SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
kepercayaan.1 Sebuah bank harus mampu memberikan rasa aman terhadap para
nasabahnya menyangkut dana yang disimpan atau dikelola bank tersebut. Dalam
hal penghimpunan dana masyarakat yang merupakan salah satu sumber dana bank
terbesar yang dalam hal ini antara lain tabungan, deposito, dan giro. Masyarakat
selalu manjadi segmen pasar perbankan, sehingga menjadi sangat penting bagi
pihak bank untuk menjaga citra terhadap para nasabah dan para pemegang saham.
Selain menghimpun dana dari masyarakat, bank juga menerima dana dari para
investor. Dalam bisnis perbankan rasa kepuasan nasabah merupakan nilai penting
Dapat dikatakan bahwa hubungan antara nasabah dan bank didasari pada
dua unsur, yakni hukum dan kepercayaan. Oleh karena itu, sebagai lembaga
harus berlandaskan dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini dikarenakan dana yang
dikumpulkan oleh bank bukanlah jumlah yang sedikit. Sedikit saja kesalahan yang
1
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.2.
1
dilakukan oleh bank dalam mengelola dana dari masyarakat, maka akibatnya bisa
sangat fatal.2
dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku dan sikap tindak
mereka.3 Hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah tersebut haruslah
disertai dengan hak dan kewajiban yang harus dipatuhi kedua belah pihak.
Jika salah satu pihak melakukan perbuatan yang dapat merugikan pihak
yang berlaku, maka perbuatan salah satu pihak tersebut dikategorikan sebagai
tindak pidana perbankan dan atau tindak pidana di bidang perbankan. Perbuatan
Perbuatan melawan hukum itu tidak hanya terdiri atas suatu perbuatan, tetapi juga
dapat dalam hal tidak berbuat sesuatu.4 Dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata ditentukan pula bahwa setiap orang tidak hanya bertanggung jawab atas
2
kerugian yang disebabkan oleh perbuatan-perbuatan orang yang ditanggungnya,
pelik, mau tidak mau akan dialami oleh setiap manusia. Keterbatasan solusi yang
manusia untuk menempuh solusi yang buruk. Tidak hanya buruk, tetapi juga bisa
merugikan pihak lain. Solusi yang buruk dan merugikan pihak lain, bisa
dipersamakan dengan kejahatan atau tindak pidana. Tindak pidana yang terjadi,
sekarang ini telah menjamah berbagai macam seluk kehidupan, tidak terkecuali
Celakanya, banyaknya usaha dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh bank,
akan semakin membuka kesempatan bagi pihak yang tidak bertanggung jawab
untuk dapat memetik keuntungan pribadi. Pegawai bank, anggota direksi bank,
nasabah bank, pejabat negara yang berwenang dalam mengawasi bank (pejabat
Bank Indonesia) adalah salah satu diantaranya. Menurut ketentuan yang terdapat
5
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, PT Refika Aditama,
Bandung, 2010, hlm.173.
6
Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, UU No.10 Tahun 1998.
3
2. Tindak pidana yang menyangkut larangan maupun kewajiban untuk
Pasal 49);
1. Kejahatan di bidang lalu lintas dan peredaran uang, yang terdiri dari :
Sebagai pengguna produk dan jasa dari sebuah bank, seorang nasabah
hendaknya memilik itikad baik dalam menjalin hubungan dengan bank. Nasabah
harus mengetahui hak dan kewajiban yang akan dijalaninya sebagai konsekuensi
terciptanya perjanjian yang dilakukan dengan bank. Di lain pihak, untuk menjaga
7
Chainur Arrasjid, Hukum Pidana Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hlm. 56.
4
kepercayaan masyarakat yang telah berpartisipasi dengan memakai produk jasa
yang ditawarkan oleh bank, sebuah bank mempunyai sejumlah kewajiban yang
harus dilaksanakan terhadap nasabah yang menggunakan produk dan atau jasa
bank tersebut. Hal ini didasarkan pada salah satu etika yang harus dimiliki oleh
bank, yaitu kepercayaan8. Salah satu kewajiban bank yang diatur dalam Undang-
Tidak hanya cukup sampai disitu saja perlindungan yang diberikan kepada
nasabah bank. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang merupakan induk bagi
semua bank yang ada di Indonesia, mempunyai tugas untuk mengatur dan
mengawasi setiap tindakan atas produk dan jasa yang dilakukan oleh bank, seperti
yang diatur dalam Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia9 :
8
O.P. Simorangkir, Etik dan Moral Perbankan, Ind Hill, Jakarta, 1983, hlm. 63.
9
Indonesia, Undang-Undang tentang Bank Indonesia, UU No.23 Tahun 1999, pasal 7 dan
8.
5
Dengan demikian, dengan tidak mengenyampingkan kewajiban yang harus
yang menggunakan produk dan atau jasa yang ditawarkan oleh bank, seharusnya
membuat nasabah bank tidak perlu khawatir terhadap keamanan atas asset
nasabah yang diperuntukkan bagi produk dan atau jasa sebuah bank.
merasakan kekhawatiran yang luar biasa, karena kasus pembobolan bank kerap
kali terjadi dan diketahuinya baru belakangan setelah pembobol puas menikmati
hasilnya, bahkan ada beberapa kasus dimana korban dalam hal ini nasabah yang
dibobol dan mengalami kerugian hilangnya sejumlah uang miliknya justru tidak
dalam (insider fraud) ini ada yang memang murni inisiatif dan kerjasama antar
orang dalam, ada juga kolaborasi antara orang dalam bank dengan orang luar bank
(eksteren), atau bahkan benar-benar pembobolan yang dilakukan oleh orang luar
bank dengan merusak sistem pada sebuah bank dengan melakukan hacker
6
memperlihatkan bahwa masih lemahnya sistem penerapan manajemen risiko yang
dilaksanakan oleh bank. Bank Indonesia sebagai bank sentral dan berhak untuk
bagi Bank Umum. Ketentuan tersebut menekankan pada risiko yang dihadapi
Ø Identifikasi Risiko
Ø Pengukuran Risiko
Ø Pemantauan Risiko
Ø Pengendalian Risiko
membangun sistem dan struktur manajemen yang memadai untuk mencapai hal
tersebut.11
Salah satu kasusnya yaitu kasus Bank Mega dan PT Elnusa yang terjadi
10
Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum, PBI No.5/8/PBI/2003.
11
Sulad Sri Hartanto, Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2006, hlm.6.
7
PT. Bank Mega KCP Jababeka pada tahun 2009, dengan fokus penelitian pada
risiko di Bank Mega tersebut. Di samping itu, adanya pihak-pihak lain yang ikut
serta saat transaksi deposito, antara nasabah dengan pihak Bank Mega tersebut
standar prosedur (standard of procedures) deposito berjangka ini sangat jelas dan
bisa dimengerti oleh semua pihak, baik pihak bank sendiri maupun oleh pihak
nasabah.
Pihak Bank Mega resmi melaporkan kasus pembobolan dana deposito yang
melibatkan Kepala Cabang bank tersebut pada tanggal 21 April 2011 kepada
bagi korban. Kerugian tersebut harus diganti oleh orang-orang yang dibebankan
oleh hukum untuk mengganti kerugian tersebut12. Sedangkan pihak Bank Mega
12
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2005, hlm. 133.
8
banknya. Mereka menilai, dana itu raib bukan karena kesalahan Bank Mega,
meminta pertanggung jawaban dari pihak bank atas dasar adanya kelemahan
khawatir akan keamanan dana yang mereka simpan di bank, maka dari itu
INDUSTRI PERBANKAN”.
mengajukan beberapa permasalahan yang akan penulis bahas dalam tulisan ini
yakni:
ketentuan undang-undang?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan yang menjadi
perbankan.
merasa aman.
penelitian ini, maka berikut akan ditetapkan definisi terhadap hal-hal tersebut
yang diambil dari peraturan perudang-undangan dan pendapat para ahli berikut :
1. Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
10
2. Deposito Berjangka
3. Nasabah
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk
Nasabah berupa seorang individu, atau bisa juga berupa suatu badan /
organisasi.
5. Pihak Terafiliasi
Pihak terafiliasi yaitu para pihak yang terlibat langsung atau tidak
11
1.5. Manfaat Penelitian
diteliti. Untuk itu suatu penelitian setidaknya mampu memberikan manfaat praktis
pada kehidupan masyarakat.13 Kegunaan penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi
yang saling berkaitan yakni dari segi teoritis dan segi praktis. Dengan adanya
1. Untuk Akademisi
bagi peneliti.
2. Untuk Praktisi
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta,1986, hlm.43.
12
bagi penulis, khususnya bidang hukum perbankan.
3. Untuk Masyarakat
kerugian.
a. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan untuk menyusun skripsi ini adalah
Perbankan.
b. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sifat penelitian
13
yang seteliti mungkin yang dapat membantu dalam memperkuat teori-teori
hukum.14
c. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan penulisan adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
pustaka atau literatur yang terdiri dari bahan hukum primer (UU No.10
atau literatur-literatur juga media massa yang ada seperti koran, majalah,
d. Analisis Data
undangan.
BAB I PENDAHULUAN
14
Ibid, hlm.10.
14
Bab ini berisi uraian latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan
BIDANG PERBANKAN
Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian bank sebagai lembaga keuangan,
asas-asas, fungsi dan tujuan bank, kegiatan perbankan, etika dalam perbankan,
MANAJEMEN RISIKONYA
Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum dan penerapan manajemen
PERBANKAN
BAB V PENUTUP
15
BAB II
Mendengar kata bank mungkin sudah bukan merupakan barang yang asing.
penagihan15.
15
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993,
hlm.13.
16
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008,
hlm.24.
16
keauangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
banyak.18
Nasabah bank adalah pihak yang menggunakan jasa bank, terdiri dari
nasabah penyimpan dan nasabah debitur19. Nasabah menurut pasal 1 angka 17 dan
17
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, op.cit.
18
Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, op.cit., pasal 1 angka 2.
19
Muhamad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005, hlm.181.
20
Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, op.cit., pasal 1 angka 17 dan 18.
17
dipersamakan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
Pertama, nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu
bank, misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya. Kedua, nasabah
yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan, misalnya kredit usaha kecil, kredit
dengan pihak lain melalui bank (walk in customer). Misalnya transaksi antara
terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri
dari perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari bank,
21
Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
melaksanakan kegiatan Structured Product bagi Bank Umum, PBI No.11/26/PBI/2009
18
lebih dari Rp 20.000.000.000 (dua puluh miliar rupiah) atau ekuivalennya
dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36
negara lain; bank sentral atau bank negara lain; bank atau lembaga
pembangunan multilateral.
karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari
(lima miliar rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing dan telah
19
dengan beberapa asas. Sebelum membahas tentang asas-asas dalam perbankan,
maka perlu diuraikan kembali mengenai definisi asas di dalam hukum kembali.
Jurisprudence” 1969, menyatakan bahwa asas adalah suatu alam pikiran yang
oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum yang merupakan sifat-sifat umum
Jadi asas adalah suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatar
belakangi pembentukan norma hukum, yang konkret dan bersifat umum atau
abstrak.
22
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm.36.
23
Ibid.,hlm.37.
20
2. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle), adalah suatu asas yang
antara bank dengan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari
waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai
hubungan kontraktual biasa antara debitur dan kreditur yang diliputi oleh
24
Rahmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka,
Jakarta, 2001,hlm.16.
21
pengetahuan bank tentang simpanannya. Dengan demikian, bank harus
dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar selalu dalam keadaan likuid
mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit
Fungsi dan tujuan bank adalah sebagai agen of development (terutama bagi
22
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-
hidup rakyat banyak. Fungsi agen of development ini dilakukan oleh bank-bank
Indonesia.
menghimpun dan penyaluran dana. Dalam hal ini bank bertindak sebagai
perantara atau penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika
dengan jenis bank itu sendiri. Dimana jenis bank akan menentukan kegiatan usaha
dikenal dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sesuai
dengan jenis bank tersebut maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank
Umum akan berbeda dengan usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.
Sebelum penulis menerangkan apa saja usaha yang dapat diberikan oleh
Bank Umum, terlebih dahulu akan diurakan mengenai usaha pokok bank.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bank sebagai lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
23
peredaran uang. Usaha bank dalam memberikan kredit merupakan salah satu
kegiatan dalam penanaman yang diberikan dalam bentuk pinjaman atau kredit,
Kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh suatu bank umum didasarkan pada
tersebut adalah26 :
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan,
dimana simpanan tersebut sering disebut dengan nama rekening atau account.
25
Kasmir, op.cit, hlm. 130.
26
Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm.4.
24
Bentuk umum yang sering dilakukan oleh setiap bank terkait dengan kegiatan
usaha. Biasanya kredit ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1
tahun.
perdagangannya.
investasi, modal kerja atau perdagangan. Dalam artian, kredit ini diberikan
maupun pangan.
25
Dalam UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 pada Pasal 6 ditentukan bahwa usaha
2. Memberikan kredit.
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dari, atau meminjam dana dari bank
suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam
27
Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, op.cit., pasal 6.
26
hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
12. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit (credit
Indonesia.
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa bank merupakan lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit jasa-jasa dalam lalu lintas
masyarakat.
utama bagi lancarnya operasional bank. Selain itu hal ini juga merupakan etika
perbankan dalam hubungannya dengan pihak lain.28 Dalam ini hal bankir yang
mempunyai peran dalam hal memiliki akhlak, moral dan keahlian dibidang
perbankan/ keuangan. Karena para bankir ini mempunyai misi untuk memberikan
28
Subagio Tjahjono dkk, Business Crimes and Ethics, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2013,
hlm.45.
27
nasihat yang objektif bagi nasabahnya dan harus mampu mendidik nasabahnya
Seorang bankir harus dapat bersikap objektif, tidak memihak, jujur terhadap
nasabah dan dapat memilih produk atau jasa yang paling tepat bagi nasabahnya,
artinya tidak memaksakan nasabah untuk membeli apa saja yang ditawarkan oleh
bankir tanpa mempertimbangkan kondisi dan status nasabah. Bankir juga harus
berjalan lancar dan menindak jika terjadi permainan yang curang dalam
perbankan.
3. Memberi informasi yang akurat dan obyektif jika diminta oleh nasabah.
baik.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa disini pimpinan bank harus
atau pribadi.
28
Bisnis perbankan adalah bisnis yang terikat dalam suatu sistem moneter
perekonomian negara tersebut. Dengan demikian, bila salah satu bisnis perbankan
tidak patuh terhadap standar etika perbankan, maka seluruh lembaga perbankan
atau lembaga keuangan lainnya juga terkena dampaknya. Dalam masyarakat kita
yang majemuk, kewajiban etika bisnis yang diterima adalah kewajiban yang
kecuali jika ada surat resmi dari Menteri Keuangan secara tertulis untuk
29
Ibid., hlm.47.
29
nasabahnya.
7. Bank juga harus memberikan nasihat yang obyektif, tidak memihak dan
tidak mengikat bagi para nasabahnya, sebab nasabah yang datang ke bank
ada kalanya penuh suasana serba tidak pasti, jenis jasa apa yang sebaiknya
akan dipilihnya. Oleh karena itu bank harus dapat menampilkan beberapa
Salah satu hal yang harus dihindari antara bankir dan nasabah adalah
seseorang nasabah dikarenakan adanya upeti atau sejenisnya. Karena hal ini akan
merugikan nasabah lain yang berperilaku wajar dalam hubungan kerjanya dengan
bank.
keahlian dan tanggungjawab sosial yang tinggi serta wawasan yang luas agar
menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis perbankan yang sehat. Namun
30
Setiap bankir di Indonesia wajib mengelola bank secara sehat dan
menghormati norma-norma perbankan yang berlaku dan menaati semua tata nilai
perbankan yang diakui, diterima dan ditaati tersebut tertuang dalam Kode Etik
maupun keluarga.
31
mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya.
peraturan yang harus mereka patuhi, begitu juga para banker yang
arsip atau dokumen mencatat semua transaksi dengan benar serta menjaga
kerahasiaannya.
4. Prinsip Kesehatan Bersaing. Persaingan ini dapat bersifat intern yaitu antar
bagian dalam bank itu sendiri dan bersifat ekstern yaitu persaingan antar
sesama bank. Dalam hal lebih kepada untuk memberikan pelayanan serta
promosi atas jasa-jasa apa saja yang diberikan oleh bank tersebut, tapi
setiap bank harus tetap menjaga agar tercipta iklim persaingan yang sehat.
diberikan oleh para pihak terkait dalam hal ini pemerintah, nasabah,
32
bersama.
terbatas.
diri dari hal-hal semacam kolusi, pemberian hadiah, upeti dan fasilitas dari
menyebabkan pihak bank harus tetap menerapkan manajemen risiko yang baik
dan prinsip kehati-hatian. Salah satu tindak pidana yang dapat memanfaatkan
bank sebagai tempat penyimpanan sekaligus lalu lintas transaksi keuangan adalah
berkaitan dengan kegiatan perbankan dan tindak pidana korupsi, yaitu UU No. 10
Tindak Pidana Korupsi, dan UU No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
33
pencucian uang. Penulis hanya akan memberikan gambaran umum mengenai
bidang perbankan. Akan tetapi terdapat kegiatan perbankan yang memiliki motif
berlaku. Kegiatan semacam ini disebut tindak pidana perbankan. Tindak pidana
saja, akan tetapi juga infrastruktur yang sampai sekarang terus berkembang.
diartikan sebagai tindak pidana “di bidang perbankan” yang dalam pengertian ini
mencakup segala perbuatan yang melanggar hukum yang ada kaitannya dengan
bisnis perbankan. Dalam pengertian ini pula tercakup bank sebagai pelaku dan
termasuk ke dalam kejahatan dan di satu pihak bisa dikategorikan sebagai suatu
pelanggaran. Akan tetapi ada juga yang membedakan pengertian tindak pidana
30
Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010,
hlm.25
34
perbankan dengan tindak pidana di bidang perbankan. Tindak pidana di bidang
dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank, baik bank sebagai sasaran
perbankan, begitu pula pengalihan rekening secara tidak sah adalah kejahatan di
mendirikan bank gelap dan pembocoran rahasia bank. Perbedaan isitlah ini
perbankan akan ditindak melalui ketentuan pidana yang diatur dalam undang-
korban maupun sebagai pelaku. Bank sebagai korban misalnya dalam hal
kartu kredit yang tidak wajar, menjalankan usaha bank dalam bank, menjalankan
usaha bank tanpa ijin serta menjalankan usaha yang menyerupai bank.
Dalam hal bank sebagai korban, pada umumnya bisa dilihat pada KUHP
35
pasal-pasal 263, 264 dan 378, sedangkan dalam hal bank sebagai pelaku, maka
bisa dilihat pada undang-undang perbankan. Modus operandi dalam hal bank
sebagai korban tidak begitu banyak, biasanya hanya dalam bentuk pemalsuan
criminal banking dan selalu dilakukan secara organized. Dalam hal ini kegiatan
profit. Anatomi criminal banking biasanya yang paling popular adalah money
Setiap tindakan tidak sah yang ditandai dengan tindakan tidak jujur untuk
fraud. Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja dan biasanya dilakukan sehubungan
(white collar crime dan blue collar crime) dan organizational fraud. White collar
crime biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam
organisasi atau perusahaan, sementara blue collar crime biasanya dilakukan oleh
31
Subagio Tjahjono dkk, op.cit. hlm 63.
36
Berdasarkan penjelasan di atas, korban dan pelaku dalam tindak pidana
perbankan bisa bank maupun seseorang ataupun badan hukum.32 Persoalan yang
ini diberi perlindungan hukum oleh pemerintah dan sebaliknya. Pertanyaan ini
terus berkembang. Manajemen risiko meliputi segala teknik dan alat manajemen
keuangan. Yang menjadi hal baru dalam area ini adalah tujuan untuk mengadopsi
bentuk manajemen yang lebih aktif. Tujuan ini mengubah sistem pengawasan
pengukuran dilakukan secara lebih akurat, dan desain alat serta organisasi baru
kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin
32
Ibid.
33
Sulad Sri Hardanto, op.cit., hlm.6
37
dicapai. Risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan34.
Dalam hal ini kata kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak atau sisi yang
(unexpected risk) sementara istilah risiko itu sendiri mengacu pada risiko yang
kerugian yang akan dihadapi ketika sebuah bank harus berhadapan dengan
nasabah akibat terjadinya pelanggaran hukum yang dilakukan baik oleh salah satu
atau kedua belah pihak. Risiko hukum sering kurang diperhatikan, padahal jika
19 Mei 2003. Regulasi ini telah menekankan perlunya bank memperhatikan dan
bawah supervisi Bank Indonesia, setiap bank harus menerapkan manajemen risiko
34
Ibid., hlm.7
35
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 8 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, 2008, hlm.4.
38
yang terintegrasi (Integrated Risk Management) dalam mengendalikan risiko-
risiko tersebut. Bank perlu membangun sistem dan struktur manajemen kontrol
yan efektif dalam mengendalikan berbagai risiko tersebut. Hal itu mencakup:
ditimbulkannya.
4. Sistem kontrol yang tepat, efisien, dan efektif yang perlu diterapkan oleh
risiko.
39
BAB III
RISIKONYA
Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang
didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun
1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor
Pusat ke Jakarta.36
Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil
alih oleh PARA GROUP (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan
Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997
melakukan perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru kuning
lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Dan pada tahun
2000 dilakukan perubahan nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.
36
http://www. bank-mega.com/tentang kami.php, Diakses pada tanggal 10 Desember 2014
pukul 10.00 WIB
40
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT.
Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dan listed di BEJ maupun BES.
Dengan demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik dan
Pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang
tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah
PT. Bank Mega Tbk. dengan semboyan "Mega Tujuan Anda" tumbuh
dengan pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang
yang disandangnya, PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme,
keterbukaan dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk
tantangan. Namun dengan berbekal keyakinan dan semangat untuk terus menjadi
yang terbaik, sehingga mampu memberikan yang terbaik pula bagi bangsa,
Transformasi logo baru Bank Mega dalam wujud yang baru menjadi cerminan
refleksi yang mendalam atas harapan Bank Mega untuk berkiprah membangun
41
Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keunggulan dan pantang menyerah
lebih baik.
Penegasan simbol "M" yang selama ini sudah banyak dikenal, menjadi
serta keinginan untuk membangun masa depan keluarga dan bangsa yang lebih
Mega, pemikiran yang baru dan solusi finansial menyeluruh bagi nasabah serta
insan Bank Mega. Guna lebih mempertegas kami menyematkan warna kuning
selalu melihat dan melakukan sesuatu secara positif dan dengan demikian selalu
42
Dalam Pelaksanaannya, sistem pengendalian internal melibatkan koordinasi
dengan berbagai pihak terutama dengan Komite Audit dan Auditor Eksternal.
Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum tanggal 9 Desember 2011, maka
1. Pencegahan
Februari 2013.
43
Kerja Know Your Customer (KYC) dan Unit Kerja Compliance dan Good
2. Deteksi
terkait agar dapat mencegah terjadinya fraud sedini mungkin. Adapun deteksi
kasus fraud yang dapat diakses melalui intra web yang tersedia diseluruh
44
b. Selain melalui aplikasi WBS, whistleblower diberikan akses yang seluas-
fraud dapat dicegah dan ditangani lebih cepat dan risiko dapat dihindari
sedini mungkin.
ini dilakukan untuk menjaga agar para pelaku fraud tidak masuk kedalam
secara rutin.
diketahui secara cepat apabila terdapat pelaku fraud di Bank lain yang
dilakukan secara gabungan oleh beberapa Unit Kerja dan dilakukan secara
Pada tahun 2013 tidak terdapat kasus yang signifikan yang dapat
45
berpengaruh terhadap operasional Bank, namun demikian kewaspadaan dan
dapat bekerja secara independen tidak terpengaruh oleh bisnis. Selain alasan
Kasus yang terjadi selama tahun 2013 disebabkan antara lain karena :
dan 6 Bulan). Hasil pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu komponen
untuk menentukan faktor risk profile dan GCG dalam penilaian tingkat kesehatan
Bank.
Untuk kasus fraud yang telah memenuhi unsur pidana dan merugikan Bank,
46
maka akan dilakukan tindak lanjut sampai proses hukum (kepolisian).
pada aktivitas Bank menjadi 8 (delapan) jenis risiko sesuai dengan Ketentuan
Bank Indonesia. Masing-masing risiko dinilai dari dua aspek yakni risiko Inheren
setiap kelemahan pada proses serta pengembangan sumber daya manusia sebagai
kunci implementasi. Hal ini penting dilakukan mengingat faktor risiko yang
sebagai berikut :
1. Identifikasi
47
ditingkatkan baik di tingkat pelaksana maupun dilevel pimpinan. Salah
penting pada sektor ini. Bank telah dan akan terus melakukan program
pelatihan dan pembekalan bagi seluruh pejabat serta petugas yang terkait
dengan aktivitas kredit. Selain itu Bank juga telah membentuk Unit Kerja
48
kebijakan Bank.
portfolio, rincian produk dan jenis transaksi seperti transaksi yang terkait
yang berada pada asset, kewajiban dan rekening administratif serta risiko
berkala dan fokus utama adalah risiko operasional. Pada tahun 2013, Bank
telah memperluas cakupan assessment hingga aspek kredit SME oleh Unit
Kerja SME Credit Risk, aspek kredit komersial dan consumer oleh Credit
2. Pengukuran
49
a. Pengukuran risiko dilakukan melalui penilaian profil risiko bank-wide
setiap bulan.
ukur seperti proyeksi cashflow, profil maturitas, rasio likuiditas dan stress
test .
50
f. Untuk melengkapi proses pengukuran risiko, Bank menerapkan Key Risk
secara web based. Melalui KRI ini Bank dapat melakukan mitigasi risiko
secara tepat.
Indicator Approach.
3. Monitoring
berbagai area fungsional dimana kebijakan yang diajukan oleh unit bisnis
diimplementasi.
b. Bank secara rutin melakukan Credit Quality Monitoring atas kredit yang
c. Pemantauan risiko telah dilakukan secara melekat oleh setiap unit kerja
51
yang dilakukan oleh masing-masing supervisor dan pejabat diatasnya.
Selain itu Unit Kerja Internal Audit (IADT) dan Internal Control memiliki
Treasury dan RIMG. Bank juga memantau dan membuat laporan harian
tools seperti penetapan limit transaksi untuk setiap Cabang dan jajarannya,
aktifitas operasional.
4. Pengendalian
52
Sementara, secara rutin proses pengendalian risiko kredit di Cabang
dilakukan oleh unit kerja Credit Control melalui tim kerja Credit Process
antara lain kepatuhan dalam proses kredit, kondisi pasar ekonomi serta
financial monitoring.
restrukturisasi.
53
rencana pendanaan darurat.
5. Pelaporan
yang dikirimkan telah sesuai dengan ketentuan dan format yang ditetapkan
oleh regulator (Bank Indonesia). Melalui sistem pelaporan ini Bank Mega
kepada regulator.
jajaran manajemen dan unit kerja terkait dalam rangka mendukung kinerja
unit kerja terkait melalui penyediaan data yang informatif dan dual-control
54
c. Laporan-laporan yang dibuat antara lain sebagai berikut : Daily Liquidity
Konsentrasi DPK, Daily Cash Flow, Mega Risk Control Assessment, Loss
55
BAB IV
KEJAHATAN PERBANKAN
No.111K/Pdt/2013)
perbuatan melawan hukum dan selaku badan hukum juga turut bertanggung jawab
yang dilakukan oleh karyawannya bernama Itman Harry Basuki selaku Kepala
Cabang Bank Mega cabang Jababeka yang diadili dalam peradilan yang terpisah
56
Bahwa Bank Mega (Tergugat) menawarkan produk deposito berjangka
jumlah total sebesar Rp 161 Milyar, Penggugat hanya pernah melakukan 1 kali
pencairan dana deposito yaitu sebesar Rp 50 Milyar sehingga sisa dana deposito
deposito berjangka tersebut sejumlah Rp 111 Milyar. Lalu dari pihak PT Elnusa
bahwa penempatan depositonya sudah tidak ada karena telah dicairkan. Selain itu
57
pada saat PT Elnusa menunjukkan 4 advis deposito berjangka kepada petugas
teller KCP Jababekadiberikan informasi bahwa advis deposito tersebut tidak sama
berjangka.
tersebut adalah advis non identik. Tanda tangan yang terdapat pada dokumen-
Dari uraian fakta hukum diatas dapat disimpulkan bahwa pencairan dana
sebesar Rp 111 Milyar yang ditempatkan oleh PT Elnusa pada Bank Mega dalam
kantor PT Elnusa.
58
tidak menjamin keamanan dana deposito berjangka milik PT
Elnusa, maka Bank Mega bertanggung jawab untuk menjamin pengembalian dana
dilakukan oleh pegawai Bank Mega, maka hal tersebut menjadi resiko operasional
Bank Mega sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat 9 PBI 11/25/PBI/2009. Dengan
Elnusa dan dilakukan dalam lingkup operasional bank merupakan tanggung jawab
59
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya
kepada bank.”
seharusnya telah dapat mendeteksi secara dini atas adanya pencairan dana
Elnusa.
60
Berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan “Tiap perbuatan
non identik.
61
mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh
Karena Branch Manager KCP Jababeka adalah pekerja yang bekerja pada
Bank Mega yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan, maka Bank Mega
kekurang hati-hatiannya.”
ditempatkan pada KCP Jababeka Bank Mega yang bertentangan dengan peraturan
karena itu Bank Mega diharuskan untuk membayar ganti kerugian nasabah
sebesar pokok atas penempatan dana deposito sebesar Rp 111 Milyar berikut
bunganya 6% pertahun.
62
4.1.3 Landasan Hukum Penggantian Kerugian Nasabah Akibat Tindak
Kejahatan Perbankan
landasan hukum yang dapat dipergunakan oleh nasabah apabila ia dirugikan oleh
bank. Karena pada dasarnya apabila seorang nasabah memasuki suatu sistem
pelayanan perbankan maka ia akan dihadapkan pada pilihan yang disediakan oleh
bank itu sendiri. Atau dengan kata lain apabila nasabah adalah seorang nasabah
penabung maka itu berarti ia akan mendapatkan bunga atas tabungannya, dan
mengeluarkan dana yang cukup besar untuk melakukan penuntutan dengan waktu
yang juga tidak pendek untuk terlaksananya proses penuntutan. Hanya saja dalam
dengan dasar perbuatan melawan hukum tentulah ia akan kehilangan dana dan
waktu yang cukup panjang, sehingga terkadang nasabah hanya berserah kepada
63
putusan hakim dan ketentuan-ketentuan yang diambil oleh pihak Bank Indonesia.
Meskipun pada perkara yang telah dibahas disini perkaranya dimenangkan oleh
nasabah yaitu PT Elnusa, dana PT Elnusa yang disimpan pada bank Mega akan
dikembalikan tetapi kembalinya dana tersebut dalam tempo yang lama tidak serta
tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan, tidak ada agunan apapun yang
diberikan bank kepada nasabah, kecuali hanya modal kepercayaan pada bank.
posisi bank. Paling tidak ada dua hubungan hukum antara bank dengan nasabah
yang dinilai tidak adil. Pertama ketika bank bertindak sebagai kreditur, nasabah
nasabah sama sekali tidak menguasai dokumen aset bank guna menjamin hutang
bank kepada nasabah dalam bentuk giro, deposito, tabungan atau bentuk lainnya.
perlindungan kepada nasabah secara samar. Itu tercermin dalam wewenang Bank
64
perlindungan terhadap nasabah tidak dapat dipisahkan dari upaya menjaga
diatur secara tegas/eksplisit. Itu berarti adanya kegagalan bank (bank failure)
oleh Itman Harry Basuki selaku Branch Manager Bank Mega KCP Jababeka
tersebut biasa disebut dengan kolusi. Perbuatan pidana ini dilakukan oleh Dewan
Komisaris, Direksi, atau Pegawai bank yang secara sengaja melakukan perbuatan
atau keluarganya. Ketentuan tindak pidana perbankan semacam ini dijumpai pada
Pasal 49 ayat (1) dan (2) UU No.10/1998 tentang Perbankan. Pasal tersebut
merupakan bentuk perlindungan terhadap nasabah bank dari itikad buruk yang
nasabah di Bank Mega KCP Jababeka, maka tindakan yang dilakukan oleh Itman
tangan pada advis pencairan deposito telah memenuhi unsur pada pasal 49 ayat 1
huruf a yaitu dengan membuat advis deposito non identik kemudian melakukan
dijerat pidana atas perbuatan yang dilakukannya, tetapi yang diinginkan nasabah
65
tetaplah hak yang dimilikinya yaitu dana yang telah disimpan pada bank, satu-
satunya cara yaitu menggugat ganti rugi secara perdata kepada bank selaku badan
hukum yang bertanggung jawab terhadap akibat dari tindak pidana perbankan
yang dilakukan oleh pegawainya. Ganti rugi berupa pengembalian uang sesuai
ini tidak berlaku apabila bank dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut
ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan-gugatan ganti rugi, merupakan beban
bagi korban. Kerugian tersebut harus diganti oleh orang-orang yang dibebankan
oleh hukum untuk mengganti kerugian tersebut. Seperti halnya perkara yang
Masalah tanggung jawab perdata atas kelalaian atau kesalahan yang terjadi
66
bank, adalah bertindak mewakili badan hukum bank tersebut berdasarkan
perbankan pada bank yang dilakukan oleh pegawainya / orang internal yang
menimbulkan kerugian bagi nasabah, selain tuntutan pidana yang dikenakan pada
pelaku tersebut, nasabah juga bisa melakukan gugatan yang ditujukan kepada
bank untuk meminta ganti kerugian atas dasar perbuatan melawan hukum.
Ketika sengketa perbankan masih dapat diselesaikan secara baik dan tetap
menguntungkan kedua belak pihak, maka jalur hukum atau pengadilan dapat
sengketa secara murah, sederhana dan cepat. Selain itu sebagai upaya peningkatan
dan pemberdayaan nasabah, tentu bank sebagai pelaku usaha harus memberikan
nasabah. Media penyelesaian ini juga harus memenuhi standar waktu dan
perbankan independen.
67
Kejahatan Perbankan
Jika penulis melihat dari sisi hukum perdata mengenai hubungan antara
bank muncul karena adanya hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, hubungan
1. Hubungan kepercayaan;
2. Hubungan kerahasiaan;
Pasal 8 tentang pemberian kredit, Pasal 16 tentang perizinan dan pasal 29 tentang
68
Kemudian pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia
yang pada akhirnya juga bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap bank
tentang Perbankan yang berupa teguran tertulis, dan pelanggaran itu dapat
diberikan sanksi pencabutan izin usaha, dan dengan adanya ketentuan Pasal 49
ayat (2) huruf b UU No.10/1998 tentang Perbankan maka Direksi dari bank yang
melalui sanksi dan mekanisme gugatan ganti kerugian. Ketentuan hukum lainnya
seperti hukum pidana juga memuat ketentuan aturan yang dapat melindungi
saat ini bahkan perlindungan nasabah telah mendapatkan perhatian yang serius
69
bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan yang telah terjadi dalam
pengelolaan atau pengurusan bank sehingga terjadi suatu kerugian teralami oleh
para nasabah.
seringkali terjadi seperti nasabah datang langsung ke bank, menelpon pada call
Nasabah.
karenanya, menyangkut dana nasabah tersebut perlu juga dijamin dengan asuransi
70
Pasal 263, 372, dan Pasa1374, juga pasal-pasal lainnya, serta ketentuan pidana
perlindungan nasabah ini, adalah diantaranya berupa kebenaran laporan, dan data-
data yang tidak benar dari suatu bank kepada Bank Indonesia, yang secara
keluhan dan pengaduan nasabah. Untuk itu bank wajib merespon keluhan dan
waktu yang jelas dan berlaku secara umum di setiap bank. Berarti diperlukan
71
pokok permasalahan guna mencapai kesepakatan. Hal tersebut terkait dengan
kewenangan antara Bank Indonesia, OJK dan LPS. Tugas pengaturan dan
pengawasan perbankan ada pada OJK, namun ada beberapa pengaturan yang
harus dikoordinasi antara OJK dan Bank Indonesia. Pemberian dan pencabutan
izin usaha perbankan oleh OJK (Pasal 9 UU OJK). pemeriksaan dan pengawasan
khusus oleh Bank Indonesia, sedangkan penyehatan bank gagal oleh LPS (Pasal
Keuangan (OJK) mempunyai peranan yang besar sekali dalam usaha melindungi
dan menjamin agar nasabah tidak mengalami kerugian akibat tindakan bank yang
salah. Lembaga alternatif sengketa yang ditangani OJK tertuang dalam Peraturan
72
menyelesaikan persengketaan dengan cepat, murah, adil, dan efisien.
Pengawasan yang efektif dan baik, adalah merupakan Iangkah preventif dalam
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
internal bank merupakan tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup
salah satu dari bank atau nasabah adalah perusahaan BUMN. Selain
hukuman yang dikenakan pada pelaku, bank sebagai badan hukum pun turut
dengan pasal 1367 KUHPer. Hal itu bisa terjadi apabila bank terbukti
bersalah karena tidak dapat menjamin keamanan dana nasabah dan tidak
2. Perlindungan Hukum yang dapat diterima nasabah bank dalam hal terjadi
74
perlindungan lainnya dapat berupa perlindungan secara tidak langsung dan
kepatutan bagi direksi dan pengurus bank. Selain itu juga mengenai
manajemen atau organisasi bank yang seharusnya dilakukan oleh bank untuk
5.2 Saran
Nasabah selalu dianggap lemah atau pada posisi yang kurang diuntungkan
sama dengan masyarakat harus memiliki beberapa agenda yang bertujuan untuk
75
Indonesia sebagai bank yang memiliki otoritas penuh dalam pembuatan
masyarakat mengenai adanya hak nasabah untuk mengajukan segala hal yang
yang patut bagi nasabah. Karena dalam UU Perbankan hanya mengatur mengenai
sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana di bidang perbankan saja
namun konteks kerugian yang dialami oleh nasabah bank cenderung terabaikan.
Hal itu masih dirasa kurang karena apa yang dibutuhkan oleh nasabah bank jika
yang diterimanya dan mekanisme penyelesaian yang patut. Selama ini bank baru
akan merespon jika nasabah terlebih dulu melakukan pengaduan akan kerugian
yang dialaminya, atau bahkan bank baru akan bersedia mengganti kerugian jika
sudah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap yang mengharuskan bank
76
77
78
.
79