Anda di halaman 1dari 5

RESUME PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT

OLEH :

KELOMPOK 10

1. Rizaldi Al Hazmi 041611333224


2. Helsy Ramadhani 041611333151
3. Abdul Aziz Saharullah 041611433135

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
Hari Senin, 22 Mei 201. memasuki hari pertama di minggu ini kami bertemu lagi dengan
mata kuliah Pendidikan Pancasila di ruang Ki Hajar Dewantara. Namun pada pertemuan kali
ini Pak Adib selaku dosen mata kuliah pendidikan pancasila kami berhalangan hadir,
sehingga harus diganti dengan dosen lainnya. Sehingga kami tidak sempat melakukan jargon-
jargon andalan kami.

Tidak ada kalimat pengantar yang disampaikan oleh dosen pengganti tersebut, dan kita
langsung memasuki sesi presentasi.

Di minggu ini materi yang akan dibahas, yaitu mengenai kedudukan Pancasila merupakan
sistem filsafat yang akan disampaikan oleh kelompok 9 sebagai penyaji materi minggu ini.

Materi yang disampaikan mengenai membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pancasila sebagai sistem filsafat, mendeskripsikan esensi dan urgensi Pancasila sebagai
sistem filsafat, dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat.

Materi :

Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan pancasila sebagai sistem


filsafat

Disini disampaikan bahwa dinamika pancasila sebagai sistem filsafat dibagi menjadi tiga era,
yaitu era Soekarno, Soeharto, dan era Reformasi.

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas
rencana berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pada masa itu, Soekarno lebih
menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi
budaya bangsa Indonesia.

Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang
lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat
Pancasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem
filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun,
Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan
renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011. Habibie menyatakan
bahwa:

“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan
untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif
bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam
konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang
semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Tantangan pancasila sebagi sistem filsafat ada dua yaitu tantangan kapitalisme dimana
meletakkan kebebasan individual secara berlebihan dan tantangan komunisme dimana
kekuasaan negara yang dominan, semua kekayaan dimiliki oleh negara.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-
sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.

Keempat, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah
ketidakseimbangan antara cara bertindak dan cara berpikir sehingga menimbulkan kerusakan
lingkungan dan mental dari suatu bangsa.

KASUS :

Kelompok 9 mengambil kasus tentang faktor penyebab timbulnya penyimpangan pada


remaja. Dimana yang menjadi faktor utama dalam penyimpangan remaja adalah lemahnya
pegangan terhadap agama.

Perspektif Pemantapan Karakter Bangsa :

Walupun masih ada masyarakat yang belum melaksanakan nilai-nilai dalam pancasila
kedalam kehidupan sehari-hari, tetapi sudah ada bukti nyata bahwa nilai-nilai tersebut telah
diamalkan. Bukti nyata bahwa nilai-nilai luhur telah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter yang berlandasan falsafah pancasila dimana setiap silanya memiliki aspek dan
berkarakter seperti berikut :

1. Bangsa yang berketuhanan yang maha esa

Dari sila ini tercermin dari masyarakat yang saling menghormati antar agama, tidak
mengganggu dan memberikan kebebasan menjalankan ibadah sehingga setiap umat beragama
bisa melakukan ibadahnya dengan tentram tanpa harus sembunyi-sembunyi.

2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

Masyarakat Indonesia sadar bawah setiap orang mempunyai hak dan kewajibannya masing-
masing juga dilindungi kesehatan dan keselamatannya, juga mereka memiliki derajat yang
sama.

3. Bangsa Indonesia mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


rasa saling tolong-menolong dan gotong royong, mengedepankan kepentingan negara diatas
kepetingan pribadi.

4. Bangsa Yang Demokratis Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia

Mengutamakan musyawarah supaya tidak ada tujuan yang menguntungkan kepentingan


pribadi dan keputusan tidak merugikan pihak manapun lalu bertujuan untuk kepentingan
bersama.

5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

Mencermikan sikap kekeluargaan dan gotong royong juga saling menjaga setiap anggota
masyarakatnya.

KESIMPULAN

 Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara membicarakan
masalah dasar filosofis negara (Philosofische Grondslag) dan pandangan hidup bangsa
(weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi
Pancasila sebagai sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam.
 Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggungjawaban
rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik;
agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam penyelenggaraan
negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala
kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai