Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4:

- Hans Pranata 11180477


- Riski Sasue 11180479
- Erlina Nainggolan 11180554
- Sri Kristine 11180586
- Raka Aditya 11180587

PETA PRODUK DIGITALISASI BANKING DI BANK-BANK INDONESIA

Seiring dengan perkembangan Information and Technology (IT) yang begitu cepat dan
perubahan gaya hidup masyarakat, kebutuhan nasabah juga terus meningkat dan membuat
perbankan harus dapat pula memenuhi kebutuhan para nasabahnya. Bahkan perbankan kini mulai
meningkatkan layanannya agar nasabah dapat memperoleh layanan perbankan secara mandiri (self
service) tanpa harus mendatangi kantor bank untuk berbagai kegiatan yang dikenal dengan kegiatan
Digital banking.

Digital banking secara prinsip tidak berbeda dengan e-banking, tapi karakteristik digital banking lebih
luas, karena nasabahnya dapat mengakses seluruh layanan perbankan melalui kumpulan e-banking
di satu tempat (digital branch) dan atau melalui satu jenis e-banking pada perangkat milik
bank/nasabah (omni channel). Sementara e-banking lebih terbatas pada layanan perbankan yang
memungkinkan nasabah memperoleh informasi, berkomunikasi dan transaksi melalui media
elektronik seperti ATM, phone banking, sms banking, Electronic fund transfer, internet banking, dan
mobile banking, secara multi channel.

Karakteristik:

 Kebutuhan pelanggan daripada berorientasi pada produk


 Saluran tunggal
 Layanan mandiri
 Kapan saja, di mana saja
 Analisis data tingkat lanjut
 Produk dan Layanan Keuangan & Non-Keuangan
 Tidak memerlukan kantor cabang
 Lebih dari sekadar aplikasi perbankan
 Berbasis Biometrik e-KTP

layanan digital banking yaitu yang memungkinkan calon nasabah dan/atau nasabah bank untuk
memperoleh informasi, melakukan komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, transaksi perbankan
dan penutupan rekening, termasuk memperoleh informasi lain, serta transaksi di luar perbankan.
Transaksi tersebut di antaranya nasihat keuangan (financial advisor),investasi, transaksi e-dagang (e-
commerce), dan kebutuhan lainnya dari nasabah bank.
E-Commerce: Housing Broker, Utility Service Provider, On-line shop

E-Advisory: Financial Planner

Others: Documents (Cloud Storage), Interaction (Email, Chat, Video Chat, Games)

Direktur Pengawasan Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jasmi Tanjung
menyatakan bahwa dengan perkembangan digital banking maka dalam operasionalnya harus
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku. “Pokok-pokok aturan digital banking tersebut
adalah mengenai definisi digital banking, digital Branch, dan banking anywhere,” ujarnya saat
Seminar nasional “Digital Transformation Era: Is Your Business Ready?”Jakarta. Dia menjelaskan,
ada pokok aturan lainnya yang dipatuhi seperti tentang penerapan digital Banking: (1) Fase
Digital Branch dan (2) Fase Banking Anywhere. Selain itu ada aturan mengenai Jenis digital
branch: (1) Gerai, (2) Setara Kantor Kas, dan (3) Setara Kantor Cabang Pembantu.

“Ada juga aturan tentang standardisasi Infrastruktur digital branch, persyaratan


penyelenggaraan digital branch, tata cara dan Prosedur penyelenggaraan digital branch, proses
registrasi dan pembukaan rekening nasabah pada digital branch dan proses verifikasi transaksi
nasabah, serta kewajiban untuk menggunakan KTP-elektronik.

Kelebihan platfrom digitalisasi banking;

1. Eefektif dan Efisien

Karena menawarkan kemampuan perbankan secara mandiri kepada nasabah, perbankan


digital memiliki tingkat efisiensi dan efisiensi yang lebih tinggi, saat melakukan kegiatan
dengan cara konvensional.
Kegiatan perbankan, seperti membuka rekening dan deposito, yang semula hanya dapat
dilakukan dengan cara mengunjungi kantor cabang dari bank yang bersangkutan, kini dapat
diakses di mana saja dan kapan saja, sehingga tidak perlu mengeluarkan ongkos lebih untuk
menuju ke kantor bank.

Tak hanya itu, perbankan digital juga memudahkan para nasabah untuk bisa berinteraksi
dengan pihak bank, guna keperluan keperluan bisnis atau keuangan mereka. Beragam
aktivitas perbankan seperti cek saldo, transfer dana, dan membayar berbagai macam
tagihan, serta keperluan bisa Anda lakukan dengan menggunakan fasilitas perbankan digital.

Selain bisa diakses kapan saja, Anda tidak perlu harus menyisihkan waktu, serta biaya untuk
melakukan kegiatan ‘sepele’ tersebut. Cukup dengan menggunakan gawai yang dimiliki,
Anda dapat melakukan kegiatan perbankan setiap saat yang diperlukan.

2. Lebih Hemat Tanpa Biaya Transaksi

Dengan teknologi digital banking yang serba otomatis, pihak bank tidak perlu lagi
menyediakan karyawan yang melayani nasabah sebanyak saat masih menganut cara
konvensional.

Hal ini, tentu berimbas pada pemangkasan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak bank
dalam memenuhi pelayanannya. Perangkat digital banking juga membuat proses transaksi
dan kebutuhan perbankan nasabah dapat dilakukan dengan durasi yang bisa dimulai secara
instan. Tak peduli jenis transaksi seperti apa dan dengan nominal sebesar apa, respons dari
platform digital sudah pasti bisa dilakukan dengan cepat dan tepat.

Karena keunggulan ini, biaya transaksi yang harus Anda keluarkan menjadi lebih sedikit saat
menggunakan cara perbankan konvensional. Sebab itu, pengeluaran Anda untuk kebutuhan
transaksi perbankan bisa menjadi lebih hemat.

3. Risiko Semakin Kecil

Kegiatan perbankan konvensional masih mengandalkan tenaga manusia dan kertas dalam
praktiknya, memiliki risiko kesalahan mencapai 40 persen. Jika memang terbukti ada
kesalahan, mau tidak mau proses perbankan tersebut harus diulangi.

Risiko seperti ini, hampir tidak mungkin terjadi dengan bantuan platform perbankan digital
yang memiliki proses pengungkit yang lebih praktis dan efisien. Karena telah diprogram
secara akurat dan akurat melalui teknologi informasi khusus untuk perangkat bisnis dan
perbankan, aktivitas akuntansi akan tereksekusi dengan lebih cermat.

Karena hubungan dengan masalah keuangan dan berbisnis, peningkatan nilai dalam proses
transaksi tentu menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Terlebih lagi, dengan teknologi
perbankan digital , Anda dapat mengakses informasi dari proses perbankan yang Anda lebih
transparan.

4. Sistem Perbankan Menjadi Lebih Fleksibel


Karena sistem perbankan digital yang bisa memproses kegiatan internal dan eksternal bank
dengan lebih cepat, kepuasan pelanggan tentu akan semakin meningkat. Hal ini, tentu dapat
memberikan kemampuan kepada pihak bank untuk lebih fleksibel dan bisa fokus mengatasi
masalah lain yang lebih krusial.

Sebagai contoh, pada 2008, pasar keuangan sedang mempelajari masalah. Banyak bank
tentu berusaha dalam membenahi sistem manajemen, guna menyiasati masalah tersebut.

Dengan bantuan teknologi perbankan digital , pihak bank dapat dengan mudah
mendapatkan informasi tentang fluktuasi pasar dan meresponsnya dengan segera.

Hal ini dapat dengan efisien dilakukan oleh pihak bank, tanpa harus menunggu laporan
resmi dari para ahli keuangan sekalipun. Alhasil, masalah keuangan bisa terselesaikan
dengan lebih cepat dan fleksibel.

5. Tingkat Keamanan Nasabah Lebih Tinggi

Menggunakan jasa bank, tentu tidak membuat Anda terhindar dari risiko kejahatan, terlebih
lagi perihal cyber crime . Untuk itu, dengan menggunakan teknologi perbankan digital, pihak
bank akan memberikan sistem keamanan yang lebih mumpuni dalam pengawasan rekening
dan transaksi yang Anda lakukan.

Jadi, Anda tidak perlu lagi risau dengan risiko mengalami kerugian, karena kejahatan yang
dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab.

6. Memudahkan Pihak Bank dalam Memahami Kebutuhan Nasabah

Melalui platform perbankan digital, pihak bank yang terlibat dapat dengan mudah
menyimpan rekam jejak kegiatan perbankan yang dilakukan oleh setiap nasabahnya.
Platform perbankan tersebut, juga dapat memberi Anda informasi mengenai transaksi yang
Anda lakukan melalui surel atau SMS sebagai bukti kegiatan tersebut.

Dengan begitu, pihak eksekusi bank dalam memberikan penghargaan atau penghargaan
kepada nasabah bisa menjadi lebih tepat sasaran dan sesuai dengan ketentuan. Hal ini,
tentu dapat meningkatkan kepuasan, serta kesetiaan Anda pada kinerja dari bank tersebut.

Dampak negatif dari digitalisasi banking:

1. Yang pertama, risiko keamanan dari IT yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti menciptakan produk palsu dan mencuri data pengguna. Jika data dari
alat pembayaran non tunai telah diakses secara ilegal, kemudian dapat digunakan untuk
transaksi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab atau ditransfer dalam bentuk uang atau
aset lain oleh pihak tersebut, maka hal ini tentunya dapat menyebabkan kerugian bagi
penerbit dan pengguna alat pembayaran non tunai. Peningkatan risiko default dan resiko IT
dapat mendorong kegagalan dalam sistem pembayaran. Kegagalan ini pada akhirnya akan
menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem keuangan.
2. Kedua, penggunaan alat pembayaran non tunai secara luas berkemungkinan menimbulkan
implikasi terhadap kebijakan moneter. Bagi kebijakan moneter, inovasi dalam alat
pembayaran non tunai dapat menimbulkan komplikasi dalam penggunaan target kuantitas
dalam pengendalian moneter. Namun, komplikasi ini tidak akan mempengaruhi efektifitas
kebijakan moneter dengan menggunakan jalur suku bunga. Sepanjang besaran moneter
telah memperhitungkan perkembangan alat pembayaran non tunai, khususnya e-money,
efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter tetap dapat dipertahankan.
3. Ketiga, terjadi pergeseran simpanan masyarakat. Penerbitan e-money secara luas oleh bank
akan menyebabkan pergeseran simpanan masyarakat dari tabungan dan deposito atau giro
ke dalam bentuk float yang masih dalam sisi kewajiban neraca bank. Dalam hal issuer adalah
lembaga non-bank, penerbitan e-money berpotensi untuk mengurangi simpanan
masyarakat pada perbankan jika dana float e-money tidak (atau hanya sebagian)
ditempatkan kembali pada bank umum.
4. Keempat, penerbitan e-money oleh bank maupun non-bank berpotensi mengurangi
komponen currency dalam base money, yang artinya akan mengurangi sisi pasiva pada
neraca bank sentral. Dalam hal penerbitnya adalah bank, masih terdapat kemungkinan
adanya shifting dari currency kedalam bentuk giro atau reserve di bank sentral. Namun
untuk kasus penerbit e-money adalah non-bank, maka kenaikan e-money berdampak pada
penurunan komponen neraca bank sentral berupa currency tanpa diikuti dengan kenaikan
giro kecuali dana yang diperoleh dari penerbitan e-money ditempatkan kembali di
perbankan.
5. Kelima, perkembangan alat pembayaran non tunai berhubungan positif dengan velocity of
money. Hal ini yang mengindikasikan peningkatan peranan alat pembayaran non tunai
dalam menggantikan uang tunai pada kegiatan ekonomi. Perkembangan ini dapat
mempersulit kebijakan moneter jika mengandalkan besaran moneter sebagai target. Dan
untuk kebijakan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai target akan menimbulkan
biaya pengendalian moneter yang lebih besar. Namun, sisi positifnya alat pembayaran non
tunai menurunkan permintaan terhadap uang kartal sehingga menurunkan biaya
pencetakan uang kartal.

Sumber:

 https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/pingitaria/digital/5e9a558c09
0ee/tiga-karakteristik-digital-banking-yang-penting-untuk-diketahui
 https://mahasiswaindonesia-
id.cdn.ampproject.org/v/s/mahasiswaindonesia.id/manfaat-dan-dampak-negatif-
dari-digitalisasi-keuangan/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16050714631011&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fmahasiswaindonesia.id%2Fmanfaat-dan-dampak-negatif-dari-digitalisasi-
keuangan%2F
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.lintasarta.net/wp-
content/uploads/2018/10/Majalah-PC-Edisi-
37.pdf&ved=2ahUKEwio2YKegZDtAhXH6XMBHcU9BJgQFjALegQIAxAB&usg=AOvVaw
1Lz3Y0L-OcXjW8OipvD-GW

Anda mungkin juga menyukai