Anda di halaman 1dari 16

AGRESIVITAS MASYARAKAT

NAMA KELOMPOK :

AJENG APRILLIA KUSWANTO (22924032041)

AKHMAD ANDRIAN (22924032025)

ARRAYAN ROMADHAN (22924032069)

CHAEDAR ALI SODDIQ (22924032058)

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

JALAN VETERAN, KETAWANGGEDE, LOWOKWARU, KETAWANGGEDE, KEC.


LOWOKWARU, KOTA MALANG, JAWA TIMUR 65145

2018

1
Daftar isi

Halaman
Daftar isi ................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Agresi ............................................................................................................. 5
2.2 Jenis-Jenis Agresi ............................................................................................................. 6
5.3 Teori-teori Agresi ........................................................................................................ 8
2.4 Faktor Pengarah dan Pencetus Agresi ............................................................................ 11
2.5 Kontrol Terhadap Agresi ................................................................................................ 12
BAB 3 ...................................................................................................................................... 15
Kesimpulan ............................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 16

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan yang maha esa
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat di
selesaikan. Tugas ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata pelajaran Psikologi sosial
dengan judul “ Perilaku Agresi”
Tiada gading yang tak retak, maka dari itu kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kekekeliruan dalam penyampaiannya. Hal itu terjadi karena
keterbatasan data dan pengetahuan kami serta keterbatasan waktu yang ada. Oleh karena itu,
dengan rendah hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari kalangan untuk
kesempurnaan makalah ini.
Dan penilis berharap melalui makalah ini dapat memberikan insfirasi bagi rekan-rekan
untuk lebih giat belajar dan mengukir prestasi. Terlepas dari semua itu, ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah.
Akhir kata penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat membawa manfaat besar
bagi pembacanya. Aamiin.

Surabaya, 04 Mei 2023

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Beberapa hari belakangan kita dihebohkan dengan tewasnya seorang suporter


Aremania ( Sebutan bagi para pendukung tim Arek Malang ) yang dikeroyook oleh antar
suporter yaitu Persebaya ( sebutan untuk para pendukung Arek Suroboyo ) pada saat kedua tim
melangsungkan laga di Gelora Bung Tomo,
Dunia sepak bola yang kembali tercoreng gara- gara perilaku agresif antar suporter
sepak bola ini kerap kali menjadi masalah utama dalam dunia olahraga Indonesia. Para suporter
acap kali tidak bisa mengontrol emosinya tatkala mereka mendukung tim kesayangannya.
Tindakan agresifpun kerap kali menjadi pilihan ketika tim kesayangan kalah atau bertemu
dengan musuh bebuyutan untuk mengungkapkan amarah dan rasa dendam yang berkecimuk di
hati para suporter tersebut

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui penjelasan mengenai agresivitas


2. Mengetahui jenis – jenis agresivitas
3. Mengetahui teori – teori agresivitas
4. Mengetahui factor pengarah dan pencetus agresivitas
5. Mengetahui kontrol terhadap agresivitas

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui penjelasan mengenai agresivitas
2. Dapat mengetahui jenis – jenis agresivitas
3. Dapat mengetahui teori – teori agresivitas
4. Dapat mengetahui factor pengarah dan pencetus agresivitas
5. Dapat mengetahui kontrol terhadap agresivitas

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agresi

Agresi menurut Bordens & Horowitz (2008) agresi adalah segala perilaku yang
dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian baik secara fisik maupun psikologis pada makhluk
hidup maupun obyek lain. Sedangkan menurut Baron agresi adalah bentuk perilaku yang
disengaja terhadap mahluk lain dengan tujuan untuk melukai atau membinasahkan dan orang
yang diserang berusaha untuk menghindar. Menurut Rahabav dalam pengertian tersebut
terdapat 4 masalah yang penting, yaitu :

A. Agresi itu perilaku. Dengan demikian segala aspek perilaku terdapat dalam agresi
misalkan emosi.
B. Ada unsur kesengajaan. Peristiwa kecelakan pada umumnya tidak dapat dikatakan
sebagai peristiwa agresi apabila si pengendara sudah berusaha menghindar.
C. Sasarannya adalah mahluk hidup, misalnya manusia.
D. Korban ada usaha untuk menghindar.

Dalam 4 masalah yang dicetuskan oleh Rahabav diatas dapat disimpulkan bahwa tidak
semua perilaku melukai orang lain itu dapat dikatakan sebagai perilaku agresi. Sebenarnya
perilaku agresi bukan juga hanya dialami oleh manusia atau sasarannya hanya manusia.
Melainkan perilaku agresi sasarannya dapat juga berupa benda-benda disekitar. Orang dapat
dikatakan melakukan perilaku agresi apabila kekerasan yang dilakukan pada mahluk hidup lain
atau benda mati dengan maksud menyakiti dengan unsur kesengaja dan perilakunya dilakukan
karena adanya faktor emosi atau perasaan yang muncul dari dirinya dan tak dapat dikontrol
sehingga melampiaskannya dengan benda atau mahluk hidup lain disekitarnya.

Menurut Sears et all, (1985)Meskipun semua orang mengetahui definisi dari agresi ada
tiga hal penting tentang agresi yaitu :

A. Agresi yang berkaitan dengan maksud melukai.Gambaran yang paling mudah apakah
dapat disebut dengan agresi apabila seseorang sedang bermain bola kemudian tanpa

5
sengaja bola mengenai penonton dan terluka ? dan apabila seseorang yang ingin
menghabisi lawan bisnisnya dengan menembaknya dan ternyata pistolnya kosong ? dari
sini tedapat beberapa definisi pertama mendefinisakan perilaku melukai orang dan yang
kedua menyatakan agresi sebagai tindakan yang dimaksud melukai orang lain.
B. Berkaitan dengan agresi yang prososial dan anti sosial. Biasanya agresi diasosiasikan
dengan tindakan yang buruk karena melukai orang lain, namun ada beberapa agresi
yang beik seperti tindakan polisi yang menembak seseorang yang merampok dan
sebagainya.
C. Berkaitan dengan perilaku agresi dan perasaan agresi. Perilaku kita yang tampak marah
tidak selalu mencerminkan perasaan internal. Mungkin saja seseorang terlihat marah
namun memilih untuk diam.

Secara singkat pengertian perilaku agresi dapat disimpulkan yaotu Intensitas perilaku
yang mengarah pada melukai atau menghancurkan (Brehm & Kassin, 1994 )

2.2 Jenis-Jenis Agresi

Secara umum menurut myres (1996) membagi agresi dalam dua jenis yaitu :
A. Agresi Instrumental, Kecenderungan menguasai orang lain dalam rangka
mendapatkan suatu nilai ( bertujuan rasional ). Contoh : Polisi menembak penjahat.
B. Agresi emosional, Kecenderungan menguasai orang lain sebagai pelampiasan
emosi.
Menurut Moyer (dalam Koeswara,1988) tipe-tipe agresi, yaitu :

1. Agresi Predatori
Agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah(mangsa). Biasanya terdapat
pada organisme atau spesies hewan yang menjadikan hewan dari spesies lain sebagai
mangsanya
2. Agresi antar jantan
Agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu
spesies.
3. Agresi ketakutan
Agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari
ancaman.

6
4. Agresi tersinggung
Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-
objek hidup maupun objek-objek mati.
5. Agresi Pertahanan
Agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan melindungi
anak-anaknya dari berbagai ancaman.
6. Agresi Materal
Agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina (induk) yang dilakukan dalam
upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.
7. Agresi Instrumental
Agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu.
Menurut Buss (dalam Pas) perilaku agresi bisa berupa verbal dan fisik, aktif dan pasif,
langsung dan tidak langsung.Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara
fisik dan menyerang dengan kata-kata; aktif atau pasif membedakan antara tindakan yang
terlihat dengan kegagalan dalam bertindak; perilaku agresi langsung berarti melakukan kontak
langsung dengan korban yang diserang, sedangkan perilaku agresi tidak langsung dilakukan
tanpa adanya kontak langsung dengan korban.
Bentuk Agresi Contoh

Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain


Fisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa seorang
pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan atau
tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk dalam
demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak menjawab
pertanyaan, dll

7
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)

2.3 Teori-teori Agresi

A. Teori Bawaan (instink)


1. Teori Psikoanalisa, dicetuskan oleh Frued. Teori ini berpandangan bahwa pada
dasarnya dalam diri manusia terdapat dua instink, yaitu instink untuk hidup, dan
instink untuk mati. Kedua naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran,
khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya
selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle)
dan terletak pada bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang
mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego yang berhadapan
dengan kenyataan.
2. Teori Etologi, Menurut Lorenz, dorongan agresi ada di dalam diri setiap makhluk
hidup yang memiliki fungsi dan peranan penting bagi pemeliharaan hidup.
Menurut Ardrey, manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperative
dan dengan ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan
menggunakan senjatanya itu untuk membunuh apabila perlu. Tetapi manusia juga
memiliki mekanisme pengendalian kognitif yang mengimbangi “ keharusan “
membunuh. Hal itu dinamakan naruni
B. Teori Frustasi-Agresi

Kelompok psikologi di Yale University : Dollard, Doob. Miller, Mowrer, dan Sears
(1939) mengemukakan hipotesis bahwa frustasi menyebabkan agresi. (dalam
wrighsman & Deaux, 1981 ). Menurut Tedd Gurr (dalam Worchell, dkk., 2000) faktor
penyebab yang paling dasar terjadinya tindak kekerasan massa, politik, revolusi adalah
timbulnya ketidakpuasan sebagai akibat adanya penghayatan relative (relative
deprivation). Relative deprivation menurut Gurr adalah suatu kesenjangan yang
dipersepsikan antara nilai harapan (value expectations) dan nilai kemampuan (value
capabilities), menurutnya deprivasi relative merupakan sinonim dari frustasi.

Gurr membedakan tiga macam nilai, yaitu kesejahteraan, kekuasaan, dan nilai-nilai
interpersonal. Menurutnya ada tiga jenis deprivasi yaitu :

8
1. Decremental Deprivation

Kehilangan tentang apa yang dipikirkan orang bahwa itu seharusnya mereka
miiki. Mereka yang mengalami decremental deprivation merujuk pada kondisi masa
lalu yang dialaminya.

Contohnya:

1. Depresi atau resesi ekonomi

2. Pemberlakuan aturan negara asing

3. Kemunduran pada suatu kesempatan yang ada (seperti tenaga kerja yang tidak
terampil dalam suatu masyarakat yang meningkat ekonominya)

2. Aspirational deprivation

Jika jarak antara kedua values terjadi karena values yang tadinya berjalan sejajar
pada suatu saat tertentu tidak lagii sejajar dengan meningkatnya “values expectation”
sedangkan “values capabilities” tetap. Dalam situasi seperti ini orang biasanya marah
karena tidak memiliki alat/sarana untuk memperoleh harapan baru atau intensif.

3. Progressive deprivation

Dimulai dengan kenaikan kedua values secara bersama sama tetapi pada suatu
saat “values expectation” terus meningkat sedangkan “values capabilities” justru
menurun sehingga terjadilah jarak antara kedua values yang makin lama makin besar.

Hipotesis ini dapat diterima dengan cepat oleh para ahli psikologi tetapi
akhrinya tidak dapat bertahan lama karena kesederhanaan rumusnya.

Alasan mengenai hipotesis ini sudah tidak relevan

• Individu yang frustasi tidak selalu agresif, karena orang yang frustasi
menghasilkan berbagai reaksi dan dalam berbagai kasus orang yang frustasi
lebih mungkin menimbulkan reaksi depresi daripada agrsi
• Tiap orang menyerang orang lain dengan alasan yang berlainan dan dalam
kondisi yang berbeda

9
Oleh karena itu Berkowitz berpendapat bahwa dalam perilaku agresi diperlukan
2 syarat yaitu kesiapan untuk bertindak agresif yang biasanya terbentuk oleh
pengalaman frustasi, dan yang kedua adalah stimulus eksternal yang memicu
pengungkapan agresi.

C. Teori Belajar sosial (Social Learning)

Teori belajar sosial menekankan kondisi lingkungan yang membuat seseorang


memperoleh dan memelihara respon-respon agresif. Bandura menekankan kenyataan
bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti
dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura
menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu- individu hanya
dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model
yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
A. Displaced Aggression
Seseorang tidak akan selalu melakukan agresi secara langsung kepada orang yang
menjadi sumber penyebab frustasi (frustrating agent).
B. Exitation Transfer Model
Riset pada afek (emosi) negatif dan posited telah memfokuskan pada tipe
emosi yang dihasilkan oleh stimulus. Intensitas dari arousal (keterbangkitan)
juga penting. Arousal diciptakan oleh suatu stimulus yang dapat meningkatkan
respon emosi individu terhadap stimulus lain melalui pemindahan kebangkitan
(Exitation Transfer).
C. Egotism Threat
Kombinasi faktor kepribadian dan sosial. Jika seseorng merasa dalam keadaan
egonya terancam lebih mungkin bertindak agresi daripada orang yang memiliki konsep
diri yang lebih moderat. Hal itu dikarenakan ketika harga diri sesorang terancam
(karena perlakuan seseorang), maka ia akan melakukan penolakan untuk
mempertahankan penilaian tentang dirinya, Sedangkan pada orang yang harga dirinya
rendah, ketika mendapat ancaman terhadap harga dirinya, maka Ia akan menerima
penilaian atau perlakuan tersebut.

10
2.4 Faktor Pengarah dan Pencetus Agresi

1. Deindividuasi
• Lorenz : deindividuasi mengarahkan individu kepada keluasaan dalam melakukan
agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens.
• Deindividuasi menyingkirkan atau mengurangi peranan beberapa aspek , yaitu :
identitas diri pelaku maupun korban dan keterlibatan emosional individu pelaku
terhadap korban.
2. Kekuasaan dan Kepatuhan
• Stanley Milgram : kepatuhan individu terhadap otoritas penguasa mengarahkan
individu tersebut kepada agresi yang lebih intens.
3. Provokasi
• Provokasi dilihat sebagai ancaman.Provokasi dapat menjadi agresi karena provokasi
ditangkap oleh pelaku agresi sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon
agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu (Moyer, 1971)
4. Pengaruh Obat-obatan terlarang
• Mempengaruhi respon agresi. Berdasarkan hasil penelitian Pihl & Ross (dalam
Brigham, 1991), mengkonsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi meningkatkan
kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi. Sementara Lang, dkk (dalam
Brigham, 1991), menjelaskan bahwa pengaruh alkohol terhadap perilaku agresi tidak
semata-mata karena proses farmakologi, karena orang terprovokasi untuk
meningkatkan agresi bahkan dalam kondisi mengkonsumsi alkohol dengan dosis tinggi.
5. Faktor-faktor yang Mengurangi Hambatan untuk Berperilaku Agresi
• Rendahnya kesadaran diri (self awareness). Rendahnya kesadaran publik menyebabkan
perasaan tertentu sehingga seseorang tidak lagi mempertimbangkan orang lain dan
merasa tidak perlu atau tidak memiliki kebutuhan untuk takut terhadap ancaman atau
pembalasan dendam atas perilakunya.
• Dehumanisasi, Seseorang akan cenderung mudah melakukan agresi apabila Ia
memandang target korban tidaklagi sebagai manusia melainkan pelaku agresi
merepresentasikan korban sebagai setan atau binatang sehingga terjadilah
dehumanisasi pada korban.
• The Culture of Honor, kecenderungan perilaku agresi yang akan semakin membesar
juga dipengaruhi oleh kultur budaya sebuah bangsa. Cultur of honor yaitu sebuah
budaya yang menekankan pada sikap berlebihan atas kejantanan, ketangguhan, dan

11
kesediaan/ kemauan serta kemampuan untuk membalas kesalahan atau hinaan dari
orang lain demi mempertahankan kehormatan

2.5 Kontrol Terhadap Agresi

1. Katarsis
Katarsis smerupakan pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan
melampiaskannya dalam dunia nyata. Teori katarsis menyatakan bahwa pemberian kesempatan
kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah untuk berperilaku keras (dalam
aktivitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak merugikan, akan mengurangi tingkat rangsang
emosional dan tendensi untuk melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori
katarsis, Baron dan Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa katarsis bukanlah
merupakan instrumen yang efektif untuk mengurangi agresi yang bersifat terbuka. Penelitian
Robert Arms dan kawan-kawan melaporkan bahwa penonton sepak bola gaya Amerika, gulat,
dan hoki ternyata malah semakin menunjukkan sifat kekerasan setelah menonton pertandingan
olah raga itu dibanding sebelum menonton.

2. Menurut Megargee

Ada 4 faktor yang menghambat :

• Kecemasan atau ketakutan pada hukuman dikondisikan.


• Nilai dan sikap yang dipelajari berkaitan dengan perilaku non agresi, baik melalui
pernyataan (intruksi) secara verbal maupun modeling.
• Empati.
• Pemberian pengalaman emosi yang positif.

Pada dasarnya penjelasan tentang sebab-sebab terjadinya perang hampir sama dengan
perilaku agresi individual. Secara garis besar pendekatan yang digunakan untuk memahami
perilaku perang dapat diklasifikasikan menjadi empat pendekatan yaitu :

• Pendekatan motivasional
• ( misalnya psikoanalisa dan teori frustasi-agresi )
• Pendekatan Reinforcement ( social learning theory )
• Pendekatan kognitif
• Pendekatan struktur sosial

12
a . Pendekatan Kognitif :

Menurut asumsi pendekatan kognitif terjadinya konflik internasional ialah proses


persepsi yang keliru (misperception) di dalam menanggapi situasi internasional. Ralph K.
White berpendapat bahwa dalam menganalisis konflik internasional setidaknya ditemukan
enam bentuk misperception yaitu :

• Pandangan bahwa diri sendiri adalah jantan


• Pandangan bahwa diri sendiri adalah moralis
• Tidak memperhatikan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan
• Tidak adanya rasa empati
• Keyakinan yang berlebihan akan kekuatan militer

b. Pendekatan Struktural

Adanya strata di dalam kehidupan bermasyarakat/bernegara dapat menjadi sumber


terjadinya konflik. Hal itu dapat terjadi apabila terjadi ketidakadilan dalam pembagian dan
pendistribusian hasil-hasil pembangunan di suatu negara. Stratifikasi sosial seperti golongan
karya, golongan menengah, golongan miskim, atau jenis stratifikasi sosial lainnya secara
psikologis dapat menciptakan adanya perasaan “ in group” vs “ out group” semakin jelas.
Seseorang yang telah menjadi bagian dari sebuah kelompok pasti akan memiliki perasaan
bahwa kelompoknyalah yang paling baik dan yang harus diperhatikan kesejahteraanya.

Selain itu adalah agresivitas dalam hal seksualitas yang secara umum adalah tindakan
yang menyakiti perempuan secara seksual, seperti memaksa hubungan seksual, atau
ekstrimnya pemerkosaan. Dan merupakan salah satu wujud dari pelecehan sosial ( sexual
harassment ).

Gruber (1991) menge mukakan tipologi tentang sexual harassment berdasar pada
analisis kasus-kasus di peradilan dan riset literatur menjadi tiga kategori yaitu :

1. Permintaan secara verbal

2. Komentar-komentar verbal

3. Tindakan yang ditunjukkan nonverbal

Flizgerald ( dalam donohue, 1997 ) menyatakan bahwa agresi seksual memiliki tiga
dimensi, yaitu :

o Gender harassment yang meliputi tindakan verbal fisik, gestures simbolik yang
menyampaikan penghinaan atau merendahkan wanita

13
o Perhatian seksual yang tidak diinginkan yang mencakup perilaku verbal dan
nonverbal yang tidak menyambut baik wanita
o Paksaan seksual yaitu tindakan-tindakan meminta hubungan seksual dengan
pemerasan sebagai pengganti untuk pertimbangan-pertimbangan yang
dikaitkan dengan pekerjaan. Misal : “Jika mau tidur dengan saya. Akan saya
promosikan

14
BAB 3

Kesimpulan

▪ Agresi adalah tingkah laku individu yang di tunjukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang dilakukan dengan sengaja dan didasarkan atas faktor-faktor tertentu.
▪ Dengan agresi sebagai emosi yang bisa mengarah kepada tindakan-tindakan agresif,
berkowitz membedakan agresi dalam dua macam, yakni agresi instruresi di bagi dalam
mental dan agresi benci.
▪ Teori-teori tentang agresi di bagi dalam dua kategori utama yaitu teori-teori yang
berpandangan bahwa agresi bersifat naluriah atau merupakan kodrat bawaan manusia.
▪ Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri kepada orang lain.
▪ Pada dasarnya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan reaksi spesifik
pula.
▪ Manusia bersifat damai hanya terdapat manusia lain dalam kelompok kecinya saja,
misalnya terhadap sesama anggota clan. Sebaliknya manusia memusuhi orang-orang dari
luar kelompoknya dan ingin menghancurkan mereka untuk mempertahankan eksistensi
kelompoknya sendiri.

15
Daftar Pustaka

Dayaksini, tri & Hudaniah. 2015. Psikologi Sosial.Malang: UMM press.

Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-
agresi/n

Herdiyanto, yohanes kartika & Tobing, david hizkia. Psikologi sosial II.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/478f25dc9ad7ad817bdd2c60a
b533276.pdf. (diakses pada 31 september 2018)

Mahmudah, Siti. 2012. Psikologi Sosial Teori dan Model Penelitian. Malang:UIN Maliki
PRESS

16

Anda mungkin juga menyukai