Anda di halaman 1dari 40

STRATEGI KOMUNITAS BOJONEGORO KAMPUNG PESILAT

DALAM MANAJEMEN KONFLIK ANTAR PERGURUAN PENCAK


SILAT DI KABUPATEN BOJONEGORO

Oleh:

Pungkas Aditya Putra

19040254045

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

i
2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manajemen
Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro. Adapun maksud
dan tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah, Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
UNESA Surabaya.

Selama penelitian dan penulisan proposal penelitian ini banyak sekali


hambatan yang penulis alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan
baik. Penulis beranggapan bahwa skripsi ini merupakan karya terbaik yang dapat
penulis persembahkan. Tetapi penulis menyadari bahwa tidak tertutup
kemungkinan didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi parapembaca pada
umumnya.

Surabaya, 20 November 2022


Penulis,

Pungkas Aditya Putra

i
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................
Kata Pengantar……………………………………………………..i
Daftar Isi...........................................................................................ii
Daftar Tabel.....................................................................................iii
Daftar Gambar................................................................................iv
BAB I Pendahuluan.........................................................................1
a. Latar belakang..............................................................................1
b. Rumusan masalah.......................................................................15
c. Tujuan Penelitian........................................................................15
d. Manfaat Penelitian......................................................................15
BAB II Kajian Pustaka..................................................................17
a. Kajian Kajian Tentang Strategi Mencegahan Konflik…………17
b. Kajian Tentang Bojonegoro Kampung Pesilat...........................18
c. Kajian Tentang Manajemen Konflik..........................................19
d. Kajian Tentang Pencak Silat......................................................20
e. Kajian Tentang Teori Manejemen Konflik Thomasn Kilmann. 21
f. Penelitian Terdahulu yang Relevan............................................23
g. Kerangka Berfikir.......................................................................26
BAB III Metode Penelitian............................................................27
a. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.......................................27
b. Fokus Penelitian.........................................................................28
c. Lokasi Penelitian........................................................................28
d. Sumber Data...............................................................................29
e. Subyek Penelitian.......................................................................30
f. Teknik Pengumpulan Data.........................................................30
g. Tahapan Rapport........................................................................31
h. Teknik Analisis Data..................................................................31
Daftar Pustaka……………………………………………..……………33

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...........................................23
Tabel 3.1 Rencana Penelitian.....................................................................28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..................................................................26

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pencak silat adalah seni bela diri yang asli nusantara. banyak ahli sejarah
mengungkapkan pencak silat pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada zaman
Kerajaan Sriwijaya, yakni di abad ke-7. Sejarah pencak silat pada awalnya
berkembang dari kemampuan suku asli Nusantara dalam berburu dan perang yang
terbiasa menggunakan alat perang seperti parang, perisai, dan tombak. Seiring
berjalannya waktu, pencak silat di Indonesia mengalami perkembangan yang
signifikan. Banyak aliran pencak silat yang tersebar diseluruh Indonesia. Setiap
daerah di Indonesia memiliki beraneka ragam aliran pencak silat yang khas.
Misalnya seperti, daerah Jawa Barat yang memiliki pencak silat aliran Cimande
dan Cikalong, Jawa Tengah dengan aliran Merpati Putihnya, hingga Jawa Timur
yang terkenal dengan aliran PSHT dan Pagar Nusa.
Pencak silat merupakan salah satu budaya asli masyarakat Indonesia dan
termasuk budaya masyarakat rumpun Melayu. Masyarakat rumpun Melayu pada
dasarnya adalah masyarakat agraris dan masyarakat paguyuban, maka budaya
yang melandasinya ialah budaya paguyuban. Budaya paguyuban yang dimaksud
ialah budaya kegotongroyongan, kekerabatan, kerukunan, kekeluargaan,
kebersamaan, kesetiakawanan, dan toleransi sosial. Pada jaman kerajaan pencak
silat berkembang pesat tersebar sampai keseluruh Nusantara. Seni bela diri pencak
pada kala itu dijadikan sebagai bahan latihan dalam berburu dan berperang untuk
para prajurit kerajaan. Seiring berjalanya waktu, Pencak Silat di Indoneia
mengalami banyak sekali perkembangan. Mulai dari aliran pencak silat tertua
sampai yang baru dibentuk. Dengan banyaknya aliran pencak silat yang ada di
Indonesia menandakan banyak Indonesia memiliki kekayaan nilai-nilai budaya
yang sangat melimpah.
Pencak Silat berasal dari dua kata, yaitu pencak dan silat. Pertama adalah
kata “pencak” yang berarti gerakan dasar beladiri yang terikat oleh suatu

1
peraturan. Selanjutnya ialah kata “silat” yang memiliki artian yaitu gerak bela diri
sempurna yang bersumber dari kerohanian. Pencak silat dapat di definisikan
sebagai seni beladiri yang setiap gerakanya terikat oleh peraturan khusus. Menurut
Pengurus Besar IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Pencak Silat Memiliki
artian yaitu hasil budaya manusia di Indonesia untuk membela, lalu
mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) serta integritasnya (manunggal)
untuk lingkungan hidup sekitarnya guna mencapai keselarasan hidup dalam
meningkatkan iman & taqwa terhadap Tuhan YME.
Pencak Silat merupakan Sistem Beladiri yang diwariskan secara turun
menurun oleh nenek moyang sebagai budaya asli bangsa Indonesia sehingga
sangat perlu dilestarikan, dibina dan dikembangkan. Indonesia memiliki banyak
sekali macam aliran beladiri tradisional pencak silat, oleh karena itu menjadi pusat
ilmu beladiri pencak silat. Banyak sekali istilah pencak silat dari berbagai daerah
Indonesia yang tidak hanya berbeda dalam penyebutan kata pencak silat saja
namun juga aliran pencak silat berbeda setiap daerah serta memiliki ciri khasnya
sendiri. a. Sumatera Barat dengan istilah Silek dan Gayuang. b. Di pesisir timur
Sumatra Barat dan Malaysia dengan istilah Bersilat. c. Jawa Tengah, Yogyakarta,
dan Jawa Timur dengan istilah Pencak. d. Jawa Barat dengan istilah Maempok
dan Penca. e. Madura dan Pulau Bawean dengan istilah Mancak. f. Bali dengan
istilah Mancak atau Encak. g. Kabupaten Dompu dan NTB dengan istilah Mpaa
Sila.
Di Indonesia sendiri banyak sekali serta berbagai macam kesenian beladiri
yang tersebar di seluruh nusantara, baik yang seni beladiri yang datang dari luar
negeri dan Lahir dari dalam Negara Indonesia, seperti contoh nya Karate,
Taekwondo untuk beladiri dari luar negeri. Sedangkan yang berasal dari Indonesia
ialah Pencak Silat. Nama pencak silat sendiri sudah dikenal di manca negara dan
banyak sekali orang luar yang tertarik untuk mencoba kesenian beladiri pencak
silat yang berasal dari Indonesia, karena pencak silat sendiri mempunyai Gerakan
yang menjadi ciri khas nya sendiri yang membuat berbeda dari seni beladiri lain.
Seni Beladiri berkembang seiring perubahan zaman dan mengikuti
perkembangan zaman yang semakin maju, sehingga seni beladiri terutama di

2
indonesia sendiri lahir berbagai macam seni beladiri, salah satu contohnya adalah
pencak silat, pencak silat sendiri pasti di setiap daerah memiliki masing masing
perguruan dan memiliki latar belakang yang bermacam macam dan keberagaman
itulah yang membuat seni bela diri semakin memiliki khas masing masing namun
tetap sama dalam semua perguruan seni beladiri yaitu memiliki tujuan yaitu
mempertahankan diri.
Perguruan Pencak Silat, istilah perguruan pencak silat berbeda dengan
aliran pencak silat. Perguruan ialah lembaga pendidikan yang mendidik dan
mengajar pengetahuan dan praktek pencak silat. Disetiap daerah memiliki
penyebutan yang berbeda contohnya di Jawa Barat perguruan pencak silat disebut
peguron dan di Jawa Tengah disebut padepokan. Pada perkembangannya pencak
silat sekarang diajarkan di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan instansi
pemerintah maupun swasta. Aliran pencak silat ialah sebuah gaya pencak silat
yang diajarkan, dianut, dan dipraktekkan oleh suatu perguruan. Ada perguruan
yang mengajarkan satu aliran pencak silat yang sama, ada juga yang mengajarkan
gabungan dari berbagai aliran pencak silat.
Berdasarkan catatan PB IPSI, jumlah perguruan pencak silat mencapai 840
perguruan yang tersebar diseluruh Indonesia. Dan setiap wilayah memiliki
perguruan nya masing masing namun berbeda dengan Kabupaten Madiun.
Kabupaten Madiun disebut sebagai kota pesilat karena banyak sekali perguruan
silat yang lahir dikota ini, contohnya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT),
IKSPI Kera Sakti,dan Setia Hati Winongo. Pencak silat sangat berkembang sekali
di Pulau Jawa bahkan sampai saat ini. Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan
perguruan pencak silat yang terbesar di Seluruh Indonesia,yang pusat
perguruannya berada di Kabupaten Madiun.
Perguruan Pencak Silat dengan banyak nya perguruan berada di Jawa
Timur namun daerah lain pun tidak kalah dengan perguruan nya masing masing
yang aliran, kegunaan, dan pesilat memiliki kriteria dan ciri khasnya masing
masing. Pertama dimulai dengan sisi timur Indonesia yaitu Pulau Sumatra yaitu
Silek atau silat (bahasa Indonesia) adalah sebuah seni beladiri yang dimiliki oleh
masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara

3
turun temurun dari nenek moyang. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka
merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja
mereka harus memiliki bekal beladiri dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk
selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang.
Disamping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari
terhadap ancaman dari luar. Masyarakat Minangkabau dahulu diwajibkan untuk
memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya
dari ancaman musuh yang bisa menyerang kapan saja.
Perguruan Pencak Silat selanjutnya berasal dari Kalimantan yaitu Seni
beladiri Bangkui, Seni beladiri Bangkui merupakan seni beladiri yang
menggunakan tangan kosong dan mengandalkan kelincahan gerakan pemainnya,
namun bisa juga menggunakan toya/tongkat. Kuntau bangkaui adalah bela diri
yang asli dayak ngaju yang sudah digunakan sejak zaman asang kayau. Kuntau
Bangkui adalah seni bela diri untuk pertahanan diri yang menggunakan seluruh
gerakan anggota tubuh Gerakan nya dikatakan mirip dengan beladiri dari dataran
China karena konon asal muasal suku Dayak berasal dari daerah dataran China,
lebih tepatnya Yunan.
Memasuki Pulau Jawa yang menjadi pusat tersebarnya keberagaman aliran
pencak silat. Pulau Jawa merupakan Pulau dengan perguruan pencak silat
terbanyak se Indonesia. Berdasarkan catatan PB IPSI dari lebih dari 800
perguruan pencak silat yang berada di Pulau Jawa, dimulai dengan suku Betawi,
salah satunya ialah silat sabeni, silat ini memiliki nama yang sangat khas dari suku
Betawi berasal dari daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun perguruan silat di
Betawi hanya sering digunakan untuk acara adat ataupun sebagai acara pembuka
dari pernikahan adat Betawi sebagai hiburan.
Provinsi Jawa Barat di berada ditempat ke 3 dengan perguruan pencak
silat terbanyak se Pulau Jawa, yang salah satu perguruan pencak silat Bernama
Pencak Silat Partisan Siliwangi PS. Partisan Siliwangi berdiri pada tanggal 02 Juli
1922 bertujuan membangun nasionalisme tinggi untuk membebaskan diri dari
segala bentuk penjajahan disertai membentuk ahlak, moral yang baik dengan tidak
membedakan ras, suku ataupun agama. Ketika perang pada tahun 1945 Pencak

4
Silat Partisan Siliwangi yang anggotanya ribuan orang ini ikut pula perang
melawan Belanda dengan bergabung dengan DIVISI SILIWANGI pimpinan
Brigjen (Purn) Sadikin. Banyak sekali di ikuti oleh kalangan TNI di Jawa Barat.
Pencak Silat tidak hanya berkaitan dengan beladiri saja namun bisa juga
untuk madukan dengan unsur akidah islam contohnya perguruan silat yang
terkenal dari Golongan NU ialah Perguruan Silat Pagar Nusa, Pagar Nusa atau
Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) menjadi salah satu perguruan
pencak silat terbesar di Indonesia. Perguruan ini berdiri pada tanggal 3 januari
1986 di Kediri, Jawa Timur. Perguruan Pagar Nusa sendiri berdiri lantaran
turunnya ilmu bela diri pencak silat khususnya yang ada di pesantren kala itu.
Perguruan pencak silat ini memadukan unsur seni bela diri dengan akidah islam
yaitu dengan diajarkan kemampuan mental spiritual, wawasan keislaman,
wawasan kenegaraan, manajemen keorganisasian, kepemimpinan, dan akidah
Islam untuk bekal materi dakwah.
Aliran Pencak Silat setiap perguruan berbeda beda. Ada hanya 1 ataupun
gabungan dari berbagai macam aliran pencak silat dari domestik maupun luar
negeri, salah satu ialah IKSPI Kera Sakti Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia
(IKSPI Kera Sakti) perguruan yang berdiri pada tahun 1980 di Kota Madiun oleh
R. Totong Kiemdarto. Kera Sakti merupakan salah satu pencak silat yang
mengambil unsur silat dan penggabungan dengan beladiri kungfu yang berasal
dari china, dan di dalam IKSPI Kera Sakti sendiri memiliki keunikan dari segi
teknik gerakannya yang memadukan gerakan kungfu dengan gerakan kelincahan
kera. Perguruan IKS.PI. Maka dari itu IKSPI merupakan perguruan yang berbeda
dengan perguruan lain karena memiliki penggabungan domestik dan luar negeri.
(https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Daftar_perguruan_silat di Akses 14
Februari 2023)
Seni Beladiri semakin diminati oleh masyarakat umum, karena tidak hanya
untuk dapat mempertahankan diri, namun juga banyak sekali manfaat yang dapat
diperoleh salah satu nya pengendalian diri yang membuat seorang individu
semakin disiplin tidak lupa juga untuk membentuk ikatan persaudaraan dengan
individu lain sehingga meningkatkan relasi yang akan sangat berguna. Hal

5
tersebut dapat dibuktikan karena semakin banyak kompetisi dan semakin beragam
acara perguruan pencak silat yang . Seperti SEA Game yang di selenggarakan di
Indonesia dimana pencak silat masuk sebagai salah satu Cabor sehingga Indonesia
meraih banyak sekali emas di dalam cabor pencak silat
Namun Beladiri sendiri pasti disangkut pautkan dengan power (kekuataan)
sehingga sering terjadi konflik antar perguruan silat. Kekuatan serta kekuasaan
merupakan 2 hal yang rawan menimbulkan konflik. Pandangan masyarakat
terhadap konflik antar perguruan silat, banyak sekali berita yang memberitakan
persoalan tentang konflik antar perguruan silat di berbagai wilayah di Indonesia
dan mungkin masih terjadi belakangan ini. Konflik antar perguruan silat
memunculkan banyak sekali persepsi dari masyarakat umum. Terbagi nya
beragam persepsi dimasyarakat yang paling umum adalah kurang selarasnya
komunikasi antar perguruan silat, kurangan nya informasi yang gampang
menyulut amarah anggota perguruan silat serta pengendalian diri dan solidaritas
antar perguruan silat (Iswati, 2019 : 3)
Konflik antara perguruan pencak silat kerap terjadi disejumlah wilayah di
Indonesia. Dan yang kerap terjadi konflik serta kerusuhan berpusat di Pulau Jawa
karena memiliki anggota perguruan silat terbanyak sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi konflik antara satu perguruan dengan perguruan lain
nya. Kemungkinan besar terjadinya konflik dipicu 1. Pelecehan identitas,
Pelecehan identitas ini dapat dikaitkan dengan penodaan lambang atau atribut
salah satu perguruan yang memicu terjadinya kerusuhan. 2. Kekerasan Simbolik,
ini mungkin paling sering konflik tercipta karena kekerasan yang di alami salah
satu anggota membuat 1 perguruan ingin membalaskan apa yang menimpa
anggotanya. 3.Persaingan Antar Kelompok, konflik antar kelompok dipandang
sebagai sebuah pertentangan serta keinginan atau tujuan yang berbeda. Keinginan
atau tujuan tersebut yaitu suatu kekuasaan.
Jawa Timur menjadi wilayah dengan kerusuhan perguruan pencak silat
terbanyak se Indonesia. Setidaknya lebih dari 100 kasus konflik perguruan pencak
silat dalam kurun waktu satu tahun di wilayah Jawa Timur. Akibat konflik yang
disebabkan oleh perguruan pencak silat tidak main-main. Selain kerusakan

6
fasilitas umum serta mengganggu ketentraman masyarakat umum. Tapi yang
paling parah yaitu menyebabkan hilangnya nyawa sering terjadi pada kerusuhan
antar perguruan pencak silat, sangat disayangkan sekali jika hanya masalah kecil
bisa mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.
Terdapat banyak konflik terjadi pada tahun 2022 yang didominasi Provinsi
Jawa Timur dikarenakan Jawa Timur menjadi pusat perguruan pencak silat dan
banyak nya perguruan silat yang lahir di Jawa Timur. Di Lansir di beberapa kanal
berita online kerusuhan perguruan pencak silat paling sering terjadi di Kota
Madiun lebih dari puluhan kasus pertahunnya, disusul oleh kota lain seperti
Lamongan ditempat kedua, Kediri menjadi kota ketiga dengan kasus kerusuhan
pencak silat. Sebenarnya masih banyak kerusuhan lain nya dikota kota seperti
malang, jombang bahkan Jogja. Kebanyakan terjadi bentrok antara kedua
perguruan silat disebabkan oleh masalah yang sepele.
Konflik yang baru-baru ini terjadi ialah berita tentang Lindungi
Keponakan, Sri Wahyun ibu Rumah Tangga di Tulungagung Jadi Korban
Pengeroyokan Anggota Perguruan Silat yang terjadi pada minggu,5 Februari
2023. .Dilansir dari https://surabaya.kompas.com/. Kronologi kejadiannya terjadi
ketika Ibu Rumah Tangga yang mengendarai motor bersama ponakannya
dihadang oleh oknum anggota perguruan silat karena ponakannya memakai baju
perguruan yang bermusuhan dengan oknum anggota perguruan silat, Karena
menggunakan kaus perguruan silat lain amukan puluhan pendekar, beruntung
tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini, pelaku tertangkap oleh pihak kepolisian
karena perbuatannya.
Konflik antar perguruan pencak ini bahkan sampai merenggut nyawa.
Kabupaten Lamongan terdapat lebih 10 kasus bentrok antara perguruan pencak
silat di tahun 2022. Dilansir dari situs https://radarjatim.id/, Terjadi bentrok antar
perguruan pencak silat dikota Lamongan pada tanggal 12 Oktober 2022, yang
melibatkan ribuan pendekar yang membuat panik masyarakat sekitar dan
menimbulkan kemacetan dijalan Nasional Lamongan – Babat, tepatnya di
simpang tiga Kabupaten Pucuk. Polisi sampai melepas tembakan peringatan untuk
membubarkan para pendekar perguruan silat yang saling bentrok. Para pesilat pun

7
membubarkan diri, namun kejadian seperti ini tidak terjadi sekali saja tetapi kerap
terjadi disekitar lokasi.
Tak hanya konflik antar perguruan saja yang kerap terjadi, namun
perguruan silat dan masyarakat umum kelak terjadi. Dilansir dari
https://surabaya.kompas.com/. Terjadi bentrok antara kelompok perguruan silat
dan warga dikarenakan konvoi terjadi pada hari minggu 7 Agustus 2022.
Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Sudanco Supriadi, Kabupaten Sukun, Kota
Malang. Akibat kerusuhan tersebut mengakibatkan 3 orang terluka dan dibawa ke
rumah sakit. Dari 3 korban, 2 orang dari anggota PSHT (Persaudaraan Setia Hati
Terate) dan satu korban dari warga. Kronologinya ketika rombongan perguruan
PHST melakukan konvoi melewati Jalan Sudanco Supriadi, Anggota konvoi
menggeber-geber sepada motor, yang membuat warga merasa terganggu dan
menegur rombongan konvoi PSHT,namun tidak terima ditegur kelompok PHST
tersebut langsung memukuli warga tersebut sehingga terjadi kerusuhan.
Kericuhan antara kelompok PSHT dan warga di sekitar lokasi ternyata sudah 3
kali terjadi.
Konflik yang terjadi di berita diatas disebabkan oleh kurangnya rasa
menghargai sesama, tidak sebagai perguruan silat namun juga sebagai sesama
anggota masyarakat yang harusnya menghargai satu sama lain sebagaimana
kodratnya sebagaimana mahluk ciptaan tuhan. Dengan saling menghormati dan
menghargai pasti akan sedikit sekali masalah yang akan ditimbulkan. Konflik
antar perguruan silat kerap sekali terjadi karena salah satu anggota perguruan silat
terlibat masalah sepele dengan perguruan silat lain sehingga perguruan silat yang
terlibat masalah tidak terima sehingga memanggil teman teman seperguruan untuk
menghadapi nya Bersama”, namun hal seperti ini adalah hal yang salah karena
pasti akan diselesaikan dengan kekuatan atau power sehingga memicu sebuah
keributan ditengah tengah lingkungan masyarakat. Lemah dan kurangan nya
sistem sanksi dan kontrol masyarakat juga menjadi kendala pihak berwajib sangat
kesulitan dalam mengusut permasalahan dari konflik sehingga perlanggaran
cenderung diulang.

8
Sebenarnya Semua Perguruan Silat Mengajarkan untuk pengendalian diri
dan perilaku namun masalah sebenarnya ialah anggota nya yang tidak dapat
memaknai dan mengamalkan nya dengan cara yang benar dan tepat, sehingga para
anggota atau bisa disebut oknum saling mengklaim kebenaran masing masing
perguruan nya yang paling benar, Mengklaim kebenaran masing masing sehingga
membentuk sikap yang saling menyalahkan satu sama lain. Dan akhir nya
menimbulkan desas desus dan kecurigaan antar perguruan silat da mengakibatkan
perseteruan yang meresahkan dilingkungan masyarakat sekitar.
Seharus nya para pesilat memaknai arti sebenarnya dari persaudaraan
secara hakiki dalam kehiidupan didalam bermasyarakat sehingga Ketika para
pesilat berinteraksi seperti biasa dalam kehidupanya, oleh karenaa itu diperluan
lah mengimplementasikan nilai nilai leluhur pencak silat sebagai sarana
membentuk pengendalian diri yang bagus serta memiliki moral perilaku yang baik
yang akan sangat berguna baik diri sendiri,orang lain, dan bangsa Indonesia.
Karena nilai nilai dalam pencak silat menyangkup 4 aspek pencak silat yaitu :
Aspek Mental, Aspek Kebudayaan, Aspek Beladiri dan Aspek Jasmani (Olahraga)
sehingga hal tersebut wajib di ajarkan untuk mengoptimalkan secara kesuluran
sifat dan sikap secara optimal karena secara keseluruhan pencak silat mengajarkan
sifatdan sikap taqwa, tanggap dan tangguh untuk meciptakan solidaritas sosial
Komunitas Pencak silat yang baik di mata masyarakat.
Berdasarkan penelitian terdahulu dari Retno Iswati, (2019) Dalam dunia
pencak silat sikap dan sifat solidaritas sosial, untuk menjalin kerjasama antar
perguruan Pencak silat, pemerintah daerah dan pihak keamanan merupakan suatu
keharusan. Oleh karena itu PSH Terate dan PSHT Winongo sebagai perguruan
pencak silat yang terbesar dan terkenal di dalam negeri maupun di luar negeri
harus berperan aktif membantu tugas Polri sebagai pendekat Kamtibmas yang
berkarakter dan menjadi suri teladan dalam masyarakat serta sanggup dan
menjunjung tinggi kehormatan diri serta Perguruan Beladiri masing-masing
dengan tidak melakukan perbuatan maupun kegiatan yang melanggar normal
sosial maupun ketentuan hukum dan Perundangundangan yang berlaku saling
menghormati organisasi Perguruan Pencak silat yang melakukan kegiatan.

9
Perguruan pencak silat sebagai organisasi seperti yang disebut di atas saat
ini telah banyak bermunculan, salah satu kabupaten di Jawa Timur yakni
Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten yang memiliki aneka
ragam perguruan maupun organisasi pencak silat. Beberapa perguruan pencak
silat tersebut merupakan perguruan yang lahir dan berpusat Di Bojonegoro. Oleh
sebab itu, tidak heran jika mayoritas penduduk di wilayah Bojonegoro masuk dan
mengikuti perguruan pencak silat. Perguruan pencak silat di Bojonegoro yang
memiliki anggota atau pengikut cukup banyak adalah perguruan pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate dan IKSPI Kera Sakti.
Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP), merupakan komunitas
yang beranggotakan seluruh Pesilat yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro, yang
diprakarsai oleh Polres Bojonegoro sebagai inisiator terbentuknya BKP tujuan
komunitas ini, dikarenakan banyak sekali polisi di Kabupaten Bojonegoro yang
tergabung juga mengikuti Perguruan Pencak Silat salah satu yang paling banyak
diminati adalah PSHT, dikarenkan banyak sekali kerusuhan anggota perguruan
pencak silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro maka kapolres yang juga
termasuk anggota perguruan juga berinisiatif membuat sebuah komunitas yang
dapat menjadi penengah antar perguruan silat, dan Bojonegoro Kampung Pesilat
dibuat yaitu Guna mencegah terjadianya konflik serta menciptakan suasana aman
bagi masyakat di wilayah hukum Polres Bojonegoro yang tergabung dalam
komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP). BKP merupakan tempat untuk
seluruh perguruan silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki tujuan
yakni bersama-sama menjaga kondisi lingkungan masyarakat yang aman, tentram,
dan kondusif.
Melalui Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP) sebagai wadah dari seluruh
perguruan silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro di harapkan dapat menjadi
Komuitas yang bersama Polri untuk menularkan kesadaran, akan kewajiban
sebagai warga negara untuk tunduk patuh dan taat serta loyal terhadap hukum
yang berlaku di sekitar masyarakat kepada seluruh pendekar di Kabupaten
Bojonegoro. Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP) komunitas yang
menaungi ataupun menjadi wadah bagi para pesilat se Kabupaten Bojonegoro

10
untuk ikut serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat
Bojonegoro karena selain mengurangi kasus terjadi nya konflik, (Bayu, 2015:2)

Komunitas ini juga aktif melakukan acara acara besar seperti Gelar Kirab
Seni Budaya yang dihadari oleh Wakil Bupati pada tahun 2019. Dilansir disitus
https://bojonegorokab.go.id/. Gelar Kirab Seni Budaya diadakan pada hari Sabtu
tanggal 31 Agustus 2019. Kegiatan Gelar Kirab Seni Budaya ini dihadiri oleh
Wakil Bupati serta Ketua DPRD Bojonegoro. Dimulai dengan Apel Penyerahan
Bendera BKP yang serahkan Ketua beserta pengurus BKP yang mewakili 600
Pesilat dari 20 Perguruan Silat se Kabupaten Bojonegoro. Pemberangkatan Kirab
Seni Budaya Bojonegoro Kampung Pesilat kemudian dilanjutkan pemberangkatan
kirab dengan berjalan kaki. Di sepanjang rute yang dilewati, setiap pesilat dari
masing-masing perguruan berbaris rapi dengan yel-yel serta menunjukkan seni
silat dengan gerakan-gerakan yang merupakan ciri khas dari setiap perguruan
dilanjut pertarungan atau sambung. Selain itu, para pesilat juga menunjukkan
atraksi-atraksi, seperti mematahkan besi dan memainkan pedang. Kirab seni
budaya silat yang dilaksanakan di sepanjang jalan poros kota ini. yang disaksikan
oleh banyak sekali pengunjung di setiap sudut jalan Di Kota Bojonegoro
Banyaknya perguruan silat yang berdiri di Kabupaten Bojonegoro
sehingga membuat kenaikan jumlah pesilat setiap tahunnya di Kabupaten
Bojonegoro, sehingga diharapkan bisa melestarikan budaya pencak silat yang
memiliki sejarah panjang serta melekat pada masyakat Bojonegoro. Kearifan lokal
pencak silat yang dimiliki Bojonegoro, dengan adanya hal tersebut bupati dan
wakil bupati Kabupaten Bojonegoro memiliki sebuah ide yaitu dengan
mengangkat pencak silat menjadi sebuah ikon daerah. Dan bisa menjadi
pendongkrak pendapatan daerah karena dapat meningkatkan kunjungan dari
masyarakat luar dearah khususnya pesilat. Pernyataan tersebut pun dibahas oleh
semua perguruan pencak silat di Kabupaten Bojonegoro dan mendapat respon
yang baik.
Bojonegoro sendiri memiliki 20 perguruan pencak silat yang tergabung
dalam Bojonegoro Kampung Pesilat dan tersebar di Kabupaten Bojonegoro antara

11
lain : 1. Persaudaraan Setia Hati Terate(PSHT). 2. IKSPI Kera Sakti. 3.
Persaudaraan Setia Hati Winongo. 4. Pangasuti. 5. BD Rajekwesi. 6. Budi Suci. 7.
Sedulur Sejati Syailendra. 8. Margaluyu 151. 9. PNSN Puspa Nurani. 10. PSNU
Pagar Nusa. 11. Tapak Suci. 12. Persinas Asad. 13. Pencak Organisasi. 14.
Merpati Putih. 15. Gubug Remaja. 16. Cempaka Putih. 17. Pencak Silat Rasa. 18.
Perisai Diri. 19. Macan Telaga Merah. 20. Bunga Islam.
Konflik perguruan pencak silat Di Bojonegoro kerap terjadi sebelum
Bojonegoro Kampung Pesilat terbentuk. Banyak sekali kasus bentrok perguruan
silat pada tahun 2010 sampai awal terbentuknya Bojonegoro Kampung Pesilat
salah satu yang sering terjadi ialah bentrok antar 2 perguruan terbesar di
Kabupaten Bojonegoro yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate dan IKSPI Kera
Sakti. Pasti akan terjadi ketika konvoi pada malam 1 suro, pada malam tersebut
memang sakral untuk melakukan perkumpulan untuk sekedar menguatkan tali
silaturahmu antar anggota perguruan. Namun di malam ini juga sering terjadinya
konflik antar 2 perguruan tersebut.
Maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dilansir pada
https://www.detik.com. Digelarlah pertemuan para pendekar untuk menyepakati
keamanan perayaan 1 Suro. Menjalang malam 1 para pendekar dengan pihak
kepolisian melakukan sebuah kesepakatan dimana isi kesepakatan tersebut berisi
1. Tidak melakukan konvoi yang tujuannya meresahkan warga,jika konvoi biasa
diperbolehkan. 2. Tidak diperbolehkan mengenakan atribut pencak silat. 3.
Menghindari penggunaan media sosial yang bisa menyinggung perguruan silat
yang lain, dan jika ada perselisihan yang terjadi maka diselesaikan secara damai
bersama pihak kepolisian.
Selain hal tersebut Bojonegoro dipilih sebagai Tuan Rumah Pencak Silat
Turnamen Open SE- Nusantara yang digelar bertepatan pada tanggal 1 sampai 6
September 2020 yang di ikuti oleh 137 peserta se Nusantara. Sungguh prestasi
yang bagus jika kota Bojonegoro ditunjuk Sebagai Tuan Rumah Pagelaran Pencak
Silat Se Nusantara karena Bojonegoro sendiri dikenal sebagai Bojonegoro
Kampung Pesilat. Terdapat juga kegiatan setiap tahun nya yang diadakan di Kota
Bojonegoro yaitu Festival Seni & Kejuaraan Pencak Silat Kapolres Bojonegoro

12
Cup II, pada tanggal 17 Juni 2022. Dengan adanya acara-acara tersebut
mengurangi tingkat terjadi konflik yang akan terjadi. Sehingga membuat para
pesilat semakin rukun dan meraih prestasi yang bagus,serta diharapkan dapat
mewakili Bojonegoro dalam pertandingan pencak silat yang tingkatanya lebih
tinggi.
Dilansir dari Situs https://bojonegorokab.go.id/, Deklarasi Bojonegoro
Kampung Pesilat, didirikan pada upacara hari jadi Bojonegoro (HJB) ke 339 oleh
inisiatif Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu S Bintoro, untuk menjaga persatuan
dan kesatuan seluruh perguruan pencak silat yang ada di Bojonegoro. Pada Acara
tersebut terdapat 13 Perguruan pencak silat yang mengikrarkan untuk bersama
sama menciptakan kerukunan antar individu dan antar perguruan. Adapun isi Ikrar
tersebut adalah : 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945; 3. Meningkatkan persatuan dan kesatuan Bangsa; 4. Menjaga dan
menjamin tercipnya keamanan dan ketertiban di Wilayah Kabupaten Bojonegoro;
5. Menjalin persaudaraan dan kerukunan antar perguruan pencak silat dan diluar
perguruan pencak silat. para pesilat yang mewakili perguruannya masing - masing
tampil bersama berbaur dengan perguruan lain untuk memperagakan jurus Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI) secara bersama dan serempak dengan iringan musik
gamelan jawa Setelah memperagakan jurus, Sekarang Komunitas Bojonegoro
Kampung Pesilat sudah menjadi persatuan 20 perguruan pencak silat yang
sebelum nya hanya 13 perguruan pencak silat.
Menurut Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu S Bintoro, dibentuknya
kampung pesilat itu dalam rangka implementasi Program Kapolri yaitu Promoter,
Penguatan harkamtibmas dan membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat
terhadap keamanan masyarakat, selain itu juga untuk membuat rukun antar
perguruan silat yang dulu sempat diisukan sering terjadi perkelahian antar
kelompok perguruan. "Dibentuknya Bojonegoro Kampung Pesilat dengan maksud
untuk menggandeng seluruh kelompok perguruan pencak silat yang ada di
Bojonegoro untuk bersama menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan
bermasyarakat.

13
Dilansir dari situs https://suarabojonegoro.com/, Banyaknya Tugu Pencak
Silat dari berbagai perguruan yang dapat menimbulkan perselisihan antara oknum
Pencak Silat dari Persoalan yang ditimbulkan oleh keberadaan tugu pencak silat
baik dilakukan oleh Oknum Oknum yang tidak bertanggung jawab seperti
pencoretan dan perusakan, menjadi perhatian tersendiri bagi Petinggi pencak Silat
di Bojonegoro maupun kepolisian guna menciptakan Kamtibmas yang kondusif di
Bojonegoro. Untuk meminimalisir berbagai persoalan yang bisa menyebabkan
ketidakharmonisan antar anggota Pencak silat di Bojonegoro, Polres Bojonegoro
bersama Ketua Perguruan pencak Silat yang tergabung dalam BKP (Bojonegoro
Kampung Pesilat menggelar FGD (Forum Group Diskusi) yang membahas
persoalan pendirian tugu baru di Kabupaten Bojonegoro yang di hadiri dan di
Tanda Tangani oleh seluruh 20 Perwakilan perguruan pencak silat se Kabupaten
Bojonegoro.
Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Timur,
Bojonegoro terkenal sebagai Kampung Pesilat, bukan tanpa sebab Bojonegoro di
sebut sebagai Kampung Pesilat, karena terdapat banyak sekali perguruan Silat
yang terdapat di Bojonegoro. Sekitar 20 Perguruan silat tersebar Se Kabupaten
Bojonegoro. Pada tahun 2019 terdapat sebuah pagelaran seni yaitu 20 perguruan
silat di Bojonegoro Gelar Kirab Seni dan Budaya, dalam berita tersebut
menjelaskan kegiatan seperti kirab Seni dan Budaya digelar untuk meningkatkan
peran aktif Bojonegoro Kampung Pesilat dalam memilhara keamaan serta
ketenraman masyarakat di Wilayah Bojonegoro, dengan adanya pagelaran
tersebut diharapkan keabkraban serta mempererat tali silahturami antar perguruan
silat Se Kabupaten Bojonegoro.
Penelitian yang sedang saya teliti termasuk penting dikarenakan pada
zaman sekarang banyak sekali konflik antar perguruan silat yang terdapat di
berbagai wilayah di Indonesia, berbeda dengan perguruan silat yang terletak di
Bojonegoro, perguruan silat di Bojonegoro memiliki suatu ikatan yang baik antar
perguruan silat karena terdapat suatu hal yang di percaya antar perguruan silat di
Bojonegoro, yang mungkin saja bisa di terapkan oleh perguruan silat di wilayah
lain. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui tentang Strategi Komunitas

14
Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manajemen Konflik Antar Perguruan
Pencak Silat Se Kota Bojonegoro. Dikarenakan Bojonegoro dengan 20 perguruan
pencak silat dapat hidup dengan rukun dan tertib berbeda dengan wilayah lain di
Indonesia yang sering terjadi konflik antar perguruan pencak silat. Oleh karena itu
penilitian ini sangat penting untuk diteliti.
Lokasi yang saya pilih adalah Kabupaten Bojonegoro yang terletak di
Tengah Kabupaten Bojonegoro. Saya memilih lokasi tersebut dikarenakan di
Kabupaten tersebut Merupakan salah wilayah dari kabupaten Bojonegoro yang
paling banyak menjadi pusat perguruan pencak silat se Kabupaten Bojonegoro,
tidak hanya itu Bojonegoro dipilih sebagai Tuan Rumah Pencak Silat Turnamen
Open SE- Nusantara yang digelar bertepatan pada tanggal 1 sampai 6 September
2020 yang di ikuti oleh 137 peserta se Nusantara. Sungguh prestasi yang bagus
jika kota Bojonegoro ditunjuk Sebagai Tuan Rumah Pagelaran Pencak Silat Se
Nusantara karena Bojonegoro sendiri dikenal sebagai Bojonegoro Kampung
Pesilat.
b. Rumusan Masalah
Bagimana Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam
Manajemen Konflik Antar Perguruan Pencak Silat Di Kabupaten Bojonegoro?
c. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat
dalam Manajemen Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten
Bojonegoro.
d. Manfaat Penelitian
Jika tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini
akan mempunyai manfaat praktis dan teoritis. Ditinjuan dari tujuan diadakannya
penelitian ini, maka adapun manfaat penelitian ini bagi penulis dan pembaca yaitu
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat penting bagi:
a) Manfaat Teoritis
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya dalam
mendeskripsikan Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam
Manajemen Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro.

15
Dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan Menajamen
Konflik serta seluruh disiplin keilmuan secara umum, walaupun dalam bentuk
yang sederhana
b) Manfaat Praktis
Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengetahuan
tentang Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manajemen
Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro
mengedepankankan rangkaian strategi memanejemen sebuah konflik antar
perguruan silat yang membentuk kesatuan dn keberagaman ajaran pencak silat
yang haromis dalam ruang lingkup masyarakat. oleh karena itu dapat sebagai
sarana untuk dapat ditiru oleh perguruan silat yang di daerah lain karena masih
sering terjadi kerusuhan antar perguruan silat di daerah lain. Dan juga
diharapkan penelitian ini turut memberikan sumbangsih yang signifikan
terhadap organisasi organisasi pencak silat dan anggotanya khususnya.

16
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

a. Kajian Tentang Strategi Mencegahan Konflik


Strategi untuk pencegah konflik adalah sebuah strategi yang memiliki
hubungan dengan banyaknya potensi konflik yang mungkin akan terjadi dimasa
yang akan datang di dalam lingkungan bermasyarakat. Pencegahan konflik
merupakan cara dalam mencegah terjadi nya konflik untuk tidak berskalasi.
menjadi konflik yang lebih besar dan rumit.
Strategi pada manajemen konflik diperlukan bagi individu dan kelompok
sebagai upaya dalam proses perbaikan hubungan personal yang berkaitan dengan
penyelesaian permasalahan. Menurut Kwantes et al. (2008) dibutuhkan lima
strategi mengelola konflik yaitu dengan mewajibkan, mengintegrasikan,
menghindari, mendominasi dan mengorbankan serta memberikan dampak pada
kinerja personal dan kinerja kelompok.(Wartini,2015:1)
Dengan demikian, memprediksi akan terjadinya konflik atas dasar
mengidentifikasi beberapa kondisi yang umumnya kondusif, menjadi pusat
perhatian setiap rangkaian langkah pencegahan konflik. Artinya, pencegahan
konflik difokuskan pada upaya untuk dilakukan mencegah kerusakan yang serius
atau pada tingkat yang lebih tinggi dari konflik. Prediksi seperti ini membutuhkan
pemahaman penyebab tentang konflik dan mengenali tanda awal apakah konflik
tersebut berpotensi merusak atau sebaliknya. Konflik dapat di ketahui sebelum
akan terjadi konflik yang lebih besar sehingga untuk itu, ketika tanda-tanda sudah
dikenali, maka kita dapat mengambil tindakan untuk mencegah kekerasan.
Semua tindakan ini dapat mencegah situasi tegang agar tidak meningkat
menjadi konflik kekerasan. Semakin besar tingkat partisipasi oleh semua
organisasi yang terlibat maka semakin tinggi permasalahan tertentu dapat
diringankan sebelum permasalahan tersebut berubah menjadi konflik lebih serius.
Tindakan seperti membangun kepercayaan membuat komitmen untuk tidak
menggunakan kekerasan dan keterbukaan dalam menangani konflik. Oleh karena

17
itu, tindakan membangun kepercayaan adalah komponen penting dari rangkaian
pencegahan konflik.
Taktik-taktik/strategi yang digunakan dalam mengatasi konflik di antaranya
adalah melalui langkah-langkah yaitu Berbicara pada orang lain pada saat suasana
hati sedang senang agar dapat menularkan rasa senang dan gembira pada orang
lain, membangun suasana keakraban dengan sering bertemu, menunjukkan rasa
suka dan menghormati orang lain, memperbesar kesamaan, memperkecil
perbedaan, bersikap agar orang lain merasa nyaman, menyesuaikan diri dengan
kebiasaan, sikap, dan gaya bicara orang lain, membiarkan orang lain membantu,
dan memaklumi kesalahan atau kekurangan orang lain sebagai manusia biasa.
(Weni, 2018:86)
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa strategi untuk mengatasi konflik
adalah dengan cara bertanding, mengalah, pemecahan masalah, menarik diri dan
diam. Beberapa hal tersebut dapat kita lakukan apabila kita menemukan konflik-
konflik yang menimpa pada diri kita. Sehingga, hidup kita akan menjadi aman dan
damai.

b. Kajian Tentang Bojonegoro Kampung Pesilat


Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP), merupakan komunitas
yang beranggotakan seluruh Pesilat yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro,
yang diprakarsai oleh Polres Bojonegoro sebagai inisiator terbentuknya BKP
tujuan komunitas ini, dikarenakan banyak sekali polisi di Kabupaten
Bojonegoro yang tergabung juga mengikuti Perguruan Pencak Silat salah satu
yang paling banyak diminati adalah PSHT, dikarenkan banyak sekali
kerusuhan anggota perguruan pencak silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro
maka kapolres yang juga termasuk anggota perguruan juga berinisiatif
membuat sebuah komunitas yang dapat menjadi penengah antar perguruan
silat, dan Bojonegoro Kampung Pesilat dibuat yaitu Guna mencegah
terjadianya konflik serta menciptakan suasana aman bagi masyakat di wilayah
hukum Polres Bojonegoro yang tergabung dalam komunitas Bojonegoro
Kampung Pesilat (BKP). BKP merupakan tempat untuk seluruh perguruan

18
silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki tujuan yakni bersama-
sama menjaga kondisi lingkungan masyarakat yang aman, tentram, dan
kondusif.
Melalui Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP) sebagai wadah dari seluruh
perguruan silat yang ada di Kabupaten Bojonegoro di harapkan dapat menjadi
Komuitas yang bersama Polri untuk menularkan kesadaran, akan kewajiban
sebagai warga negara untuk tunduk patuh dan taat serta loyal terhadap hukum
yang berlaku di sekitar masyarakat kepada seluruh pendekar di Kabupaten
Bojonegoro. Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP) komunitas yang
menaungi ataupun menjadi wadah bagi para pesilat se Kabupaten Bojonegoro
untuk ikut serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat
Bojonegoro karena selain mengurangi kasus terjadi nya konflik, (Bayu,
2015:2)
Bojonegoro sendiri memiliki 20 perguruan pencak silat yang tergabung
dalam Bojonegoro Kampung Pesilat dan tersebar di Kabupaten Bojonegoro
antara lain : 1. Persaudaraan Setia Hati Terate(PSHT). 2. IKSPI Kera Sakti. 3.
Persaudaraan Setia Hati Winongo. 4. Pangasuti. 5. BD Rajekwesi. 6. Budi
Suci. 7. Sedulur Sejati Syailendra. 8. Margaluyu 151. 9. PNSN Puspa Nurani.
10. PSNU Pagar Nusa. 11. Tapak Suci. 12. Persinas Asad. 13. Pencak
Organisasi. 14. Merpati Putih. 15. Gubug Remaja. 16. Cempaka Putih. 17.
Pencak Silat Rasa. 18. Perisai Diri. 19. Macan Telaga Merah. 20. Bunga
Islam.

c. Kajian Manajemen Konflik


Manajemen adalah suatu proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengkontrolan, dan pelaksanaannya yang dilakukan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan bersama dalam sebuah lembaga. Sehingga, dapat diartikan
bahwa manajemen itu tidak lepas dari perencanaan, pengorganisasian,
pengkontrolan dan pelaksanaan. Manajemen Konflik langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam mengarahkan perselisihan pada

19
hasil tertentu yang dapat berupa penyelesaian konflik dan menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau agresif.(Edi, 2014:119)
Secara konseptual, pengertian manajemen konflik (Conflict Management)
dapat didefenisikan sebagai proses, seni ilmu dan segala sumber daya yang
tersedia dalam individu, kelompok ataupun organisasi untuk mencapai tujuan
mengelolah konflik. Wirawan mendefenisikan manajemen konflik sebagai
proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi
konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan
resolusi yang diinginkan (Edi, 2014:119)
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat mengartikan bahwa
manajemen konflik adalah tata cara yang diambil pihak ketiga dalam
mengarahkan dan memediasi permasalahan konflik pada hasil tertentu yang
dapat berupa penyelesaian konflik dan menghasilkan ketenangan, hal positif,
kreatif, bermufakat atau agresif.

d. Kajian Tentang Pencak Silat


Pencak Silat merupakan Sistem Beladiri yang diwariskan secara turun
menurun oleh nenek moyang sebagai budaya asli bangsa Indonesia sehingga
sangat perlu dilestarikan, dibina dan dikembangkan. Indonesia memiliki
banyak sekali macam aliran beladiri tradisional pencak silat, oleh karena itu
menjadi pusat ilmu beladiri pencak silat. Banyak sekali istilah pencak silat
dari berbagai daerah Indonesia yang tidak hanya berbeda dalam penyebutan
kata pencak silat saja namun juga aliran pencak silat berbeda setiap daerah
serta memiliki ciri khasnya sendiri. a. Sumatera Barat dengan istilah Silek dan
Gayuang. b. Di pesisir timur Sumatra Barat dan Malaysia dengan istilah
Bersilat. c. Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur dengan istilah Pencak.
d. Jawa Barat dengan istilah Maempok dan Penca. e. Madura dan Pulau
Bawean dengan istilah Mancak. f. Bali dengan istilah Mancak atau Encak. g.
Kabupaten Dompu dan NTB dengan istilah Mpaa Sila.(Erwin, 2015:1)
Dalam Kamus bahasa Indonesia, pencak silat diartikan permainan
(keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis,

20
menyerang dan membela diri dengan atau tanpa senjata. Pencak silat juga
merupakan seni beladiri, sehingga di dalamnya terdapat unsur keindahan dan
tindakan. Pencak silat merupakan hasil budi dan akal manusia, lahir dari
sebuah proses perenungan, pembelajaran dan pengamatan. Kaidah pencak silat
adalah aturan dasar tentang cara-cara melaksanakan atau mempraktekkan
pencak silat. Kaidah ini mengandung ajaran moral serta nilai-nilai dan aspek-
aspek pencak silat sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, aturan dasar
pencak silat tersebut mengandung norma etika, logika, estetika, dan atletika.
Kaidah ini dapat diartikan sebagai aturan dasar yang mengatur pelaksanaan
pencak silat secara etis, teknis, estetis, dan atletis sebagai satu kesatuan.
(Erwin, 2015:1)
Pencak Silat berasal dari dua kata, yaitu pencak dan silat. Pertama adalah
kata “pencak” yang berarti gerakan dasar beladiri yang terikat oleh suatu
peraturan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pencak silat
yaitu permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan keahlian
menangkis, menyerang serta membela diri menggunakan atau tanpa
senjata.Adapun pengertian pencak silat menurut seorang ahli bernama
Boechori Ahmad, pencak merupakan fitrah manusia untuk membela dirinya
sendiri, sedangkan silat menjadi sebuah unsur yang menghubungkan gerakan
serta pikiran.
Selanjutnya ialah kata “silat” yang memiliki artian yaitu gerak bela diri
sempurna yang bersumber dari kerohanian. Pencak silat dapat di definisikan
sebagai seni beladiri yang setiap gerakanya terikat oleh peraturan khusus.
Menurut Pengurus Besar IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Pencak Silat
Memiliki artian yaitu hasil budaya manusia di Indonesia untuk membela, lalu
mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) serta integritasnya (manunggal)
untuk lingkungan hidup sekitarnya guna mencapai keselarasan hidup dalam
meningkatkan iman & taqwa terhadap Tuhan YME.
e. Kajian Tentang Teori Manajemen Konflik Thomas Kilmann
Wirawan (2010: 23) mendefinisikan manajemen konflik sebagai proses
pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik

21
dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi
yang diinginkan. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa manajemen konflik
merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku ataupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan
yang berorientasi pada proses yang mengarahkan bentuk komunikasi
(termasuk tingkah laku) dari pelaku ataupun pihak luar dan bagaimana mereka
memengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar
yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi Konflik
Dalam memanjamen konflik interpersonal Kenneth W. Thomas dan Ralp
H. Kilmann (1974) mengembangkan gaya manajemen konflik berdasarkan
dua dimensi yaitu kerja sama (Cooperativeness) pada sumbu horizontal dan
keasertifan (Asertiveness) pada sumbu vertical. (Wirawan, 2010:140)
Berdasar kepada dua dimensi ini Thomas dan Kilmann mengemukakan lima
jenis gaya manajemen konflik yaitu:
1. Kompetisi (competing)
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan tinggi dan kerja
sama rendah,gaya ini merupakan gaya yang berorientasi pada
kekuasaan, di mana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang
dimilikinya untuk memenangkan konflik.
2. Kolaborasi (collaboration)
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerjasama
yang tinggi. Tujuan nya untuk mencari alternatif, dasar bersama dan
sepenuhnya memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat
konflik. Gaya kolaborasi merupakan upaya negoisasi untuk
menciptakan solusi yang sepenuhnya memuaskan pihak-pihak yang
terlibat konflik, upaya ini meliputi saling memahami permasalahan
konflik atau saling mempelajari ketidaksepakatan , selain itu
kreativitas dan inovasi juga digunakan untuk mencari alternatif.
3. Kompromi (compromising)

22
Gaya manajemen konflik menengah, dengan tingkat kearsetifan dan
kerjasama sedang. Dengan menggunakan strategi take and give kedua
belah pihak mencari alternative titik tengah yang memuaskan sebagian
keinginan mereka.
4. Menghindar (avoiding)
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerjasama
yang rendah, dalam gaya ini kedua belah pihak yang terlibat berusaha
menghindari konflik, menurut Thomas dan Kilmann berupa :
menjauhkan diri dari pokok masalah, menunda pokok masalah hingga
waktu yang tepat atau menarik diri dari konflik yang mengancam dan
merugikan.
5. Mengakomodasi (accomodating)
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan rendah dan
tingkat kerjasama tinggi, seorang mengabaikan kepentingan diri
sendiri dan berupaya memuaskan kepentingan lawan konfliknya.
f. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan perbandingan serta
acuan. Hal itu juga dapat menghindari kesamaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam kajian pustaka ini peneliti
mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode Hasil


Retno Iswati, Membangun Pranata Metode yang Hasil dari penelitian ini, Terciptanya
(2018). Sosial Dalam digunakan dalam Komitmen bersama antara Polri,
Mereduksi Konflik di penelitian ini Perguruan Pencak Silat dan Masyarakat
Perguruan Pencak yaitu kualitatif yang cinta damai untuk membangun
Silat Setia Hati Terate pranata sosial atau lembaga sosial dengan
(PSHT) dan terbentuknya Paguyuban Pencak silat
Perguruan Pencak yang dapat menciptakan suasana
Silat Setia Hati Tunas kondusif, Guyub Rukun, Aman, Tentram

23
Muda Winongo dalam rangka HARKAMTIBMAS demi
(PSWH) di Madiun terwujudnya Madiun sebagai Kampung
Silat.
Estu Dialog Dan Mediasi: Metode yang Hasil dari penelitian ini, konflik yang
Widiyowati, Perspektif digunakan dalam terjadi antara perguruan pencak silat
(2018) Komunikasi Konflik penelitian ini Persaudaraan Setia Hati Terate dan
Dalam Strategi yaitu kualitatif Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas
Manajemen Konflik deskriptif. Muda merupakan konflik masyarakat
yang melanggar aspek moral. Proses
dialog dan mediasi yang telah dilakukan
namun belum berhasilnya proses dialog
dan mediasi dalam mengelola konflik
secara menyeluruh disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya, kepentingan
politik dan ekonomi, sosialisasi kebijakan
yang belum menyeluruh, dan proses
pengelolaan konflik yang bersifat
kondisiona
Nihayatul Dinamika Konflik Metode yang Hasil dari penelitian ini, penyelesaian
Ishmah, Internal Organisasi digunakan dalam konflik dengan cara yang sama yaitu
(2020) Persaudaraan Setia penelitian ini dengan mediasi. Mediasi yang dilakukan
Hati Terate (PSHT) Di yaitu kualitatif pada Cabang Surabaya dijembatani oleh
Cabang Surabaya deskriptif. Bakesbangpol Kota Surabaya. Dalam
proses mediasi tersebut menghasilkan
kesepakatan dari kedua belah pihak
terkait konflik kepengurusan untuk
berdamai dan menjadi satu kembali tanpa
adanya saling menuntut dalam bidang
hukum. Semua anggota pencak silat
harus mematuhi hukum dan melakukan
pembinaan serta pengawasan kepada

24
anggota perguruan atau organisasi pencak
silat agar menghindari segala bentuk
konfik.
Anindita Nur Mencegah Metode yang Hasil dari penelitian ini, upaya
Hidayah, Kemunculan Konflik digunakan dalam pencegahan konflik di masa depanialah
(2021) Masa Depan Antara penelitian ini dititikberatkan kepada: Para sesepuh
Pesilat Terate dan yaitu kualitatif perguruan untuk lebih menekankan dan
Winongo di Madiun deskriptif menanamkan kepada seluruh siswanya
bahwa kita berasa di bawah bendera yang
sama, yaitu IPSI, penting untuk
ditekankan kepada para anggota baru
mengenai nilai-nilai luhur, perdamaian,
dan persaudaraan yang harus dimiliki
oleh setiap pesilat. Para pemangku
kebijakan (pemda ataupun pemkot
Madiun) untuk tidak “memanfaatkan”
anggota organisasi SH Terate dan SH
Winongo dalam upaya menarik massa
politik, karena kondisi-kondisi
perpolitikan seperti ini justru
memperparah eskalasi konflik.
xPenindakan hukum yang tegas bagi para
pelaku kekerasan ataupun para pemicu
konflik ini penting dilakukan sebagai
upaya meruduksi konflik.
Estu Model Manajemen Metode yang Budaya Jawa, oleh anggota perguruan
Widyowati Konflik Berbasis digunakan dalam dimaknai sebagai pedoman hidup yang
(2018) Kearifan Lokal : penelitian ini memiliki nilai – nilai dan ajaran – ajaran
Konflik Perguruan yaitu kualitatif yang adiluhung. Pemaknaan tersebut
Pencak Silat di deskriptif dengan berpengaruh terhadap pandangan anggota
Madiun Jawa Timur fenomenologi perguruan mengenai konflik, yaitu

25
sebagai sebagai suatu hal yang mengganggu
metodologi keharmonisan atau keselarasan sosial.
penelitian. Peran nilai kearifan lokal dalam proses
manajemen konflik antara kedua
perguruan dinilai sebagai suatu strategi
yang tepat untuk mewujudkan
perdamaian jangka panjang antara kedua
perguruan.Pemetaan model manajemen
konflik didasarkan pada nilai Etika Jawa,
nilai hamemayu hayuning bawono, dan
nilai mangan ora mangan anggere
kumpul.

g. Kerangka Berfikir

Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat

Strategi Pencegahan Konflik

Teori Manajemen Konflik Thomas Killman

Kompetisi Kolaborasi Kompromi Menghindar Akomodasi

Perguruan Pencak Silat di Kacamatan Bojonegoro

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

BAB 3

METODE PENELITIAN
a. Pendekatan dan Desain Penelitian

26
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, Alasan memilih pendekatan kualitatif
deskriptif adalah untuk mendekripsikan dengan cara menggali data mengenai
Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manejemen Konflik
Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro. Metode Penelitian
Dalam peneiltian ini metode yang digunakan ialah metode penelitian kualitiatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena-fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain (Moleong, 2016: 6).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif karena
peneliti ingin melihat secara mendetail tentang Strategi Komunitas Bojonegoro
Kampung Pesilat dalam Manejemen Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di
Kabupaten Bojonegoro. Kemudian dalam penelitian ini juga berusaha
menjelaskan fakta-fakta yang didapat dari penelitian langsung di lapangan serta
meneliti fakta-fakta yang diperoleh secara mendalam.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

No Tahap-tahap Kegiatan yang dilakukan


1 Tahap Pada tahap persiapan awal yang dilakukan adalah
Persiapan menemukan permasalahan sehingga dapat menentukan judul
apa yang akan diteliti. Sehingga judul ditetapkan akan
membahas pembuatan proposal penelitian yang berisi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka,
dan metode penelitian yang digunakan.
2 Tahap Intrumen kunci pada penelitian ini adalah peneliti sendiri,
pembuatan selain itu didukung dengan wawancara.
instrumen
3 Tahap Tahap ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
pelaksanaan diperoleh dari informan melalui observasi dan wawancara,
pengumpulan serta studi dokumentasi.
data

27
4 Tahap Tahap ini, data yang telah terkumpul melalui tahap
analisis data pengumpulan data dianalisis. Artinya data yang diperlukan
diambil dan data yang tidak diperlukan dihilangkan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akan menjelaskan
keadaan yang sesungguhnya tentang Strategi Komunitas
Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manejemen Konflik
Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro.
5 Tahap Tahap ini merupakan tahapan paling akhir dalam pembuatan
pembuatan laporan yang merujuk pada analisis data, sehingga data yang
laporan diperlukan disempurnakan menjadi laporan skripsi dengan
data pembahasan sesuai rumusan masalah serta pembuatan
simpulan.

b. Fokus Penelitian
Untuk menghindari penelitian dari data yang tidak elevan dan valid dengan
masalah dan tujuan penelitian, sekaligu untuk membatasi permasalahan agar tidak
melebar, maka diperlukan fokus penelitian. Yang menjadi fokus penelitian ini
ada,ab Strategi Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manejemen
Konflik Antar Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro. Dimana cara
Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat menangani 20 perguruan pencak silat
yang tersebar dikabupten Bojonegoro dapat hidup secara berdampingan berbeda
dengan kota kota lain yang sering terjadi kerusuhan. Dan juga dilihat secara teori
Manajemen Konflik Thomas Kullin.

c. Lokasi Penelitian
Lokasi yang saya pilih adalah Kabupaten Bojonegoro yang terletak di
Tengah Kabupaten Bojonegoro. Saya memilih lokasi tersebut dikarenakan di
Kabupaten tersebut Merupakan salah wilayah dari kabupaten Bojonegoro yang
paling banyak menjadi pusat perguruan pencak silat se Kabupaten Bojonegoro,
Dikarenakan di Kabupaten Bojonegoro memiliki 20 perguruan pencak silat dapat

28
hidup dengan rukun dan tertib berbeda dengan wilayah lain di Indonesia yang
sering terjadi konflik antar perguruan pencak silat. Dan kerap menjadi tempat di
adakan acara acara seperti Kirab Seni antar perguruan pencak silat dan pekan
olahrgara pencak silat se Bojonegoro.

d. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa informan yang
dipilih, yakni Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat termasuk anggota anggota
setiap 20 perguruan yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro. Informan disini
dibutuhkan agar dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui hasil observasi dan
wawancara kepada informan yakni Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat
termasuk anggota anggota setiap 20 perguruan yang tersebar di Kabupaten
Bojonegoro. Kata-kata serta tindakan orang yang diamati maupun
diwawancarai. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis serta melalui
rekaman video maupun audio dan pengambilan foto. Data diperoleh melalui
wawancara mendalam serta pengamatan yang berperan secara langsung di
lapangan tanpa adanya perantara.
 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang di luar dari observasi
maupun wawancara maupun kata dan tindakan. Seperti buku, majalah,
internet, dokumen pribadi dan lain-lainnya yang mampu memberikan
tambahan serta menguatkan data penelitian yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Data sekunder ini diperlukan untuk menambahkan data data yang
berada diluar data primer sehingga peneliti bisa mendapatkan tambahan data.

e. Subyek Penelitian

29
Subjek penelitian merupakan individu benda maupun organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data
penelitian. Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat termasuk anggota anggota
setiap 20 perguruan yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro yang menjadi sumber
informan yaitu memberikan sebuah data maupun informasi terkait Strategi
Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Manajemen Konflik Antar
Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Bojonegoro. Dalam menentukan subjek atau
informan dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik purposive sampling sebagai
teknik pengambilan sampel sumber data. Dalam teknik purposive sampling ini
peneliti memilih subjek penelitian yang bertujuan untuk dapat menentukan
informan kunci yang sesuai dengan fokus penelitian.

f. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data yang akan digunakan.
antara lain wawancara, observasi, studi dokumentasi. Pada penelitian ini
menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi.
1. Wawancara (in dept interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya


jawab secara lisan yang berlansung satu arah , artinya pertanyaan datang
berasal dari pihak yang mewawancarai serta jawaban diberikan oleh yg
diwawancara. berdasarkan Hopkins, wawancara merupakan suatu cara untuk
mengetahui situasi tertentu di dalam kelas ditinjau dari sudut pandang yg lain.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada informan yang telah
terpilih sesuai dengan kriteria penelitian. Wawancara mendalam dilaksanakan
kepada Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat termasuk anggota anggota
setiap 20 perguruan yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro.

2. Observasi

Objek pengamatan Komunitas Bojonegoro Kampung Pesilat termasuk


anggota anggota setiap 20 perguruan yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro.
Yang di lakukan di tempat Latihan ataupun Base camp setiap perguruan

30
pencak silat. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi partisipasi yaitu
observasi berinteraksi dengan observiewer (Para Warga (Anggota Sah)
Perguruan Pencak Silat yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro).

3. Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain. Studi Dokumentasi dalam penelitian
ini dilakukan melalui penelitian jurnal sebelum nya yang berkaitan dengan
perguruan pencak silat dijadikan bahan acuan.

g. Tahapan Rapport

1. Mendatangi Tempat Kegiatan Informan


2. Memberi tahukan maksud kedatangan pada Informan
3. Bersikap sopan dan santun ketika berbicara dengan informan, agar
informan memberikan kepercayaan.
4. Menentukan waktu untuk melakukan wawancara dengan informan.

h. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan metode penelitian kualitatif model miles dan


hubberman. Teknik Analisis data merupakan proses penyederhanaan data agar
lebih mudah dipahami dan mudah diimplementasikan. Analisi data dilakukan
secara terus menerus hingga datanya sudah jenuh Terdapat 3 tahap dalam model
analisis data miles dan hubberman, yaitu :

1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi atau penyederhanaan data kasar
hasil dari pengamatan di lapangan. Reduksi data merupakan proses analisi data
yang menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan
mengorganisasika data agar dapat ditarik kesimpulan final serta diverifikasi.
Sesuai dengan indikator dan sub indicator yang sudah dipaparkan.

31
2. Penyajian data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dimasukkan kedalam suatu
matriks dengan tujuan agar data yang diperoleh berupa data komplek berubah
menjadi data yang lebih sederhana dan mudah dipahami agar peneliti tidak salah
dalam mengambil kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk mencari makna dan alur
sebab akibat dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan yang didapatkan harus
segera diverifikasi dengan mempertanyakan kembali sambil melihat data data
sebelumnya agar memperoleh konklusi yang lebih tepat.

Daftar Pustaka

32
KBBI, (2022). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/dekat [Diakses 5 April 2022].
Edi Santoso dan Lili Budiati(2014), Manajemen Konflik, (Tanggerang Selatan :
Universitas Terbuka, hlm. 119.
Aulia Rahma, M., & Budi Lestari, S. (2020). Manajemen Konflik Organisasi
untuk Menjaga Komitmen dalam Unit Kegiatan Selam 387 Universitas
Diponegoro. 8(1), 202-232.
Weni Puspita, Manajemen Konflik (Suatu Pendekatan Psikologi, Komunikasi, dan
Pendidikan), (Yogyakarta : Deepublish, 2018), hlm. 86
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Humanika.
Retno Iswati, (2019), “Upaya Manajemen Konflik Dengan Membangun Kelompok
untuk Melestarikan dan Mengembangkan Nilai-Nilai Ajaran Perguruan
Silat Setia Hati Terate (PSHT) dan Perguruan Silat Setia Hati Tunas
Muda Winongo (PSHW) di Madiun” Ilmu Administrasi Negara,
Universitas Merdeka Madiun, ISSN : 2598-0076
Moleong, L. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya \
Estu Widiyowati, (2018), “Model Manajemen Konflik Berbasis Kearifan Lokal :
Konflik Perguruan Pencak Silat Di Madiun-Jawa Timur” Jurnal
Komunikator. 10(1)
Prastya, A. (2016), “Konflik Kekerasan Antara Pendekar Silat Dalam Perspektif
Sosiologi (Studi Konflik antar Pendekar Silat di wilayah Madiun)”. 125–
140)
Nihayatul Ishmah (2020), ”Dinamika Konflik Internal Organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate (PSHT) Di Cabang Surabaya” Universitas Negeri
Surabaya. 09(1)
FX. Sudjatmoko, (2019),”Prospek Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Jawa
Dalam Prespektif Penanganan Konflik dan Kekerasan Sosial Antar
Perguruan Pencak Silat di Wilayah Madin” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Merdeka Madiun, ISSN : 2598-0076

33
Estu Widiyowati, (2018), “Dialog Dan Mediasi: Perspektif Komunikasi Konflik
Dalam Strategi Manajemen Konflik” Ilmu Komunikasi, Universitas
Malang. 6(1) ISSN: 2338-9176
Anindita Nur Hidayah, (2021), “Mencegah Kemunculan Konflik Masa Depan
Antara Pesilat Terate dan Winongo di Madiun” Jurnal Education and
development, 09(2), 506-510

Soebijantoro, (2013), “Rekonsiliasi Konflik Antarperguruan Silat di Madiun


(Studi Historis Sosiologis)“ IKIP PGRI Madiun, 02(1)

Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A


Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan
Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Bojonegoro Deklarasikan Kampung Pesilat (2016, Oktober 20). Diakses pada
Januari 20, 2023 dari berita:
https://bojonegorokab.go.id/berita/1880/bojonegoro-deklarasikan-
kampung-pesilat
FGD Bojonegoro Kampung Pesilat, Sepakati Aturan Pendirian Tugu Baru Pencak
Silat (2020,Oktober 09). Diakses pada Januari 20,2023 dari berita :
https://suarabojonegoro.com/news/2020/10/09/fgd-bojonegoro-kampung-
baru-pesilat-sepakati-aturan-pendirian-tugu-pencak-silat

Sumartono. (2019). Dinamika Perubahan Sosial Dalam Teori Konflik. Jurnal Ilmu
Komunikasi dan Bisnis, 5(1), 1-17

34

Anda mungkin juga menyukai