Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENJASORKES
BELADIRI “PENCAK SILAT”

DISUSUN OLEH
HASRY WYANDA
XII-MIPA I

SMAN 1 PANGKALAN BUN


06/11/2020

i
KATA PENGANTAR

Marilah sama - sama kita panjatkan Segala Puji Syukur kehadhirat Allah
SWT, yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, Shalawat beserta
Salam juga sama-sama kita hantarkan kepada Janjungan Alam Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Untuk kali ini, saya membuat sebuah makalah yang berjudul “PENCAK
SILAT”. Dalam rangka memenuhi Tugas PENJASKES di SMAN 1 Pangkalan
Bun. Sebelum itu saya ucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada Guru
pembimbing yang telah memotivasi saya sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Terakhir saya menyadari betul bahwa dalam penulisan dan penyelesaiaan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruksif sangat saya harapkan untuk kesempurnaan di masa mendatang.
Semoga makalah saya yang sederhana ini mampu memberi mamfaat yang besar
bagi kita semua. Aamiin.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

Pangkalan Bun, 06 November 2020

Penulis
Hasry Wyanda

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
2.1. Sejarah Pencak Silat............................................................................................................ 3
2.1.1. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat................................................................5
2.2. Pengertian Pencak silat....................................................................................................... 8
2.2.1. Jenis dan aliran Pencak Silat......................................................................................... 8
2.3. Peraturan Pencak Silat.......................................................................................................12
2.3.1. Ketentuan.................................................................................................................... 12
2.4. Teknik Pencak Silat............................................................................................................14
2.5. Sarana dan Prasarana Pencak Silat....................................................................................17
2.5.1. Pakaian Pencak Silat....................................................................................................17
2.6. Informasi Lain tentang Pencak Silat.................................................................................. 17
2.6.1. Sifat dan Ciri Pencak Silat........................................................................................... 17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................................................. 19
3.3 Daftar Pustaka....................................................................................................................20

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan paling dasar manusia adalah keamanan dan kesejahteraan.


Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan
berbagai cara dan sarana. Diantara ciptaan manusia yang menyangkut kebutuhan
keamanan, adalah cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan fisik, di antaranya adalah apa yang
disebut "jurus" dan senjata.
"Jurus" adalah teknik gerak fisikal berpola yang efektif untuk membela diri
maupun menyerang tanpa maupun dengan menggunakan senjata. Bentuk awalnya
sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan
dengan anatomi manusia. Kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan
perkembangan budaya manusia. Demikian pula senjata yang digunakan.
Di dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah
menciptakan berbagai cara dan sarana di antaranya dengan pengembangan "jurus"
ke dalam bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan batin dan
lahir. Salah satu pengembangan seni jurus tersebut adalah pencak silat.
Di bawah ini secara singkat akan diuraikan beberapa hal sekitar Pencak Silat yang
meliputi: sejarah, falsafah, jenis, aliran, perguruan dan pendekar Pencak silat,
penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat, pengembangan dan penyebaran
Pencak Silat serta tantangan terhadap Pencak Silat. Keseluruhan uraian akan
disimpulkan secara umum.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami merumuskan beberapa masalah,


diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah pencak silat?
2. Apa itu pencak silat?

1
3. Bagaimana Peraturan dalam permainan Pencak Silat?
4. Apa saja teknik-teknik dalam permainan Pencak Silat?
5. Apa saja media dalam permainan Pencak Silat?
6. Bagaimana perkembangan dan penyebaran pencak silat?
7. Apa yang menjadi tantangan terhadap perkembangan pencak silat?
8. Apa saja informasi lain seputar Pencak Silat?

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah pencak silat.
2. Untuk mengetahui pengertian pencak silat.
3. Untuk mengetahui peraturan dalam permainan pencak silat.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam permainan pencak silat.
5. Untuk mengetahui media dalam permainan pencak silat.
6. Untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran pencak silat.
7. Untuk mengetahui tantangan yang terdapat dalam permainan pencak silat
8. Untuk mengetahui informasi lain seputar pencak silat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pencak Silat

Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan
menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut,
catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat
dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya
asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang
menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan
tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan
berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, seperti yang kini
ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh
pengaruh luar.
Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya
kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup
masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,
kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar
luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad
ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian,
pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah
pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas.
Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai
daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga
mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa
Minangkabau, silat itu sama dengan silek.
Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri
dari Cina dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena
memang kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang
terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan
berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India,
Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian
berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak
silat lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga setiap

3
daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh,
bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari
abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di
Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat
ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan
penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai
otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat
kita lihat hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama
dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar
ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara
untuk menghadapi penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari
latihan spiritual.
Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan
Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap
penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi
ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA)
di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah
secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang
sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi
geografis dan etnologis, serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa
Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam,
namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan unsur-unsur
kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun
temurun. Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah
pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih
teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok,
latar belakang dan sejarah pembelaan diri dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan
karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan
pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang
lebih luas.

4
2.1.1. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat

Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat dilakukan oleh perguruan-


perguruan Pencak Silat. Setelah Perang Dunia ke-2, kegiatan perguruan-perguruan
tersebut di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dikordinasikan
oleh organisasi nasional Pencak Silat, yakni IPSI yang dibentuk pada tahun 1948,
PERSISI yang dibentuk pada tahun 1976, PESAKA yang dibentuk pada tahun 1983
dan PERSIB yang dibentuk pada tahun 1987. Organisasi nasional Pencak Silat juga
dibentuk di negara- negara lain. Untuk mengarahkan dan mengkordinasikan upaya
pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara internasional, pada tanggal 11
Maret 1980 di Jakarta dibentuk Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa
(PERSILAT). Menurut konstitusinya, PERSILAT mempunyai 3 macam anggota,
yakni :
1. Anggota Pendiri, yang terdiri dari IPSI, PESAKA, PERSISI dan PERSIB.
2. Anggota Gabungan, yang terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat
lainnya yang telah diakui oleh suatu badan tingkat nasional yang
berwenang menangani masalah Pencak Silat di negara yang bersangkutan
dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
3. Anggota Bersekutu, yang terdiri dari organisasi Pencak Silat yang belum
diakui oleh badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah
Pencak Silat tetapi dinilai oleh PERSILAT dapat mewakili negaranya dan
telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat diusahakan untuk dapat dilaksanakan
secara simultan, meliputi segi fisik dan non-fisik (mental- Spiritual dan falsafah).
Tetapi hal ini belum sepenuhnya terlaksana. Yang sudah terlaksana baru Pencak
Silat olahraga. Ini pun segi non-fisiknya belum mantap.
Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Olahraga dilaksanakan
antara lain dengan menyelenggarakan kejuaraan-kejuaraan. Di Indonesia setiap
tahun diadakan kejuaraan nasional Pencak Silat untuk pesilat dewasa dan remaja
secara berselang- seling, kecuali apabila dalam tahun yang bersangkutan diadakan
PON (Pekan Olahraga Nasional) di mana Pencak Silat Olahraga juga
diikutsertakan. Sejak tahun 1987, Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan dalam
SEA Games. Dalam tahun- di mana Pencak Silat Olahraga ikutserta dalam SEA
Games, IPSI juga tidak menyelenggarakan kejuaraan nasional. Setiap kejuaraan
nasional selalu dimulai dari kejuaraan tingkat kecamatan. Upaya pengembangan
dan penyebaran Pencak Silat Seni dilaksanakan dengan menyelenggarakan festival
atau lomba. Di Indonesia IPSI baru melaksanakannya secara nasional pada tahun

5
1982. Untuk mengefisienkan penyelenggaraan, festival atau lomba tersebut
diintergrasikan dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Lomba Pencak Silat
Beladiri sedang diusahakan untuk juga dapat diselenggarakan, yang akan
diintegrasikan juga dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Pada setiap
kesempatan kejuaraan nasional Pencak Silat Olahraga, di Indonesia selalu
diadakan pertemuan dan pernbicaraan dalam rangka peningkatan upaya
pengembangan dan penyebaran Pencak Silat. Pembicaraan serupa dalam tingkat
kebijaksanaan, dilakukan dalam Munas (Musyawarah Nasional) yang diadakan
setiap 4 tahun sekali. Upaya lainnya yang telah dan akan dilakukan adalah
Penataran Pelatih dan Wasit-Juri, penyempurnaan peraturan pertandingan,
merumuskan standar nasional Pencak Silat Olahraga, kriteria penilaian lomba
Pencak Silat Seni dan Pencak Silat Beladiri serta metoda pendidikan dan latihan
Pencak Silat. Kejuaraan Pencak Silat Olahraga yang berskala internasional telah 6
kali dilaksanakan. Yang pertama dan kedua di Jakarta pada tahun 1982 dan 1984,
yang ketiga di Wina pada tahun 1986, yang keempat di Kuala Lumpur pada tahun
1987, yang kelima di Singapura pada tahun 1988 dan yang keenam di Den Haag
pada tahun 1990. Pada kesempatan itu juga dilaksanakan festival dan lomba Pencak
Silat Seni dan pertemuan. Seminar Intemasional tentang Pencak Silat pernah
diadakan, yakni pada kesempatan kejuaraan Internasional yang ke-IV di Kuala
Lumpur. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi- informasi sekitar
Pencak Silat di berbagai negara, antara lain tentang pengembangan dan
penyebarannya.
Pencak Silat sekarang ini terdapat dan berkembang di 20 negara, yakni di
Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Austria, Jerman ,
Belgia, Denmark, Swiss, Perancis, Yugoslavia, Spanyol, Inggris, Turki, Amerika
Serikat, Suriname, Thailand, Filipina dan Australia.
Di beberapa negara lain sedang dirintis pengembangannya, antara lain di Myanmar,
Kamboja, Laos dan Vietnam. Negara-negara ini berkeinginan untuk mengikuti
pertandingan Pencak Silat Olahraga dalam SEA Games, diantaranya ada yang
meminta bantuan pelatih dari Indonesia.

2.1.2. Tantangan terhadap Pencak Silat

Pencak Silat yang "terdapat di luar negara sumbernya belum seluruhnya


berkualifikasi sebagai Pencak Silat, dalam arti memenuhi kriteria jatidirinya
maupun kaidah pelaksanaannya yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga
sebagai satu kesatuan. Di antara peminat Pencak Silat di luar negara sumbernya,
ada yang berkecenderungan mempelajari Pencak Silat hanya segi fisikalnya saja

6
dan kurang berminat mengetahui apalagi menghayati nilai-nilai falsafahnya yang
menjiwainya dan nilai-nilai budaya yang mendasari maupun mewarnainya. Selama
ini penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat
sebagai aturan dasar dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat yang bernilai etis,
teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan memang belum pernah dilakukan
secara khusus. Usaha kearah itu sedang dirintis oleh IPSI, yanq juga akan
dilakukan melalui PERSILAT. Sesuatu yang bernama Pencak Silat tetapi ujud
prakteknya tidak menurut kaidah Pencak Silat (yang dijiwai nilai-nilai jatidiri
Pencak Silat), dengan sendirinya tidak bernilai Pencak Silat menurut pengertian
yang sebenarnya. Hal ini pada gilirannya akan menjatuhkan citra Pencak Silat.
Disinilah letak tantangannya. Tantangan yang kedua berkaitan dengan mutu
pertandingan Pencak Silat Olahraga yang masih belum memadai, bahkan kadang-
kadang diwarnai oleh kericuhan , Kritik tajam mengenai hal ini sering terdengar.
Hal itu akan dapat, bahkan mungkin telah menjatuhkan Citra Pencak Silat. Faktor
penyebab yang utama adalah karena kurang dihayati dan dilaksanakannya kaidah
Pencak Silat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pertandingan. Penghayatan
kaidah Pencak Silat harus dilandasi dengan pemahaman jatidiri Pencak Silat serta
nilai- nilai-nilainya.
Selain itu, tujuan pertandingan juga belum dihayati. Diantara tujuan tersebut
adalah mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat, mempererat
persaudaraan dan persatuan serta meningkatkan citra Pencak Silat: dan menarik
simpati (minat) masyarakat (nasional dan internasional) terhadap Pencak Silat.
Tujuan tersebut harus menjadi motivasi dasar pihak-pihak yang terlibat dalam per-
tandingan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya. Gagasan Ketua Umum PB
IPSI di dalam meningkatkan mutu pertandingan Pencak Silat: Olahraga adalah
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatih IPSI yang berasal dari
perguruan-perguruan yang kemudian dikembalikan ke perguruan-perguruan untuk
melatih anggotanya,-terutama mereka yang akan diikutsertakan dalam kejuaraan.
Hanya pesilat yang telah mendapat latihan dari pelatih IPSI inilah yang boleh
mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI. Nantinya gagasan ini akan di
internasionalkan melalui PERSILAT. Gagasan lainnya adalah penciptaan
Pertandingan Sistem Baru (PSB), yang sekarang ini sedang diujicoba. Di samping
tantangan yang bersifat umum, masih terdapat tantangan yang bersifat khusus
dalam kaitan dengan pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara utuh
maupun pemeliharaan dan peningkatan citra Pencak Silat.

7
2.2. Pengertian Pencak silat

Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan


diri. Pencak silat merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu.
Olahraga bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan
Singapura, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara
sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand
Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah
memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia), sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah
nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei
Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di
dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Persilat di
Jakarta pada tahun 1980.
Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada
tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi
seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan
kata majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah
pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan nama pencak,
sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat
merupakan kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus,
begitu pula dengan kata silat. Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada
peraturan, dan digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti
gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni,
guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari
bencana. Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan
kebatinan. Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah
hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi
(kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya
untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.1. Jenis dan aliran Pencak Silat

Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya, wujud fisikal dan
visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 4 jenis.
Praktek pelaksanaan dari masing-masing jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan

8
tersendiri dan berdasarkan pada tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah
satu aspek tertentu dengan tidak meniadakan aspek-aspek yang lain.
Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :
1. Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri (karena
wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian diri), yang
praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat kemampuan
mengendalikan diri dan karena itu lebih menekankan pada aspek mental-
spiritual.
2. Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan
diri secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada aspek beladiri
3. Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan pada
aspek seni.
4. Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan karena itu lebih
menekankan pada aspek olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat dengan kadar yang
berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar. Karena itu, masing-masing
jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4 aspek sebagai satu kesatuan dan
kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai etis (mental-spiritual), teknis
(beladiri), estetis (seni) dan sportif (olahraga) sebagai satu kesatuan.
Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis Pencak Silat dilakukan
dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan ciri-cirinya yang
menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya, disebut "aliran" Pencak Silat.
Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya (aliran), nilai-nilai keempat aspek
Pencak Silat, yakni etis, teknis, estetis dan sportif sebagai satu kesatuan tetap ada
dan terlihat. Jika tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat.
Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai "jurus" Pencak Silat.
Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek fisikal dan tidak menyangkut segi
mental-spiritual dan falsafah.
Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau mazhab. Karena itu
jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah budi pekerti luhur dan
mempunyai aspek mental-spiritual sebagai aspek pengendalian diri.
Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang menggunakan "tenaga
supernatural" dalam gaya pelaksanaan "jurus"nya. Tenaga supranatural yang
disebut "tenaga dalam", "tenaga dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan

9
penguat "jurus" atau kekebalan badan. Adanya aliran yang menggunakan "tenaga
supernatural" telah memperkaya Pencak Silat.

2.2.2. Perguruan dan pendekar Pencak Silat

Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan aliran Pencak


Silat. Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat berguru Pencak
Silat. Berguru mempunyai konotasi belajar secara intensif yang prosesnya diikuti,
dibimbing dan diawasi secara langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang
yang berguru diketahui dengan jelas perkembangan kemampuannya, terutama
kemampuan pengendalian dirinya atau budi pekertinya. Sang guru tidak akan
mendidik, meningkatkan atau memperluas pendidikannya kepada seseorang yang
mentalitasnya (kemampuan pengendalian diri atau budi pekertinya) dinilai tidak
atau kurang memadai. Dalam kaitan itu, di waktu yang lalu tidak mudah bagi
seseorang untuk menjadi murid atau anggota perguruan Pencak Silat. Ujian- ujian
berat yang menyangkut sikap mental harus ditempuh lebih dulu dan lulus. Ditinjau
dari segi jenis Pencak Silat yang diajarkan, maka terdapat 4 kategori perguruan
Pencak Silat, yakni :
1. Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan pendidikannya
secara intensif pada aspek mental-spiritual Pencak Silat dengan tujuan untuk
membentuk kemampuan pengendalian diri yang tinggi kepada murid atau
anggotanya.
2. Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya pada aspek
beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemahiran teknik
beladiri yang tinggi tanpa atau dengan menggunakan berbagai macam senjata
kepada murid atau anggotanya.
3. Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada aspek.
seni Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk keterampilan
mempertunjukkan keindahan gerak Pencak Silat kepada murid atau anggotanya,
tanpa atau dengan iringan musik tradisional serta tanpa atau dengan
menggunakan senjata, sesuai dengan ketentuan "wiraga" (teknik gerak),
"wirama" (irama gerak yang selaras, serasi dan seimbang) dan "wirasa"
(pelembutan dan penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan
improvisasi yang dilandasi rasa penghayatan).
4. Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya pada
aspek olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan
10
mempraktekkan teknik- teknik Pencak Silat yang bernilai olahraga bagi
kepentingan memelihara kesegaran jasmani atau pertandingan. Bagi
kepentingan pertandingan, pendidikan disesuaikan dengan peraturan
pertandingan yang berlaku.
Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang terbanyak,
diantaranya ada yang mengajarkan "tenaga supernatural". Sejak tahun 1970-an,
banyak perguruan Pencak Silat Beladiri yang mengajarkan Pencak Silat Olahraga
untuk kepentingan pertandingan dengan tujuan agar murid atau anggotanya dapat
mengikuti kejuaraan Pencak Silat Olahraga, karena hanya jenis Pencak Silat ini
yang dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni tidak
dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan peragaan.
Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan Pencak Silat dapat
dikategorikan dalam 3 kelompok, yakni:
1. Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang menonjol antara
lain:
· Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun.
· Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa percobaan yang
ketat.
· Metoda pendidikan bersifat monologis.
· Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi pemecatan
sebagai anggota.
· Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis yang
menyangkut perguruan dan pendidikannya.
· Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya.
· Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan.
2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara lain :
· Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader
perguruan yang dipandang handal sebagai calon.
· Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid.
· Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan sebagai
pemula.
· Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis.
· Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan argumen
rasional.
· Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut
perguruan dan pendidikannya.
· Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber dana
untuk membiayai kegiatan perguruan.

11
3. Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri pokoknya
antara lain:
· Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus perguruan
dipilih dari antara kader-kader perguruan yang handal sebagai calon.
· Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi Status
sebagai anggota sementara.
· Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak
menyangkut hal-hal yang prinsipiil.
· Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan.
· Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang menyangkut
perguruan dan pendidikannya secara terbatas.
· Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari anggotanya.
· Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana sumbangan.
Di Indonesia terdapat 10 perguruan Pencak Silat yang disebut perguruan historis.
Kesepuluh perguruan tersebut adalah :
Setia Hati (SH), Setia Hati Terate (SHT), Perisai Diri (PD), Perisai Putih,
Phasadja Mataram, PERPI Harimurti, Tapak Suci, Persatuan Pencak
Seluruh Indonesia (PPSI), Nusantara dan Putra Betawi.
Yang termasuk perguruan besar di Indonesia antara lain: Merpati Putih, Bangau
Putih, Satria Muda Indonesia dan Kateda Indonesia.
Pimpinan perguruan Pencak Silat pada umumnya berkualifikasi pendekar,
yakni suatu status tertinggi yang berkaitan dengan kemampuan pengamalan ajaran
falsafah Pencak Silat secara konsisten dan konsekuen yang patut ditauladani
sekaligus berkaitan juga dengan kemahiran dalam praktek pelaksanaan Pencak
Silat menurut kaidahnya. Di lingkungan perguruan modern, istilah pendekar telah
digunakan sebagai gelar untuk tingkat penguasaan kemahiran Pencak Silat,
diantaranya ada yang sifatnya berjenjang.

2.3. Peraturan Pencak Silat

2.3.1. Ketentuan Umum

Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling
berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran,
elakan dan tangkisan), melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan
kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3
babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak

12
selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan lima
orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut.
1. Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan
langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.
2. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan
berbagai cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.
3. Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak
silat dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada umumnya.

2.3.2. Ketentuan Kemenangan

Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai


berikut.
1. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah
satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.
2. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena
menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandingan.
3. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar
sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.
4. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan
ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman
langsung diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran tingkat pertama sehingga
lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandingan.
5. Menang karena pertandingan tidak seimbang.
6. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.

2.3.3. Ketentuan Penilaian

Penilaian dalam olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan
ketentuan sebagai berikut.
1. Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang langsung disusul
oleh serangan yang masuk pada sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan
serangan tangan yang masuk.
2. Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.

13
3. Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan.
4. Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.
5. Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-
kaidah permainan pencak silat dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi
5 (lima) pada setiap babak.
6. Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada, perut,
pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan
sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai
nilai sebagai serangan perkenaan.

2.4. Teknik Pencak Silat

Dalam permainan pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik


yang ada guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut
ini adalah teknik-teknik dalam permainan pencak silat.
1. Serangan
Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan, tangan,
ataupun siku untuk mengenai sasaran tertentu pada anggota badan
lawan. Serangan tangan merupakan serangan yang paling umum dilakukan,
umumnya berupa pukulan. Berbagai macam bentuk serangan adalah sebagai
berikut.
a. Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah,
dan bawah.
b. Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.
c. Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan
diarahkan ke sasaran kemaluan.
d. Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran
rahang dan rusuk. Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan
perkenaannya seluruh buku-buku jari.
e. Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah
lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka,
leher, bahu, atau pinggang.

14
f. Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan
terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke
luar atau dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.
g. Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian
perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke
atas, dengan sasaran dagu dan hidung.
h. Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran
telinga.
i. Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas,
dengan sasaran muka atau kemaluan.
j. Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari
merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
k. Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-
genggam yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke
depan dengan sasaran mata dan tenggorokan.
l. Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang
menguncup dan sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.
m. Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan
mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala
arah, dengan sasaran muka.
n. Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi
telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.
o. Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka
dengan sasaran dada.
p. Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke
atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara
lain sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.

2. Belaan
Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik melalui
tangan maupun kaki pada saat menerima serangan. Macam-macam belaan antara
lain adalah sebagai berikut.
a. Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa
dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
b. Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan
dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.

15
c. Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak
dari berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap
tubuh, dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut.
1. Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah
satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah (miring).
2. Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua
kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).
3. Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi
kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan yang
terancam serangan tersebut.

3. Tangkisan
Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan dengan
cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung bertujuan
membendung atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari lintasannya.
Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut.
a. Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka
dengan kenaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar dan
dari atas ke bawah.
b. Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal.
Perkenaannya yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.
c. Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan
terbuka dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam ke
luar atau sebaliknya.
d. Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam.
e. Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang
dengan kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah dan
sebaliknya.
f. Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas, hanya
saja posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah
g. Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan ke
samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan
bawah luar, dengan posisi tangan terbuka.
h. Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku-siku.
Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke atas dan
posisi tangan mengepal.
i. Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam
yang tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar ke
dalam dan dari dalam ke luar.

16
j. Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan
berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah
punggung kepalan tangan.
k. Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke
atau dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.
l. Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan
dari dalam ke luar.

2.5. Sarana dan Prasarana Pencak Silat

2.5.1. Pakaian Pencak Silat

Dalam pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur penggunaan


pakaian yang wajib ditaati oleh pesilat agar tidak menimbulkan cedera.
Ketentuannya adalah pesilat wajib mengenakan pakaian seragam standar pencak
silat berwarna polos (umumnya hitam), memakai ikat kepala, kain samping, dan
bisa dilengkapi dengan memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
di dada sebelah kiri. Pesilat juga wajib menggunakan pelindung dada (body
protector), pelindung kemaluan, dan pelindung sendi demi keselamatan.

2.5.2. Lapangan Pencak Silat

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan pencak


silat adalah dengan luas 10 m2, panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah dengan
diameter 3 m, dan lingkaran kedua dengan diameter 8 m. Lapangan pencak silat
dilantai dan dilapisi matras tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan
warna dasar hijau terang, dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang berbentuk
lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan pada pertandingan pencak silat adalah
meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit juri, formulir pertandingan dan
alat tulis menulis, jam pertandingan, gong, bel, lampu babak, lampu isyarat
berwarna merah, biru dan kuning, bendera kecil berwarna merah dan biru, serta
timbangan.

17
2.6. Informasi Lain tentang Pencak Silat

2.6.1. Sifat dan Ciri Pencak Silat

Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga membedakannya
dengan olahraga bela diri lainnya. Sifat pencak silat ialah halus, lentuk dan lemas
dengan kekerasan sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan tangan
halus dan selaras, langkah ringan ke segala penjuru, tidak banyak bersuara,
pernafasan wajar, banyak permainan rendah, dan tendangan sedang-sedang.
Ciri-ciri umum pencak silat antara lain adalah menggunakan seluruh bagian
dan anggota tubuh dari ujung jari tangan dan kaki hingga kepala, dilakukan dengan
tangan kosong atau dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata tertentu
sehingga benda apapun dapat dijadikan senjata. Sedangkan ciri-ciri khusus pencak
silat ialah sikap tenang, menggunakan kelentukan, kelincahan, dan kecepatan, saat
timing dan sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk menguasai lawan
(bukan dengan kekuatan), menggunakan prinsip timbang badan (permainan posisi
dengan memindahkan titik berat badan), memanfaatkan setiap serangan lawan
dengan tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri sedikit mungkin
(menghemat dan menyimpan tenaga).

2.6.2. Perbedaan Pencak Silat dengan Karate dan Taekwondo

Secara garis besar, terdapat setidaknya tiga ilmu bela diri di Indonesia yang
paling banyak dipelajari, diantaranya adalah pencak silat, karate, dan taekwondo.
Berdasarkan daerah asalnya, pencak silat merupakan seni bela diri asli dari
Nusantara, sedangkan karate berasal dari Jepang dan taekwondo berasal dari Korea.
Di Indonesia, induk organisasi pencak silat adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia), induk organisasi karate yaitu FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia), sementara induk organisasi taekwondo ialah FTI (Federasi Taekwondo
Indonesia). Perbedaan paling mencolok antara pencak silat dengan karate dan
taekwondo terletak pada unsur yang diutamakan, dimana pencak silat
mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan kekuatan, dan taekwondo
memfokuskan pada kecepatan.

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan
olahraga bela diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang
baik. Permainan pencak silat membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk
memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Dalam permainan
pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik, mulai dari pukulan,
sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai
harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak gugur.
Dari keseluruhan uraian yang telah disimpulkan, dapat ditarik kesimpulan lagi
secara umum sebagai berikut :
1. Pencak Silat berasal dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
pribumi Asia tenggara serta memiliki jatidiri tersendiri.
2. Berdasarkan pada nilai-nilai falsafahnya, Pencak Silat pada hakikatnya
adalah substansi dan sarana pendidikan rohani dan jasmani untuk
membentuk manusia utuh yang berkualitas tinggi baik mental maupun
fisikal.
3. Tantangan-tantangan yang dapat menjatuhkan citra Pencak Silat perlu
diatasi dengan penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat,
falsafah Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat serta meningkatkan jumlah
pelatih Pencak Silat yang handal dan profesional.

3.2. Saran

Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara


yang harus senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak
silat harus diperkenalkan sedini mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus
budaya dan atlet yang berpotensi. Untuk itu, atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu
mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat sejak anak usia dini agar
dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik bangsa Indonesia.

19
Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau
melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa
Indonesia, serta dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke
dunia internasional. Sebagai generasi muda, kita seharsunya mempelajari
dan memahami pencak silat karena pencak silat merupakan kebudayaan nasional
yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

3.3 Daftar Pustaka

 www.temukanpengertian.com/2013/10/pengertian-pencak-silat.html?m=1
 http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_silat
 http://www.latarbelakang.com/2014/03/teknik-belaan-dalam-pencak-
silat.html
 http://www.latarbelakang.com/2014/03/serangan-tangan-dalam-pencak-
silat.html
 http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2017/01/lapangan-dan-perlengkapan-
pencak-silat.html
 http://andi-maryadi.blogspot.co.id/2015/04 /makalah-tentang-pencak-
silat.html

 http://materiku86.blogspot.co.id/2016/03/teknik-dan-peraturan-pertandingan-
olahraga- pencak-silat.html

 http://makalahlengkap14.blogspot.co.id/2014/12 /makalah-pencak-silat.html

 http://mp.ukm.unsoed.ac.id/pencak-silat/

20
21

Anda mungkin juga menyukai