Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : DZULFIKAR

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041041649

Kode/Nama Mata Kuliah :HKum4308/Hukum


Perbankan Dan Tindak
Pidana Pencucian Uang

Kode/Nama UPBJJ : 11/Banda Aceh

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Dikarenakan bertujuan agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan

usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-

norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Sesuai dengan UU No. 7

Tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, dalam melakukan pemberian kredit, bank diwajibkan untuk

memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Prinsip kehati-hatian

adalah satu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan

kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran dana

kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Prinsip kehati-hatian terdapat

dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU Perbankan, sebagai berikut. Pasal 2

UU Perbankan berbunyi: “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit oleh bank

menimbulkan akibat hukum, dimana kepada pihak yang melakukan

pelanggaran dapat diberikan sanksi hukum berupa sanksi pidana maupun

denda seperti diatur dalam Pasal yang ayat 2 huruf b, Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

2. Pasal 1 angka 28 Undang–undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang–undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU

Perbankan):
“Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan

mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya.”

Disamping itu, kerahasiaan bank juga diperuntukan untuk kepentingan bank

itu sendiri, karena bank dapat dipercaya oleh nasabah untuk mengelola

uangnya. Oleh karenanya prinsip kerahasiaan bank merupakan jiwa dari

sistem perbankan. Gambaran betapa pentingnya kerahasiaan bank yang

harus dipegang oleh perbankan dapat dilihat dalam Tournier v. National

Provicial and Union Bank of England pada 1924. Kasus ini kerapkali dijadikan

acuan dalam sistem common law yang secara jelas menunjukan bahwa hak

dari nasabah dilindungi oleh hukum salah satunya yaitu kerahasiaan

informasi nasabah oleh bank. Bank merupakan suatu lembaga keuangan

yang menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan dari nasabahnya

sehingga bank dituntut untuk dapat menjaga kerahasiaan atas segala data

dan informasi yang terkait dengan nasabahnya termasuk informasi transaksi

keuangan yang dilakukan nasabahnya.

Kerahasiaan Perbankan merupakan prinsip perbankan yang harus

ditaati dan sangat fundamental dalam pelaksanaan usaha perbankan. Oleh

sebab itu, tindakan pembocoran rahasia perbankan merupakan suatu

tindakan yang dilarang karena akan merugikan nasabah dan menghilangkan

kepercayaan terhadap institusi bank. Bahkan kerahasiaan perbankan ini telah

diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan. Namun bukan berarti pengaturannya bersifat kaku. Terdapat


beberapa pengecualian dalam dapat dibukanya rahasia perbankan, yaitu:

untuk kepentingan perpajakan (orang tertentu dan dengan izin khusus),

penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN,

kepentingan peradilan di dalam perkara pidana, perkara perdata antara bank

dengan nasabahnya, tukar–menukar informasi antar bank, atas permintaan,

persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis,

dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia. Hal tersebut dilakukan

untuk menghindari penggunaan lembaga keuangan sebagai tempat untuk

melakukan tindak kejahatan seperti pencucian uang dan atau

pengemplangan pajak.

Anda mungkin juga menyukai