Anda di halaman 1dari 14

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO


KURSUS: MANAJEMEN ASET DAN KEWAJIBAN

PENGELOLAAN DAN EVALUASI KINERJA PERBANKAN DIGITAL

Tujuan dan Pokok Bahasan

Pada bagian ini pembaca dan mahasiswa diharapkan memahami apa yang dimaksud dengan digital
banking dan bagaimana cara kerjanya. Mengapa muncul dan mengganggu penggunaan teknologi
dan inovasi digital di perbankan? Tumbuh dengan masif dan mendasar. Yang berubah adalah
adanya perbedaan mendasar antara perbankan tradisional dan perbankan digital yang inovatif.
Selanjutnya juga diukur bagaimana kinerja pencapaian sebelum sesudahnya, dengan menggunakan
rasio-rasio perbankan.

PERKENALAN
Perbankan digital mengacu pada penggunaan teknologi dan saluran digital oleh lembaga keuangan
untuk memberikan berbagai layanan dan produk perbankan kepada pelanggan. Ini melibatkan
melakukan berbagai aktivitas perbankan melalui platform elektronik seperti situs web, aplikasi
seluler, dan saluran digital lainnya, alih-alih hanya mengandalkan cabang fisik tradisional.

Perbankan digital memungkinkan pelanggan untuk mengakses rekening bank mereka, mengelola
keuangan, dan melakukan transaksi perbankan dengan mudah dari perangkat elektronik mereka, seperti
smartphone, tablet, atau komputer. Beberapa layanan perbankan digital umum meliputi:

1. Perbankan Online: Pelanggan dapat melihat saldo rekening, riwayat transaksi, transfer dana antar
rekening, membayar tagihan, dan mengelola aktivitas perbankan lainnya melalui situs web atau
portal online yang aman.
2. Mobile Banking: Ini melibatkan akses ke layanan perbankan melalui aplikasi seluler khusus yang
disediakan oleh bank. Pengguna dapat melakukan tugas serupa dengan perbankan online,
tetapi dengan tambahan kenyamanan mobilitas.
3. Transfer Dana Elektronik: Pelanggan dapat mentransfer dana secara elektronik antara
rekening mereka sendiri atau ke individu atau bisnis lain.
4. Pembayaran Digital: Ini mencakup berbagai metode untuk melakukan pembayaran secara
digital, seperti transfer orang ke orang, pembayaran belanja online, pembayaran dompet
seluler, dan pembayaran nirsentuh menggunakan teknologi komunikasi jarak dekat (NFC).

5. Setoran Cek Jarak Jauh: Beberapa platform perbankan digital memungkinkan pelanggan menyetorkan
cek dengan mengambil gambar mereka melalui smartphone atau pemindai dan mengirimkannya
secara elektronik.
6. Manajemen Akun: Pelanggan dapat membuka akun baru, memperbarui informasi
pribadi, meminta pernyataan, dan mengelola berbagai aspek akun mereka secara
online.
7. Dukungan Pelanggan: Perbankan digital seringkali menyediakan layanan dukungan pelanggan
melalui chatbots, perpesanan online, atau panggilan video, menawarkan bantuan untuk
pertanyaan, masalah akun, atau saran perbankan umum.
8. Alat Perencanaan Keuangan: Banyak platform perbankan digital menawarkan alat dan kalkulator untuk
membantu pelanggan dalam penganggaran, perencanaan keuangan, dan keputusan investasi.

Perbankan digital memberi pelanggan kenyamanan, aksesibilitas, dan fleksibilitas yang lebih besar dalam
mengelola keuangan mereka. Ini mengurangi kebutuhan kunjungan cabang fisik dan memungkinkan akses 24/7
ke layanan perbankan. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa perbankan digital juga menimbulkan masalah
keamanan siber, dan bank menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi data pelanggan
dan mencegah aktivitas penipuan.

PERBEDAAN ANTARA TRADITIONAL BANKING DAN DIGITAL BANKING Perbankan

tradisional dan perbankan digital berbeda dalam beberapa aspek utama:

1. Akses dan Kenyamanan: Perbankan tradisional mengharuskan nasabah untuk mengunjungi


cabang fisik selama jam operasional tertentu untuk melakukan transaksi perbankan.
Sebaliknya, perbankan digital menyediakan akses 24/7 ke layanan perbankan melalui platform
online dan aplikasi seluler, memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi dan mengelola
rekening mereka dari mana saja dengan koneksi internet.
2. Kehadiran Fisik: Perbankan tradisional mengandalkan cabang fisik dan interaksi tatap muka dengan staf
bank. Perbankan digital, di sisi lain, beroperasi terutama di ranah digital, sehingga mengurangi
kebutuhan kunjungan cabang secara fisik. Namun, beberapa bank digital mungkin masih memiliki
cabang fisik yang terbatas atau menawarkan bantuan melalui call center.
3. Kecepatan Transaksi: Perbankan digital umumnya menawarkan pemrosesan transaksi yang lebih cepat
dibandingkan dengan perbankan tradisional. Transfer dana elektronik dan pembayaran online dapat
dilakukan hampir seketika, sedangkan transaksi perbankan tradisional, seperti mengeluarkan cek
atau memproses transaksi berbasis kertas, mungkin memerlukan waktu pemrosesan tambahan.

4. Ragam Produk: Bank tradisional sering menawarkan berbagai produk dan layanan keuangan,
termasuk pinjaman, hipotek, opsi investasi, dan rekening khusus. Bank digital mungkin memiliki
rangkaian produk yang lebih ramping, dengan fokus utama pada layanan perbankan inti seperti
rekening tabungan, rekening giro, dan opsi pinjaman dasar. Namun, beberapa bank digital
memperluas penawaran mereka untuk memasukkan produk keuangan yang lebih luas.

5. Layanan Pelanggan: Perbankan tradisional menyediakan layanan pelanggan langsung melalui teller bank dan
manajer cabang, yang memungkinkan interaksi langsung dan bantuan pribadi. Perbankan digital
menawarkan dukungan pelanggan melalui chatbot online, email, atau panggilan telepon. Meskipun
perbankan digital dapat memberikan bantuan segera, namun mungkin tidak memiliki sentuhan pribadi dan
interaksi tatap muka seperti perbankan tradisional.
6. Keamanan: Baik perbankan tradisional maupun digital mengutamakan keamanan, tetapi metodenya berbeda.
Perbankan tradisional mengandalkan langkah-langkah keamanan fisik di dalam cabang, seperti brankas dan
petugas keamanan. Perbankan digital berfokus pada langkah-langkah keamanan online yang kuat, termasuk
enkripsi, kredensial login yang aman, otentikasi multi-faktor, dan sistem deteksi penipuan, untuk melindungi
data pelanggan dan mencegah akses yang tidak sah.
7. Biaya Transaksi: Perbankan tradisional seringkali melibatkan biaya transaksi yang lebih tinggi
karena biaya operasional terkait dengan pemeliharaan cabang fisik dan berbasis kertas
proses. Perbankan digital, di sisi lain, umumnya menawarkan biaya transaksi yang lebih rendah,
karena infrastrukturnya didasarkan pada platform digital dan otomatisasi.

Penting untuk dicatat bahwa perbankan tradisional dan digital tidak saling eksklusif. Banyak
bank tradisional telah merangkul perbankan digital dan menawarkan layanan perbankan
online dan seluler di samping cabang fisik mereka, memberi pelanggan kombinasi opsi
perbankan tradisional dan digital.

YANG DIMAKSUD DENGANPERBANKAN INOVASI DIGITAL– (Perbankan digital yang inovatif).

Pemahaman kuncinya terletak pada: bank yang mampu menyediakansemua layanan dan kebutuhan
tercakup dalam satu, dan satu sistem yang mampu melayani semua kepentingan.

Digital Banking, adalah bank yang memiliki kemampuan pelayanan kepada berbagai pihak dengan
menggunakan perangkat komputer dan program komputer yang dimiliki untuk melakukan berbagai
kepentingan melalui API. Stakeholder dari mana saja dan di mana saja dapat melakukan transaksi
keuangan melalui fasilitas API digital bank. Bisa diibaratkan dia mengurusi urusan perbankan sesuai
minatnya, memulai transaksi, penerimaan dan pengeluaran, kontrol saldo, pembukuan dan juga
strategi keuangannya, cepat terintegrasi dan murah.

Perbankan digitalberkembang berdasarkan kemampuan dan inovasi layanan yang dapat dilakukan
perbankan kepada kepuasan para pemangku kepentingannya . Dalam arti semua pihak mendapat manfaat dari
digitalisasi inovasi perbankan termasuk manajemen dan karyawan bank. Tidak dapat
dipungkiri tingkat inovasi digitalisasi perbankan tergantung dari kemampuan bank,
perspektif strategi, tuntutan stakeholder masing-masing bank. Akibat dari perbedaan
tersebut, tingkat inovasi digitalisasi masing-masing bank berbeda, begitu pula dengan
berbagai kinerja yang dapat dicapai.

Inovasi bank digital ini secara fisik dapat dilihat dari tingkat otomatisasi prosesnya, tingkat
kemampuan layanan bank, jumlah jenis layanan serta luas jangkauan dan kecepatan layanan
berbasis teknologi untuk berbagai produk layanan. Kualitas layanan tersebut ditentukan oleh API (
antarmuka pemrograman aplikasi)tingkat. AN API adalah serangkaian alat, program, dan protokol
yang menghubungkan dan mengatur berbagai hubungan transaksi dan interaksi kepentingan dan
urusan berbagai pihak di perbankan. Singkatnya, dengan digitalisasi, bank dapat memberikan
layanan digital yang inovatif, integratif, sinergis, dan bermanfaat, secara menyeluruh kepada semua
pihak yang berkepentingan.

Selain aspek pelayanan, jangkauan, dan kecepatan, inovasi digitalisasi perbankan juga dilihat dari aspek
kemudahan dan kemudahan penggunaan oleh nasabah/pengguna (friendly user), tingkat keamanan yang
dapat dipercaya, sederhana namun dapat dikembangkan untuk perluasan layanan dan hubungan yang
lebih baik.

Antarmuka pemrograman aplikasi (API) adalahseperangkat alat dan protokol yang memungkinkan
perangkat digital, aplikasi perangkat lunak, dan server data untuk berinteraksi dan berkomunikasi
satu sama lain. API memungkinkan produk atau layanan Anda berintegrasi dengan produk dan layanan
lain dengan cara yang aman, sederhana, dan fleksibel. Layanan tersebut di atas dapat diukur secara fisik
dengan penggunaan ATM untuk transaksi penarikan, transfer antar rekening, perhitungan saldo dan lain-
lain serta pembukuan sederhana dana nasabah.
Inovasi dan digital banking berbeda dengan internet banking. Perbedaan tersebut terletak pada
kemampuan, tingkat pelayanan, jenis dan kompleksitas, serta inovasi pelayanan yang dapat
diberikan. Perbankan inovatif digital tidak cukupplatform seluler atau online, yang dipertimbangkan
solusi peralatan menengah. Inovasi digital perbankan, mampu melakukan manajemen risiko bank
untuk internal perusahaan bank, solusi dan saran kepada nasabah investor, kepatuhan terhadap
peraturan, pemasaran dan pengembangan produk serta keamanan. Semua tercakup dalam satu,
dan satu melayani semua kepentingan.

MENGAPA DIGITAL BANKING INOVATIF (Innovative Digital Banking)

Kajian mengenai inovasi digital banking (IDB) dapat dikaji berdasarkan dua teori, yaitu teori
disrupsi (Christensen 1976) dan teori motivasi berprestasi.McClelland (1961), suatu inovasi dan
teknologi akan diterima dan akan berkembang secara luas jika: memberikan manfaat yang
lebih besar dari pendahulunya (Christensen 1997), dan teknologi juga akan diterima oleh
masyarakat jika memberikan solusi/mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Apa
manfaat dan fungsi yang diberikan oleh teknologi digital kepada dunia industri keuangan
khususnya perbankan? Beberapa kontribusi manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Keunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitif melalui keunggulan pasar dan skala ekonomi. Layanan yang memenuhi
kepentingan pemangku kepentingan internal dan eksternal serta luasnya wilayah layanan
memberikan keunggulan kompetitif. Orang akan memilih mereka yang mampu memenuhi berbagai
kebutuhan dan minatnya dan dalam wilayah yang luas.
2) Efektivitas dan efisiensi pelayanan

Berbagai layanan dapat diberikan sekaligus secara aman dan akurat serta jangkauan konsumen dan
bisnis yang lebih luas. Faktor penghematan dan luasnya cakupan layanan berdampak pada efisiensi
biaya operasional layanan.

3) Aspek keamanan dan pengendalian risiko perbankan semakin baik.

Pengoperasian alat kerja 24 jam akan mempengaruhi manajemen likuiditas bank


(ketersediaan dan kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan dana), serta
keputusan investasi dan transaksi antarbenua untuk mengurangi risiko valas. Sistem
perbankan harus dapat menjamin ketersediaan dana dari mana sumber dan alokasinya
digunakan, bagaimana mengelola transaksi keuangan internasional dan ekspor impor
yang aman dari berbagai risiko keuangan.

4) Informasi dan keputusan manajemen yang lebih baik.

Kualitas penyediaan data dan jumlah data serta program pengelolaan yang dapat
ditampung di server perbankan memungkinkan pengambilan berbagai keputusan yang
integratif dan multidimensi. Penggunaan perbankan API dan Kecerdasan Buatan (AI)
dimungkinkan.

5) Pengembangan produk dan layanan semakin memungkinkan

Pengembangan dan jangkauan produk layanan semakin memungkinkan untuk memenuhi


tuntutan dan kebutuhan pemangku kepentingan. Hasilnya adalah kepuasan dan kecanggihan
layanan dapat meningkat.
6) Mendukung pengembangan strategi dan kelincahan operasi

Kemampuan layanan digital yang inovatif akan memungkinkan pengembangan strategi, dan kelincahan untuk
melakukan bisnis dan pemasaran.

Isu cost advantage dalam berbagai kajian inovasi perbankan digital masih menjadi bahan
perdebatan. Pada tahap tertentu IDB (Innovative digital banking) memberikan efisiensi biaya,
namun pada tahap tertentu akan diberlakukan "hukum pengembalian yang semakin
berkurang"bahwa manfaat berkurang, biaya inovasi digital meningkat, sehingga menurunkan
efisiensi operasi.

PERBANKAN DIGITAL INOVATIF

Perbankan inovatif digital tetaplah sebuah bank. Hany event mengelola operasionalnya, dan
dasar-dasar operasionalnya berubah karena perkembangan teknologi digital, persaingan antar
bank, perkembangan industri teknologi digital dan internet, serta tuntutan pengguna
(stakeholders). Inovasi digital hanya dimungkinkan jika ada dukungan dari perusahaan
pengembangan proses digital. Perkembangan digital juga hanya mungkin terjadi jika ada
perkembangan ilmu dan teknologi komputer, pemrograman digital dll. Demikian juga karena
perkembangan masyarakat dan teknologi akhirnya pasar dan kebutuhan seluruh pemangku
kepentingan perbankan berubah.

Perbankan digital inovatif merupakan wahana bagi bisnis perbankan yang memberikan layanan berbasis
digitalisasi dan layanan inovasi kepada pemangku kepentingan. Yang dimaksud dengan usaha perbankan adalah
usaha yang bertindak untuk melaksanakan fungsi perantara keuangan atau keuangan
perantarajasa .
TRANSFORMASI KE INOVATIF DIGITAL BANKING

Perubahan-perubahan yang terjadi dari bank tradisional menjadi perbankan modern dengan sifat inovatif
digitalisasi antara lain adalah perubahan atau transformasi sebagai berikut (Scardovi, 2017):

1. Transformasi dari memercayai

2. Keamanan dan risiko transformasi


3. Transformasi pembayaran
4. Transformasi pendanaan
5. Transformasi manajemen investasi
6. Transformasi manajemen risiko

RENCANA PENGEMBANGAN DIGITAL BANKING BERDASARKAN PEDOMAN OJK.

Perkembangan perbankan Indonesia, diupayakan sejalan dengan pertikaian perbankan dunia.


Berdasarkan gambar road map di atas, maka berbagai hal yang dikembangkan sebagai pedoman atau
peta pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Akselerasi – percepatan perubahan pilar 3, dan pilar 2 Basel III

CET1 persyaratan modal


Menurut standar Basel III, tahap CET1 – ekuitas umum Tier 1 (CET1) = 4,5% (naik 2% di Basel
II). CET1 adalah 4,5% dariaktiva tertimbang menurut risiko (RWA) atau ATMR – aset
tertimbang menurut risiko. Sejak tahun 2015, rasio CET1 minimal harus 4,5%, dengan
rumus perhitungan sebagai berikut:

Minimalmodal tingkat 1 meningkat dari 4% di Basel II menjadi 6%, berlaku di tahun 2015, di
atas ATMR. 6% ini terdiri dari 4,5% CET1, ditambah tambahan 1,5% dari Tier 1 Tambahan
(AT1).

Modal CET1 terdiri dari ekuitas pemegang saham (termasukdiauditkeuntungan), dikurangi


pengurangan cadangan akuntansi yang diyakini tidak menyerap kerugian "hari ini",
termasuk goodwill dan aset tidak berwujud lainnya. Untuk mencegah potensi
penghitungan ganda modal di seluruh perekonomian, kepemilikan bank atas saham bank
lain juga dikurangi.

Selanjutnya, Basel III memperkenalkan dua buffer modal tambahan:

- Wajib" penyangga konservasi modal ", setara dengan 2,5% dari bobot risiko
aktiva
- Sebuah "diskresionerkontra-siklus penyangga", yang memungkinkan regulator nasional untuk
meminta tambahan modal hingga 2,5% selama periode pertumbuhan kredit yang tinggi. Tingkat
penyangga ini berkisar antara 0% dan 2,5% dari ATMR dan harus dipenuhi oleh modal CET1.

2. Rasio Leverage

Basel III menyatakan bahwa Rasio Leverage minimum adalah 3% sebagai batas akhir modal
berdasarkan pengukuran risiko secara langsung dan sederhana. Bank harus berusaha untuk menjaga
tingkat LR di atas 3%. Ada beberapa kemungkinan peningkatan LR yang dapat dilihat pada Matriks
Basel III yang tersedia pada lampiran.

1        
≥ 3%
        

Berbagai lembaga keuangan berpengaruh termasuk The Fed menyatakan bahwa Rasio
Leverage Basel III harus minimal 5%, sehingga kisaran LR antara 5 - 8%. SIFI
atau
Lembaga Keuangan Penting Secara Sistematis menyatakan bahwa itu harus 6% untuk Bank
Perusahaan induk. Peraturan Bank Sentral Inggris menyatakan bahwa bank dengan simpanan di atas
50 miliar pound sterling hanrus memiliki LR minimal 3,25%.

3. Standar Tingkat Kebutuhan Likuiditas

Menurut Basel III perbankan digital harus memenuhi standar “Liquidity Coverage
Ratio” (LCR), yaitu kecukupanaset likuid berkualitas tinggiyang benar-benar likuid dan
memiliki tingkat risiko yang rendah. Bank harus dapat memenuhi kebutuhan pencairan
setiap saat, baik untuk pembayaran maupun untuk pencairan berbagai kewajiban. ATM
transaksi dan transaksi antar negara dan benua yang berbasis teknologi digital
membutuhkan LCQ yang tinggi. Secara matematis LCR dirumuskan sebagai berikut:

Selain LCR untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam menutup/memenuhi
atau menutupi kewajiban likuiditasnya, tetap perlu diperhatikan NSFR - Net Stable Funding
Ratio. NSFR adalah jumlah dana yang digunakan untuk menutupi berbagai kebutuhan. Rasio ini
merupakan perbandingan antara jumlah dana yang tersedia dengan yang seharusnya tersedia.
Perhitungannya sebagai berikut (Michael R.King, 2013, The Basel III Net Stable Funding Ratio
dan bank net interest margins)

4. Manajemen Kedewasaan Digital


Digital maturity management adalah pengelolaan selisih periode cash in dan cash out. Misalkan
pemasukan dana baik dari inkaso, pembayaran kredit, gaji maupun transfer biasanya sebulan
sekali pada tanggal tertentu, sedangkan tarik tunai, dan juga pembayaran transfer tidak tentu
waktunya dan berlangsung 24 jam. Bagaimana mengaturnya agar bank tidak mengeluarkan
uang? Ini adalah masalah risiko jatuh tempo.

5. Kondisi perbankan ke depan (manajemen risiko dan estimasi)


Bagaimana bank akan bergerak maju, bahkan tahun depan. Kondisi bank di masa yang akan datang
sangat dipengaruhi oleh persaingan dan kemampuan menyediakan modal.

6. Standar Internasional Praktik Terbaik:


Standar perbankan internasional yang diakui adalah Basel I-II-III. Namun masing-masing
negara diberikan kebebasan untuk menerapkan aturan basel yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing negara. Perbedaan standar penerapan dan pencapaian di berbagai negara
dapat terjadi secara berbeda. Setiap anggota yaitu bank sentral negara anggota harus
melaporkan ketentuan yang diterapkan dan tidak/tidak diterapkan beserta gambaran alasan
tercapai/tidak tercapainya, serta tingkat kepatuhannya.

7. Tingkat inovasi
Penerapan indeks inovasi digital dapat ditemukan di mesin pencari google, WIPO dan
sebagainya.
Indeks Inovasi Global Indonesia adalah No.85 untuk dunia. Urutan negara-negara ASEAN adalah
sebagai berikut:27 Sep 2021 —1.8, Singapura; · 2. 36,Malaysia; · 3. ke-43, Thailand;
· 4. 44, Vietnam; · 5. 51, Filipina; · 6. 82, Brunei; · 7. 87th, Indonesia; ·

8. Pengelolaan bank yang hati-hati, aman dan sehat


Prudent artinya pengurus bank berhati-hati, safe artinya selamat; kesehatan = dapat
dipercaya dan

9. Orang – kemampuan sumber daya manusia dan kompeten.


Tenaga perbankan harus disiapkan kapabilitas dan keahlian (competence) di bidang digital.
Bagaimana mereka bisa memberikan jawaban, arahan, bimbingan dan layanan pengaduan terhadap
digitalisasi inovasi operasional perbankan.

10. Proses
Bank harus selalu mengawasi bagaimana platform API (application programming interface).
Apakah platform yang dijalankan dapat mengakomodir berbagai kepentingan stakeholder baik
internal bank maupun pasar nasabah dan persaingan. Perawatan, perbaikan, dan
pengembangan platform harus selalu dilakukan, karena kompetitor pasti akan melakukan hal
yang sama.

10. Proses – tingkat API level, dan tingkat teknologi


Proses kemajuan teknologi perbankan banyak diteliti dan dicoba untuk
menentukan alat ukurnya. Tujuannya untuk mengetahui secara objektif
pencapaian kinerja kemajuan teknologi di berbagai bank.

11. Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi dalam hal ini adalah perangkat keras yang dimiliki untuk mendukung operasional
perbankan.

BERBAGAI UKURAN KINERJA PERBANKAN


Pengukuran kinerja perbankan berbasis digital umumnya diukur berdasarkan efisiensi, dan
jangkauan pasar. Hal ini sesuai dengan landasan teorinya yaitu pemanfaatan teknologi agar dapat
diterima dan dikembangkan harus memberikan manfaat, pengembangan dan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah yang layak harus: pengembangan (delta), efisiensi
(manfaat dan biaya), dan luasnya pangsa pasar atau pengguna (mengukur kekuatan penerimaan
atau penerimaan).
MANAJEMEN ASET DAN KEWAJIBAN DALAM PERBANKAN DIGITAL

Manajemen aset dan kewajiban (ALM) dalam perbankan digital melibatkan pengelolaan aset dan
kewajiban untuk memastikan profitabilitas bank, likuiditas, dan manajemen risiko dalam konteks operasi
perbankan digital. Berikut adalah beberapa pertimbangan utama untuk ALM dalam perbankan digital:

1. Saluran Digital dan Perilaku Pelanggan: Dengan perbankan digital, perilaku pelanggan dan pola
transaksi mungkin berbeda dari perbankan tradisional. ALM perlu memperhitungkan dampak
saluran digital pada aliran simpanan, volume transaksi, dan preferensi pelanggan. Ini termasuk
memantau dan menganalisis data yang terkait dengan pola penggunaan pelanggan, preferensi
saluran, dan perilaku transaksional untuk menginformasikan pengambilan keputusan.
2. Manajemen Likuiditas: Platform perbankan digital biasanya memberi pelanggan akses cepat ke dana
dan menawarkan layanan seperti transfer dan penarikan instan. ALM harus memastikan likuiditas
yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan segera. Ini melibatkan pemantauan
arus kas, mengelola sumber pendanaan, dan mengoptimalkan penyangga likuiditas untuk
menangani potensi lonjakan transaksi digital.
3. Risiko Suku Bunga: ALM perlu menilai dan mengelola risiko suku bunga yang dihasilkan dari aktivitas
perbankan digital. Bank digital dapat menawarkan suku bunga kompetitif atau produk simpanan
fleksibel untuk menarik pelanggan. Tim ALM harus menganalisis sensitivitas suku bunga aset dan
liabilitas, dan menerapkan strategi untuk memitigasi potensi risiko yang timbul dari perubahan
suku bunga.
4. Manajemen Risiko Kredit: Perbankan digital seringkali melibatkan aktivitas peminjaman, seperti
pinjaman online atau penawaran kartu kredit. ALM harus memastikan praktik manajemen risiko
kredit yang hati-hati dengan menerapkan proses penjaminan emisi yang kuat, memantau
portofolio pinjaman, dan mengelola eksposur kredit. Ini melibatkan analisis kelayakan kredit
peminjam, menetapkan selera risiko yang sesuai, dan menetapkan strategi mitigasi risiko.

5. Keamanan Siber dan Risiko Operasional: Perbankan digital memperkenalkan risiko baru terkait
keamanan siber dan gangguan operasional. ALM harus berkolaborasi dengan keamanan siber
dan tim TI untuk menilai dan mengelola risiko ini secara efektif. Ini termasuk menerapkan
langkah-langkah keamanan yang kuat, melakukan penilaian risiko secara teratur, memastikan
rencana kesinambungan bisnis, dan memiliki perlindungan asuransi yang sesuai untuk
mengurangi potensi kerugian.
6. Infrastruktur Teknologi dan Risiko Vendor: Perbankan digital sangat bergantung pada
platform teknologi dan mungkin melibatkan kemitraan dengan vendor pihak ketiga untuk
layanan tertentu. ALM perlu menilai infrastruktur teknologi, mengevaluasi keandalan dan
keamanan layanan vendor, dan mengelola segala risiko terkait. Uji tuntas dalam pemilihan
vendor, manajemen kontrak, dan pemantauan berkelanjutan sangat penting untuk
memitigasi risiko operasional dan kepatuhan.
7. Kepatuhan terhadap Peraturan: ALM dalam perbankan digital harus mematuhi persyaratan
peraturan yang relevan. Bank perlu memastikan kepatuhan terhadap peraturan terkait
perbankan digital, perlindungan data, anti pencucian uang (AML), dan prosedur kenali
pelanggan Anda (KYC). Tim ALM harus terus mengikuti perubahan peraturan dan
mengadaptasi strategi dan proses ALM sesuai dengan itu.

ALM dalam perbankan digital membutuhkan pemahaman yang komprehensif tentang lanskap
digital, perilaku pelanggan, dan risiko terkait. Praktik ALM yang efektif sangat penting untuk
menjaga stabilitas keuangan, mengoptimalkan profitabilitas, dan memastikan pengalaman perbankan
digital yang aman dan lancar bagi nasabah.

EVALUASI KINERJA DAN KESELAMATAN PERBANKAN DIGITAL


Mengevaluasi kinerja dan keamanan perbankan digital melibatkan penilaian berbagai faktor yang memengaruhi
efisiensi, efektivitas, dan keamanan operasional perbankan digital. Berikut adalah area utama yang perlu
dipertimbangkan untuk mengevaluasi kinerja dan keamanan perbankan digital:

1. Pengalaman Pengguna: Mengevaluasi pengalaman pengguna platform perbankan digital. Menilai


faktor-faktor seperti kemudahan penggunaan, navigasi intuitif, daya tanggap di seluruh perangkat,
dan ketersediaan fitur yang meningkatkan kenyamanan pelanggan, seperti dasbor yang
dipersonalisasi, riwayat transaksi, dan alat manajemen akun.
2. Kecepatan dan Keandalan Transaksi: Ukur kecepatan dan keandalan transaksi digital. Evaluasi
seberapa cepat transaksi diproses, termasuk transfer dana, pembayaran tagihan, dan aktivitas
perbankan lainnya. Nilai uptime, daya tanggap, dan keandalan platform untuk memastikan
layanan perbankan digital lancar dan tanpa gangguan.

3. Tindakan Keamanan: Menilai langkah-langkah keamanan yang diterapkan oleh platform


perbankan digital. Mengevaluasi kekuatan metode autentikasi, protokol enkripsi, dan
perlindungan terhadap akses tidak sah. Pertimbangkan adanya multi-factor authentication,
proses login yang aman, dan enkripsi SSL/TLS untuk melindungi data dan transaksi
pelanggan.
4. Privasi dan Kepatuhan Data: Mengevaluasi kepatuhan platform terhadap peraturan privasi data dan standar
kepatuhan. Menilai langkah-langkah yang ada untuk melindungi informasi pelanggan, menangani
pelanggaran data, dan memastikan kepatuhan terhadap undang-undang perlindungan data yang
berlaku, seperti Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) atau peraturan privasi setempat.

5. Deteksi dan Pencegahan Fraud: Mengevaluasi efektivitas mekanisme deteksi dan pencegahan
fraud. Menilai kemampuan platform untuk mengidentifikasi dan mencegah aktivitas
penipuan, seperti pengambilalihan akun, serangan phishing, atau transaksi tidak sah.
Pertimbangkan keberadaan pemantauan transaksi real-time, deteksi anomali, dan sistem
peringatan penipuan.
6. Dukungan Pelanggan: Menilai ketersediaan dan kualitas layanan dukungan pelanggan. Evaluasi
daya tanggap, aksesibilitas, dan saluran yang disediakan untuk permintaan pelanggan,
penyelesaian masalah, dan bantuan. Pertimbangkan keberadaan chatbot, perpesanan online,
dukungan telepon, atau panggilan video untuk menjawab pertanyaan pelanggan secara efektif.
7. Peringkat dan Ulasan Aplikasi Seluler: Periksa peringkat dan ulasan aplikasi seluler perbankan digital pada
platform yang relevan (misalnya, App Store atau Google Play Store). Pertimbangkan umpan balik pengguna
terkait kinerja aplikasi, kemudahan penggunaan, fitur keamanan, dan kepuasan pelanggan secara
keseluruhan.
8. Reputasi dan Ulasan Industri: Teliti reputasi dan ulasan platform perbankan digital di
industri. Pertimbangkan umpan balik dari pakar industri, publikasi keuangan, atau
ulasan pelanggan untuk menilai kinerja platform, keamanan, dan kepuasan pelanggan
secara keseluruhan.
9. Kepatuhan terhadap Peraturan: Mengevaluasi kepatuhan platform terhadap persyaratan peraturan
khusus untuk perbankan digital, seperti peraturan anti pencucian uang (AML), persyaratan KYC
(kenali pelanggan Anda), dan peraturan perlindungan data. Pertimbangkan sanksi peraturan atau
masalah kepatuhan di masa lalu.
10. Audit Eksternal dan Sertifikasi: Periksa apakah platform perbankan digital telah menjalani audit
independen atau menerima sertifikasi dari badan industri yang diakui untuk keamanan,
kepatuhan, atau privasi data, seperti SOC 2, ISO 27001, atau PCI DSS.

Penting untuk diperhatikan bahwa proses evaluasi dapat berbeda berdasarkan peraturan
yurisdiksi tertentu, jenis penyedia perbankan digital (bank tradisional vs. fintech), dan persyaratan
pelanggan. Berkonsultasi dengan pakar industri, meninjau evaluasi yang dipublikasikan, dan
melakukan uji tuntas dapat memberikan penilaian yang lebih komprehensif

kinerja dan keamanan perbankan digitalplatform.

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIGITAL BANKING


Mengevaluasi kinerja keuangan perbankan digital melibatkan penilaian berbagai indikator dan metrik
keuangan untuk mengukur profitabilitas, efisiensi, dan kesehatan keuangan keseluruhan dari operasi
perbankan digital. Berikut adalah beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi
kinerja keuangan perbankan digital:

1.Menghasilkan Pendapatan: Mengevaluasi sumber pendapatan untuk platform perbankan digital. Menilai
pendapatan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas, seperti biaya transaksi, biaya rekening, bunga pinjaman,
dan layanan nilai tambah lainnya. Analisis tingkat pertumbuhan pendapatan dan bandingkan dengan tolok
ukur industri untuk menentukan kemampuan platform dalam menghasilkan aliran pendapatan yang
berkelanjutan.
2.Struktur Biaya: Menilai struktur biaya platform perbankan digital. Menganalisis biaya
operasional, termasuk biaya infrastruktur teknologi, biaya akuisisi dan retensi pelanggan,
biaya kepatuhan terhadap peraturan, dan biaya personel. Mengevaluasi efisiensi
manajemen biaya dan membandingkannya dengan standar industri.
3.Profitabilitas: Mengevaluasi profitabilitas platform perbankan digital. Menilai metrik profitabilitas
utama, seperti margin bunga bersih (NIM), laba atas aset (ROA), laba atas ekuitas (ROE), dan
margin operasi. Bandingkan metrik ini dengan rekan industri atau tolok ukur untuk
menentukan profitabilitas dan efisiensi platform dalam menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham.
4.Kualitas Aset:Menilai kualitas aset yang dimiliki oleh platform perbankan digital. Mengevaluasi kinerja
portofolio pinjaman dengan menganalisis metrik seperti rasio pinjaman bermasalah (NPL), cadangan
kerugian pinjaman, dan tingkat tunggakan pinjaman. Pertimbangkan praktik manajemen risiko
platform dan kemampuan untuk memitigasi risiko kredit.
5.Efisiensi dan Produktivitas: Mengevaluasi efisiensi dan produktivitas platform perbankan digital.
Menganalisis metrik seperti rasio biaya terhadap pendapatan, aset per karyawan, atau pinjaman per
karyawan untuk menilai efisiensi operasional. Bandingkan metrik ini dengan rata-rata atau tolok ukur
industri untuk menentukan efisiensi platform dalam memanfaatkan sumber daya.
6.Akuisisi dan Retensi Pelanggan: Menilai kemampuan platform untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan. Menganalisis biaya akuisisi pelanggan, tingkat retensi pelanggan, dan pelanggan
tingkat pertumbuhan. Mengevaluasi metrik kepuasan pelanggan dan umpan balik pelanggan untuk
menentukan kemampuan platform membangun dan mempertahankan basis pelanggan setia.
7.Pangsa Pasar dan Persaingan: Mengevaluasi pangsa pasar dan posisi kompetitif platform
perbankan digital. Analisis metrik pangsa pasar, tingkat pertumbuhan pelanggan, dan
kemampuan platform untuk membedakan dirinya dari pesaing. Pertimbangkan strategi
penetrasi dan ekspansi pasar platform.
8.Kecukupan Modal:Menilai kecukupan modal platform perbankan digital. Evaluasi rasio kecukupan
modal utama, seperti rasio Common Equity Tier 1 (CET1) dan Total Capital Ratio, untuk
menentukan kemampuan platform menyerap kerugian dan mempertahankan basis modal yang
kuat.
9.Kepatuhan terhadap peraturan: Mengevaluasi kepatuhan platform dengan persyaratan
peraturan khusus untuk perbankan digital. Pertimbangkan penalti peraturan atau masalah
kepatuhan apa pun yang dapat memengaruhi kinerja keuangan dan reputasi platform.
10.Outlook Keuangan: Pertimbangkan prospek keuangan platform dan prospek pertumbuhan di masa depan.
Menganalisis inisiatif strategis, rencana ekspansi, inovasi, dan investasi dalam teknologi untuk menilai
kemampuan platform untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang berubah dan memanfaatkan peluang
pertumbuhan.

Penting untuk dicatat bahwa evaluasi kinerja keuangan harus mempertimbangkan faktor kuantitatif
dan kualitatif. Berkonsultasi dengan pakar keuangan, menganalisis laporan keuangan, dan
membandingkan kinerja dengan tolok ukur industri dapat memberikan evaluasi yang lebih
komprehensif terhadap kinerja keuangan platform perbankan digital.

RISET PERBANKAN DIGITAL

Riset implementasi Digital Banking, sudah dilakukan sejak lama. Setidaknya sejak
tahun 2013 telah dikaitkan dengan penerapan Basel III.

Riset perbankan digital di Indonesia juga telah dilakukan oleh OJK, pada tahun 2018
(Lihat: OJK, Adopsi Teknologi Perbankan Digital 2018 dan Efisiensi Bank: Kasus Indonesia,
WP/18/01):

1) Size, ukuran Bank, menggunakan total aset


2) Profitabilitas diukur dengan ROA, pengembalian aset
RCr, Rasio risiko kredit, biasanya diukur dengan ATMR atau jumlah kredit yang disalurkan
dibandingkan dengan aset.
3) RL (risiko likuiditas) diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR).
4) Int atau interest rate ratio (suku bunga), dengan menggunakan rasio pendapatan bunga dibagi dengan
kredit yang disalurkan (rasio pendapatan bunga terhadap total kredit sebagai indikatornya)
5) Risiko bank diukur dengan NPL (non performing loan). NPL meningkatkan risiko total
portofolio bank, berdasarkan gross nonperforming loan.
6) Cabang, Jumlah kantor cabang. Dihitng dengan membandingkan biaya per cabang atau per
pekerja, dibandingkan dengan biaya rata-rata per pekerja di industri keuangan/perbankan
(karyawan, biaya dibandingkan dengan rata-rata industri keuangan/perbankan)
1. DIG2, adalah rasio biaya operasional teknologi digital dan pengembangannya
terhadap total biaya operasional bank (rasio biaya teknologi informasi terhadap
total biaya operasional, dikembangkan).
2. 9) Efisiensi Teknis; Efisiensi Teknis Murni, Efisiensi Skala, dan
perubahannya .

Penelitian penerapan Basel III terkait LCR, NSFR, LR di berbagai negara Eropa dan
Amerika, dilakukan oleh King pada tahun 2013.

Michael R. King, 2013, The Basel III Net Stable Funding Ratio and bank net interest margins,
Journal of Banking & Finance 37 (2013) 4144–4156, tabel 1-6

Referensi

Claudio Scardovi, 2017, Transformasi Digital dalam Layanan Keuangan, Springer, ISBN 978-3-
319-66944-1 ISBN 978-3-319-66945-8 (eBuku) DOI 10.1007/978-3-319-66945-8

Christ Skinner, 2014, STRATEGI DIGITAL BANKING UNTUK MELUNCURKAN ATAU MENJADI
BANK DIGITAL, Bisnis Marshall Cavendish,, ISBN : 978-981-4516-46-4

______, 2018 Adopsi Teknologi Perbankan Digital dan Efisiensi Bank: Bangsa Indonesia
Perkara Desember 2018, OJK, WP/18/01

______, 2021, Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, OJK,


https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Documents/Pages/Cetak-Biru-
Transformasi-Digital-Perbankan/BLUEPRINT

Anda mungkin juga menyukai