PENCAK SILAT
Disusun Oleh :
Gildan Ramadhan (18603144008)
ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah,
Taufik dan Syafaatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan atau acuan dan menjadi referensi alternatif dalam pengetahuan
olahraga bertema mengenai “Pencak Silat”
Harapan saya, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Gildan Ramadhan
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu kebutuhan paling dasar manusia ialah keamanan dan kesejahteraan.
Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan
mengembangkan berbagai cara dan sarana, diantaranya ciptaan manusia yang
menyangkut tentang kebutuhan keamanan, yakni cara dan sarana fisik untuk
menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
(ATHG), salah satunya adalah jurus dan senjata. Jurus adalah teknik gerak fisik
berpola yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa ataupun dengan
senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik
binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia yang kemudian terus
dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia, sama halnya
dengan senjata yang digunakan.
Agar mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah
menciptakan berbagai cara dan sarana, diantaranya dengan mengembangkan jurus
menjadi bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup
mereka. Salah satu bentuk pengembangan seni jurus tersebut ialah pencak silat.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1
5. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan pencak
silat
6. Mengetahui informasi lain seputar pencak silat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar
dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan
tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat
dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya
asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang
menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan
tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan
berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, seperti yang kini
ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh
pengaruh luar.
Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-
kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup
masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,
kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar
luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad
ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian,
pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah
pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas.
Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai
daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga
mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa
Minangkabau, silat itu sama dengan silek.
Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari
Cina dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang
kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang
mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai
kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab,
Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan
beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir
bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah
umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa
Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari abad
ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa,
yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran
3
agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam
sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga
saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran
agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan
seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi
penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual.
Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan
Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap
penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu
bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA)
di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah
secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang
sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi
geografis dan etnologis, serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa
Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam,
namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan unsur-unsur
kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun
temurun. Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah
pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih
teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok,
latar belakang dan sejarah pembelaan diri dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena
dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan
di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
4
Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di
dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Persilat di
Jakarta pada tahun 1980.
Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada
tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi
seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan
kata majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak
silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan nama pencak, sedangkan
di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat merupakan kata
yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus, begitu pula
dengan kata silat. Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan,
dan digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak bela diri
yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna
keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari bencana.
Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan
kebatinan. Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah
hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi
(kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya
untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
5
1. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah
satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.
2. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena
menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandingan.
3. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar
sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.
4. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan
ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman
langsung diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran tingkat pertama sehingga
lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandingan.
5. Menang karena pertandingan tidak seimbang.
6. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.
1. Serangan
Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan,
tangan, ataupun siku untuk mengenai sasaran tertentu pada anggota badan
lawan. Serangan tangan merupakan serangan yang paling umum dilakukan,
6
umumnya berupa pukulan. Berbagai macam bentuk serangan adalah sebagai
berikut.
a. Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah,
dan bawah.
b. Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.
c. Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan
diarahkan ke sasaran kemaluan.
d. Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran
rahang dan rusuk. Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan
perkenaannya seluruh buku-buku jari.
e. Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah
lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka,
leher, bahu, atau pinggang.
f. Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan
terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke
luar atau dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.
g. Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian
perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke
atas, dengan sasaran dagu dan hidung.
h. Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran
telinga.
i. Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas,
dengan sasaran muka atau kemaluan.
j. Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari
merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
k. Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam
yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan
dengan sasaran mata dan tenggorokan.
l. Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang
menguncup dan sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.
m. Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan
mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala
arah, dengan sasaran muka.
n. Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi
telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.
7
o. Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka
dengan sasaran dada.
p. Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke
atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara
lain sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.
2. Belaan
Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik
melalui tangan maupun kaki pada saat menerima serangan. Macam-macam belaan
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa
dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
b. Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan
dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.
c. Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak
dari berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap
tubuh, dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut:
1) Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan
salah satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah
(miring).
2) Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan
kedua kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).
3) Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi
kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan
yang terancam serangan tersebut.
d. Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan
dengan cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung
bertujuan membendung atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari
lintasannya. Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut.
1) Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka
dengan kenaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar
dan dari atas ke bawah.
2) Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal.
Perkenaannya yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.
3) Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan
terbuka dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam
ke luar atau sebaliknya.
4) Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke
dalam.
5) Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang
dengan kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah
dan sebaliknya.
8
6) Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas,
hanya saja posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah
7) Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan
ke samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan
bawah luar, dengan posisi tangan terbuka.
8) Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku-
siku. Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke
atas dan posisi tangan mengepal.
9) Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam
yang tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar
ke dalam dan dari dalam ke luar.
10) Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan
berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah
punggung kepalan tangan.
11) Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke
atau dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.
12) Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan
lintasan dari dalam ke luar.
9
2.6. Informasi Lain tentang Pencak Silat
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan
olahraga bela diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang
baik. Permainan pencak silat membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk
memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Dalam permainan
pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik, mulai dari pukulan,
sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai
harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak gugur.
3.2. Saran
Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara yang
harus senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak silat
harus diperkenalkan sedini mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya
dan atlet yang berpotensi. Untuk itu, atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu
mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat sejak anak usia dini agar
dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik bangsa Indonesia.
Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau
melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa
Indonesia, serta dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke
dunia internasional.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://vita-project.blogspot.com/
Abidin, Zaenal (2016). 4 Perbedaan Pencak Silat, Karate, dan Taekwondo.
http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html, 29
Juli 2017
Anonim (2014). Teknik Belaan Dalam Pencak Silat Hindaran Tangkisan.
http://www.latarbelakang.com/2014/03/teknik-belaan-dalam-pencak-silat.html, 29
Juli 2017
Anonim (2014). Teknik Serangan Tangan dalam Pencak Silat.
http://www.latarbelakang.com/2014/03/serangan-tangan-dalam-pencak-silat.html,
29 Juli 2017
Hartono, Juni (2017). Lapangan dan Perlengkapan Pencak Silat.
http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2017/01/lapangan-dan-perlengkapan-pencak-
silat.html, 29 Juli 2017
Maryadi, Andi (2015). Makalah Pencak Silat. Dari http://andi-
maryadi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tentang-pencak-silat.html, 29 Juli 2017
Rezot, Kang (2016). Teknik dan Peraturan Pertandingan Olahraga Pencak Silat.
http://materiku86.blogspot.co.id/2016/03/teknik-dan-peraturan-pertandingan-
olahraga-pencak-silat.html, 29 Juli 2017
Riyan, Dhee (2014). Makalah Pencak Silat.
http://makalahlengkap14.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pencak-silat.html, 29
Juli 2017
Suhendar, Tatang (2014). Pencak Silat. Dari http://mp.ukm.unsoed.ac.id/pencak
silat/, 29 Juli 2017
12