Anda di halaman 1dari 17

Hukum Perbankan dan Transaksi Berjaminan

RAHASIA PERBANKAN

Andi Fachriyanto
Rian Hari Anggoro

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA


ILMU HUKUM
PASCASARJANA
2022
Rahasia Bank

Sub Materi

1. Teori-Teori Rahasia Bank


2. Pengertian dan Ruang Lingkup Rahasia Bank Sebelum Berlakunya UU No. 7 Tahun 1992
Jo. UU No. 10 1998 tentang Perbankan
3. Rahasia Bank Menurut UU No. 7 tahun 1992 Jo. UU No. 10 1998 tentang Perbankan
Pengertian

 Rahasia
Sesuatu yang dipercayakan seseorang untuk tidak diceritakan kepada orang yang
tidak berwenang mengetahuinya

 Rahasia bank
Segala sesuai yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan
dan simpananya (UU No. 7 tahun 1992 jo. UU No. 10 tahum 1998)
Rahasia Bank di Indonesia
 Perpu pengganti Undang-undang no. 23 tahun 1960 tentang rahasia bank
Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan
keuangan dan lain-lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan jasa
bank

 Undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan


Pasal 1 ayat 16 yang menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut
kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan

 Undang-undang no. 10 tahun 1998


Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ketentuan mengenai
nasabah menyimpan dan penyimpan
Tujuan dan Ruang Lingkup Menurut
UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 tahun 1998
 Tujuan
untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat kepada bank adalah terjamin atau tidaknya
rahasia nasabah yang ada di bank

 Ruang lingkup meliputi:


➢ Keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Ini tidak termasuk
keterangan mengenai nasabah debitor dan pinjamannya.
➢ Kewajiban pihak bank dan pihak terafiliasi untuk merahasiakan keterangan tersebut
kecuali hal itu tidak dilarang oleh undang-undang.
➢ Situasi tertentu dalam mana informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanan
boleh saja dibeberkan oleh pihak yang terkena larangan, jika informasi tersebut
tergolong pada informasi yang dikecualikan.
MENGAPA RAHASIA BANK PENTING ?
RAHASIA BANK ADALAH LANDASAN ETIKA BISNIS ANTARA BANK DENGAN
CUSTOMER
Sejarah (1/2)

• Semula tumbuh dalam praktik bahwa rahasia bank adalah masalah nasabah, bukan
masalah bank sebagai lembaga intermediasi
• Pada negara yang menganut sistem liberalisme, perlindungan hak milik harus direalisasi,
sehingga dalam “banking act” diatur
– Restriction on disclosure of information atau
– Observance of secrecy and responsibility
• Di eropa dianut filosofi: kerahasiaan bank adalah hal yang prima dalam landasan etika
bisnis antara bank dengan customer
Sejarah (2/2)
SWISS : Kewajiban menjaga rahasia bank berdasar:
1. Right to personal privacy : terdapat dalam Undang-undang
2. Contractual relationship, antara nasabah dengan bank sebagai agen, bank harus
menjaga rahasia bank sebagai bagian hubungan kontraktual sebagai konsekuensi
berlakunya “principle of good faith inherent in cistomary law”
3. Pasal 47 banking law : … bank secrecy is protected by statute, the violation of which
is a punishable offence”

AUSTRIA : Dalam kontrak bank dengan nasabah diatur mengenai larangan terhadap
pejabat bank untuk membuka informasi nasabah kepada pihak lain dengan batasan, tidak
melanggar UU. dll.

INDONESIA: UU 23 prp 1960, UU 14 tahun 1967, UU 7 tahun 1992 dan UU 10 tahun


1998
mengalami perkembangan signifikan dalam cakupan rahasia bank dan penerobosannya
TEORI RAHASIA BANK
Teori-teori rahasia bank artinya bahwa suatu bank wajib merahasiakan
berbagai informasi nasabahnya itu dengan ketentuan yang bersifat mutlak
Teori Rahasia Bank (1/3)

 Teori rahasia bank bersifat mutlak (Absolutely theory)


Bank berkewajiban untuk menyimpan rahasia nasabah yang diketahui bank karena
kegiatan usahanya dalam keadaan apapun, biasa atau dalam keadaan luar biasa.

 Teori rahasia bank bersifat nisbi /relatif


Bank diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya, apabila untuk kepentingan yang
mendesak, misalnya untuk kepentingan negara.
Teori Rahasia Bank (2/3)
Pengecualian rahasia bank yang terkait dengan teori relatif diatas, mengacu pasal 40
ayat (1) UU no. 10 tahun 1998 yang menentukan sebagai berikut :

1. Untuk kepentingan perpajakan


2. Untuk kepentingan penyelesaian piutang bank yang telah diserhakan kepada
BUPLN/PUPN.
3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana.
4. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah.
5. Dalam tukar-menukar informasi antar bank.
6. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan atau ahli warisnya.
Teori Rahasia Bank (3/3)

Mengingat bahwa teori-teori kerahasiaan bank tersebut keutamaannya untuk menjaga


kepercayaan nasabah penyimpan, sehingga tidak berlebihan jika bank indonesia dalam
pengaturan rahasia bank, menentukan sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat (2)
peraturan bank indonesia nomor 2/19/PBI/2000 tentang persyaratan dan tata cara
pemberian perintah izin tertulis membuka rahasia bank, bahwa keterangan mengenai
nasabah selain nasabah penyimpan bukan merupakan keterangan yang wajib
dirahasiakan oleh bank.
Ruang Lingkup Sebelum adanya UU 7 Tahun 1992
Jo. UU 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (1/3)
 Dalam pasal 2 PERPU nomor 23 tahun 1960 tentang rahasia bank
Bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan
langganannya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank
menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal yang ditentukan dalam
pasal 3 peraturan ini.

 Menteri keuangan atas permintaan tertulis dari kepala jawatan pajak berwenang untuk
memerintahkan kepada bank, supaya memberikan keterangan-keterangan dan
memperlihatkan buku-buku, bukti-bukti tertulis atau surat-surat kepada pejabat pajak
sebagai dimaksud dalam pasal 22 ordonnansi pajak pendapatan 1944, pasal 54a
ordonansi pajak kekayaan 1932, pasal 43a ordonansi pajak perseroan 1925 dan pasal
16 peraturan pajak dividen 1959.
Ruang Lingkup Sebelum adanya UU 7 Tahun 1992
Jo. UU 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (2/3)

Dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia


dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Dalam hukum perbankan yaitu prinsip kepercayaan (fiduciary relation
principle), prinsip kehatia-harian (prudential principle), prinsip kerahasiaan (secrecy
principle), serta prinsip mengenal nasabah (know how customer service). Salah satu
prinsip yang juga berperan penting dalam perbankan adalah prinsip kerahasiaan (secrecy
principle).
Ruang Lingkup Sebelum adanya UU 7 Tahun 1992
Jo. UU 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (3/3)

Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam pasal 40 sampai dengan pasal 47A undang-
undang nomor 10 tahun 1998. Menurut pasal ini bank wajib merahasiakan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpananya. Namun dalam ketentuan tersebut
kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian kewajiban merahasiakan itu
dikecualikan dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang pituang bank
yang sudah diserahkan kepada badan urusan piutang dan lelang/panitia urursan piutang
negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan perlindungan perkara pidana, dalam perkara
perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar
bank.
Pengecualian terhadap Rahasia Bank

a. Kepentingan perpajakan
b. Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN
c. Kepentingan peradilan dalam perkara pidana
d. Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
e. Tukar menukar informasi antarbank
f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat
secara tertulis
g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai