Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATERI PJOK PENCAK SILAT

X- KULINER 5
SMKN 3 BOGOR

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


1. AYLA DANIN ARSYAD ( 05 )
2. DAVINA AURELLIA ( 07 )
3. FATIMAH ZAHRA ( 10 )
4. NIKEN JULIANTI ( 22 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang materi" Pencak Silat".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
membuat materi mengenai Pencak Silat ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam karya materi ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya makalah ini.

Kami berharap semoga karya makalah yang kami susun ini


memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bogor, 18 Januari 2023

Penyusun
Contents
BAB I.....................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................4
A.Latar Belakang.............................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................5
C.Tujuan..........................................................................................5
BAB II....................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................6
A. Pengertian Pencak Silat.............................................................6
B. Sejarah Pencak Silat...................................................................7
C. Peraturan Pencak Silat.............................................................10
D. Teknik Pencak Silat..................................................................13
BAB III.................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................16
B. Saran.........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Salah satu kebutuhan paling dasar manusia ialah keamanan dan
kesejahteraan. Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan
sarana, diantaranya ciptaan manusia yang menyangkut tentang
kebutuhan keamanan, yakni cara dan sarana fisik untuk
menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan (ATHG), salah satunya adalah jurus
dan senjata. Jurus adalah teknik gerak fisik berpola yang efektif
untuk membela diri maupun menyerang tanpa ataupun dengan
senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan
tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan
anatomi manusia yang kemudian terus dikembangkan. sejalan
dengan perkembangan budaya manusia, sama halnya dengan
senjata yang digunakan.

Agar mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia


juga telah menciptakan berbagai cara dan sarana, diantaranya
dengan mengembangkan jurus menjadi bentuk seni dan
olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup
mereka. Salah satu bentuk pengembangan seni jurus tersebut
ialah pencak silat.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian pencak silat
2. Bagaimana sejarah pencak silat?
3. Bagaiama peraturan dalam permainan pencak silat?
4. Apa saja Teknik-teknik dalam permainan pencak silat?
5. Apa Media dalam permainan pencak silat?

C.Tujuan
Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang
hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pencak silat
2. Untuk mengetahui sejarah pencak silat
3. Untuk mengetahui peraturan dalam permainan pencak silat
4. Untuk mengetahui teknik teknik yang digunakan permainan dalam
pencak silat
5.Untuk mengetahui sarana dan prasana yang digunakan yang
digunakan dalam permainan pencak silat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencak Silat


Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik
pertahanan diri. Pencak silat merupakan seni bela diri Asia yang
berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela diri ini secara luas
dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, namun juga
dapat ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai
dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan
Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini
Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak


Silat Indonesia), sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara
Bangsa) adalah nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi
federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di dunia
internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya
Persilat di Jakarta pada tahun 1980.

Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh


pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini
dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa
Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan kata
majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan
istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa
digunakan nama pencak, sedangkan di Sumatera orang
menyebutnya dengan silat.
Pencak dan silat merupakan kata yang berbeda. Kata pencak sendiri
dapat mempunyai arti khusus, begitu pula dengan kata silat. Pencak
berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan, dan
digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti
gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian
yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama,
menghindarkan diri dari bencana. Istilah pencak silat mengandung
unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan. Menurut IPSI
bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya
manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi
(kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau
alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Sejarah Pencak Silat


Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan
menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena
hal tersebut, catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit
ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda
yang beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya asal mula
silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan
yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia
mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri
di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku
asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan
parang, perisai, dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi
suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh
luar.
Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Maschi, yakni setelah adanya
kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di
kawasan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman
kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam.
pencak silat dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat
diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad ke-7
masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati
demikian, pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku
Melayu (penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaka) dalam pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik
lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di
pulau-pulau Jawa, Bali. Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga
mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri.
Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela


diri dari Cina dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung
benar karena memang kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat)
adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan
Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa
oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan
lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan
beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat
lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga
setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang
dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di
Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari abad ke-14
adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di
Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai
tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama
seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di
Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah
perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat
hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama
dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak silat lalu
berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi
bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Di
samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual.

Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei


dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara
perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan,
pencak silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi
silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di
Indonesia. Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di
Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan
Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah
tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat
dan Eropa. Pencak silat. kini telah secara resmi masuk sebagai cabang
olahraga dalam pertandingan internasional, khususnya
dipertandingkan dalam SEA Games.

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia


berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan
aneka ragam situasi geografis dan etnologis, serta perkembangan
zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dikenal
dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai
aspek-aspek yang sama.
Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia
yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Hingga kini
belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan
diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan
yang lebih teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat
pribadi atau kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diri
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman
penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di
mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang
lebih luas.

C. Peraturan Pencak Silat


1. Ketentuan Umum

Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang


saling berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan
pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan), melakukan serangan
pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau
mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan
masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak
selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang
wasit dan lima orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai
berikut:
a. Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal,
pasangan langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan
serangan atau pembelaan.
b. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai
dengan berbagai cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis
serangan.
c. Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan
kaidah pencak silat dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada
umumnya.

2. Ketentuan Kemenangan

Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan


sebagai berikut:
a. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri
memenangkan salah satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak
dari pada lawannya.
b. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan
karena menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau
kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan
atas keputusan dokter pertandingan.
c. permintaan pelatih.
d. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah
dan tidak sadar sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.
e. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah
peringatan ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga
diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan
pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat
melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan,
f. Menang karena pertandingan tidak seimbang
g. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau
mengundurkan diri.

3. Ketentuan Penilaian Penilaian dalam olahraga pencak silat akan


diberikan kepada pesilat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang


langsung disusul oleh serangan yang masuk pada sasaran, atau
teknik jatuhan yang berhasil dan serangan tangan yang masuk.
b. Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.
c. Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan
d. Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.
e. Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian
atas kaidah-kaidah permainan pencak silat dengan nilai terendah 2
(dua) dan nilai tertinggi 5 (lima) pada setiap babak.
f. Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher.
Dada, perut, pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan
dapat dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci lawan,
namun tidak mempunyai nilai sebagai serangan perkenaan.
D. Teknik Pencak Silat dalam permainan pencak silat, dibutuhkan
penguasaan akan teknik-teknik yang ada guna mencapai hasil yang
maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah teknik-teknik
dalam permainan pencak silat.
-----

D. Teknik Pencak Silat


1. Serangan
Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan
lengan, tangan. ataupun siku untuk mengenai sasaran tertentu pada
anggota badan lawan. Serangan tangan merupakan serangan yang
paling umum dilakukan, umumnya berupa pukulan. Berbagai macam
bentuk serangan adalah sebagai berikut:
a. Pukulan depan
b. Pukulan samping
d. Pukulan lingkar
e. Tebasan
f. Tebangan,
g. Sangga
h. Tamparan
i. Kepret
j. Tusukan
k. Totokan
l. Patukan
m. Cengkeraman
n. Gentusan
o. Dobrakan
p. Sikuan
2. Belaan
Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat
dilakukan baik melalui tangan maupun kaki pada saat menerima
serangan. Macam-macam belaan antara lain adalah sebagai berikut.
a. Pembuangan,
b. Pelepasan kuncian,
c. Elakan, Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut:
1) Elakan
2) Egosan
3) Kelitan
d. Tangkisan, Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut:
1) Tangkisan tepis
2) Tangkisan gedik
3) Tangkisan kelit
4) Tangkisan siku
5) Tangkisan jepit atas
6) Tangkisan jepit bawah
7) Tangkisan potong
8) Tangkisan sangga
9) Tangkisan galang
10) Tangkisan kepruk
11) Tangkisan kibas
12) Tangkisan lutut
e. Sarana dan Prasarana Pencak Silat
1. Pakaian Pencak Silat
Dalam pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur
penggunaan pakaian yang wajib ditaati oleh pesilat agar tidak
menimbulkan cedera. Ketentuannya adalah pesilat wajib
mengenakan pakaian seragam standar pencak silat berwarna polos
(umumnya hitam). memakai ikat kepala, kain samping, dan bisa
dilengkapi dengan memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia) di dada sebelah kiri. Pesilat juga wajib menggunakan
pelindung dada (body protector), pelindung kemaluan, dan
pelindung sendi demi keselamatan.
2. Lapangan Pencak Silat
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan
pencak silat adalah dengan luas 10 m², panjang dan lebar 10 m,
lingkaran tengah dengan diameter 3 m, dan lingkaran kedua dengan
diameter 8 m. Lapangan pencak silat dilantai dan dilapisi matras
tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan warna dasar
hijau terang, dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang
berbentuk lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan pada
pertandingan pencak silat adalah meja dan kursi pertandingan, meja
dan kursi wasit juri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat
merupakan olahraga bela diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan,
dan pertahanan diri yang baik. Permainan pencak silat
membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya
dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Dalam permainan
pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik, mulai
dari pukulan, sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil
yang maksimal dan sesuai harapan, serta terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak gugur.

B. Saran
Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli
Nusantara yang harus senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak
pudar. Olahraga pencak silat harus diperkenalkan sedini mungkin
guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya dan atlet yang
berpotensi Untuk itu, atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu
mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat sejak anak
usia dini agar dapat membagikan wawasannya dan mengangkat
nama baik bangsa Indonesia. Diharapkan akan muncul kader-kader
baru dalam olahraga pencak silat yang mau melestarikan
kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa
Indonesia, serta dapat membuat olahraga pencak silat terus
berkembang sampai ke dunia internasional.

Anda mungkin juga menyukai