Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SIKAP DAN PERUBAHAN SIKAP

PSIKOLOGI SOSIAL

Disusun oleh :

Arneta Aulia Pramesti (11519059)


Indah Kurnia Sari (12519998)
Nadya Syahfitri (14519644)
Rista Ardiyanti (15519631)
Siti Hamidah (16519101)
Ugie Diana Soerya (16519432)
Wellsun Choi (16519575)

Kelas 2PA25

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2020/2021

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah sikap dan perubahan
sikap. Maklah ini disusun dan dipersiapkan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah psikologi sosial. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari kekurangan dan keterbatasan kami sebagai sebagai


penyusun , saya senantiasa memerlukan kritik dan saran yang membangun guna
meningkatkan daya cipta dan daya guna laporan ini. Semoga laporan yang telah
kami susun dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar .....................................................................................................
Daftar isi ................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap ...............................................................................................
.......................................................................................................................................
2.2 Komponen Sikap...............................................................................................
2.3 Darimana Datangnya Sikap ..............................................................................
2.4 Sikap Eksplisit dan Implisit...............................................................................
2.5 Bagaimana mengubah sikap (DisonansiKognitif, Komunikasi
Persuasive , Serta Emosi dan Perubahan Sikap ) ....................................................
2.6 Menolak Pesan Persuasive ................................................................................
2.7 Kapan Sikap Memprediksi Perilaku .................................................................
2.8 Kekuatan Iklan ..................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................................
REFERENSI..........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
A. Pengertian Sikap ?
B. Komponen Sikap ?
C. Darimana Datangnya Sikap ?
D. Sikap Eksplist dan Implisit ?
E. Bagaimana Mengubah Sikap (Disonansi Kognitif, Komunikasi
Persuasive, Serta Emosi dan Perubahan Sikap) ?
F. Menolak Pesan Persuasive ?
G. Kapan Sikap Memprediksi Perilaku ?
H. Kekuatan Iklan ?

1.3 Tujuan
A. Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi sosial
B. Untuk mengetahui apa itu sikap
C. Untuk mengetahui komponen komponen sikap
D. Untuk mengetahui darimana datangnya sikap

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap

Kata “sikap” terdapat pada dua cuplikan artikel yang kutip dari
hasian kompas pada tanggal 3 Juni 2009.Sepintas , kita tidak akan
mempersoalkan kata tersebut karena secara keseluruhan kita memahami
maksud dari tulisan diatas. Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering
menggunakan kata sikap dan mampu memahaminya karena ia menjadi
bagian dari kalimat atau ulasan yang kita pahami secara keseluruhan.
namun, tidak demikian bila kita membahas sikap sebagai suatu konsep
dalam psikologi sosial. Uraian berikut akan membahas sikap dalam
pengertian psikologi sosial serta hal – hal yang berhubungan dengan
pembentukan dan perubahan sikap .
Pada permulaan abad ke-20, sikap merupakan konsep yang
menjadi perhatian utama dalam psikologi sosial,sehingga ada yang
mengaggap bahwa psikologi sosial adalah bidang studi psikologi yang
mempelajari sikap ( Thomasdan Zaniecki, 1918, Watson, 1930, dalam
Voughn dan Hoog, 2002 ).
Sikap berasal dari kata latin “ aptus “ yang berarti dalam keadaan
sehat dan siap melakukan aksi / tindakan atau dapat dianologikan dengan
keadaan seorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa
sebagai lawannya dalam pertarungan. Secara harfiah , sikap dipandang
sebagai kesiapan raga yang dapat diamati. Lepas dari makna harfiah
semula , pada tahun 1935 seorang psikologi sosial bernama G.W.Alport
dalam buku handbook of social psychology membuat batasan / definisi
sikap sebagai berikut :
 A mental and neural state of readiness, organized through
experience, exerting a directive or dynamic influence upon the
individual’s response to all objects and situations with which it is
related. ( Allport, 1935 ). (Kesiapan mental dan saraf, diatur
melalui pengalaman, menggunakan pengaruh petunjuk atau
dinamis atas respon individual terhadap semua objek dan situasi
yang terkait).

2
Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu
proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan
pengalaman individual masing – masing, mengarahkan dan menentukan
respons terhadap berbagai objek dan situasi.
Pada tahun sekitar 1930 sampai 1970-an, sikap merupakan topik
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, menjadi bahasan dan fokus
penelitian dengan menggunakan metode/teknik – teknik khusus untuk
mengukur sikap.
Beberapa decade kemudian, pengertian mengenai sikap semakin
berkembang dan mengalami perubahan, seperti yang terlihat pada kutipan
definisi sikap menurut beberapa penulis berikut :
 A favorable or unfavorable evaluative reaction toward something
or someone, axhibited in one’s belief, feelings or intended behavior
( Zanna& dan Remple, 1988, dalam Voughn & dan Hoog, 2002 ).
(Reaksi evaluative yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu
atau seseorang, menunjukan kepercayaan, perasaan, atau
kecenderungan perilaku seseorang ).
 Attitude is a psychological tendency that is expressed by
evaluanting a particular entity with some degree of favor or
disfavor ( Eagly& dan Chaiken, 1993 ). ( Sikap adalah tendensi
psikologis yang ekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu
dengan beberapa derajat kesukaan atau tidaksukaan).
 Evaluations of various aspect of the social word ( Baron& dan
Byrne , 2006 ). ( Evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan sosial
).

2.2 Komponen Sikap

Sikap adalah konsep yang di bentuk oleh 3 komponen, yaitu


kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif berisi semua
pemikiran serta ide-ide yang berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran
seseorang meliput hal – hal yang diketahuinya serta objek sikap, dapat
berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilai tentang
objek sikap tadi.
Komponen kognitif dari sikap dapat menentukan keputusan
seseorang terhadap pemilu legislatif 2014. Pendapat bahwa pemilu 2014
tidak perlu diikuti karena pertimbangan akan perilaku mereka yang buruk
dan tidak sesuai dengan harapan rakyat merupakan salah satu bentuk dari
evaluasi negatif. Ke bimbangan antara kewajiban memilih dengan

3
pemikiran tentang partai apa dan siapa yang akan dipilih merupakan
sikap ambivalen yang dapat mendorong mereka menjadi golput.
Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi
seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap,
dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian
seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi
suatu dorongan atau kekuatan / daya titik. Jika orang merasa suka dan
senang pada penampilan serta tingkah laku tokoh pemimpin masyarakat,
Caleg dari partai X yang dikenalnya, maka ia akan memilih tokoh
tersebut diantara para Caleg yang namanya tercantum dalam lembar
pemilu. Hal ini terjadi karena didorong oleh perasaan dan keyakinan
terhadap objek sikap yang dimaksud.
Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang
berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa
tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau
niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubung dengan objek sikap.
Intensi merupakan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap
objek sikap. Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas
tentang objek sikap yang disertai dengan perasaan postif mengenai
kognisinya, maka ia akan cenderung mendekati ( approach ) objek sikap
tersebut, misalnya dengan memperlihatkan dukungan, memberi bantuan,
dan menjadi tim sukses bagi tokoh partai yang disukainya. Sebaliknya,
bila orang memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang
disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia
cenderung “ menjauhinya “. Artinya ia akan menentang , menolak , dan
menghindar dari objek tersebut. Apabila orang beranggapan negatif
terhadap ideologysuatu partai politik serta merasa tidak senang dengan
perilaku pimpinan dan anggota partai tersebut, ia akan menghindari
kampanye yang dilakukann partai tersebut . dan tidak ingin terlibat dalam
kegiatan kegiatan yang ada kaitannya dengan partai tersebut.
Ketiga komponen sikap menciptakan nuansa tertentu yang dapat
menjelaskan perbedaan sikap orang – orang terhadap objek sikap yang
sama. Begitu pula sikap orang tua sering berbeda dalam menghadap
sikap anak – anaknya.

4
2.3 Darimana Datangnya Sikap
Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak ia lahir, tetapi
diperoleh melalui proses pembelajaran yang sejalan dengan
perkembangan hidupnya. Seorang anak tumbuh dan berkembang
dilingkungan keluarga serta sikapnya terbentuk dalam interaksi bersama
orang – orang disekitarnya. Sikap dibentuk melalui proses belajar sosial ,
yaitu proses dimana individu memperoleh informasi , tingkah laku , atau
sikap baru dari orang lain.

Sikap dibentuk melalui 4 macam pembelajaran sebagai berikut :

1. Pengondisian Klasik ( classical conditioning : learning based on


association ). Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu
stimulus / rangsang selalu diikuti oleh stimulus / rangsang yang lain,
sehingga rangsang yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsang
yang kedua. Lama – kelamaan, orang akan belajar jika stimulus
pertama muncul, maka akan diikuti oleh stimulus kedua. Contohnya,
seorang anak setiap kali melihat ibunya menghidangkan teh dan kue
kepada tamunya, kemudian, ibu dan tamunya tampak berbincang –
bincang dengan sedang dan gembira. Setelah anak tersebut dewasa,
ia akan bersikap positif terhadap tamu yang berkunjung kerumahnya
sebagai hasil pembelajaran secara classical conditioning.
2. Pengkondisian Instrumental, proses pembelajaran terjadi ketika suatu
perilaku mendantangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang,
maka perilaku tersebut akan diulang kembali. Sebaliknya, perilaku
mendantangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang,
maka perilaku tersebut tidak akan terulang lagi atau dihindari.
Contohnya, seorang anak mendapat senyuman atau pujian dari
ibunya ketika ia membuang daun, kertas, atau plastik bungkus
makanannya ke keranjang sampah. Sebaliknya, ia selalu dimarahi
oleh ibu nya kalau membuang bungkus makanan ke sembarang
tempat. Anak belajar melalui instrumental conditioning.
3. Belajar melalui pengamatan proses pembelajaran dengan cara
mengamati perilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh
untuk berprilaku serupa. Banyak perilaku yang dilakukan seseorang
hanya karena mengamati perbuatan orang lain. misalnya, perilaku
merokok pada anak remaja dilakukan dengan meniru perilaku teman
teman sebayanya dalam lingkungan pergaulan.Contoh lain, perilaku
orang yang memberi “ uang damai “ ketika ditangkap polisi karena
melakukan pelanggaran lalu lintas. Perbuatan tersebut muncul

5
melalui pengamatan pada kejadian serupa yang dialami oleh orang
lain.
4. Perbandingan sosial proses pembelajaran dengan membandingkan
orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu
hal adalah benar atau salah disebut perbandingan sosial. Contohnya,
sikap positif terhadap partai politik tertentu dapat terbentuk,
walaupun kita tidak mengenal langsung satu orangpun dari partai
politik tersebut.

2.4 Sikap eksplisit dan implisit


Sikap eksplisit merupakan evaluasi yang disadari dan dapat
dengan mudah dilaporkan. Sedangkan, sikap implisit merupakan
evaluasi yang muncul secara involuntary, tidak dapat dikontrol, dan
seringkali tanpa disadari.
Sikap implisit merupakan evaluasi yang muncul secara
involuntary, tidak dapat dikontrol, dan seringkali tanpa disadari.

2.5 Bagaimana Mengubah Sikap ( Disonansi Kognitif,


Komunikasi Persuasive, Serta Emosi dan Perubahan Sikap )

 Disonansi Kognitif → Disonansi Kognitif Teori disonansi kognitif


menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan
berupaya untuk mengurangi ketidaknyaman dalam berbagai situasi.
Teori ini secara revolusional memikirkan proses-proses psikologi
sosial, khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan
berdampak pada sikap dan perilaku. Teori ini pertama kali dicetuskan
oleh Leon Festinger (1951) dan populer di era tahun 1950 hingga
pertengahan tahun 1970-an. Teori disonansi kognitif ini merupakan
suatu teori yang terpenting dalam sejarah psikologi sosial, karena
ratusan penelitian telah menguji proses disonansi. Sebagian besar
penelitian mengeksplorasi bagaimana pengalaman disonansi kognitif
menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Menurut teori
disonansi kognitif, seseorang akan mengalami disonansi ketika ia
mengalami diskrepansi dalam kognisinya (ide-ide atau pikirannya).
Keadaan disonan menghasilkan suatu ketegangan psikologis yang
mendorong individu untuk mengurangi disonansi tersebut. Ada tiga

6
cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi keadaan disonan
tersebut, yaitu
(1) mengubah elemen tingkah laku
(2) mengubah elemen kognitif lingkungan
(3) menambah elemen kognitif baru

 Komunikasi Persuasive → Komunikasi Persuasif sebagai salah satu


pengubah sikap karena menggunakan pendekatan terhadap paksaan.
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku seseorang. Komunikasi persuasif harus dilakukan dengan
halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi. Agar
komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu
dilakukan perencanaan yang matang. Dari mulai pembicara, apa yang
dibicarakan, dan untuk siapa ia berbicara.

 Emosi dan Perubahan Sikap → Emosi mempengaruhi perubahan


sikap dalam beberapa cara : (a) Komunikasi yang menakut-nakuti →
Hal ini efektif bila ketakutan timbul dalam tingkat sedang, dan
individu meyakini bahwa menyimak pesan itu daoat mengajarkan cara
mengurangi ketakutannya.
(b) Emosi sebagai jalan pintas mental → Emosi berperan sebagai
sinyal bagaimana kita merasakan sesuatu, sebagai emosi dapat
menyebabkan perubahan sikap melalui jalan pintas mental.
(c) Affectively based attitudes yang mengubah sikap melalui emosi →
Bila sikap berbasis affective, perubahan sikap terjadi melalui daya
tarik emosional (menyinggung identitas sosial)

2.6 Menolak Pesan Persuassive


Ketika Sikap Gagal Diubah : Resistensi Terhadap Persuasi.
Melihat begitu banyaknya pesan persuasi yang kita hadapi setiap harinya,
kita dapat menarik kesimpulan yaitu kita sangat resisten atau menolak pesan
persuasi tersebut. Jika kita tidak resisten, maka sikap kita akan terus menerus
berubah karena dipengaruhi pesan persuasi yang kita terima setiap saat.
Mengapa kita begitu sulit atau seakan jual mahal untuk mengubah sikap kita?
Jawabannya yaitu melibatkan beberapa faktor, yang semuanya menguatkan
kemampuan kita untuk menolak bahkan terhadap usaha persuasi yang sangat
lihai.

7
1. Reactance (Reaksi Penolakan) : Melindungi Kebebasan Pribadi Kita

Reaktansi adalah sebuah reaksi negatif terhadap usaha orang lain


untuk mengurangi kebebasan anda dengan membuat kita melakukan apa
yang mereka inginkan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ke dalam
situasi tersebut, kita sering kali mengubah sikap kita (tingkah laku) ke arah
yang berlawanan dengan apa yang dipaksakan kepada kita sebuah efek
yang dikenal sebagai perubahan sikap negatif ( Brehm, 1966, Rhodewalt
& Davidson, 1983).
Adanya reaktansi merupakan suatu alasan mengapa usaha menjual
dengan paksaan dalam persuasi sering kali gagal. Ketika individu
menangkap persuasi sebagai ancaman langsung terhadap kebebasan
pribadinya (gambaran mereka sebagai orang yang mandiri), mereka
termotivasi kuat untuk menolak. Resistansi tersebut, pada gilirannya
merupakan petunjuk visual bahwa persuader akan gagal.

2. Peringatan (Forewarning) : Pengetahuan Awal akan Intensi Persuasi

Peringatan (forewarning) adalah pemahaman dini bahwa individu


akan menjadi taget suatu usaha persuasi. Peringatan sering kali
meningkatkan pertahanan terhadap persuasi yang terjadi. Peringatan
memberikan kita kesempatan untuk menciptakan sanggahan
(counterargument) yang dapat mengurangi kekuatan pesan persuasi.
Selain itu, peringatan juga memberikan waktu untuk mengingatkan fakta-
fakta yang relevan dan informasi yang terbukti berguna agar dapat
menolak sebuah pesan persuasif (Wood, 1982).
Peringatan tampaknya lebih berguna jika terkait dengan sikap yang
kita nilai penting, dan lebih kecil kemungkinan terjadinya untuk sikap
yang kita anggap kurang penting dari peringatan (Krosnick, 1989). Dalam
berbagai kasus, yang terjadi diperingatkan tak ubahnya diberitahu bahwa
persuasi sedang terjadi.

3. Penghindaran Selektif (Selective Avoidance)


 
Selective Avoidance adalah sebuah kecenderungan untuk
mengalihkan perhatian kita dari informasi yang kita hadapi saat itu. Usaha
menghindari tersebut meningkatkan resistansi terhadap persuasi. Selective
avoidance adalah salah satu cara dimana skema diarahkan untuk

8
memproses informasi sosial, dan sikap sering kali beroperasi berdasarkan
skema.
 
4. Pertahanan Aktif Terhadap Sikap Kita yang Sudah Ada : Menyanggah
Pandangan yang berlawanan.

Mengabaikan atau mencari informasi yang tidak sesuai dengan


pandangan kita saat ini adalah salah satu cara untuk menolak persuasi.
Tetapi, bukti yang ada menunjukan bahwa selain bersikap pasif, kita juga
menggunakan strategi yang lebih aktif untuk mempertahankan sikap yang
kita miliki yaitu melawan atau menyanggahnya (Eagly dkk, 1999).
Dengan cara aktif ini, pandangan yang berbeda lebih tertanam dalam
ingatan tetapi, dampaknya lebih kecil pada sikap kita. Bukti terhadap efek
tersebut dilaporkan baru-baru ini oleh Eagly dan kawan-kawan (2000)
Dengan demikian, terdapat satu alasan mengapa kita mampu menolak
persuasi yaitu karena kita tidak hanya mengabaikan informasi yang tidak
konsisten dengan pandangan kita saat ini. Namun, kita juga secara hati-
hati memproses informasi yang berlawanan dengan sikap kita dan
menyanggah secara aktif hal tersebut. Dengan kata lain, kita membuat
benteng yang kuat untuk melawan usaha yang akan mengubah sikap kita.

2.7 Kapan Sikap Memprediksi Perilaku


Sikap tidak selalu memprediksi perilaku. Komponen sikap kognitif
dan afektif tidak selalu dinyatakan dalam perilaku. Kenyataannya,
sikapmemangdapatmeramalkanperilaku, namunhanyadalamkondisi
tertentu. Kapan Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku? Kehausan,
Kekuatan, Aksesibilitas, dan Faktor Lain

1. Aspek situasi : faktor yang mencegah mengekspresikan sikap


Dalam konteks ini dan konteks lain, hambatan situasi (situasional
coustrain) menegahi antara sikap dan tingkah laku yang tampak.(Ajzen &
Fishbein,1980; Fazio & Roskos-Ewoldsen,1994). Kita sering kali memilih
tempat dimana apa yang ingin kta katakan dan lakukan dapat sejalan
(Snyder& Ickes,1985).

2. Apek dari sikap itu sendiri


Beberapa tahun yang lalu, saya menyaksikan kejadian yang sangat
dramatis. Sebuah perusahaan kayu yang besar sudah menandatangani
kontrak dengan pemerintah, yang mengizinkan perusahaan tersebut untuk

9
menebang pohon didalam hutan taman nasional. Beberapa pohon yang
dijadikan pagar halaman adalah pohon raksasa kuno yang sangat tinggi.
Sebuah kelompok pecinta alam sangat menentang penebangan pohon ini
dan dengan cepat bergerak untuk menghalangi kegiatan ini.

Mereka bekerja sama dengan membentuk cincin manusia pada setiap


pohon yang besar , untuk melindungi pohon dari para penebang yang akan
menebani pohon tersebut. Taktik ini berhasil banyak probalitas yang
mendukung pencabutan kontrak dan pohon pohon tetap aman setidaknya
untuk sementara. Mengapa orang orang ini mengambil tindakan yang
dratis? jawabannya jelas justru mereka berkomitmen dengan segenap
hatinya untuk menyelamatkan pohon pohon ini. Dengan kata lain mereka
memilik sikap yang kuat yang sangat mempengaruhi tingkah laku mereka.

Kejadian seperti ini menarik perhatian karna pada dasarnya hubungan sikap
dan tingkah laku sangat di pengaruhi oleh beberapa aspek dari sikap itu
sendiri. Mari kita mempelajari beberapa aspek penting dari sikap tersebut

A. Sikapnya Terhadap Perilaku Tertentu, Ajzen (2005)


Mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh
keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau
disebut juga behavioral beliefs. Belief berkaitan dengan penilaian-
penilaian subjektif seseorang terhadap dunia sekitarnya, pemahaman
mengenai diri dan lingkungannya. Bagaimana cara mengetahui belief,
dalam teori perilaku direncanakan ini, Ajzen menyatakan bahwa belief
dapat diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang akan
kita prediksi dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin
diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan perilaku itu.

B. Kekuatan Sikap (Attitude Strenght).


Faktor lain salah satu faktor yang paling penting melibatkan apa
yang disebut sebagai kekuatan sikap yang dipertanyakan. Semakin kuat
sikap tersebut kuat pula dampaknya pada tingkah laku (Petkova, Ajzen &
Driver,1995 ), kata kekuatan melibatkan beberapa faktor ke ekstreman
atau intensitas dari sebuah sikap (seberapa kuat reaksi emosional yang
berhasil dibangkitkan oleh objek sikap tertentu), kepentingan (sejauh mana
individu peduli dan secara pribadi di pengaruhi oleh sikap tersebut),
pengetahuan (seberapa banyak individu mengetahui tentang objek sikap
tersebut),dan kemudahan diakses (semudah apa sikap tersebut diterima
oleh akal sehat berbagai situasi, Prety & Krosn ick,1995).

10
C. Kekhususan sikap (Attitude Specifity).
Aspek sikap yang ketiga yang mempengaruhi hubungan sikap
dengan tingkah laku adalah kekhususan sikap yaitu sejauh mana sikap
tersebut terfokus pada objek atau situasi tertentu dibandingkan hal yang
umum.

2.8 Kekuatan Iklan


Di dalam iklan, komunikasi jenis persuasive ini sering kali
dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasaran. Karena, iklan sendiri
merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian
kecil dari aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang
menggunakan komunikasi persuasif sebagau bahasa, mengajak para calon
pelanggan untuk menggunakan produknya.

Manfaatnya adalah iklan dapat memberikan kepada kita sebuah


informasi mengenai sebuah barang ataupun jasa. Sementara itu, efek yang
kurang baik dari sebuah iklan adalah sebuah iklan akan memunculkan
sebuah perilaku hedonic. Perilaku tersebut merupakan perilaku seseorang
dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa, lebih mementingkan gengsi
dari produk tersebut dibandingkan kegunaan yang dapat dinikmati dari
sebuah barang atau jasa yang dikonsumsu olehnya.

Selain itu, iklan secara tidak langsung dapat membuat orang


membeli sesuatu yang sebetulnya tidak diinginkan atau dibutuhkan,
sehingga mendorong perilaku hidup konsumtif atau boros. Mereka yang
memiliki pola hidup konsumtif akan terus berburu barang-barang yang
memang bagi mereka menarik. Bagi mereka, berbelanja merupakan suatu
hal yang harus dilakukan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sikap berasal dari kata latin “ aptus “ yang berarti dalam keadaan sehat
dan siap melakukan aksi / tindakan atau dapat dianologikan dengan keadaan
seorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai
lawannya dalam pertarungan. Secara harfiah , sikap dipandang sebagai
kesiapan raga yang dapat diamati. Sikap adalah konsep yang di bentuk oleh 3
komponen, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif adalah
Berisi semua pemikiran serta idea-idea yang berkenaan dengan objek sikap.
Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap
objek sikap. Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang
berkenaan dengan objek sikap.

Sikap dibentuk dari 4 macam pembelajaran yaitu pengkondisian klasik,


pengkondisian instrumental, belajar melalui pengamatan dengan mengamati
perilaku orang lain, dan perbandingan sosial dengan membandingkan
pandangan kita dengan pandangan orang lain apakah benar atau salah. Sikap
eksplisit adalah evaluasi yang disadari dan dapat dengan mudah dilaporkan.
Sedangkan, sifat implisit adalah evaluasi yang muncul secara involuntary atau
tidak dapat dikontrol dan seringkali tanpa disadari.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi keadaan disonansi
kognitif yaitu mengubah elemen tingkah laku, mengubah elemen kognitif
lingkungan, dan menambah elemen kognitif baru. Komunikasi persuasif dapat
mencapai tujuan dan sasaran, maka perlu dialkukan perencanaan yang matang
dari mulai pembicara, apa yang mau dibicarakan, dan untuk siapa ia berbicara.
Emosi mempengaruhi perubahan sikap dalam beberapa cara yaitu komunikasi
yang menakut-nakuti, emosi sebagai jalan pintas mental, dan affectively based
attitudes yang mengubah sikap melalui emosi.

Ada beberapa cara untuk meolak pesan persuasif seperti reactance (reaksi
penolakan), peringatan (forewarning), penghindaran selektif (selective
avoidance), pertahanan aktif terhadap sikap kita terhadap yang sudah ada.
Sikap memprediksi perilaku jika memiliki beberapa aspek seperti aspek situasi
atau aspek dari sikap itu sendiri, selain itu ada beberapa aspek penting lainnya
seperti aspek situasi dan sikap itu sendiri. Beberapa aspek itu sendiri antara
lain seperti sikapnya terhadap perilaku tertentu, kekuatan sikap, dan
kekhususan sikap. Iklan memiliki kekuatan antara lain sebagai bentuk
pemasaran, dapat memberikan kita informasi tentang suatu produk atau jasa,

12
iklan dapat membuat orang membeli sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu
penting.

3. 2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam makalah berjudul “Sikap dan
Perubahan Sikap” sebagai berikut yaitu diharapkan seluruh masyarakat
memahami bentuk sikap, karena sikap adalah salah satu faktor penting untuk
bersosialisasi di dalam kehidupan. Selain itu, kami juga berharap para pembaca
dapat mengambil manfaat dari makalah yang kami tulis.

13
RFERENSI

Albertus Wahyurudhanto dan Ilham Prisgunnanto. 2018.


Pelanggaran Melawan Arah Arus Lalu Lintas Pada Remaja Pengendara
Sepeda Motor di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta : Analisis Disonansi
Kognitif. Vol 1 (2). 105-106.

Suryanto dkk. 2012. Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya : Pusat


Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.

Primadhany Kartana Putri. 2016. Aplikasi Pendekatan-Pendekatan


Persuasif Pada Riset Komunikasi Pemasaran: Iklan Melibatkan Penciptaan
dan Penerimaan Pesan Komunikasi Persuasif Mengubah Perilaku
Pembelian. Vol VIII (1). 4-5.

Baron, R., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial Jilid 1 (10th ed.,


pp. 135-143). Jakarta.

Pontoh, A., Soeharno, F., & Risiad, M. (2020). EFEK


BUMERANG NEGATIF PESAN PERSUASIF KAMPANYE VAKSIN
‘’MEASLES-RUBELLA’’OLEH KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA. INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI,SOSIAL
& HUMANIORA, 01 NO.07. 28/02/2020, 27. doi: E-ISSN 2628-5661.

Ramdhani, N. (2011). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory


of Planned Behavior. BULETIN PSIKOLOGI, 19, NO. 2, 2011: 55 - 69,
56. Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11557/8615

https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/660

iv

Anda mungkin juga menyukai