DISUSUN OLEH
NURYONO
UNIVERSITAS SAMAWA
PENDAHULUAN
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara
yangeksistensinya bergantung pada kepercayaan dari para nasabahnya. Maka dari itu
begitumemperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara, bank tersebut
menjadi"milik" masyarakat.
Eksistensi bank bukan hanya dijaga oleh para pemilik bank dan pengurusnya
saja,melainkan juga dijaga oleh masyarakat nasional dan global. Kepercayaan masyarakatk
epada bank merupakan unsur paling pokok dari eksistensi suatu bank sehingga terpeliharanya
kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.
Eksistensi bank menjadi sangat penting, karena kolapsnya bank akanmengakibatkan domino
effect yang dapat mengganggu fungsi sistem keuangan dan sistem pembayaran pada suatu
negara.
3. Kerahasiaan bank.
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini adalah:
PEMBAHASAN
Penjelasan:
Penjelasan:
Pasal 36 ini dan demikian pula Pasal 37, mengatur persoalan rahasia bank.
Yangdimaksudkan dengan rahasia bank ialah segala sesuatu yang berhubungan
dengankeuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan perlu dirahasiakan. Kerasahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank sendiri
yang memerlukan kepercayaan masyarakat, yang menyimpanuangnya di bank. Orang
hanya akan mempercayakan uangnya pada bank, apabiladari bank ada jaminan, bahwa
pengetahuan bank tentang simpanan yang ada di bawah pengawasannya tidak akan
disalahgunakan. Dengan adanya pasal tersebut diberi ketegasan bahwa bank harus
memegang teguh rahasia bank. Walaupundemikian, untuk kepentingan umum dan negara
dapat diadakan pengecualianterhadap ketentuan tersebut, tanpa mengurangi kepercayaan
masyarakat, bahwa pengetahuan tentang simpanannya di bank akan disalahgunakan.
“Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain
dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan;” juncto
1. Penyederhanaan jenis bank, menjadi jenis Bank Umum dan jenis Bank
PerkreditanRakyat, serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang
dapatdiselenggarakannya;
2. Persyaratan pokok untuk mendirikan suatu bank diatur secara rinci, sehinggaketentuan
pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan perbankan lebih jelas danterarah;
Adapun Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan di atas diubah menjadi Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang RepublikIndonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa bankwajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, 41A, Pasal 42, Pasal 43,Pasal 44, dan Pasal 44A.
Patuh terhadap ketentuan mengenai rahasia bank terkait nasabah penyimpan dan
simpanannya merupakan hal yang sangat penting demi mendapatkan kepercayaan dari
paranasabahnya.
Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat dikompromikan. Sifat mutlakini telah
ditinggalkan oleh bank-bank di Swiss sejak tahun 1991 denganmenghapuskan nama
samaran dari kode rekening nasabah yang terkenal dengan“Formulir B”, yang harus diganti
dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang.Jika para nasabah yang bersangkutan tidak
mendaftar ulang,mereka harus menutuprekeningnya.
Menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi keteranganmengenai
nasabahnya, jika untuk kepentingan yang mendesak, misalnya untukkepentingan negara
atau kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank- bank di banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia.
Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk melindungi nasabah yang
bersangkutan. Timbulnya pemikiran untuk merahasiakan keadaan keuangan nasabah
banksehingga melahirkan ketentuan hukum mengenai kewajiban rahasia bank adalah semula
bertujuan unuk melindungi kepentingan nasabah secara individual.
a. Menyangkut ruang lingkup kerahasiannya, apakah dari sisi aktiva (asset) atau sisi
pasiva(liabilities).
b. Menyangkut jangka waktu bagi bank untuk merahasiakan bila nasabah tersebut tidaklagi
menjadi nasabah.
d. Menyangkut jangka waktu kewajiban merahasiakan itu bagi pengurus dan pegawai bank.
e. Mengenai sikap apa yang seharusnya diambil bila terdapat benturan antara kepentingan
nasabah secara individual dan kepentingan masyarakat luas
g. Mengungkapkan rahasia bank sebagai pengecualian demi hukum atau harus terlebihdahulu
memperoleh izin dari otoritas yang berwenang.
3. Tidak ada korelaasi antara beratringannya ancaman hukuman penjara deangan hukuman
denda.
1. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta dendaminimal
10 milyar rupiah dan maksimal 200 milyar rupiah. Pidana ini diancam terhadap barang siapa
yang tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan BankIndonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 41, pasal 41 A , dan pasal 42, dengansengaja memaksa bank atau
pihak terafiliasi untuk memeberikan keterangansebagaimana dimaksud dalam pasal 40 UU
Perbankan;
2. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta dendaminimal
4 milyar rupiah dan maksimal 8 milyar rupiah. Pidana Tersebut diancamterhadap para
anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, atau pihak terafiliasilainnya yang dengan
sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurutPasal 40 UU Perbankan;
3. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal (tujuh) tahun serta dendaminimal 4
milyar rupiah dan maksimal 15 milyar rupiah pidana ini diancam kepadaanggota dewan
komisari, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidakmemberikan keterangan
yang wajib dipenuhisebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 Adan Pasal 44 A UU Perbankan.
Bahwa selain ketiga sanksi pidana tersebut di atas, untuk tiap sanksi pidana, pihak
pimpinan Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan,
BankIndonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai berikut:
1. Denda uang;
2. .Teguran tertulis;
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank
secara keseluruhan;
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak mencampuri dalam masalah yang bersifat pribadi (
personal privacy).
2. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan nasabahnya wajib dandengan
itikat baik wajib untuk melindungi kepentingan nasabahnya.
Rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan tidak terlepas dari dasar
permahaman dari hakikat rahasia bank itu sendiri. Perlindungan hukum bagi nasabah mengenai
rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan tersebut merupakansuatu
kepatutan, pengecualiannya hanya dapat dilakukan dalam hal-hal yang sangat diperlukan.
Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berkaitan dengan perbankan.
1. Pertama, tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atauizin
dari Pimpinan Bank Indonesia dengan sengaja memaksa bank atau pihak yangterafilisi untuk
memberikan keterangan yang harus dirahasiakan oleh bank. Hal ini ditentukan oleh Pasal 47
ayat (1).
2. Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi, PegawaiBank,
atau pihak terafiliasi lainnya, yang dengan sengaja memberikan keterangan yangwajib
dirahasiakan oleh bank. Tindak pidana tersebut ditentukan oleh Pasal 47 ayat (2).
Ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun1992 tentang Perbankan tersebut berbunyi sebagai berikut:
(1) Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pemimpin Bank
Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42,
dengan sengajamemaksa bank atau pihak terfiliasi untuk memberikan
keterangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekuran-kurangnya 2 (dua)tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta
denda sekurang-kurangnyaRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan
paling banyak Rp200.000.000.000,00(dua ratus miliar).
(2) Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak teafiliasi lainnya
yangdengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut
Pasal 40,diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
lama 4 (empat)tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
Apakah pihak yang memaksa dapat di tuntut telah melakukan tindak pidana berdasarkanPasal
47 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan?
Sekalipun pihak yang memaksa tidak sampai berhasil membuat pihak bank atau pihakterafiliasi
memberikan keterangan yang diminta secara paksa.Apakah pihak yang memaksa dapat dikenai
pidana karena melakukan percobaan tindak pidana berdasarkan Pasal 47 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan?
Menurut Remy Sjehdeini, karena tindak pidana yang ditentukan dalam Pasal 47
ayat(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan itu merupakan
tindak pidana formal, maka pihak yang memaksa tersebut dapat saja di tuntut dan dikenai
pidana sekalipun tidak sampai berhasil membuat pihak terafiliasi memberikanketerangan yang
diminta itu.
Mengenai mereka yang termasuk melakukan tindak pidana pertama di atas tidak
diatur oleh Undang-undang nomor 10 Tahun 1998, artinya Undang-Undang RepublikIndonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan tidak menentukan sebagai hal yang dilarang, tetapi juga tidak
menentukan sebagai hal yang di perbolehkan. Penggunaan keterangan yang diperoleh dalam
rangka pengecualian itu hanya terbatas kepada tujuandiperolehnya keterangan itu.
Mengenai mereka yang termasuk melakukan tindak pidana kedua di atas, dalam
halnasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat penggunaan keterangan tentang
nasabahitu oleh mereka yang memperoleh keterangan itu dari pihak bank yang
membocorkannyasecara bertentangan dengan rahasia bank, maka nasabah tersebut dapat
mengajukan ganti kerugian kepada mereka berdasarkan pebuatan melawan hukum
sebagaimana diatur olehPasal 1365 KUH Perdata.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menarik beberapa poin penting dalam
pembahasan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 16 UU No. 7 Tahun 1992, yang dimaksud denganrahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal laindari
nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.Selanjutnya
ketentuan Pasal 1 angka 16 tersebut diubah menjadi Pasal 1 angka 28 UU No. 10 Tahun
1998, yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bankadalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.
2. Tinjauan teori tentang rahasia bank menunjukkan ada dua pendapat. Pertama, teorimutlak,
yaitu bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank
karena kegiatan usahanya dalam keadaan apa pun. Kedua, teori nisbi, yaitu
bankdiperbolehkan membuka rahasia nasabahnya jika untuk suatu kepentingan
yangmendesak, misalnya kepentingan negara.
3. Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 yang berkaitan dengan perbankan.Pertama, tindak pidana yang
dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atauizin dari Pimpinan Bank
Indonesia dengan sengaja memaksa bank.Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh anggota
Dewan Komisaris, Direksi, PegawaiBank, atau pihak terafiliasi lainnya, yang dengan sengaja
memberikan keterangan yangwajib dirahasiakan oleh bank.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhana, Muhammad, 1993, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Djumhana, Muhammad, 2012, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Di Indonesia, Edisi Revisi Cet. 4, KencanaPrenada
Media Group, Jakarta.
Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,Jakarta.
Sutantio, Retnowulan, 1994, Rahasia Bank: Suatu Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata Dan Pidana,
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta.
Fuady, Munir, 1999, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sutedi, Adrian. (2008). Hukum Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,dan
Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika.
Sumardjono, Maria, 2014, Bahan Kuliah: Metodologi Penelitian Ilmu Hukum, UniversitasGadjah
Mada, Yogyakarta.
Sutriyanto, Eko,http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/29/perkembangan-teknologi-tuntut-
pelayanan-perbankan-selalu-berubah.