Anda di halaman 1dari 24

PENCAK SILAT

Disusun oleh :

Nama : Siti Azzirha Azzahwa

Kelas : 12 MIPA 4

GURU PEMBIMBING : Sahidanis, S.Pd.,M.Pd

SMA NEGERI 5 TUALANG

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
karunia-Nya penulis bisa menyusun makalah tentang olahraga Pencak Silat
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas PJOK dari
ibu Sahidanis S.Pd.M. Pd dan untuk memahami seni pertahanan bela diri olahraga
Pencak Silat.

Penyusun menyadari ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran. Kritik dan
saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya

Tualang, 26 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1. Latar Belakang .....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................1

1.3. Tujuan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

2.1. Sejarah Pencak Silat .........................................................................3

2.2. Pengertian Pencak Silat ...................................................................5

2.3. Peraturan Pencak Silat .....................................................................6

2.3.1. Ketentuan Umum ...................................................................6

2.3.2. Ketentuan Kemenangan .........................................................7

2.3.3. Ketentuan Penilaian ...............................................................7

2.4. Teknik Pencak Silat ..........................................................................8

2.4.1. Persiapan (kuda-kuda) ..............................................................8

2.4.2. Sikap Pasang ...........................................................................9

2.4.3. Serangan ..................................................................................9

2.4.4. Belaan .....................................................................................13

2.5. Sarana dan Prasarana Pencak Silat ..............................................15

2.5.1. Pakaian Pencak Silat ............................................................15

2.5.2. Lapangan Pencak Silat .........................................................15

2.6. Informasi Lain tentang Pencak Silat .............................................16

ii
2.6.1. Sifat dan Ciri Pencak Silat ...................................................16

2.6.2. Perbedaan Pencak Silat dengan Karate dan takewondo......17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................18

3.1. Kesimpulan ..................................................................................18

3.2. Saran .............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan paling dasar manusia ialah keamanan dan


kesejahteraan. Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan
dan mengembangkan berbagai cara dan sarana, diantaranya ciptaan manusia yang
menyangkut tentang kebutuhan keamanan, yakni cara dan sarana fisik untuk
menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG), salah satunya adalah jurus dan senjata. Jurus adalah teknik
gerak fisik berpola yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa
ataupun dengan senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan
dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia yang
kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia,
sama halnya. dengan senjata yang digunakan.

Agar mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah


menciptakan berbagai cara dan sarana, diantaranya dengan mengembangkan jurus
menjadi bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan bagi
hidup mereka. Salah satu bentuk pengembangan seni jurus tersebut ialah pencak
silat.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan


dibahas adalah sebagai berikut:

1. Sejarah pencak silat

2. Pengertian pencak silat

3. Peraturan dalam permainan pencak silat

1
4. Teknik-teknik dalam permainan pencak silat 5. Media dalam permainan
pencak silat

5. Informasi lain seputar pencak silat

1.3. Tujuan

Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak

dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah pencak silat

2. Mengetahui pengertian pencak silat

3. Mengetahui peraturan dalam permainan pencak silat

4. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan pencak silat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pencak Silat

Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar
dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan
tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat
dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain,
misalnya asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang
perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia
mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia
kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam
berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, seperti
yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak
tersentuh pengaruh luar.

Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya
kerajaan- kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan
hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula
Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan
menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara
semenjak abad ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati
demikian, pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu
(penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam
pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan
bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, dan lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat tradisional
mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina
dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang

3
kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka
yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai
kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab,
Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan
beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir
bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah
umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa
Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari abad
ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa,
yang membanggakan Gajah Mada.

Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat


ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan
penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai
otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat
kita lihat hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama
dengan pelajaran. agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari
sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela
negara untuk menghadapi penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi
bagian dari latihan spiritual.

Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan.


Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan
terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang
menjadi ilmu. bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan
Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di
Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah
tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa.
Pencak silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam
pertandingan internasional. khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang


sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi

4
geografis dan etnologis, serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa.
Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam,
namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan unsur-unsur
kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun
temurun. Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah
pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih
teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok,
latar belakang dan sejarah pembelaan diri dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan
karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan
pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan
yang lebih luas.

2.2. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan


diri. Pencak silat merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu.
Olahraga bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan
Singapura, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai
negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan
Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam
juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia), sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah
nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei
Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di
dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Persilat
di Jakarta pada tahun 1980.

Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada
tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi
seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang
merupakan kata majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan

5
istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan nama
pencak, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat
merupakan kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus,
begitu pula dengan kata silat. Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat
pada peraturan, dan digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat
berarti gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci
murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari
bencana. Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri,
dan kebatinan. Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat
adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan
eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam
sekitarnya. untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3. Peraturan Pencak Silat

2.3.1. Ketentuan Umum

Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling
berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran,
elakan dan tangkisan), melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan
kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3
babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak
selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan
lima orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut.

1. Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan
langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.

2. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan


berbagai cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.

6
3. Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak
silat dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada umumnya.

2.3.2. Ketentuan Kemenangan

Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai


berikut.

1. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah
satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.

2. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena


menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandingan.

3. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar
sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.

4. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan


ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman
langsung diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran tingkat pertama sehingga
lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter
pertandinga.

5. Menang karena pertandingan tidak seimbang.

6. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.

2.3.3. Ketentuan Penilaian

Penilaian dalam olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan
ketentuan sebagai berikut.

1. Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang langsung disusul
oleh serangan yang masuk pada sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan
serangan tangan yang masuk.

7
2. Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.

3. Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan.

4. Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.

5. Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-
kaidah permainan pencak silat dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi 5
(lima) pada setiap babak.

6. Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada, perut,
pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan sasaran
serangan menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai nilai
sebagai serangan perkenaan.

2.4. Teknik Pencak Silat

Dalam permainan pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik


yang ada guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut
ini adalah teknik-teknik dalam permainan pencak silat:

2.4.1. Persiapan (kuda-kuda)

Ada lima jenis kuda-kuda dalam pencak silat yaitu kuda-kuda belakang, kuda-
kuda depan, kuda-kuda samping, kuda-kuda silang depan, kuda-kuda, dan kuda-
kuda tengah.

8
2.4.2 Sikap Pasang

Sikap pasang adalah teknik sikap dan gerak kesiap-siagaan dalam menghadapi lawan
untuk melakukan pembelaan atau serangan yang berpola, dilakukan pada awal atau akhir
dari rangkaian gerak.

2.4.3. Serangan.

Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan,


tangan, ataupun siku dan kaki untuk mengenai sasaran tertentu pada anggota
badan lawan. Serangan tangan merupakan serangan yang paling umum dilakukan.
Umumnya berupa pukulan. Berbagai macam bentuk serangan adalah sebagai
berikut.

a. Pukulan

1. Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan


mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah, dan
bawah.

2. Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan.


mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.

3. Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan


mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan
diarahkan ke sasaran kemaluan.

9
4. Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran rahang
dan rusuk. Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan perkenaannya
seluruh buku-buku jari.

b. Tendangan

1. Tendangan Lurus

Tendangan lurus diarahkan ke depan dengan menggunakan ujung kaki. Posisi


badan harus lurus menghadap lawan dan menggunakan pangkal jari kaki untuk
menyerang.

2. Tendangan Melingkar

Tendangan melingkar dilakukan dengan menggunakan punggung kaki dengan


kaki lain sebagai kuda-kuda. Dilakukan ke samping menuju bagian tubuh lawan
yang menjadi sasaran. Pastikan untuk meletakkan kedua tangan di depan dada
untuk menjaga keseimbangan.

3. Tendangan Jejag

10
Jejag merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang bisa juga disebut dengan
tendangan gejos.Tendangan ini dilakukan dengan cara mengangkat lutut setinggi
mungkin kemudian mendorong tungkai ke arah sasaran. Sasaran tendangan jejag
adalah perut lawan.

4. Tendangan Sabit

Tendangan sabit dilakukan dengan cara menendang perut lawan dengan lintasan
melengkung seperti bulan sabit.

5. Tendangan T

Tendangan T dilakukan dengan mengarahkan telapak kaki dan tumit ke badan


lawan.

6. Tendangan Belakang

Tendangan belakang dilakukan dengan menghadapkan punggung ke lawan. Kita


dapat memutar badan sambil melakukan tendangan kaki atau tumit ke perut atau
kepala lawan.

e. Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah

11
lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka,
leher, bahu, atau pinggang.

f. Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan
terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke
luar atau dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.

g. Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian
perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke
atas, dengan sasaran dagu dan hidung.

h. Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran
telinga.

i. Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas,
dengan sasaran muka atau kemaluan.

j. Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari
merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.

k. Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam


yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan dengan
sasaran mata dan tenggorokan.

l. Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang


menguncup dan sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.

m. Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan.


mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segalaarah, dengan
sasaran muka.

n. Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi
telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.

12
o.Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka
dengan sasaran dada.

p. Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke
atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara lain
sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.

2.4.4. Belaan

Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan


baik melalui tangan maupun kaki pada saat menerima serangan. Macam-macam
belaan antara lain adalah sebagai berikut.

a. Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa


dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.

b. Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan
dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.

c. Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak
dari berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap tubuh,
dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut:

1) Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah


satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah (miring).

2) Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua


kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).

3) Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi


kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan yang
terancam serangan tersebut

d. Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan


dengan cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung
bertujuan membendung atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari
lintasannya. Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut.

13
1) Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka.
Dengan keadaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar dan
dari atas ke bawah.

2) Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal.


Perkenaannya yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.

3) Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan terbuka
dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam ke luar atau
sebaliknya.

4) Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam.

5) Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang dengan
kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah dan sebaliknya

6) Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas, hanya
saja posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah

7) Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan ke


samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan bawah
luar, dengan posisi tangan terbuka.

8) Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku- siku.
Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke atas dan
posisi tangan mengepal.

9) Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam


yang tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar ke
dalam dan dari dalam ke luar.

10) Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan
berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah punggung
kepalan tangan.

11) Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke
atau dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.

14
12) Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan
dari dalam ke luar.

2.5. Sarana dan Prasarana Pencak Silat

2.5.1. Pakaian Pencak Silat

Dalam pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur


penggunaan pakaian yang wajib ditaati oleh pesilat agar tidak menimbulkan
cedera. Ketentuannya adalah pesilat wajib mengenakan pakaian seragam standar
pencak silat berwarna polos (umumnya hitam), memakai ikat kepala, kain
samping, dan bisa dilengkapi dengan memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia) di dada sebelah kiri. Pesilat juga wajib menggunakan pelindung
dada (body protector), pelindung kemaluan, dan pelindung sendi demi
keselamatan.

2.5.2. Lapangan Pencak Silat

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan pencak silat
adalah dengan luas 10 m², panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah dengan
diameter 3 m, dan lingkaran kedua dengan diameter 8 m. Lapangan pencak silat
dilantai dan dilapisi matras tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan
warna dasar hijau terang, dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang
berbentuk lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan pada pertandingan pencak
silat adalah meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit juri, formulir
pertandingan dan alat tulis menulis, jam pertandingan, gong, bel, lampu babak,
lampu isyarat berwarna merah, biru dan kuning, bendera kecil berwarna merah
dan biru, serta timbangan.

15
2.6. Informasi Lain tentang Pencak Silat

2.6.1. Sifat dan Ciri Pencak Silat

Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga membedakannya
dengan olahraga bela diri lainnya. Sifat pencak silat ialah halus, lentuk dan lemas
dengan kekerasan sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan tangan
halus dan selaras, langkah ringan ke segala penjuru, tidak banyak bersuara,
pernafasan wajar, banyak permainan rendah, dan tendangan sedang-sedang.

Ciri-ciri umum pencak silat antara lain adalah menggunakan seluruh bagian
dan anggota tubuh dari ujung jari tangan dan kaki hingga kepala, dilakukan
dengan tangan kosong atau dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata
tertentu sehingga benda apapun dapat dijadikan senjata. Sedangkan ciri-ciri
khusus pencak silat ialah sikap tenang, menggunakan kelentukan, kelincahan, dan
kecepatan, saat timing dan sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk
menguasai lawan (bukan dengan kekuatan), menggunakan prinsip timbang badan
(permainan posisi dengan memindahkan titik berat badan), memanfaatkan setiap
serangan lawan dengan tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri sedikit
mungkin (menghemat dan menyimpan tenaga).

16
2.6.2. Perbedaan Pencak Silat dengan Karate dan Taekwondo

Secara garis besar, terdapat setidaknya tiga ilmu bela diri di Indonesia yang
paling banyak dipelajari, diantaranya adalah pencak silat, karate, dan taekwondo.
Berdasarkan daerah asalnya, pencak silat merupakan seni bela diri asli dari
Nusantara, sedangkan karate berasal dari Jepang dan taekwondo berasal dari
Korea. Di Indonesia, induk organisasi pencak silat adalah IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia), induk organisasi karate yaitu FORKI (Federasi Olahraga Karate-
Do Indonesia), sementara induk organisasi taekwondo ialah FTI (Federasi
Taekwondo. Indonesia). Perbedaan paling mencolok antara pencak silat dengan
karate dan taekwondo terletak pada unsur yang diutamakan, dimana pencak silat
mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan kekuatan, dan taekwondo
memfokuskan pada kecepatan.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-
kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup
masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,
kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar
luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad
ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan.

2. Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan


diri.

3. Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling
berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran,
elakan dan tangkisan), melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan
kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan.

4. Dalam permainan pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang


ada guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Teknik
tersebut dibagi dua yaitu serangan dan balasan

3.2. Saran

Pencak silat merupakan olahraga bela diri yang digunakan untuk pertunjukan
maupun pertahanan diri. Olahraga pencak silat merupakan warisan dari
kebudayaan asli Nusantara yang harus senantiasa kita jaga dan lestarikan agar
tidak pudar. Olahraga pencak silat harus diperkenalkan sedini mungkin guna
menghasilkan bibit-bibit penerus budaya dan atlet yang berpotensi. Untuk itu,
atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu. mengajarkan aspek-aspek mengenai

18
olahraga pencak silat sejak anak usia dini agar dapat membagikan wawasannya
dan mengangkat nama baik bangsa Indonesia. Diharapkan akan muncul kader-
kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau melestarikan kebudayaan asli
Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa. Indonesia, serta dapat membuat
olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke dunia internasional.
Diharapkan penulisan lebih lanjut dan lebih baik kedepannya untuk penulisan
makalah ini, agar menyempurnakan penulisan penulisan sebelumnya.

19
Daftar Pustaka

Skripsi, Amran Habibi, 2009. Sejarah Pencak Silat Indonesia (Studi Historis

Perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate Di Madiun Periode


tahun 19922-2000). Yogyakarta: Sejarah Peradaban Islam, Fakultas
Adab, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Zein, Z. (2016). Silat: Identitas Budaya, Pendidikan, Seni Beladiri, dan

Pemeliharaan Kesehatan. Jurnal Antropologi, vol. 18 (2), Desember


2016. Diambil dari:
http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro
/article/view/62/58

Munas. (2007). Ikatan Pencak Silat Indonesia. [online]. Tersedia di:

http://pencaksilat.wordpress.com/

Sheikh Shamsuddin (2005). The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong

[online]. Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Pencak_silat

kuda2silat.blogspot.co.id/2012/10/teknik-dasar-dalam-pencak-silat.html?m

https://adjar.grid.id/amp/543746798/6-teknik-tendangan-pada-bela-diri-pencak

silathttps://www.kompas.com/sports/read/2022/11/10/23000048/bagai
mana-cara-melakukan-kuda-kuda-depan-dalam-pencak-silat-

20

Anda mungkin juga menyukai