Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Makalah Olahraga
Kontemporer ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW dan tak lupa saya ucapkan terimakasih
atas semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah yang berjudul “Kekerasan dalam
Olahraga”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata
kuliah Olahraga kontemporer dan kepada pihak-pihak yang telah membantu ikut serta
dalam penyelesaian makalah ini. Semoga hadirnya makalah yang sederhana ini memberi
manfaat untuk pembaca dan terutama untuk penulis.
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekerasan
1. Instrumental aggression
Tingkah laku kekerasan ini adalah suatu bentuk tingkah laku kekerasan yang
bersifat positif,dengan tujuan untuk memperoleh suatu kemenangan dan sesuai
dengan aturan yang di tetapkan pada suatu pertandingan,
Misalnya seorang petarung yang menghindari serangan lawan kemudian
menyerang kembali dengan tendangan lingkar dalam yang cepat kearah muka,
sehingga mengakibatkan lawan terjatuh. Tindakan tegas petarung tersebut
dengan terpaksa dilakukannya dalam rangka mempertahankan poinnya.
2. Hostile aggression
Tingkah lekerasan ini adalah kekerasan yang bersifat negatif,dan kekerasan
yang menyakiti orang lain dan tidak sesuai dengan aturan permainan.
Kekerasan inisangat bertentangan dengan azaz fair play yang selalu di usung
dalam suatu permainan contoh dalam jenis ini adalah memukul
wasit,menciderai lawan serta melakukan tindakan rasisme
5
C. Beberapa Teori Kekerasan
Dari berbagai tingkah laku kekerasan terdapat sejumlah teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu tingkah laku kekerasan,tetapi tidak semua
masalah dapat dijelaskan melalui teori,dari bermacam teori,teori yang biasa di
gunakan yaitu teori instink (instinct theory),teori belajar sosial (social learning
theory),teori frustasi-agresi(Dollard,dkk),teori konflik-realistik(sheriff),dan teori
identitas sosial(Tajfel)
6
56 nilai motivasi yang dapat menggerakan perilaku manusia,ke 56 perilaku
tersebut di kelompokan ke dalam sepuluh kategoriyang berpola dua dimensi
yang saling bertentangan. Aplikasi teori ini dalam konteks olahraga tidak
begitu Nampak,kecuali pada kasus dimana olahraga di jadikan alat untuk merih
kekuasaan atau sumber pendapatan
1. Faktor pendidikan,
Mengapa pendidikan? Karena suporter yang melakukan kekerasan adalah
orang-orang yang tidak punya latar pendidikan yang baik. Ini bukan sekedar
pendidikan formal, karena kadangkala pendidikan formal juga tidak
menjamin.
7
pendapat orang bahwa kedewasaan suporter di suatu masyarakat tergantung
bagaimana tingkat pendidikan di masyarakat tersebut.
2. Kemiskinan,
Selain pendidikan, kemiskinan juga diyakini sebagai pemicu tindak
kekerasan. Para suporter yang sering melakukan kekerasan, mereka adalah
orang-orang yang berlatar ekonomi lemah.
Apa hubungannya? Itu karena tindak kekerasan lebih mudah dilakukan oleh
miskin sebagai bentuk pengalihan terhadap tekanan ekonomi. Mereka
gampang tersulut, tidak berpikir panjang tentang masa depannya karena
merasa sudah nasibnya untuk jadi orang susah.
3.Fanatisme
Fanatisme yang tertanam pada supporter anarkis tentu sudah kelewat batas
dan tidak proporsional. Kecintaan yang terlalu dalam bahkan melebih
kecintaan pada diri sendiri. Akibatnya mereka akan lebih mudah untuk
membenci pihak yang berlawanan.
4.Premanisme,
Budaya premanisme juga satu fenonema sendiri yang turut menjadi
penyebab. Semua bentuk perkelahian massal, tawuran atau pengroyokan,
baik dilakukan pelajar, supporter, ataupun warga biasa adalah manifestasi
dari budaya premanisme.
8
E. Contoh kasus kekerasan dalam olahraga
1. Haringga Sirla
Pemuda berusia 23 tahun, tewas setelah dikeroyok sejumlah orang saat
akan menyaksikan pertandingan antara klub kesayangannya, Persija,
dengan Persib, di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung,
Minggu (23/9/2018) kemarin. Keberadaannya sebagai JakMania
diketahui sekelompok orang. Haringga dikeroyok hingga meninggal
dunia di lokasi kejadian. Kepolisian sudah menetapkan 8 orang
sebagai tersangka dalam kasus ini. Persija dan Persib di Stadion
Manahan, Surakata. Bus yang mereka tumpangi dilempari batu oleh
sekelompok orang berkaos biru. Untuk itu, rombongan keluar dan
melakukan pengejaran. Namun, Harun justru dikeroyok oleh massa
yang juga membawa senapan angin. Ia pun tewas dalam kejadian itu.
2. Kekerasan dalam pertandingan bulutangkis yang terjadi antara pemain
dengan musuh, pemain dengan teman se-timnya , ada juga perkelahian
antar official ini bisa terjadi karena kurang bisa meredam emosi saat
bermain dan mudah terprovokasi dengan tim lawan.
3. Petinju kroasia , Vido Loncar dijatuhi sanksi seumur hidup karena
memukul wasit sampai tergeletak di Kanvas menyusul kekalahannya
dari petinju Aljazair, Beniulis
1. Timbulnya banyak korban luka-luka bahkan bisa terjadi kematian bagi kedua
belah pihak suporter yang berseteru, penonton umum, dan masyarakat umum
2. Kerusakan yang terjadi pada fasilitas-fasilitas yang berada di dalam stadion.
Jika kerusuhan terjadi di luar stadion, dapat merusak fasilitas umum di jalanan,
kendaraan, serta bangunan gedung atau rumah yang terkena lemparan batu.
3. Trauma yang dialami masyarakat umum terhadap pertandingan yang digelar.
Penonton umum yang tidak terlalu fanatik menjadi cemas dan takut untuk
menyaksikan pertandingan lagi.
4. Hilangnya nilai sportivitas.
5. Timbulnya dendam antara kedua belah pihak
6. Seseorang yang telah melakukan kekerasan maka emosinya sangat sulit untuk
dikendalikan.
9
G. Cara mencegah terjadinya kekerasan dalam olahraga
Langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalah tersebut ada dua yaitu
upaya represif dan upaya preventif. Upaya represif yang dilakukan secara garis besar
adalah menerapkan sanksi hukuman sesuai dengan pedoman masing-masing sesuai
dengan golongan pelanggaran yang dilakukan oleh suporter, Upaya preventif yang
dilakukan secara garis besar adalah melakukan sosialisasi untuk meminimalisir aksi
kekerasan di
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya kekerasan dalam olahraga diperlukan untuk meraih suatu tujuan
prestasi,namun di zaman sekarang kekerasan lebih cenderung pada hal yang negatif yg
menyebabkan atau berpotensi menimbulkan kerusakan atau kehancuran bahkan
kematian bukanlah hal yang baru untuk olahraga.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. http://olah-raga-indonesia.blogspot.com/2012/04/olahraga-dan-kekerasan.html
2. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/55379
3. http://mengoreksi.blogspot.com/2016/10/mengoreksi-penyebab-supporter-
sepakbola.html
4. https://nasional.kompas.com/read/2018/09/24/18521271/sederet-kasus-kekerasan-
suporter-sepak-bola-yang-merenggut-nyawa?page=all
5. http://getargaluh.blogspot.com/2012/10/definisi-agresif-dalam-arti-yang.html
12