Anda di halaman 1dari 5

RAHASIA BANK

A. Pengertian Rahasia Bank


Menurut Pasal 1 angka 28 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1992, bahwa rahasia bank adalah :
“segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya”.
Menurut Pasal 1 angka 16 UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa
rahasia bank adalah :
“segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain
dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan”.
Dari pasal di atas dapat dilihat bahwa UU Nomor 10 Tahun 1998 mempertegas dan
mempersempit pengertian rahasia bank dibandingkan dengan yang terdapat pada UU
Nomor 7 Tahun 1992 yang tidak khusus menunjukkan rahasia bank kepada nasabah
deposan saja. Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu kepada rahasia dalam
hubungan antara bank dengan nasabahnya, sedangkan rahasia lain yang bukan
merupakan rahasia antara bank dengan nasabah, walaupun bersifat rahasia, tetapi tidak
tergolong dalam istilah “rahasia bank” menurut UU Perbankan. Rahasia lain tersebut
tidak termasuk mengenai data dalam hubungannya dengan pengawasan bank oleh
Bank Indonesia ataupun Otoritas Jasa Keuangan.
Dari pengertian Pasal 1 angka 28 dan pasal lainnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
unsur-unsur dari rahasia bank, yaitu :
1. Rahasia bank berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan
dan simpanannya.
2. Hal tersebut “wajib” dirahasiakan oleh bank, kecuali termasuk ke dalam
kategori perkecualian berdasarkan prosedur dan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank yaitu pihak bank sendiri dan/atau pihak
terafiliasi. Phak terafiliasi yaitu :
a. Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi atau kuasanya, pejabat atau karyawan
bank ybs.
b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya pejabat atau
karyawan bank, khusus bagi bank berbentuk badan hukum koperasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pihak pemberi jasa kepada bank ybs.,tetapi tidak terbatas pada akuntan publik,
penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya.
d. Pihak yang menurut penilaian BI turut serta mempengaruhi pengelolaan bank,
tetapi tidak terbatas pada pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris
, keluarga pengawas, keluarga direksi dan keluarga pengawas.
Mengenai kekuatan berlakunya asas rahasia bank, ada 2 teori sbb :
1. Teori Mutlak
Dalam hal ini rahasia keuangan dari nasabah bank tidak dapat dibuka siapapun dan
dalam hal apapun. Teori ini hampir tidak ada lagi penganutnya, termasuk negara-
negara yang menganut perlindungan nasabah secara ketat seperti Swiss.
2. Teori Relatif
Menurut teori ini, rahasia bank tetap diikuti tetapi dalam hal-hal khusus yaitu dalam
hal yang termasuk luar biasa, maka prinsip kerahasiaan bank tsb dapat diterobos,
misalnya untuk kepentingan perpajakan atau perkara pidana.
B. Dasar hukum rahasia bank
Dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 jo UU Nomor 10 Tahun 1998, mengenai rahasia
bank diatur dalam Pasal 40 s/d 47A ( Ps 40, 41, 41A, 42, 42A, 43, 44A, 45, 46, 47, 47A).

C. Ruang lingkup rahasia bank


Untuk mengetahui apakah prinsip rahasia bank dilaksanakan atau tidak, maka ada
tahapan yang harus dilihat, yaitu :
1. Apakah informasi yang diberikan oleh bank itu termasuk dalam ruang lingkup
rahasia bank ?
Pasal 40 UU Perbankan menyebut bahwa yang tergolong ke dalam rahasia bank
yaitu adanya keterangan mengenai :
a. Nasabah penyimpan, atau
b. Simpanan dari nasabah tsb.
2. Apakah informasi tersebut disampaikan oleh pihak- pihak yang memang dilarang oleh
perundang- undangan yang berlaku ?
Orang-orang yang dilarang membuka rahasia bank, yaitu :
a. Pihak bank sendiri, dan/atau
b. Pihak terafiliasi, yang terdiri yaitu :
1) Anggota dewan komisaris atau pengawas,
direksi, pejabat atau karyawan bank ybs;
2) Anggota pengurus, badan pemeriksa, direksi, pejabat atau karyawan
bank, khusus bagi bank berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3) Pihak pemberi jasa;
4) dst (lihat di atas).
3. Jika informasi tsb termasuk ke dalam lingkup rahasia bank, maka harus diteliti
apakah pembukaan informasi tsb tidak tergolong ke dalam perkecualian yang
dibenarkan oleh perundang-undangan yang berlaku.
D. Perkecualian terhadap rahasia bank
1. Dalam rangka kepentingan perpajakan (Ps. 41)
Pemberi izin Pimpinan BI atas permintaan Menteri Keuangan.
2. Dalam rangka kepentingan peradilan dalam perkara pidana (Ps.42). Pemberi izin
Pimpinan BI (izin tertulis atas permntaan tertulis dari Polisi, Jaksa atau Hakim).
3. Dalam rangka penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan pada
BUPLN/PUPN Ps 41A). Pemberi izin Pimpinan BI (izin tertulis atas permintaan tertulis
dari Kepala BUPLN/PUPN)
4. Dalam rangka perkara perdata antara bank dengan nasabahnya (Ps 43). Pemberi
izin Direksi Bank (menginformasikan kepada pengadilan).
5. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank (Ps 44).
Pemberi izin Direksi Bank (memberitahukan kepada bank lain).
6. Dalam rangka pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan panitia urusan
piutang (Ps 44A). Pemberi izin bank tsb (atas permintaan, persetujuan atu kuasa tertulis
dari nasabah penyimpan).

E. Sanksi-sanksi hukum terhadap pelanggaran rahasia bank.


Menurut sistem dalam UU Perbankan, maka sanksi pidana atas pelanggaran prinsip
rahasia bank bervariasi dan memiliki ciri khas, yaitu :
1. Terdapat ancaman hukuman minimal di samping ancaman hukuman maksimal.
2. Antara ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda bersifat kumulatif, bukan
alternatif.
3. Tidak ada korelasi antara berat ringannya ancaman hukuman penjara dengan hukuman
denda.
(lihat Ps. 47 dan 47A UU Perbankan)
Ancaman hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana di bidang perbankan
menurut UU Perbankan dibagi 3 kategori, yaitu :

1. Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 4 tahun serta denda minimal 10 milyar
rupiah dan maksimal 200 milyar rupiah. Hal ini diancam terhadap barangsiapa yang
tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan BI seperti yang dimaksud Ps.
41, 41A dan 42, dengan sengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan
keterangan sbgm yang dimaksud dalam Ps 40 UU Perbankan. (lihat Ps 47 ayat (1) UU
Perbankan).
2. Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 4 tahun serta denda minimal 4 milyar
dan maksimal 8 milyar. Hal ini diancam terhadap para anggota dewan komisaris, direksi,
pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan
yang wajib dirahasiakan menurut Ps 40 UU Perbankan (lihat Ps 47 ayat (2) UU
Perbankan).
3. Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 7 tahun serta denda minimal 4 mlyar
dan maksimal 15 milyar rupiah. Hal ini diancam terhadap anggota dewan komisaris,
direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib
dipenuhi sbgm dimaksud dalam Ps 42A dan 44A U Perbankan (lihat Ps 47A UU
Perbankan).
F. Rekening bank dapat diblokir
Rekening seorang nasabah bank ybs. Merupakan rahasia bank yang hrs dijaga baik-
baik oleh bank, tetapi kadangkala pihak yang berwenang, berkepentingan untuk
melakukan sesuatu terhadap rekening ybs., misalnya apabila terdapat dugaan bahwa
orang si pemilik rekening melakukan kejahatan yang oleh hukum diberi kemungkinan
agar seluruh milik nasabah termasuk rekening bank tersebut disita oleh pengadilan.
Ataupun uang dalam rekening itu sendiri diduga sebagai hasil dari kejahatan, misalnya
hasil dari pencucian uang (money Laundring).
Jadi, walaupun rekening bank merupakan rahasia bank, seperti bila merupakan hal-hal
yang oleh undang-undang diberikan kemungkinan untuk dibuka rahasia, diperbolehkan,
asalkan dilakukan menurut prosedur yang ditetapkan oleh undang-undang.
G. Kredit macet
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998, dengan tegas ditentukan bahwa yang termasuk
ke dalam kategori rahasia bank hanyalah informasi mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya. Jadi, informasi mengenai nasabah debitur atau kreditur tidak tergolong ke
dalam kategori rahasia bank (Ps 40 ayat (1) UU Perbankan).
H. Informasi antarbank
Tujuan tukar menukar informasi antarbank dapat dilihat dalam Penjelasan Ps 44 UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, yaitu :
“untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna
mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status bank lain,
dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi, sebelum
melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain”.

Sebelum adanya ketentuan bahwa keadaan keuangan nasabah boleh diberitahukan kepada
bank lain dalam rangka tukar menukar informasi antarbank, BI telah mengeluarkan surat
edaran no.3/859/UPPB/PbB tanggal 4 Desember 1967 perihal informasi antarbank dan
laporan keadaan keuangan bank. Menurut Surat edaran ini, informasi antarbank antara
lain :
Segala macam informasi yang lazim diperlukan antar
bank, sepanjang hal tersebut tidak menyangkut hal-
hal yang telah ditetapkan sebagai rahasia bank.

Anda mungkin juga menyukai