DODI (181420118)
Serang, 23 Maret
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
BAB II PENUTUP.............................................................................................................
A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan digital banking?
2. Apa produk digital banking di Indonesia?
3. Bagaimana bisnis perbankan digital berdasarkan legalitas dan moralistis dalam
perbankan?
4. Bagaimana Transformasi Perbankan Digital untuk Inklusi Keuangan?
5. Bagaimana Inklusivitas, Kendala, Dan Potensi?
6. Apa Ringkasan Rekomendasinya?
7. Apa saja Temuan Pentingnya?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Phone Banking
Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui telepon dimana
nasabah menghubung contact center bank. Bank telah menyediakan tenaga staf
khusus yang akan menjalankan transaksi nasabah atau program otomatis yang dapat
berinteraksi dengan nasabah untuk menjalankantransaksi nasabah. Jenis- jenis
transaksi phone banking yang dapat dilakukan oleh nasabah, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi saldo
c) Mutasi rekening
d) Pembayaran (kartu kredit, PLN, Telepon, ponsel, listrik, asuransi)
e) Pembelian (pulsa isi ulang).
3. SMS Banking
SMS banking adalah layanan transaksi perbankan yang dapat dilakukan
nasabah melalui telepon seluler (ponsel) dengan format Short Message Service
(SMS). Nasabah dapat mengirimkan SMS ke nomor telepon bank atau
menggunakan aplikasi yang dipasang bank pada ponsel nasabah. Jenis-jenis
transaksi melalui SMS banking, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi Saldo
c) Mutasi rekening
d) Pembayaran (kartu kredit)
e) Pembelian (pulsa isi ulang).
4. Mobile Banking
Mobile banking adalah layanan perbankan yang juga dapat diakses
langsung melalui ponselseperti SMS banking, namun memiliki tingkat kecanggihan
yang lebih tinggi. Bank bekerja sama dengan operator seluler, sehingga dalam SIM
Card (kartu chips seluler) Global for Mobile communication (GSM) sudah
dipasangkan program khusus untuk bisa melakukan transaksi perbankan. Proses
transaksi nasabah akan lebih mudah pada mobile banking dibandingkan dengan
SMSBanking. Beberapa jenis transaksi mobile banking, antara lain:
a) Transfer dana
b) Informasi saldo
c) Mutasi rekening
d) Informasi nilai tukar
e) Pembayaran (kartu kredit,PLN,telepon,handphone,listrik,asuransi)
f) Pembelian (pulsa isi ulang, saham).
Perbankan digital bukan hanya terkait dengan tren pasar perbankan dan
keuangan masa depan. Hal ini merupakan agenda wajib setiap perbankan untuk
memperbaiki pola pendekatan dan hubungan dengan nasabahnya. Pada tahun 1994,
Bill Gates membuat pernyataan provokatif dan sampai saat ini masih menjadi
kontroversi bahwa di masa depan perbankan masih dibutuhkan tapi bank sudah
tidak dibutuhkan lagi. Jack Ma, pendiri Alibaba juga membuat pernyataan yang
kritis bahwa jika bank tidak berubah, maka kita yang akan mengubah bank.
E. Ringkasan Rekomendasi
Dampak positif dari inklusi keuangan sangat besar, baik untuk individu
maupun masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan pelayanan keuangan dasar untuk
seluruh segmen masyarakat merupakan sesuatu yang penting. Walaupun terdapat
sejumlah program keuangan mikro di Indonesia, namun baru 36% dari populasi di
atas 15 tahun yang memiliki akses layanan keuangan pada tahun 2014 (The World
Bank, 2015).Untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, Bank Indonesia
dan OJK mengeluarkan sejumlah regulasi mengenai layanan keuangan, uang
elektronik (LKD), dan Laku Pandai. Bank Indonesia mengeluarkan peraturan
mengenai uang elektronik pada tahun 2009 berupa PBI No. 11/12/PBI/2009 beserta
amandemen pada tahun 2014 dengan PBI No. 16/8/PBI/2014 dan 2016 dengan PBI
No. 18/17/PBI/2016. Amandemen tersebut memungkinkan lebih banyak bank
untuk menyediakan layanan keuangan digital serta meningkatkan batas transaksi
untuk penggunan terdaftar. Sementara itu OJK, berdasarkan POJK
No.19/POJK.03/2014 meluncurkan program Laku Pandai yang bertujuan untuk
menyediakan layanan rekening tabungan tanpa kantor cabang bagi seluruh rakyat
Indonesia.Inklusi keuangan Indonesia mengalami perbaikan sebagai akibat
penerbitan berbagai regulasi tersebut. Populasi di atas 15 tahun yang memiliki
akses layanan keuangan naik dari 20% di tahun 2011 menjadi 36% di tahun 2014
(the World Bank, 2015). Selain itu, jumlah agen LKD naik hampir dua kali lipat
dari 69.000 agen di tahun 2015 menjadi 122.000 agen di tahun 2016. Namun
jumlah rekening uang elektronik terdaftar pada agen LKD hanya mengalami
kenaikan dari 1,15 juta rekening di tahun 2015 menjadi 1,24 juta tahun 2016 (Bank
Indonesia, 2017). Di samping itu, baru 8 % dari masyarakat yang meengetahui
mengenai provider LKD dan hanya 0.4% dari populasi di atas 15 tahun yang
memiliki rekening keuangan digital (Intermedia, 2016). Trend yang mirip juga
terjadi dengan layanan Laku Pandai. Jumlah agen Laku Pandai mengalami
kenaikan pesat dari 60.000 agen di tahun 2015 menjadi 160.000 agen di tahun
2016. Namun jumlah rekening outstanding naik lebih kecil dari proporsi kenaikan
agen yaitu dari 1,2 juta rekening di tahun 2015 menjadi 1,9 juta rekening di tahun
2016 (OJK, 2017). Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan agen belum
terkonversi menjadi kenaikan inklusivitas layanan keuangan (kenaikan jumlah
pengguna layannan LKD dan Laku Pandai).Pemerintah juga mulai menggunakan
fitur uang elektronik untuk distribusi program sosial bagi masyarakat yang
membutuhkan sebagai upaya perluasan inklusi keuangan dan pencegahan
penyelewengan. Contohnya dengan penggunaan Kartu Keluarga Sehat (KKS) yang
diterbitkan Himpunan Bank Negara dalam distribusi dana PKH. Sementara itu,
program Laku Pandai digunakan untuk penyaluran dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS). Dengan masih terbatasnya penelitian lapangan
mengenai inklusivitas LKD dan Laku Pandai serta untuk mengetahui potensi serta
kendala yang dihadapi baik agen maupun pengguna kedua layanan tersebut maka
LPEM FEB-UI melaksanakan penelitian pendahuluan pada Bulan Desember 2016
dan Januari 2017. Survei dilaksanakan di dua kota/kabupaten di Aceh yaitu
Lhokseumawe dan Aceh Utara dan dua kabupaten di NTB yaitu Lombok Timur
dan Lombok Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai inklusivitas dari
sisi akses, penggunaan, dan kualitas dari kedua program termasuk potensi dan
kendala yang dihadapi dalam ekspansi agen. Dalam pemilihan daerah survei
didasarkan kepada empat indikator kesiapan dari sisi supply (cakupan listrik yang
luas, sinyal telekomunikasi yang kuat, dan adanya akses internet) dan keberadaan
ATM yang masih rendah.
F. Temuan Penting
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/PBI_184016.pdf
https://dailysocial.id/post/merangkul-talenta-it-untuk-masa-depan-digital-banking
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/345
https://danaxtra.com/artikel/berita-keuangan/ini-tabungan-digital-banking-yang-sedang-
hits.html
https://bisnis.tempo.co/read/1034683/dukung-ekonomi-digital-ojk-buat-fintech-center
http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/15/04/28/nni60714-ancaman-
moralitas-di-era-digital
Ojk, panduan penyelenggaraan digital branch.hal 5