Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keolahragaan

Volume 4 – Nomor 1, April 2016, (111 - 121)


Tersedia online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga

PENGARUH LATIHAN BEBAN DAN KEKUATAN OTOT


TERHADAP HYPERTROPHY OTOT DAN KETEBALAN LEMAK

Eko Sucipto 1 *, Widiyanto 2


1
Universitas PGRI Palembang. Jalan Jend A. Yani Lrg Gotong Royong 9/10, Palembang, Indonesia.
2
Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Yogyakarta. Jalan Colombo No 1,
Karangmalang Yogyakarta 55281, Indonesia
* Korespondensi Penulis. Email: mania_echo@ymail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara latihan beban dengan
metode compound set dan circuit training, (2) perbedaan pengaruh antara kekuatan otot tinggi dan
rendah, dan (3) interaksi antara metode latihan beban dan kekuatan otot terhadap hasil hypertrophy
otot dan ketebalan lemak. Populasi dalam penelitian ini adalah 56 members yang programnya
hypertrophy otot dari Fitness Centre GOR FIK UNY dan Fitness Centre Club Arena Hotel Jayakarta
Yogyakarta. Sampel berjumlah 28 members yang ditentukan dengan teknik purposive rondom
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian (anava).
Hasil penelitian adalah: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan beban dengan
metode compound set dan circuit training terhadap hypertrophy otot, (2) ada perbedaan pengaruh
kekuatan otot tinggi dan rendah terhadap hypertrophy otot dan ketebalan lemak, dan ada interaksi
yang signifikan antara metode latihan beban dan kekuatan otot terhadap hypertrophy otot.
Kata Kunci: metode latihan beban, kekuatan otot, hasil hypertrophy otot dan ketebalan lemak

THE EFFECT OF WEIGHT TRAINING AND MUSCLE STRENGTH ON MUSCLE


HYPERTROPHY AND FAT THICKNESS

Abstract
This study aims to find out: (1) the differences between the effect of weight training method and
circuit training compound set, (2) differences in the effect of high and low muscle strength, and (3) the
interaction among methods of weight training and muscle strength on the muscle hypertrophy and fat
thickness. This study is experimental. The population was 56 members of Sport Hall Fitness Centre
Faculty, of Sports Science, State University of Yogyakarta and Fitness Centre Club Arena Hotel
Jayakarta Yogyakarta. A sample of 28 members was established using the purposive random
sampling technique. The data analysis technique used in this study was the analysis of variance
(ANOVA). The results show that: (1) there is a significant effect difference between the weight training
and circuit training compound set on the result of muscle hypertrophy(2) there is a difference in the
effect of high and low muscle strength on the results of muscle hypertrophy and fat thickness, and (3)
there is a significant interaction between the weight training method and muscle strength on the
muscle hypertrophy results.
Keywords: method of weight training, muscle strength, muscle hypertrophy results and fat thickness

How to Cite: Sucipto, E., & Widiyanto, W. (2016). Pengaruh latihan beban dan kekuatan otot terhadap hypertrophy
otot dan ketebalan lemak. Jurnal Keolahragaan, 4(1), 111-121. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jk.v4i1.8131

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jk.v4i1.8131

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 112
Eko Sucipto, Widiyanto

pelatih serta olahragawan, keduanya harus me-


PENDAHULUAN
miliki kemampuan, kemauan, dan komitmen
Latihan beban merupakan olahraga kom- yang tinggi untuk meraih hasil yang baik.
petitif yang memberikan kesempatan bagi Di dalam program latihan beban terdapat
members untuk menunjukkan prestasi, baik me- istilah repetisi. Repetisi adalah salah satu gerak-
lalui latihan di klub-klub fitness. Oleh karena an teknik mengangkat yang dilakukan secara
itu, perlu ada upaya atau usaha mengembang- berulang-ulang. Pada member kurang sekali
kan melalui latihan dalam meningkatkan pres- dilakukan sehingga metode yang diandalkan
tasi. Tercapainya presatasi tinggi diperoleh de- kurang berkembang. Latihan beban yang sering
ngan latihan yang tepat dan benar, serta usaha digunakan oleh member hanya metode set
keras yang timbul dalam diri seorang member. block.
Selain itu member juga perlu ditunjang dari ber- Berdasarkan masalah tersebut, yang perlu
bagai faktor, antara lain kemampuan penguasa- ditingkatkan adalah bentuk latihan yang lebih
an teknik, kondisi fisik yang prima, kualitas bervariasi terutama pada metode latihan. Salah
pelatih, dan didukung dengan motivasi yang satu metode yang baik yaitu menggunakan
timbul dalam diri member. Di samping itu, fak- compound set, dengan menggunakan dua jenis
tor lain yang memiliki pengaruh penting adalah latihan yang berbeda pada saat melakukan latih-
disiplin ilmu yang erat hubungannya dengan an ini akan lebih membantu karena compound
olahraga dan program latihan yang direncana- set lebih fokus pada sasaran sehingga menim-
kan dengan baik, terarah, dan bermutu. bulkan bertambahnya atin dan myosin dan
Latihan beban (weight training) adalah massa otot akan membesar. Selain itu, metode
aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis ini juga dapat melatih dua komponen pilar
dengan menggunakan beban sebagai alat untuk latihan yaitu dapat melatih teknik sekaligus
meningkatkan kekuatan otot untuk mencapai fisik member. Metode latihan beban yang ber-
tujuan seperti memperbaiki kondisi fisik variasi lain adalah circuit training. Circuit
members, mencegah terjadinya cedera atau training ini bisa membantu members untuk
untuk tujuan kesehatan (Dreger, 2006, p.66). meningkatkan kekuatan, daya tahan otot, dan
Suhendro (2000, p.46) menyatakan bahwa penurunan ketebalan lemak. Dengan menggu-
weight training berbeda dengan weight lifting. nakan latihan variasi metode compound set dan
Weight lifting adalah latihan yang menekankan circuit training akan dapat ditingkatkan hyper-
pada beban yang berat, yang bertujuan untuk trophy otot dan penurunan ketebalan lemak
mencapai prestasi angkat berat. Jadi seorang member Fitness Centre GOR FIK UNY dan
Member harus berlatih dengan benar sesuai de- Fitness Centre Club Arena Hotel Jayakarta.
ngan tujuannya. Keberhasilan seorang member Menurut Irianto (2004, p.105) “metode-
dalam mencapai prestasi tinggi tidak akan ter- metode latihan ditentukan oleh isi/materi latih-
capai tanpa latihan melalui program latihan an, karakteristik beban, sarana dan prasarana
yang sistematis, disiplin, dan motivasi diri latihan serta disesuaikan dengan keadaan
members itu sendiri. Seperti dijelaskan oleh paedagogis dan fisiologis atau kebutuhan-kebu-
Sukadiyanto (2010, p.11), “Tujuan serta sasaran tuhan kelompok penerima.” Sesuai dengan
utama latihan atau training adalah meningkat- kemampuan kondisi yang menentukan prestasi
kan kemampuan, keterampilan, dan penampilan suatu cabang olahraga, kemampuan motorik
atlet dengan bimbingan pelatih.” Oleh karena yang sesuai akan dikembangkan melalui meto-
itu anak latih merupakan satu totalitas sistem de-metode latihan yang tepat. Metode latihan
psikofisik yang kompleks, maka proses latihan merupakan cara-cara yang terencana secara
sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada sistematis dan beroreintasi kepada tujuan.
aspek fisik saja, melainkan juga harus melatih Members Fitness Centre GOR FIK UNY
aspek psikis secara seimbang dengan fisik. dan Fitness Centre Club Arena Hotel Jayakarta
Dalam olahraga latihan beban diperlukan masih kurang sekali menerima bentuk-bentuk
latihan yang baik dan teratur untuk mencapai variasi latihan beban. Latihan yang diberikan
hasil yang maksimum dan menuju prestasi yang pelatih hanya bersifat monoton, pelatih tidak
lebih baik. Selain itu juga ada beberapa faktor mengarahkan members pada metode yang co-
yang harus dikuasai oleh setiap member agar cok untuk tujuan latihan beban yang diinginkan
mampu mencapai prestasi yang tinggi. Menurut members. Program latihan yang monoton akan
Sukadiyanto (2010, p.5) kualitas latihan diten- berdampak pada kebosanan dan kurang percaya
tukan terutama oleh keadaan dan kemampuan diri untuk melakukan latihan beban. Selain itu

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 113
Eko Sucipto, Widiyanto

program latihan yang diberikan oleh pelatih p.145) terdiri atas: (1) sikap, (2) minat, dan (3)
kurang sistematis, pelatih juga tidak melihat motivasi.
karakteristik members. Metode compound set Irianto (2000, p.59) menyatakan bahwa
merupakan metode yang cocok untuk menam- latihan beban merupakan suatu bentuk latihan
bah massa otot, karena metode compound set yang menggunakan media alat beban untuk
fokus ke sasaran otot yang dilatih dengan menunjang proses latihan dengan tujuan untuk
menggunakan dua jenis latihan yang berbeda meningkatkan kebugaran, kekuatan otot, kece-
namun mengenai satu sasaran otot. Berbeda patan, pengencangan otot, hypertrophy otot, re-
dengan metode compound set, metode circuit habilitasi pascacedera, penurunan berat badan,
training lebih cocok untuk menambah daya dan lain-lain. Dreger dalam Suharjana (2007,
tahan otot, kekuatan, dan lebih cocok untuk p.18) menyatakan bahwa latihan beban adalah
penurunan ketebalan lemak karena metode latihan yang sistematis yang menggunakan
circuit training ini sifatnya melatih seluruh beban sebagai alat untuk menambah kekuatan
bagian otot dan tidak fokus ke sasaran satu otot. otot guna mencapai kondisi fisik atlet, mence-
Oleh sebab itu, members yang mau menambah gah terjadinya cedera atau untuk tujuan kesehat-
massa otot harus menggunakan metode com- an. Latihan beban tubuh akan dipaksa menye-
pound set, sebaliknya yang ingin mengurangi suaikan diri dengan membesarnya jaringan otot
kadar lemak dalam tubuh lebih cocok meng- yang dilatih. Dalam latihan aerobik, tubuh akan
gunakan metode circuit training. beradaptasi dengan cara meningkatnya efisiensi
Ditinjau dari sifat dasar, ada lima karak- fisiologis yang menyebabkan peningkatan sta-
teristik mahasiswa dalam proses pembelajaran mina. Terdapat beberapa macam sistem latihan
yaitu: (1) intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4) yang digunakan dalam latihan beban, khusus-
minat, dan (5) motivasi (Syah, 2003, p.142). nya untuk hypertrophy otot di antaranya seba-
Meskipun demikian, untuk mencapai sukses, gai berikut: (1) super set, (2) set system, (3)
mahasiswa dituntut untuk bertekad dan ber- compound set, (4) pyramide, (5) drop set, (6)
usaha agar menjadi mahasiswa yang unggul, triset, (7) giant set, (8) circuit training, (9)
penuh semangat, dan penuh gairah mengikuti staggered set, (10) rest pause, (11) pre-
studi. Penelitian ini dilakukan di Fitness Centre exhaustion, (12) descending set, dan (13)
GOR FIK UNY dan Fitness Centre Club Arena compound set dengan circuit training.
Hotel Jayakarta. Penelitian dilakukan di sana Irianto (2004, p.42-43) menyatakan bah-
karena kedua tempat tersebut memiliki karak- wa metode latihan compound set adalah melatih
teristik yang identik. satu kelompok otot secara berurutan dengan
Karakteristik member yang latihan beban bentuk latihan yang berbeda. Metode latihan
berbeda dengan member yang latihan lainnya. menggunakan sistem ini sangatlah baik untuk
Perbedaan ini berdasarkan bidangnya, latihan program hypertrophy atau pembentukan otot
beban bergerak dalam bidang olahraga yang bagi body builder.
berarti akan membentuk ciri-ciri yaitu: (1) dari Latihan sirkuit yang paling tepat untuk
segi fisik member yang mengikuti kegiatan pembakaran lemak adalah circuit weight train-
latihan dengan rutin akan memiliki kualitas ing. Program latihan di atas dapat digunakan
fisik yang baik, karena terbiasa dengan latihan sebagai program pembakaran lemak (penurunan
dilakukan selama tiga kali seminggu, sehingga berat badan). Program ini dapat berjalan opti-
members yang melakukan kegiatan latihan mal dengan hasil yang memuaskan apabila
beban tidak akan mudah sakit, hal ini sesuai dilakukan sesuai dengan takaran latihan yang
dengan slogan dalam bahasa Romawi Kuno ada. Weight training dapat digunakan sebagai
”Orandum Est ut sit Mens Sana In Corpore- model latihan untuk menurunkan berat badan
sano” yang berarti di dalam tubuh yang sehat asal memenuhi persyaratan, antara lain meng-
diharapkan juga terdapat jiwa yang sehat, (2) gunakan sistem sirkuit, detak jantung dapat
dari segi psikis apabila ditinjau dari segi mental dipertahankan 65 %-75 % detak jantung maksi-
dan sifat members yang melakukan latihan be- mal, dan dikerjakan lebih dari 20 menit (Irianto,
ban akan membentuk mental dan sifat yang 2004, p.84).
baik, karena latihan beban yang bergerak dalam Program ini juga dapat diikuti dengan
bidang olahraga menjunjung tinggi sportivitas pengaturan pola makan yang baik serta istirahat
baik di dalam atau di luar lapangan. Karakter- yang sesuai. Penurunan berat badan yang efek-
istik member menurut pendapat Syah (2003, tif yaitu turun secara bertahap dan yang aman
yaitu 0,5 kg sampai 1 kg per minggu. Latihan

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 114
Eko Sucipto, Widiyanto

dilakukan 4 kali dalam 1 minggu dengan variasi bisa mendapatkan pertumbuhan otot yang mak-
latihan yang berbeda pada tiap 1 kali sesi latih- simal, karena tanpa perekrutan seluruh serabut
an. Variasi dalam latihan beban dapat mengu- otot pada bagian tubuh yang dilatih, potensi
rangi rasa jenuh dan yang terpenting adalah perkembangan otot hanya sekecil jumlah sera-
semakin banyak otot yang dilatih sehingga but otot yang dipakai. Artinya, semakin banyak
pembakaran lemak dalam otot diharapkan lebih atau maksimal serabut otot direkrut dalam satu
kompleks perkenaannnya. sesi latihan, semakin besar potensi perkem-
Mukholid (Hasibun, 2010, p.43) meng- bangan massa otot (hypertrophy).
artikan kekuatan sebagai, "Kemampuan otot Jadi dapat disimpulkan, hypertrophy ada-
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu lah akibat dari peningkatan jumlah filamen
tahanan. Oleh karena itu latihan yang cocok aktin dan miosin dalam setiap serabut otot.
untuk mengembangkan kekuatan tubuh adalah Selama terjadi hypertrophy, sintesis protein
latihan tahanan (resistance exercises). Contoh kontraktil otot berlangsung lebih cepat dari
latihan tahanan adalah mengangkat, mendorong penghancurannya, sehingga menghasilkan jum-
atau menarik suatu beban. Beban yang dimak- lah filamen aktin dan miosin bertambah banyak
sud bisa berupa beban anggota tubuh sendiri, dalam myofibril. Myofibril sendiri akan meme-
ataupun beban dari luar." Agar efektif hasilnya, cah dalam serabut otot untuk membentuk
latihan-latihan tahanan dilakukan dengan meng- myofibril yang baru, hal ini yang disebut
upayakan agar tenaga yang dikeluarkan untuk hypertrophy otot.
menahan beban semaksimal mungkin. Schoenfeld (2010, p.2857) menyatakan
Suharjana (2007, p.46) menyatakan latihan ke- bahwa meskipun hypertrophy otot dapat dicapai
kuatan menghasilkan hypertrophy otot dan daya melalui berbagai program pelatihan resistensi,
tahan otot untuk meningkatkan jumlah kapiler. prinsip kekhususan menyatakan beberapa ruti-
Salah satu tujuan latihan kekuatan adalah nitas akan memromosikan hypertrophy lebih
meningkatkan ukuran besarnya serabut otot besar daripada yang lain. Binaragawan umum-
atau yang disebut hypertrophy otot. Hypertro- nya berlatih dengan beban moderat dan interval
phy akan terjadi setelah latihan selama delapan istirahat yang cukup pendek yang menginduksi
minggu atau lebih, sehingga ukuran pada otot jumlah stress metabolik yang tinggi. Hyper-
akan kelihatan. Program latihan dengan meng- trophy otot dapat dianggap berbeda dan terpisah
gunakan beban dari luar tubuh (weight training) dari hiperflasia otot. Selama hypertrophy, ele-
akan mempercepat proses terjadinya hypertro- men kontraktil memperbesar dan matriks eks-
phy otot (Sukadiyanto, 2005, p.91). Terjadinya traseluler memperluas untuk mendukung per-
hypertrophy otot menurut Bompa dalam tumbuhan. Hal ini berbeda dengan hiperflasia,
Sukadiyanto (2005, p.91) sebagai akibat dari yang menghasilkan pe-ningkatan jumlah serat
bertambahnya myofibril pada setiap serabut dalam otot. Kontraktil hypertrophy dapat terjadi
otot, meningkatnya densitas (kepadatan) kapiler baik dengan me-nambahkan sarkomer secara
pada setiap serabut otot, meningkatnya jumlah seri atau paralel. Sel-sel satelit diperkirakan
protein, dan bertambah jumlah serabut otot. Mc memfasilitasi hypertrophy otot dalam beberapa
Ardle, et.al dalam Sukadiyanto (2005, p.91) cara.
menyatakan hypertrophy akan terjadi pada Definisi lain dari lemak menurut Irianto
orang yang melakukan latihan dengan beban (2007, p.9) adalah garam yang terbentuk dari
yang ditandai dengan bertambah besarnya otot penyatuan asam lemak dengan alkohol organik
putih (cepat) kira-kira 45 % apabila dibanding- yang disebut gliserol atau gliserin. Lebih lanjut
kan dengan orang awam atau olahragawan yang dijelaskan bahwa lemak dikelompokkan menja-
memerlukan ketahanan. di beberapa jenis meliputi: (1) simple fat (lemak
Rai, Hamid & Tsiang (2007, p.29) me- sederhana atau lemak bebas), (2) lemak ganda,
nyatakan bahwa hypertrophy otot adalah per- dan (3) derivat lemak.
tumbuhan massa otot yang menyebabkan sera- Ilhamjaya (2000, p.41) menyatakan bah-
but otot bertambah besar atau tebal. Perekrutan wa sebagaimana karbohidrat, lemak juga mem-
serabut otot yang maksimal (maximum muscle punyai bentuk dasar yang digunakan dalam
fibre recruitmen) terjadi saat seluruh serabut tubuh, yaitu asam lemak. Lemak diperoleh dari
otot yang dilatih benar-benar terpakai semua diet yang dicerna, memroduksi asam lemak dan
untuk menggerakan tekanan beban yang ditem- sebuah substansi yang disebut gliserol. Setelah
patkan pada bagian otot tersebut. Perekrutan asam lemak diabsorbsi melalui sel saluran cer-
serabut otot yang maksimal harus terjadi untuk na, selanjutnya akan diubah menjadi trigliseri-

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 115
Eko Sucipto, Widiyanto

da. Trigliserida terdiri atas 1 mol gliserol dan 3 sedikit untuk berat yang sama. Walau demikian
mol asam lemak. Trigliserida dapat dipecah kelebihan berat otot tidak begitu penting bagi
menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak orang dewasa, kecuali untuk alasan pekerjaan.
disimpan sebagai trigliserida. Simpanan trigli- Kegemukan adalah kasus kelebihan le-
serida ditemukan dalam jaringan lemak dan di mak, bukan sekedar kasus kelebihan berat
dalam sel otot rangka. Ketika dibutuhkan oleh badan. Mungkin saja berat badan ringan dan
otot, asam lemak dari jaringan lemak dilepas- masih tetap gemuk, seperti apabila individu
kan dari trigliserida dan menuju otot melalui memiliki lemak yang berlebihan dan otot yang
darah. Mobilisasi asam lemak dari cadangan tidak berkembang. Kegemukan dapat diartikan
lemak tubuh ke otot merupakan suatu hal pen- sebagai lebih dari 20% di atas berat badan ideal,
ting untuk mengurangi berat badan melalui atau lebih dari 20% lemak untuk pria dan 30%
pembuangan lemak tubuh. lemak untuk wanita.
Ada dua bentuk utama dari bahan bakar Menurut Bompa & Haff (2009, p.129),
yang disediakan untuk otot selama latihan: (1) ”Training is usually defined as systematic
asam lemak yang ditransportasi melalui darah process of repetitive, progressive exercises,
dari jaringan lemak, dan (2) simpanan triglise- having the ultimate goal of improving athletic
rida yang terdapat di dalam sel otot sendiri. perfor-mance.” Maksudnya latihan sebagai sua-
Dalam melakukan aktivitas fisik dibutuhkan tu proses sistematis yang dilakukan secara
energi yang berasal dari pembakaran karbohi- berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tuju-
drat, lemak, dan protein yang disesuaikan de- an untuk meningkatkan penampilan fisik.
ngan tipe kerja otot dan intensitas latihan. Irianto (2004, p.12) menyatakan bahwa
Pembakaran karbohidrat sebagai sumber energi untuk mencapai tujuan latihan atau fitness
digunakan pada aktivitas yang berat dengan secara optimal, orang perlu mengetahui prinsip-
jangka waktu latihan yang pendek, sedangkan prinsip dasar dalam latihan fitness yang me-
pembakaran lemak sebagai sumber energi digu- miliki peranan yang sangat penting terhadap
nakan untuk aktivitas atau latihan yang berat aspek fisiologis maupun psikologis. Husein
denga jangka waktu yang lama. et.al. (2007, pp.46-52) menyatakan bahwa prin-
Fox dalam Suharjana (2008, p.44) me- sip latihan ada empat yaitu prinsip pedagogik,
nyatakan bahwa untuk mengetahui ketebalan prinsip individual, prinsip keterlibatan aktif,
lemak tubuh dapat diukur pada lipatan kulit di dan prinsip variasi.
daerah bagian tertentu. Salah satu alat yang Power & Howlen (2007, p.621) menyata-
digunakan untuk mengukur ketebalan lemak kan, “Overload refers to the observation that a
kulit adalah dengan skinfold calipters. Johnson system or tissue must be exercised at a level
dalam Suharjana (2008, p.44) menyatakan bah- beyond which it is accustomed in order for a
wa untuk pengukuran tebal lemak, ada tiga training effect to occur.” Artinya, prinsip beban
tempat yang dapat diukur, untuk pria, yaitu berlebih dimaksudkan untuk penelitian sistem
pada chest, abdomen, dan thigh. Cara meng- atau isu yang harus dilakukan pada level di luar
estimasi ketebalan lemak dengan menggunakan kemampuan yang disesuaikan dengan efek
monogram yaitu dengan membuat garis lurus latihan. Di sisi lain, Irianto (2004, p.12) me-
yang menggabungkan antara usia (age) dan nyatakan yang dimaksud dengan prinsip beban
tebal lipatan lemak dalam mm. berlebih adalah pembebanan dalam latihan ha-
Sharkey (2011, pp.280-283) menyatakan rus lebih berat dibandingkan dengan aktivitas
bahwa metode standar untuk menentukan kele- fisik sehari-hari. Pembebanan harus terus
bihan berat badan adalah dengan membanding- ditingkatkan secara bertahap sehingga mampu
kan berat badan seseorang dengan berat badan memberikan pembebanan pada fungsi tubuh.
ideal. Berat badan ideal adalah berat badan Bompa & Haff (2009, p.54) menyatakan
yang berkaitan dengan jangka hidup yang pan- bahwa semua komponen latihan harus diting-
jang bagi individu yang memiliki ukuran rang- katkan sesuai dengan perbaikan atau kemajuan
ka tulang tertentu. Kelebihan berat badan ber- yang dicapai atlet secara keseluruhan dan ter-
kaitan dengan penyakit jantung, diabetes, dan pantau dengan benar. Dalam merancang suatu
hypertensi. Kelebihan pon-pon lemak atau otot proses latihan harus mempertimbangakan se-
dapat membuat kelebihan berat badan, tetapi mua aspek komponen latihan yang berupa jarak
lemak tambahan menghasikan banyak beban yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volu-
karena otot dapat melakukan kerja yang ber- me), beban dan kecepatannya (intensitas), fre-
manfaat dan membutuhkan ruang yang lebih kuensi penampilan (densitas), serta komplek-

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 116
Eko Sucipto, Widiyanto

sitas latihannya. Komponen latihan merupakan Waktu dan Tempat Penelitian


kunci atau hal penting yang harus dipertim-
Penelitian ini dilaksanakan di Fitness
bangkan dalam menentukan dosis dan beban
Centre Club Arena yang ada di Jalan Solo Km
latihan.
8 Hotel Jayakarta dan Fitness Centre GOR FIK
Beberapa macam komponen latihan
UNY yang beralamat di Jalan Colombo 1,
menurut Bompa & Haff (2009, p.78) antara lain
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tang-
volume latihan, intensitas latihan, densitas
gal, 4 November s.d. 23 Desember 2013 selama
latihan, dan kompleksitas latihan.
sepuluh minggu. Pemberian treatment dilaku-
METODE kan selama 8 minggu dengan frekuensi perte-
muan 3 kali per minggu. Hal ini sesuai dengan
Jenis Penelitian
pendapat Bompa & Haff (2009, p.207), mak-
Penelitian ini adalah penelitian eksperi- sudnya adalah agar tubuh beradaptasi dengan
men yang bertujuan untuk membandingkan dua beban latihan yang diterima.
perlakuan yang berbeda pada subjek penelitian.
Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen dengan desain Sudjana (2002, p.6) menyatakan bahwa
faktorial 2x2, dengan menggunakan tes awal populasi adalah totalitas semua nilai yang
(pretest) dan tes akhir (posttest). Menurut mungkin, hasil menghitung ataupun pengukur-
Sudjana (2002, p.148) eksperimen faktorial an kuantitatif kualitatif, mengenai karakteristik
adalah eksperimen yang hampir semua faktor tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap
dikombinasikan atau disilangkan dengan tiap dan jelas, yang dipelajari sifat-sifatnya. Dalam
faktor lainnya yang ada dalam eksperimen. suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh
Rancangan penelitian selengkapnya dapat populasi diteliti, akan tetapi dapat dilakukan
dilihat pada Tabel 1. terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto
Tabel 1. Desain Penelitian Faktorial 2x2
(2006, p.131) bahwa sampel adalah sebagian
Variabel Metode Latihan Beban atau wakil dari populasi yang diteliti.
Manipulatif Compound Set Circuit Training Adapun teknik pengambilan sampel da-
Kekuatan Otot (A1) (A2) lam penelitian ini adalah dengan cara purposive
Tinggi (B1) A1B1 A2B1 random sampling. Berdasarkan teori di atas,
Rendah (B2) A1B2 A2B2
sampel yang diambil adalah members Fitness
Keterangan:
A1B1: Kelompok kekuatan otot tinggi yang dilatih
Centre GOR FIK UNY dan Fitness Centre
dengan menggunakan metode Coumpound Club Arena Hotel Jayakrta. Besar sampel yang
Set. akan digunakan dalam penelitian ini adalah 27
A2B1: Kelompok kekuatan otot tinggi yang dilatih % batas atas dan 27% batas bawah setelah
dengan menggunakan metode Circiut dilakukan tes leg and back dynamometer pada
Training. populasi (Miller, 2002, p.68). Dengan demikian
A1B2: Kelompok kekuatan otot rendah yang dilatih sampel yang digunakan dalam penelitian harus
dengan menggunakan metode Coumpound memenuhi ketentuan: (1) merupakan members
Set. Fitness Centre GOR FIK UNY dan Fitness
A2B2: Kelompok kekuatan otot rendah yang dilatih Centre Club Arena Hotel Jayakarta, (b) berse-
dengan menggunakan metode Circiut
Training.
dia mengikuti latihan beban sebanyak 20 kali
pertemuan, 1 kali pretest, dan 1 kali posttest, (c)
Hasil eksperimen yang menggunakan sehat jasmani dan rohani, (d) belum pernah dan
desain faktorial akan memperoleh informasi sudah terlatih, dan (e) sampel dinyatakan gugur
tetang kontribusi tiap-tiap variabel independen jika 2 kali berturut-turut tidak mengikuti latih-
terhadap hasil perlakuan dan interaksi di antara an. Alasannya, jika anak latih tidak mengikuti
variabel yang dilibatkan. Kelebihan mengguna- latihan selama 2x24 jam, kondisi tubuh dalam
kan penelitian eksperimen desain faktorial ada- menerima rangsang kembali ke tahap semula
lah kemampuan untuk memperoleh informasi atau latihan mulai dari awal.
mengenai interaksi di antara variabel indepen- Dari 28 members yang memiliki kekuat-
den yang memengaruhi variabel dependen. an otot tinggi tadi diambil 7 members diberi
perlakuan dengan metode compound set dan 7
members diberi perlakuan metode circuit train-

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 117
Eko Sucipto, Widiyanto

ing. Demikian pula dengan members yang kelompok otot secara berurutan dengan bentuk
memiliki kekuatan otot rendah diperlakukan latihan yang berbeda. Metode circuit training
dengan cara yang sama. Dari 28 members sete- merupakan suatu metode latihan fisik yang
lah dilakukan pretest dipisahkan menjadi 2 melibatkan latihan kebugaran jasmani dan latih-
kelompok yang seimbang. Pengelompokan an kekuatan dan fatloss.
yang seimbang menggunakan ordinal pairing. Variabel bebas yang dikendalikan (atri-
Sampel yang memiliki kemampuan setara dipa- but) adalah kekuatan otot, yang terdiri atas (1)
sangkan, kemudian anggota tiap pasangan dipi- kekuatan otot tinggi dan (2) kekuatan otot ren-
sah dalam dua kelompok eksperimen didasar- dah. Kekuatan otot merupakan komponen kon-
kan pada kemampuan kekuatan otot pada saat disi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas
pretest. Setelah hasil awal diranking kemudian submaksimal. Kekuatan otot adalah kemampu-
subjek yang memiliki kemampuan dipasangkan an untuk membangkitkan tegangan terhadap
ke dalam kelompok 1 (K 1, latihan beban de- suatu tahanan.Variabel terikat adalah hyper-
ngan metode compound set) dan dalam kelom- trophy otot dan ketebalan lemak.
pok 2 (K 2, latihan beban dengan metode
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
circuit training). Dengan demikian kedua ke-
Data
lompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda
dan pada akhirnya terdapat perbedaan perlaku- Prinsip suatu penelitian adalah melaku-
an yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut kan pengukuran dan harus ada alat ukur yang
didapat 14 members yang memiliki kekuatan baik. Oleh Sugiyono (2007, p.102) dikatakan
tinggi dan 14 members yang memiliki kekuatan alat ukur atau instrumen penelitian adalah suatu
rendah. Kelompok members yang memiliki alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
kekuatan otot tinggi dan kekuatan otot rendah alam maupun sosial yang diamati, secara
masing-masing dibagi menjadi dua kelompok spesifik, semua fenomena itu disebut variabel
dengan cara ordinal pairing, yaitu 7 members penelitian. Instrumen penelitian secara garis be-
mendapat metode compound set dan 7 members sar bisa digolongkan menjadi dua, yaitu berben-
mendapat metode circuit training. Jadi, besar tuk tes dan nontes. Penelitian ini mengunakan
sampel dalam penelitian ini adalah 28 members instrumen tes. Mengenai tes adalah serentetan
yang terdiri atas 14 members yang memiliki pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
kekuatan otot tinggi dan 14 members yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot, yang
memiliki kekuatan otot rendah. Adapun teknik dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun
pembagian kelompok dengan ordinal pairing instrumen penelitian yang digunakan dalam
menurut Sutrisno Hadi dalam Dinata, Sutardji, penelitian ini adalah tes kekuatan otot dengan
& Waluyo (2013, p.26) seperti pada Gambar 6. menggunakan leg and back dynamometer.
Teknik Analis Data
Setelah diperoleh data hypertrophy otot
dan ketebalan lemak, langkah selanjutnya ada-
lah mengolah dan menganalisis data tersebut.
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai teknik
analisis data hasil tes, terhadap metode com-
pound set dan circuit training. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis
varian (anava) dua jalur pada α = 5 %. Jika F
Gambar 6. Pembagian Kelompok dengan yang diperoleh (F0) signifikan analisis dilanjut-
Ordinal Pairing kan dengan uji perbedaan seluruh kelompok
dan antardua kelompok yaitu dengan uji-t dan
Variabel Penelitian anava dua jalur. Untuk memenuhi asumsi dalam
Penelitian ini melibatkan 2 variabel bebas teknik anava, terlebih dahulu dilakukan uji nor-
yang dimanipulasi, 1 variabel bebas yang di- malitas dengan uji kolmogorov smirnov dan uji
kendalikan (atribut), 1 variabel terikat dan 1 homogenitas varians dengan menggunakan uji
variabel moderator. Variabel bebas yang dima- bartlett. Untuk menguji hipotesis dilakukan de-
nipulasi terdiri atas: (1) metode compound set ngan menggunakan anava dua jalur dan apabila
dan (2) metode circuit training. Metode com- terbukti terdapat interaksi akan dilakukan uji
pound set merupakan metode melatih satu lanjutan yaitu uji pairwise comparisons.

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 118
Eko Sucipto, Widiyanto

Club Arena Hotel Jayakarta. Berdasarkan hasil


perhitungan tests of between-subjects effects
didapat bahwa taraf signifikansi hypertrophy
HASIL DAN PEMBAHASAN
otot sebesar 0,00 < 0,05 dan ketebalan lemak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebesar 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan bah-
perbedaan pengaruh antara metode compound wa tingkat signifikasi 5 % ada pengaruh bersa-
set dan circuit training terhadap hypertrophy ma antara metode latihan beban dan kekuatan
otot dan ketebalan lemak pada members Fitness otot terhadap hypertrophy otot dan ketebalan
Centre GOR FIK UNY dan Fitness Centre lemak members. Dengan demikian hipotesis 3
Club Arena Hotel Jayakarta. Berdasarkan nilai yang menyatakan bahwa ada interaksi antara
signifikansi univariat test sebesar sebesar 0,00 metode latihan beban dan kekuatan otot terha-
< 0,05 dan 0,001 < 0,05 yang berati bahwa dap hypertrophy otot dan ketebalan lemak yang
lebih kecil dari signifikan. Dengan demikian baik pada members Fitness Centre GOR FIK
hipotesis 1 yang menyatakan ada perbedaan UNY dan Fitness Centre Club Arena Hotel
pengaruh antara metode compound set dan Jayakarta, diterima.
circuit training terhadap hypertrophy otot dan
Pembahasan
ketebalan lemak yang baik, diterima. Dari ana-
lis lanjutan diperoleh bahwa ternyata metode Perbedaan Pengaruh antara Latihan dengan
compound set memiliki peningkatan yang lebih Metode Compound Set dan Circuit Training
baik daripada metode circuit training. Dengan terhadap Hypertophy Otot dan Ketebalan
demikian metode compound set lebih bagus Lemak
daripada metode circuit training pada masa
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama
sebelum retensi, sebagai hasil fase latihan.
ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
antara kelompok members yang mendapatkan
perbedaan peningkatan hasil hypertrophy otot
latihan beban dengan metode compound set dan
dan ketebalan lemak antara members yang
circuit training terhadap hypertrophy otot dan
memiliki kekuatan otot tinggi dan rendah.
ketebalan lemak yang diterapkan di Fitness
Berdasarkan nilai signifikansi univariate test
Centre GOR FIK UNY dan Fitness Centre
sebesar 0,007 < 0,05 dan 0,002 < 0,05 yang
Club Arena. Pada kelompok members yang di-
berarti bahwa lebih kecil dari signifikan.
latih dengan compound set mempunyai pening-
Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan
katan hasil hypertrophy otot lebih baik daripada
ada perbedaan peningkatan hasil hypertrophy
kelompok members yang dilatih dengan circuit
otot dan ketebalan lemak yang baik antara
training terhadap hasil hypertrophy otot. Pada
members yang memiliki kekuatan otot tinggi
kelompok members yang dilatih dengan circuit
dan rendah, diterima. Dari analisis lanjutan
training mempunyai penurunan hasil ketabalan
diperoleh bahwa members yang memiliki keku-
lemak lebih baik daripada kelompok members
atan otot rendah memiliki peningkatan hyper-
yang dilatih dengan compound set terhadap
trophy otot dan penurunan lemak yang lebih
hasil ketebalan lemak.
baik daripada members yang memiliki kekuatan
Irianto (2004, pp.42-43) menyatakan
otot tinggi, dengan rata-rata peningkatan dan
bahwa metode latihan compound set adalah
penurunan masing-masing yaitu members yang
melatih satu kelompok otot secara berurutan
memiliki kekuatan otot rendah memiliki
dengan bentuk latihan yang berbeda. Metode
peningkatan hypertrophy otot 172,686 serta pe-
latihan menggunakan sistem ini sangatlah baik
nurunan ketebalan lemak 34,929 dan members
untuk program pembesaran (hypertrophy) atau
yang memiliki kekuatan otot tinggi 165,529
pembentukan otot bagi body builder.
serta penurunan ketebalan lemak 29,857. De-
Metode compound set apabila ditinjau
ngan demikian members yang memiliki kekuat-
dari metode latihannya metode compound set
an otot rendah lebih bagus daripada members
dapat melatih otot yang sama dan dua jenis alat
yang memiliki kekuatan otot tinggi pada masa
yang berbeda hal ini sangat berguna bagi setiap
sebelum retensi, sebagai hasil fase latihan.
members yang tujuan latihannya hypertrophy
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
otot. Metode compound set dapat dilakukan
interaksi antara metode latihan beban dan ke-
setiap kali dalam latihan. Selain itu metode
kuatan otot terhadap hypertrophy otot dan kete-
compound set bisa menerapkan program variasi
balan lemak yang baik pada members Fitness
latihan baik repetisi maupun set dalam mela-
Centre GOR FIK UNY dan Fitness Centre

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 119
Eko Sucipto, Widiyanto

kukan latihan beban. Oleh karena itu, metode ekstrem, dan (4) memperlancar aliran darah
compound set dapat meningkatkan hypertrophy sehingga sampai pada serabut otot. Oleh karena
otot juga dapat meningkatkan fisik members itu kekuatan merupakan unsur dasar yang juga
apabila bentuk latihannya bervariasi. harus ditingkatkan, terutama pada members
Latihan dengan metode circuit training yang masih muda usianya.
merupakan salah satu bentuk variasi latihan Kekuatan yang dimiliki oleh members
dengan menggunakan beban antarpos. Pada saat tidaklah sama, ada yang tinggi dan ada yang
melakukan metode ini akan lebih membantu rendah, dan ini tentunya akan memengaruhi ter-
karena circuit training dapat meningkatkan ke- hadap hypertrophy otot. Bagi members yang
bugaran dan fisik, dan menurunkan kadar lemak memiliki kekuatan tinggi tentunya akan mudah
dalam tubuh karena melakukan latihan beban melakukan latihan beban yang berat secara
antarpos. maksimal, sedangkan bagi members yang me-
Jika dilihat dari kelebihan masing-ma- miliki kekuatan rendah akan mengalami kesulit-
sing, tampak bahwa metode compound set an dalam melakukan latihan. Dari hasil peneli-
memiliki sedikit kelebihan jika dibandingkan tian diketahui bahwa kekuatan otot tinggi lebih
dengan circuit training. Hal ini disebabkan oleh baik hasilnya jika dibandingkan dengan kekuat-
metode compound set bisa diterapkan pada an otot rendah. Meskipun demikian, jika ditelu-
semua members dengan program hypertophy suri pada setiap kelompok bahwa kekuatan otot
yang memiliki kekuatan otot tinggi atau rendah. rendah mengalami hasil lebih baik ketika dibe-
Di sisi lain, metode circuit training bisa dite- rikan treatment latihan beban dengan metode
rapkan pada semua members yang mempunyai compound set. Hal ini disebabkan oleh latihan
program kebugaran jasmani dan penurunan beban dengan metode compound set lebih
lemak yang memiliki kekuatan otot tinggi dan membantu dan memudahkan members untuk
rendah. pembesaran massa otot, karena kekuatan otot
Berdasarkan kajian tersebut, tampak bah- rendah harus menyesuikan gerakan yang benar
wa metode latihan compound set lebih baik sehingga akan memudahkan untuk terjadi
daripada metode circuit training. Dapat disim- hypertrophy otot.
pulkan bahwa metode compound set lebih baik
Pengaruh Interaksi antara Latihan Compound
jika dibandingkan dengan metode circuit train-
Set dan Circuit Training serta Kekuatan Otot
ing terhadap hasil hypertrophy otot. Berdasar-
Tinggi dan Rendah terhadap Hypertrophy
kan kajian teori dan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa metode circuit training Berdasarkan hasil yang telah dikemuka-
lebih cocok bagi members dengan program kan pada hasil penelitian di atas bahwa terdapat
latihan penurunan lemak dan metode compound interaksi yang berarti antara metode compound
set lebih baik apabila diterapkan untuk mem- set, circuit training, dan kekuatan otot terhadap
bers dengan tujuan hypertrophy otot. hypertrophy otot dan ketebalan lemak members
Fitness Centre GOR FIK UNY dan Fitness
Perbedaan Pengaruh antara Kekuatan Otot
Centre Club Arena Hotel Jayakarta. Dari tabel
Tinggi dan Rendah terhadap Hypertrophy Otot
yang disajikan bentuk interaksi tampak bahwa
dan Ketebalan Lemak
faktor-faktor utama penelitian dalam desain dua
Irianto (2009, p.31) mengatakan pening- faktor menunjuk-kan interaksi yang nyata.
katan kekuatan otot bergantung pada beberapa Dengan demikian, untuk mengoptimal-
faktor yang dapat disesuaikan dengan latihan. kan hypertrophy dan ketebalan lemak members
Misal, pada latihan kekuatan (weight training), apabila members tersebut memiliki kekuatan
jenis serabut otot akan memengaruhi kerja lebih otot rendah, members tersebut lebih cocok
efisien dan lebih responsif terhadap rangsang dilatih dengan metode compound set dan mem-
yang datang pada susunan saraf pusat. Keun- bers yang memiliki kekuatan otot tinggi lebih
tungan para members yang memiliki kualitas cocok dilatih dengan circuit training. Mengapa
kekuatan yang baik, antara lain: (1) akan me- compound set lebih cocok untuk members yang
mudahkan members dalam menampilkan ber- memiliki kekuatan rendah? Hal ini dikarenakan
bagai kemampuan gerak dan keterampilan, (2) members dengan kekuatan otot rendah belum
menghindarkan diri dari kemungkinan akan terlatih sehingga untuk terjadi hypertrophy akan
terjadinya atau mendapatkan cedera pada saat lebih cepat perkembanganya, karena compound
melakukan aktivitas fisik, (3) memungkinkan set bersifat fokus melatih pada satu otot se-
members untuk dapat melakukan gerak yang hingga members akan terbantu untuk melaku-

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 120
Eko Sucipto, Widiyanto

kan latihan beban. Sebaliknya, members dengan faktor kekuatan otot dalam program latihan
kekuatan otot tinggi lebih cocok dengan metode untuk meningkatkan hypertrophy otot dan me-
circuit training. Hal ini dikarenakan sifat dari nurunkan ketebalan lemak. Dalam upaya me-
circuit training bersifat seperti latihan daya ningkatkan hypertrophy otot, atlet yang memi-
tahan otot dan kecepatan sehingga cocok untuk liki kekuatan otot rendah akan lebih tepat dan
members yang mempunyai program penurunan efektif, jika dilatih dengan metode compound
ketebalan lemak. Berdasarkan kajian teori dan set.
hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa Program latihan beban metode circuit
metode circuit training lebih cocok bagi mem- training akan lebih tepat jika diberikan pada
bers yang ingin menurunkan ketebalan lemak atlet yang memiliki kekuatan otot rendah,
dan compound set akan lebih baik untuk mem- dalam upaya menurunkan ketebalan lemak. Pe-
bers yang mem-punyai program hypertrophy latih atau pembina olahraga disarankan meran-
otot. cang program latihan yang tepat dan terencana
sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.
SIMPULAN DAN SARAN
Hal ini disebabkan oleh kebutuhan hypertrophy
Simpulan otot dan ketebalan lemak setiap cabang
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan olahraga berbeda-beda dan belum tentu suatu
antara metode compound set dan circuit train- metode latihan sesuai atau cocok bagi semua
ing terhadap hypertrophy otot dan ketebalan kelompok.
lemak. Pengaruh metode compound set lebih DAFTAR PUSTAKA
baik daripada circuit training dalam meningkat-
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu
kan hypertrophy otot. Di sisi lain, pengaruh me-
pendekatan praktis. Edisi Revisi V.
tode circuit training lebih baik daripada com-
Jakarta: Bhineka Cipta.
pound set dalam menurunkan ketebalan lemak.
Ada perbedaan yang signifikan antara Bompa. T. O., & Haff, G.G. (2009).
members yang memiliki kekuatan otot tinggi Periodization: Theory and metodology of
dan rendah terhadap peningkatan hypertrophy training. Iowa: Kendall Hunt Publishing
otot dan ketebalan lemak. Peningkatan hasil Company.
hypertrophy otot dan ketebalan lemak pada
David, K. M. (2002). Measurement by the
members yang memiliki kekuatan otot rendah
physical educator why and how.
lebih baik daripada yang memiliki kekuatan
NewYork: Mcgraw-Hill Companies.
otot tinggi.
Ada interaksi antara metode latihan be- Dinata, Y., Sutardji, S., & Waluyo, M. (2013).
ban (compound set dan circuit training) dan Perbedaan pengaruh latihan front cone
kekuatan terhadap hypertrophy otot dan kete- hops dan latihan zig-zag drill terhadap
balan lemak pada members Fitness Center peningkatan power otot tungkai.Journal
GOR FIK Universitas Negeri Yogyakarta dan Of Sport Sciences And Fitness, 2(1).
Fitness Center Club Arena Hotel Jayakarta. Retrieved
Members yang memiliki kekuatan otot rendah from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.
lebih cocok jika diberikan metode compound php/jssf/article/view/1945
set terhadap hypertrophy otot. Members yang Hasibuan, R. (2010). Perbedaan pengaruh
memiliki kekuatan otot rendah lebih cocok jika latihan bicep curl tempo cepat dengan
diberikan metode circuit training terhadap tempo lambat terhadap peningkatan
penurunan ketebalan lemak. kekuatan otot lengan pada members
Saran putra tiara hotel fitness center. Jurnal
Ilmu Keolahragaan, Vol. 8, pp. 43-44.
Latihan compound set memiliki pengaruh
yang lebih baik dalam meningkatkan hasil Husein, et.al. (2007). Teori kepelatihan dasar.
hypertrophy otot, sehingga pelatih atau pem- Jakarta: Kementerian Negara Pemuda.
bina olahraga sebaiknya memilih latihan Ilhamjaya, P. (2000). Fisiologi olahraga.
compound set dalam upaya meningkatkan Makasar: Fakultas Kedokteran
hypertrophy otot. Universitas Hasanudin.
Latihan beban dengan metode compound
set dan cicuit training perlu memperhatikan

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 121
Eko Sucipto, Widiyanto

Ilhamjaya, P. (2008). Pedoman kuliah New York: Human Kinetics Publishers,


pendidikan kesegaran jasmani. Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 2003).
Yogyakarta: FIK UNY.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian
Irianto, D. P. (2000). Dasar-dasar latihan administrasi: Dilengkapi dengan Metode
kebugaran. Yogyakarta: Lukman Offset. R & D. Edisi 17. Bandung: Alfabeta.
Irianto, D. P. (2004). Pedoman praktis Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung:
berolahraga untuk kebugaran dan Tarsito.
kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Suharjana. (2007). Latihan beban. Yogyakarta:
Irianto, D. P. (2007). Panduan gizi lengkap FIK UNY.
utnuk keluarga dan
Sukadiyanto. (2005). Pengantar teori dan
olahragawan.Yogyakarta: Andi Offset.
metodologi melatih fisik. Yogyakarta:
Irianto, D. P., et al. (2009). Pelatihan kondisi FIK UNY.
fisik dasar. Asdep Pengembangan
Sukadiyanto. (2010). Pengantar teori dan
Tenaga dan Pembina Keolahragaan:
metodologi melatih fisik. Yogyakarta:
Kementrian Pemuda dan Olahraga.
FIK UNY.
Power, S., & Howlen, E. (2007). Exercise
Sukadiyanto. (2011). Pengantar teori dan
physiology. New York: McGraw-Hill
metodologi melatih fisik. Bandung:
Companies, Inc.
Lubuk Agung.
Rai, A., Hamid, L., & Tsiang H. (2007). Gaya
Syah, M. (2003). Psikologi pendidikan dengan
hidup sehat fitness dan binaraga.
pendekatan baru. Bandung: Remaja
Jakarta: Tabloid BOLA.
Rosdakarya.
Sharkey, J. B. (2011). Kebugaran & kesehatan.
(Eri Desmarini Nasution. Terjemahan).

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Anda mungkin juga menyukai