Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MAKALAH KERAHASIAAN BANK

DISUSUN OLEH

NURYONO

UNIVERSITAS SAMAWA

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara
yangeksistensinya bergantung pada kepercayaan dari para nasabahnya. Maka dari itu
begitumemperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara, bank tersebut
menjadi"milik" masyarakat.

Eksistensi bank bukan hanya dijaga oleh para pemilik bank dan pengurusnya
saja,melainkan juga dijaga oleh masyarakat nasional dan global. Kepercayaan masyarakatk
epada bank merupakan unsur paling pokok dari eksistensi suatu bank sehingga terpeliharanya
kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.
Eksistensi bank menjadi sangat penting, karena kolapsnya bank akanmengakibatkan domino
effect yang dapat mengganggu fungsi sistem keuangan dan sistem pembayaran pada suatu
negara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap


bank,antara lain adalah:

1. Integritas, pengetahuan, dan kemampuan (manajerial dan teknis) pengurus bank;

2. Kesehatan bank; dan

3. Kerahasiaan bank.

Sebagaimana dikemukakan di atas, kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia


bankmerupakan salah satu kunci menjaga dan meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Penulis akan memaparkan hal-hal yang


berkaitan dengan rahasia bank

B. Rumusan Masalah

Pembahasan permasalahan ini dibatasi dengan beberapa rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Apakah pengertian rahasia bank?

2. Bagaimanakah teori-teori rahasia bank?

3. Bagaimanakah pelanggaran-pelanggaran rahasia bank?


C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini adalah:

1. Mengetahui pengertian rahasia bank.

2. Mengetahui teori-teori rahasia bank.

3. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran rahasia bank


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahasia Bank

Pengertian dan ruang lingkup rahasia bank mengalami perkembangan seiring


sejalandengan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan yang selalu berubah-
ubah.Perkembangan teknologi yang sangat cepat menuntut dunia perbankan dapat
menyesuaikandalam memberikan layanan dan produk yang praktis, dinamis, dan mudah
dijangkau.Berikut pengertian rahasia bank yang berubah-ubah menurut undang-undang sebagai
berikut:

1. Pengertian rahasia bank menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


(Perpu) Nomor 23 Tahun 1960 (23/1960) tentang Rahasia Bank adalah:

“Bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan


keuanganlangganannya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan
oleh bank menurut. kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal yang ditentukan
pada pasal 3 Peraturan ini.”.

Penjelasan:

Dengan langganan bank dimaksudkan orang-orang yang mempercayakan uangnya pada


bank, umpamanya mempunyai rekening pada bank, ataupun mengirim uangdengan
perantaraan bank, menerima cek, bunga dari bank, dan lain sebagainya, pendeknya semua
orang yang menerima, membayar atau menitipkan uangnya pada bank sebagai akibat dari
pelaksanaan tugas sehari-hari dari bank. Ketentuandalam pasal ini dimaksudkan agar
orang-orang yang menyimpan uangnya pada bank tidak usah kuatir bahwa tentang
rekening banknya akan disalah-gunakan.Dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang ini Pemerintah tidak bermaksud menghentikan berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 1 tahun 1955(Lembaran-Negara 1955 Nomor 2, Tambahan Lembaran-Negara
Nomor 746)tentang pengawasan terhadap urusan kredit. Di dalam peraturan itu di
antaranyadisebut bahwa kepada Bank Indonesia atas nama Dewan Moneter diberi
kuasaguna kepentingan solvavilitet dan likwiditet, untuk melakukan pengawasanterhadap
badan-badan kredit sebagaimana disebut pada Pasal 5 dan Pasal 6Peraturan Pemerintah
tersebut.

2. Pengertian rahasia bank menurut Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor14


Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan adalah:

“Bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan


keuangannasabahnya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh
bankmenurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal-hal yang
ditentukandalam Undang- undang ini.”.

Penjelasan:

Pasal 36 ini dan demikian pula Pasal 37, mengatur persoalan rahasia bank.
Yangdimaksudkan dengan rahasia bank ialah segala sesuatu yang berhubungan
dengankeuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan perlu dirahasiakan. Kerasahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank sendiri
yang memerlukan kepercayaan masyarakat, yang menyimpanuangnya di bank. Orang
hanya akan mempercayakan uangnya pada bank, apabiladari bank ada jaminan, bahwa
pengetahuan bank tentang simpanan yang ada di bawah pengawasannya tidak akan
disalahgunakan. Dengan adanya pasal tersebut diberi ketegasan bahwa bank harus
memegang teguh rahasia bank. Walaupundemikian, untuk kepentingan umum dan negara
dapat diadakan pengecualianterhadap ketentuan tersebut, tanpa mengurangi kepercayaan
masyarakat, bahwa pengetahuan tentang simpanannya di bank akan disalahgunakan.

3. Pengertian rahasia bank menurut Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah:

“Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain
dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan;” juncto

Pengertian rahasia bank menurut Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah:

“Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan


mengenainasabah penyimpan dan simpanannya.”.

Selanjutnya dalam rangka penyempurnaan tata perbankan di Indonesia ditempuhlangkah-


langkah antara lain sebagai berikut:

1. Penyederhanaan jenis bank, menjadi jenis Bank Umum dan jenis Bank
PerkreditanRakyat, serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang
dapatdiselenggarakannya;

2. Persyaratan pokok untuk mendirikan suatu bank diatur secara rinci, sehinggaketentuan
pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan perbankan lebih jelas danterarah;

3. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada lembaga


perbankan melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan pemenuhan ketentuan
persyaratan kesehatan bank;

4. Peningkatan profesionalisme para pelaku di bidang perbankan; dan

5. Perluasan kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan di bidang perbankansecara


sehat dan bertanggung jawab, sekaligus mencegah terjadinya praktekpraktekyang
merugikan kepentingan masyarakat luas.

Melalui upaya penyempurnaan tersebut dimaksudkan agar perbankan Indonesiamemiliki


sikap tanggap terhadap perkembangan pembangunan nasional, sehingga peranannya
dalam peningkatan taraf hidup rakyat banyak, pemerataan pembangunandan hasil-
hasilnya, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasionaldapat terwujud
secara lebih nyata, dalam rangka mewujudkan masyarakat adil danmakmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Berkaitan dengan itu, ketentuan Pasal 40 ayat
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menentukan bahwa bank dilarangmemberikan keterangan yang dicatat pada bank tentang
keadaan keuangan dan hal-hallain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank
menurut kelaziman dalamdunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 42,Pasal 43, dan Pasal 44.

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan bahwa makna yang terkandungdalam


pengertian rahasia bank adalah larangan-larangan bagi perbankan untukmemberi
keterangan atau informasi kepada siapa pun juga mengenai keadaan keuangannasabah dan
hal-hal lain yang patut dirahasiakan dari nasabahnya, untuk kepentingannasabah maupun
kepentingan dari bank itu sendiri.

Selanjutnya ketentuan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7Tahun


1992 tentang Perbankan tersebut diubah menjadi Pasal 1 angka 28 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Adapun Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan di atas diubah menjadi Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang RepublikIndonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa bankwajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, 41A, Pasal 42, Pasal 43,Pasal 44, dan Pasal 44A.

Berdasarkan ketentuan di atas menunjukkan bahwa pengertian dan ruang lingkupmengenai


rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor7 Tahun 1992
tentang Perbankan lebih luas dari pada yang diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, karena berlaku bagi setiap nasabah
dengan tidak membedakan antara nasabah penyimpan dan nasabah peminjam, sedangkan
ketentuan rahasia bank yang ditentukan dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan lebih sempit, karenahanya berlaku bagi nasabah penyimpan dan
simpanannya saja.

B. Teori-teori Rahasia Bank

Patuh terhadap ketentuan mengenai rahasia bank terkait nasabah penyimpan dan
simpanannya merupakan hal yang sangat penting demi mendapatkan kepercayaan dari
paranasabahnya.

Berkaitan dengan apa yang telah dikemukakan di atas, sesungguhnya bagaimana


sifatdari ketentuan rahasia bank tersebut?

Muhammad Djumhana dalam bukunya yang berjudul “ Hukum Perbankan Di


Indonesia”,terdapat dua teori mengenai kekuatan berlakunya asas rahasia bank sebagai berikut:

1. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Mutlak (Absolute Theory).


Menurut teori ini bank mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia nasabahyang
diketahui bank karena kegiatan usahanya dalam keadaan apa pun, baik dalamkeadaan biasa
atau pun keadaan luar biasa. Teori ini sangat menonjolkankepentingan individu, sehingga
kepentingan negara dan masyarakat seringterabaikan. Semua keterangan mengenai
nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan
pembatasan. Alasan apapun danoleh siapa pun kerahasiaan mengenai nasabah dan
keuangannnya tidak bolehdibuka /diungkapkan.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasian tersebut, bank yang bersangkutanharus


bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkannya.Keberatan terhadap teori mutlak
adalah terlalu individulis, artinya hanyamementingkan hak individu/perseorangan. Teori
mutlak juga bertentangan dengankepentingan negara atau masyarakat banyak
dikesampingkan oleh kepentinganindividu yang merugikan negara atau masyarakat banyak.
Teori mutlak ini terutama dianut oleh negara swiss sejak tahun 1934. Sifat rahasia bank tidak
dapat diterobosdengan alasan apapun. Hal ini dapat dilihat di undang-undang Pemerintah
Swiss No.47 tentang“Perbankandan Bank Tabungan” November 1934. Hal demikianyang
menjadikan para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap di dunia merasa aman
menyimpan hasil uang kejahatannya di bank-bank Swiss. Salah satu contoh pelaku yang
melakukan teori mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank Swiss adalah mantan
Presiden Ferdinand Marcos dari Filiphina dan gembong narkotika Dennis Levine.

Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di Swiss, mengakibatkan beberapa negara tidakdapat


menjangkau uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan negaradan masyarakat
banyak, yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena itu teorimutlak dianut oleh Negara
Swiss mendapat reaksi keras dari beberapa negara yangkepentingannya dirugikan. Sebagai
contoh adalah kasus gugatan PemerintahAmerika Serikat melaluiStock Exchange
Commission ( SEC ) kepada semua bankdi Swiss sehubungan dengan penampungan dana
hasil insider trading yangdisimpan di beberapa bank di Swiss agar bank-bank yang
bersangkutan membukarahasia keuangan nasabahnya.

Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat dikompromikan. Sifat mutlakini telah
ditinggalkan oleh bank-bank di Swiss sejak tahun 1991 denganmenghapuskan nama
samaran dari kode rekening nasabah yang terkenal dengan“Formulir B”, yang harus diganti
dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang.Jika para nasabah yang bersangkutan tidak
mendaftar ulang,mereka harus menutuprekeningnya.

2. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Nisbi (Relative Theory).

Menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi keteranganmengenai
nasabahnya, jika untuk kepentingan yang mendesak, misalnya untukkepentingan negara
atau kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank- bank di banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia.

Semua keterangan tentang nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank


wajibdirahasiakan, namun bila ada alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-
undangrahasia bank mengenai keuangan nasabah yang bersangkutan boleh
dibuka/diungkapkan kepada pejabat yang berwenang (pejabat perpajakan, pejabat penyidik
tindak pidana ekonomi, dan lain-lain).
Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan perlindungan
bagi pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkauoleh aparat penegak
hukum/low enforcer karena tidak terkena penyidik. Teorirelatif sesuai dengan rasa keadilan
( sense ofjustice), artinya dalam kepentingannegara atau kepentingan masyarakat tidak
dikesampingkan begitu saja. Apabila adaalasan sesuai dengan prosedur hukum maka rahasia
keuangan nasabah bolehdibuka/diungkapkan. Teori relatif melindungi kepentingan semua
pihak baikindividu, masyarakat, maupun negara. Teori relatif dianut oleh negara-negara
padaumumnya, antara lain Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Singapura, danIndonesia.
Rahasia bank berdasarkan teori relatif diatur Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 7
Tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan.

Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk melindungi nasabah yang
bersangkutan. Timbulnya pemikiran untuk merahasiakan keadaan keuangan nasabah
banksehingga melahirkan ketentuan hukum mengenai kewajiban rahasia bank adalah semula
bertujuan unuk melindungi kepentingan nasabah secara individual.

Namun rahasia bank dapat dikesampingkan bila terjadi perkembangan


sehubungandengan keadaan politik dalam negeri, keadaan sosial, terutama menyangkut
timbulnyakejahatan-kejahatan dibidang money laundering.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan rahasia bank, antara lain:

a. Menyangkut ruang lingkup kerahasiannya, apakah dari sisi aktiva (asset) atau sisi
pasiva(liabilities).

b. Menyangkut jangka waktu bagi bank untuk merahasiakan bila nasabah tersebut tidaklagi
menjadi nasabah.

c. Masalah mengenai siapa saja yang dibebani dengan merahasiakan itu.

d. Menyangkut jangka waktu kewajiban merahasiakan itu bagi pengurus dan pegawai bank.

e. Mengenai sikap apa yang seharusnya diambil bila terdapat benturan antara kepentingan
nasabah secara individual dan kepentingan masyarakat luas

f. Bila terjadi keadaan di mana demi melindungi kepentingan bank.

g. Mengungkapkan rahasia bank sebagai pengecualian demi hukum atau harus terlebihdahulu
memperoleh izin dari otoritas yang berwenang.

h. Masalah mengenai siapa otoritas yang berwenang memberikan izin pengecualiantersebut.

i. Masalah adanya persetujuan nasabah yang dapat menghapuskan kewajiban bank


untukmemegang teguh rahasia bank.

C. Pelanggaran-pelanggaran Rahasia Bank

Menurut sistem Undang-Undang Perbankan maka sanksi pidana atas pelanggaran


prinsip kerahasiaan bank ini bervariasi. Ada tiga ciri khas dalam sanksi terhadap pelanggaran
rahasia bank dalam Undang-Undang perbankan ini. Ciri khas dari sanksi pidanaterhadap
pelanggaran prinsip rahasia bank, sebagai berikut:

1. Terdapat ancaman hukuman minimal disamping ancaman hukuman maksimal;

2. Antara ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda bersifat kumulatif,


bukanalternative;

3. Tidak ada korelaasi antara beratringannya ancaman hukuman penjara deangan hukuman
denda.

Adapun ancaman hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana di bidang


perbankan menurut Undang-Undang dapat dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

1. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta dendaminimal
10 milyar rupiah dan maksimal 200 milyar rupiah. Pidana ini diancam terhadap barang siapa
yang tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan BankIndonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 41, pasal 41 A , dan pasal 42, dengansengaja memaksa bank atau
pihak terafiliasi untuk memeberikan keterangansebagaimana dimaksud dalam pasal 40 UU
Perbankan;

2. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta dendaminimal
4 milyar rupiah dan maksimal 8 milyar rupiah. Pidana Tersebut diancamterhadap para
anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, atau pihak terafiliasilainnya yang dengan
sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurutPasal 40 UU Perbankan;

3. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal (tujuh) tahun serta dendaminimal 4
milyar rupiah dan maksimal 15 milyar rupiah pidana ini diancam kepadaanggota dewan
komisari, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidakmemberikan keterangan
yang wajib dipenuhisebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 Adan Pasal 44 A UU Perbankan.

Bahwa selain ketiga sanksi pidana tersebut di atas, untuk tiap sanksi pidana, pihak
pimpinan Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan,
BankIndonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai berikut:

1. Denda uang;

2. .Teguran tertulis;

3. Penurunan tingkat kesehatan bank;

4. Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank
secara keseluruhan;

6. Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat


penggantisementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota
koperasimengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;

7. Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar


orangtercela di bidang perbankan.
Tampak di atas bahwa perlindungan hukum yang diberikan oleh undang-
undangcukup kuat untuk menjaga agar tidak terjadi pembocoran rahasia bank tersebut. Taufik
E. L.Rahim menerangkan bahwa dilihat dari segi hakikat rahasia bank didasarkan kepada
empathal, yaitu:

1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak mencampuri dalam masalah yang bersifat pribadi (
personal privacy).

2. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan nasabahnya wajib dandengan
itikat baik wajib untuk melindungi kepentingan nasabahnya.

3. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat bekerja berdasarkan


kepercayaanmasyarakat dengan demikian pengetahuan bank mengenai keuangan nasabah
tidakdisalahkan dan wajib dijaga oleh bank.

4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan

Rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan tidak terlepas dari dasar
permahaman dari hakikat rahasia bank itu sendiri. Perlindungan hukum bagi nasabah mengenai
rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan tersebut merupakansuatu
kepatutan, pengecualiannya hanya dapat dilakukan dalam hal-hal yang sangat diperlukan.

Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berkaitan dengan perbankan.

1. Pertama, tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atauizin
dari Pimpinan Bank Indonesia dengan sengaja memaksa bank atau pihak yangterafilisi untuk
memberikan keterangan yang harus dirahasiakan oleh bank. Hal ini ditentukan oleh Pasal 47
ayat (1).

2. Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi, PegawaiBank,
atau pihak terafiliasi lainnya, yang dengan sengaja memberikan keterangan yangwajib
dirahasiakan oleh bank. Tindak pidana tersebut ditentukan oleh Pasal 47 ayat (2).

Ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun1992 tentang Perbankan tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pemimpin Bank
Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42,
dengan sengajamemaksa bank atau pihak terfiliasi untuk memberikan
keterangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekuran-kurangnya 2 (dua)tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta
denda sekurang-kurangnyaRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan
paling banyak Rp200.000.000.000,00(dua ratus miliar).

(2) Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak teafiliasi lainnya
yangdengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut
Pasal 40,diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
lama 4 (empat)tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).

Sehubungan dengan ketentuan Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor7
Tahun 1992 tentang Perbankan di atas, yang perlu dipermasalahkan adalah:

Apakah pihak yang memaksa dapat di tuntut telah melakukan tindak pidana berdasarkanPasal
47 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan?

Sekalipun pihak yang memaksa tidak sampai berhasil membuat pihak bank atau pihakterafiliasi
memberikan keterangan yang diminta secara paksa.Apakah pihak yang memaksa dapat dikenai
pidana karena melakukan percobaan tindak pidana berdasarkan Pasal 47 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan?

Menurut Remy Sjehdeini, karena tindak pidana yang ditentukan dalam Pasal 47
ayat(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan itu merupakan
tindak pidana formal, maka pihak yang memaksa tersebut dapat saja di tuntut dan dikenai
pidana sekalipun tidak sampai berhasil membuat pihak terafiliasi memberikanketerangan yang
diminta itu.

Mengenai mereka yang termasuk melakukan tindak pidana pertama di atas tidak
diatur oleh Undang-undang nomor 10 Tahun 1998, artinya Undang-Undang RepublikIndonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan tidak menentukan sebagai hal yang dilarang, tetapi juga tidak
menentukan sebagai hal yang di perbolehkan. Penggunaan keterangan yang diperoleh dalam
rangka pengecualian itu hanya terbatas kepada tujuandiperolehnya keterangan itu.

Mengenai mereka yang termasuk melakukan tindak pidana kedua di atas, dalam
halnasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat penggunaan keterangan tentang
nasabahitu oleh mereka yang memperoleh keterangan itu dari pihak bank yang
membocorkannyasecara bertentangan dengan rahasia bank, maka nasabah tersebut dapat
mengajukan ganti kerugian kepada mereka berdasarkan pebuatan melawan hukum
sebagaimana diatur olehPasal 1365 KUH Perdata.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menarik beberapa poin penting dalam
pembahasan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 16 UU No. 7 Tahun 1992, yang dimaksud denganrahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal laindari
nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.Selanjutnya
ketentuan Pasal 1 angka 16 tersebut diubah menjadi Pasal 1 angka 28 UU No. 10 Tahun
1998, yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bankadalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.

2. Tinjauan teori tentang rahasia bank menunjukkan ada dua pendapat. Pertama, teorimutlak,
yaitu bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank
karena kegiatan usahanya dalam keadaan apa pun. Kedua, teori nisbi, yaitu
bankdiperbolehkan membuka rahasia nasabahnya jika untuk suatu kepentingan
yangmendesak, misalnya kepentingan negara.

3. Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 yang berkaitan dengan perbankan.Pertama, tindak pidana yang
dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atauizin dari Pimpinan Bank
Indonesia dengan sengaja memaksa bank.Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh anggota
Dewan Komisaris, Direksi, PegawaiBank, atau pihak terafiliasi lainnya, yang dengan sengaja
memberikan keterangan yangwajib dirahasiakan oleh bank.
DAFTAR PUSTAKA

Djumhana, Muhammad, 1993, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hukum Perbankan Di Indonesia

Djumhana, Muhammad, 2012, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Di Indonesia, Edisi Revisi Cet. 4, KencanaPrenada
Media Group, Jakarta.

Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,Jakarta.

Sutantio, Retnowulan, 1994, Rahasia Bank: Suatu Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata Dan Pidana,
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta.

Sjahdeni, Sutan Remy, Pencucian Uang: Pengertian, Sejarah, Faktor-faktor .

Fuady, Munir, 1999, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press),Jakarta.

Sutedi, Adrian. (2008). Hukum Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,dan
Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika.

Sumardjono, Maria, 2014, Bahan Kuliah: Metodologi Penelitian Ilmu Hukum, UniversitasGadjah
Mada, Yogyakarta.

Sutriyanto, Eko,http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/29/perkembangan-teknologi-tuntut-
pelayanan-perbankan-selalu-berubah.

Anda mungkin juga menyukai