan
mana pandangan yang sama dan mana pendapat yang berbeda kemudian ,
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
juga dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena banyaknya sekolah pendidikan
Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh
5.30° Bujur Timur dan antara :7.20' dan 7.45' lintang selatan dengan luas wilayah
115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur. Pusat kota Jombang terletak di
permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota
Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang Propinsi Jawa
24
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kediri. Sebelah utara berbatasan
Tabel 4.1
25
4.1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama
merupakan perpaduan antara dua kultur budaya, yaitu perpaduan antara budaya
Jawa dan budaya Islam. Perpaduan kedua budaya inilah yang membentuk
saat ini. Komposisi jumlah pemeluk agama menunjukkan pemeluk agama Islam
sekitar 98%, kemudian pemeluk agama Kristen Protestan 1,23%, pemeluk agama
Kristen Katolik sebesar 0,29%, agama Hindu 0,09% dan agama Budha sebesar
0,12%. Jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada Tabel 4.2
26
Tabel 4.2
dalam kelompok perguruan pencak silat baik yang pernah terlibat dalam konflik
27
kekerasan dengan perguruan pencak silat lain maupun yang tidak pernah terlibat,
atau KONI dan Dinas Dinas Pendidikan Olahraga Budaya dan Pariwisata atau
DISPORA.
peneliti menganalisis beberapa hal tentang informen yaitu seperti : data responden
berupa nama, usia, agama, jenis kelaminm dan alamat responden. untuk
mengetahui identitas informen, maka peneliti buat dalam bentuk tabel 4.11.
Sedangkan tujuan peneliti membuat data informen dalam bentuk tabel yaitu untuk
Tabel 4.3
Data Responden
Jenis
Nama Usia Alamat
Kelamin
Vianko Rifqi
Ilhamsyah Laki-Laki 17th Kalikejambon, Tembelang, Jombang
28
4.2.1.1. Jenis Agama Responden
Yurlanda, Vianko Rifqi Ilhamsyah dan Fitri Okiyana Dewi semua mengakui
pencak silat beragama Islam, dan juga karakteristik dari Perguruan atau
diketahui status responden sebagai berikut : Responden yang terdiri dari Heri
Kriswanto dan Prasetyo berstatus sebagai pekerja sedangkan infromen yang terdiri
dari Shella Frisqi Yurlanda, Vianko Rifqi Ilhamsyah dan Fitri Okiyana Dewi
29
Tabel 4.4
Status Responden
Prasetyo Pekerja
responden yang terdiri dari Prasetyo, Shella Frisqi Yurlanda, dan Vianko Rifqi
Ilhamsyah tergabung dalam pencak silat PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate)
sedangn untuk responden yang bernama Heri Kriswanto dan Fitri Okiyana Dewi
bergabung dengan perguruan pencak silat Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia
Kera Sakti. Dari data emik atau data yang dituturkan langsung oleh responden
akhirnya oleh peneliti gambarkan dalam sebuah tabel di bawah berikut ini.
30
Tabel 4.5
4.2.2.1. Konflik
dalam penelitian yang berjudul “Konflik Kekerasan Antar Perguruan Pencak Silat
namun cenderung memiliki maksud yang sama. Menurut Heri Kriswanto Konflik
adalah suatu hubungan sosial antar dua orang atau kelompok yang salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain, sedangkan menurut Prasetyo konflik adalah masalah
dalam proses sosial antar individu atau kelompok. Dan menurut Shella Frisqi
Yurlanda konflik adalah proses sosial antara kelompok atau individu yang
Ilhamsyah konflik adalah masalah yang terjadi antara dua orang atau kelompok
31
tuturnya. Dan yang terakhir menurut Fitri Okiyana Dewi yang dimaksud konflik
Dari data yang peneliti dapatkan baik data primer yang berasal dari
jawaban responden dan data sekunder yang peneliti dapatkan dari data-data yang
tersedia maka dapat diketahui kelompok perguruan pencak silat di Kota Jombang
yang sering mengalami konflik adalah antara kelompok perguruan pencak silat
PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) dengan kelompok perguruan pencak silat
IKSPI (Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti). Baik dari anggota
silat mereka mengalami konflik sejak dulu dan belum bisa diselesaikan hingga
peneliti tentang apa penyebab konflik antar kelompok perguruan pencak silat
perguruan yang berkonflik sama-sama merasa dirinya lah yang paling kuat
sehingga menyebabkan sikap yang saling tidak menghargai satu sama lain dan
yang saya ikuti yaitu IKSP dengan perguruan pencak silat PSHT sendiri yaitu
konflik ini muncul karena terbunuhnya salah satu anggota dari kelompok
perguruan pencak silat saya yang dilakukan oleh anggota PSHT. Sedangkan
Prasetyo berasumsi bahwa penyebab konflik antar kelompok perguruan yang saya
ikuti yaitu PSHT dengan kelompok perguruan pencak silat IKSP tidak jauh beda
32
dengan penyebab umum konflik antar perguruan pencak silat lainnya yaitu karena
saling ejek dan merasa kelompok masing masing yang paling kuat. Sedangkan
menurut Shella Frisqi Yurlanda tidak jauh beda dengan jawaban Prasetyo bahwa
penyebab antar kelompok perguruan pencak silat mayoritas sama yaitu saling
dalam konflik. Menurut Vianko Rifqi Ilhamsyah penyebab dari konflik kekerasan
antar pencak silat bisa bermacam-macam, terdapat pula penyebab dari konflik
kedudukan atas sehingga terdapat pihak yang melepaskan diri dan cenderung
kedua belah tersebut menjadi berkonflik namun sebagian besar penyebab konflik
antar perguruan pencak silat adalah saling ejek. Vianko menambahakan untuk
penyebab konflik antara perguruan pencak silat yang saya ikuti yaitu PSHT
dengan IKSPI yaitu Kedua belah pihak merasa kelompoknyalah yang paling kuat
konflik antar perguruan pencak silat baik yang terjadi antara perguruan pncak silat
lain maupun perguruan pencak silat yang saya ikuti IKSPI yang berkonflik dengan
PSHT sebagian besar adalah karena saling olok mengolok satu sama lain dan
tidak ada yang merasa bersalah, hal seperti inilah yang rentan menimbulkan
konflik.
4.2.2.4.Terjadinya Konflik
mengenai bagaiman konflik antar kelompok perguruan pencak silat itu berjalan
33
konflik ini berjalan dengan persaingan-persaingan antar kelompok perguruan
Hal ini juga terdapat proses dalam menuju kekerasan tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Heri Kriswanto dalam suatu konflik yang terjadi antar
perguruan pencak silat yang responden ikuti yaitu IKSPI dengan PSHT yang
dipicu karena terbunuhnya salah satu anggota dari IKSPI maka membuat
kekerasan. Lain halnya menurut Prasetyo dalam proses konflik antar perguruan
pencak silat yang berujung kekerasan ini terjadi karena dengan melecehkah
yang responden ikuti yaitu PSHT yang berkonflik dengan IKSPI tersebut bisa
menjadi kekerasan hal ini disebabkan karena salah satu dari perguruan IKSPI
dari salah satu padepokan, sehingga dapat menimbulkan kekerasan dengan adu
kekuatan dan ilmu yang didapat dari perguruannya. Sedangkan menurut Vianko
konflik yang terjadi antar perguruan pencak silat dapat berubah menjadi kekerasan
34
karena kedua belah pihak saling ejek secara terus menerus, hal ini dapat
menurut Firti Okiyana Dewi konflik yang terjadi antar perguruan pencak silat
dapat berubah menjadi kekerasan disebabkan oleh perasaan tidak terima berubah
menjadi amarah.
4.2.2.6.Kekerasan
berakhir dengan kekerasan. Berikut makna dari kekerasan yang dikemukakan oleh
kekuatan fisik, dan menurut Shella Frisqi Yurlanda kekerasan yaitu konflik yang
menjadi adu fisik kekuatan dan tidak jauh beda menurut Vianko kekerasan itu
adalah konflik yang menggunakan fisik, lain halnya menurut Fitri Okiyana Dewi
kekerasan adalah adalah tindakan dimana seseorang saling menyakiti satu sama
lain.
Kekerasan dapat berhenti karena sesuatu hal yang memaksa para pelaku
kekerasan untuk berhenti. Untuk masalah kekerasan antar perguruan pencak silat
yaitu yang terdiri dari Prasetyo, Shella Frisqi Yurlanda, Vianko Rifqi Ilhamsyah
tersebut perlu pihak ketiga seperti polisi jadi kekerasan berhenti saat polisi datang
dan masing-masing kelompok melarikan diri dari tawuran terseubut. Berbeda lagi
35
menurut Heri Kriswanto kekerasan dapat berhenti tidak selalu karena kehadiran
polisi namun hal ini juga disebabkan dengan kurangnya pasukan masing-masing
perguruan pencak silat masih berlanjut. Sebenarnya jika kedua kelompok tidak
bersikap rasis dan tetap mau menghargai kelompok lain dapat dimungkinkan
konflik ini akan selesai, namun kenyataannya hingga sekarang konflik masih
terjadi, seperti yang dikatakan kelima responden bahwa tidak ada cara
kelompok perguruan pencak silat yang berkonflik dengannya, jadi sulit untuk
antar kelompok perguruan pencak silat dapat dirasakan setiap anggotanya, tidak
hanya itu konflik kekerasan yang terjadi juga dapat mempengaruhi keberadaan
pula.
kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat terhadap diri sendiri yaitu
menurut Heri Kriswanto hal ini menyebabkan rasa bersalah terhadap diri saya atas
36
pembunuhan yang telah saya lakukan terhadap kelompok musuh karena semangat
balas dendam dan pemikiran nyawa dibalas nyawa. Sedangkan menurut Prasetyo
dampak bagi diri sendiri bisa menyebabkan luka-luka. Lain halnya menurut Shella
Frisqi Yurlanda dampak dari konflik kekerasan terhadap diri sendiri adalah
trauma jika mental lemah, mudah sakit jika fisik lemah dan juga menimbulkan
rasa kepuasan (melampiaskan rasa amarah), dan menurut Vianko Rifqi Ilhamsyah
konflik kekerasan ini dapat menimbulkan dendam dalam hati, berbeda lagi
menurut Fitri Okiyana Dewi konflik kekerasan ini dapat membahayakan diri
sendir.
yang ditimbulkan dari konflik kekerasan ini bagi kelompok yaitu terbunuhnya
salah satu anggota kelompok, lain hal nya menurut Prasetyo konflik kekerasan ini
namun dengan adanya konflik dengan kelompok luar, hal ini dapat mempererat
hubungan antar anggota dalam kelompok karena untuk melawan suatu kelompok
menurut Shella Frisqi Yurlanda dengan adanya konflik kekerasan ini dapat
menjawab kelompok mana yang lebih kuat, dan menurut Vianko Rifqi Ilhamsyah
konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat ini dapat menyebabkan
37
menurut Fitri Okiyana Dewi bahwa konflik kekerasan antar perguruan pencak
antar kelompok perguruan pencak silat di Jombang Jawa Timur maka ditemukan
perguruan pencak silat yang merasa bahwa kelompok merekalah yang paling kuat
dan meremehkan kelompok lain, hal seperti inilah yang dapat memicu suatu
konflik. Kelompok perguruan pencak silat di Jombang Jawa Timur yang sering
berkonflik adalah perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
Hal ini diperkuat oleh teori konflik menurut Coser (1956) menyatakan
bahwa dalam konflik antar kelompok, konflik juga menempatkan dan menjaga
garis batas antara dua atau lebih kelompok, karena konflik menyebabkan adanya
jarak antar kelompok yang satu dengan yang lain. Selain itu, konflik berfungsi
untuk menjaga identitas suatu kelompok, karena melalui konflik perbedaan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya dapat terlihat. Yang dalam penelitian ini
38
karena terjadinya suatu konflik, persaingan dapat diketahui dari penguatan
meletakkan symbol tersebut pada kaos, baliho, bendera dll. Penonjolan hal-hal
tidak perlu disertai dengan rasa permusuhan dan agresivitas. Ketegangan atau
terjadinya konflik. Namun, hal tersebut dapat berguna untuk membenci lawan.
Namun dalam penelitian ini akibat sikap saling ejek terus menerus dan rasa tidak
terima karena telah diejek dapat menguatkan rasa benci terhadap kelompok lawan
Coser (1959) Berbagai isu yang dikembangkan menumbuhkan rasa benci yang
akan semakin menguatkan tekanan sosial dalam sebuah konflik. Hal ini membuat
terlibat dalam sebuah konflik sampai konflik tersebut berakhir. Oleh karena itu,
dengan kelompok lawan. Tidak hanya itu dalam penelitian ini penyebab konflik
bahwa salah satu jalan untuk mengetahui kelompok mana yang paling kuat dapat
konflik dapat berfungsi untuk menguji kekuasaan antar pihak yang berkonflik.
39
Penyesuaian kekuasaan dalam suatu kelompok hanya dapat dilakukan apabila satu
pihak sadar akan kekuatan pihak lawannya. Dalam penelitian ini dengan
terjadinya kekerasan atau tawuran antar kelompok perguruan pencak silat akan
diketahui kelompok mana yang lebih kuat, walaupun kelompok yang kalah tidak
mereka adalah perwakilan dari sebuah kelompok, berjuang bukan untuk dirinya
sendiri, melainkan untuk ideologi dari kelompok yang mereka wakili, akan
berjuang lebih radikal dan tanpa ampun. Dalam penelitian ini, anggota dari
anggota sama saja dengan melecehkan kelompok. Dan juga anggota kelompok
yang mengalami konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat mati-
matian dalam membela kelompok dan cenderung lebih sensitive dan rasis
berkonflik berjuang tanpa ampun untuk ideologi dari kelompok yang mereka
wakili.
pertarungan atau kekerasan memilih melarikan diri. Namun ada hal lain yang
40
menyebabkan kekerasan tersebut berhenti yaitu karena kurangnya pasukan
membawa dampak baik bagi diri sendiri, kelompok maupun orang lain. Dampak
bagi diri sendiri seperti rasa bersalah jika telah melakukan pembunuhan dan dapat
melukai diri sendiri serta dapat menimbulkan trauma jika memiliki mental yang
lemah. Sedangkan dampak bagi kelompok yaitu dapat membuat nama kelompok
perguruan pencak silat yang terlibat dalam konflik menjadi jelek. Namun dengan
adanya konflik dengan kelompok luar, hal ini dapat mempererat hubungan antar
dinyatakan oleh Coser (1956) konflik antar kelompok menyebabkan sinergi antar
anggota dalam suatu kelompok semakin erat, sehingga kohesi di dalam sebuah
kelompok semakin erat. Dan dampak lainnya dari konflik kekerasan antar
masyarakat.
41
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
kecantikan wajah dikalangan pelajar SMA Negeri 3 Jombang Jawa Timur, maka
5.1.1. Konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat di Jombang Jawa
Timur telah berlangsung sejak lama. Perguruan pencak silat yang sering
5.1.2. Penyebab dari konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat di
yang merasa bahwa kelompoknya lah yang paling kuat dan sikap tidak
5.1.4. Konflik dapat berujung menjadi kekerasan karena sikap saling ejek yang
berkelanjutan dan rasa tidak terima. Namun konflik juga dapat berubah
menjadi kekerasan karena hal ini sebagai pembuktian kelompok mana yang
paling kuat.
42
5.1.5. Konflik kekerasan antar kelompok perguruan pencak silat menimbulkan
5.2. Saran
terjadi antar kelompok perguruan pencak silat di Jombang Jawa Timur, maka
5.2.1. Seharusnya masing masing kelompok perguruan pencak silat dapat saling
5.2.3. Sebaiknya anggota kelompok yang telah senior tidak menanamkan rasa
benci terhadap kelompok perguruan pencak silat lain kepada junior masing-
masing.
5.2.5. Dalam pembuatan karya ilmiah, penulis menyadari akan kekurangan yang
ada dengan begitu penulis meminta kritik dan saran dari pembaca agar
karya ilmiah yang disajikan lebih sempurna dan lebih baik lagi dilain
waktu.
43
DAFTAR PUSTAKA
https://cyberiqro.wordpress.com/pencak-silat/
http://zakaaditya.blogspot.com/2013/09/teori-konflik-dari-beberapa-ahli.html
Rangga Bisma Aditya, 2011, “Dinamika Konflik Pedagang Kaki Lima Pasar
Keputran Surabaya’’
http://awaysidik.blogspot.com/p/apa-itu-konflik-contoh-konflik-dan.html
44
LAMPIRAN
45
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Umur :
Agama :
Jenis Kelamin :
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
berhenti?
kekerasan tersebut?
46
12. Dan bagaimana kondisi pasca konflik (setelah konflik itu selesai) ?
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
47
HASIL WAWANCARA 1
Umur : 17
Agama : Islam
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
Konflik adalah suatu hubungan sosial antar dua orang atau kelompok yang
48
7. Apa penyebab konflik tersebut muncul ?
Penyebabnya adalah karena anggota perguruan pencak silat kami ada yang
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
berhenti?
diselesaikan dan karena massa sedikit jadi kedua belah pihak memutuskan
untuk lari.
kekerasan tersebut?
Tidak ada
12. Dan bagaimana kondisi pasca konflik (setelah konflik itu selesai) ?
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
49
Dampak bagi kelompok terbunuhnya salah satu anggota dari kelompok
50
HASIL WAWANCARA 2
Nama : Prasetyo
Umur : 25
Agama : Islam
Status : Bekerja
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
4. Menurut anda makna konflik itu sendiri seperti apa? Masalah dalam proses
5. Menurut anda makna kekerasan itu sendiri seperti apa ? Konflik yang
6. Apa nama Perguruan pencak silat yang terlibat konflik dengan perguruan
yang saya ikuti, tapi yang paling sering konflik dengan perguruan IKS
51
Karena saling ejek
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
berhenti? Jika ada polisi kedua belah pihak akan melarikan diri
kekerasan tersebut?
Ya masih berlanjut.
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
52
HASIL WAWANCARA 3
Umur : 16
Agama : Islam
Status : Bekerja
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
Ingin menambah wawasan tentang pencak silat dan juga ingin menjada
diri sendiri
Pernah
53
7. Apa penyebab konflik tersebut muncul ?
kelompok.
Salah satu dari perguruan IKSPI maupun PSHT tidak bisa menerima
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
berhenti?
12. Dan bagaimana kondisi pasca konflik (setelah konflik itu selesai) ?
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
Diri sendiri, trauma jika mental lemah, mudah sakit jika fisik lemah dan
54
55
HASIL WAWANCARA 4
Umur : 14
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
Karena hanya ingin bergaya dengan cara mengikuti perguruan pencak silat
tersebut
Konflik adalah masalah yang terjadi antara dua orang atau kelompok
Kera Sakti
56
7. Apa penyebab konflik tersebut muncul?
kelompok.
Saling ejek
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
kekerasan tersebut?
Ya masih berlanjut
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
57
HASIL WAWANCARA 5
Umur : 17
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pertanyaan !
1. Perguruan pencak silat apa yang Anda ikuti ? dan Sejak kapan Anda
Karena dapat menjaga diri saya dari kejahatan dan juga teman saya yang
lain.
58
7. Apa penyebab konflik tersebut muncul?
Saling olok mengolok satu sama lain dan tidak ada yang merasa bersalah.
masing-masing kelompok.
10. Apa yang dilakukan kedua belah pihak sehingga kekerasan tersebut
kekerasan tersebut?
Belum selesai.
14. Menurut Anda apa dampak akibat konflik kekerasan bagi diri sendiri,
59