Anda di halaman 1dari 4

Tugas.

2
kasus 1

Beberapa bank sedang melakukan investigasi terkait terjadinya kebocoran data


nasabah. Hal ini salah satunya dipicu oleh temuan Bareskirim bahwa
tenaga marketing bank diduga melakukan penyalahgunaan data nasabah. Kartika
Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri bilang sebenarnya perbankan sangat ketat
dalam memperlakukan data nasabah. Namun selama ini memang ada beberapa kasus
yang menyebabkan data nasabah bocor. "Biasanya ada oknum yang menyamar
sebagai pegawai bank dan bertindak seolah marketing dari bank,"

Secara eksplisit kewajiban bank untuk merahasiakan keterangan nasabahnya diatur di


dalam Pasal 40 ayat (1) UU 10/1998, namun yang wajib dirahasiakan itu terbatas
kepada nasabah penyimpan dan simpanannya.

Sumber :

https://keuangan.kontan.co.id/news/ada-kasus-data-nasabah-bocor-ini-reaksi-bankir

Pertanyaan

Bank wajib melakukan perlindungan rahasia bank terhadap nasabah penyimpan dan
simpanannya. Mengapa nasabah debitur tidak termasuk kedalam perlindungan rahasia
bank? kaitkan dengan aturan mengenai rahasia bank.

Jawaban

UU No.10 Tahun 1998 tidak memberikan perlindungan dalam bentuk kerahasiaan bank
bagi nasabah debitur. Alasan mengapa nasabah debitur tidak termasuk kedalam
perlindungan rahasia bank adalah sebagai berikut:

1. Pasal 41A menyebutkan bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah
diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan
Piutang Negara (BUPLN/PUPN), Pimpinan BI memberikan izin kepada pejabat
BUPLN/PUPN untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
nasabah debitur. Kalau diteliti pengecualian ini, berkaitan dengan kepentingan
bank itu sendiri (in the interest of the bank) untuk menjamin kelangsungan dalam
berusaha.
2. Disebutkan dalam Pasal 43, yang membatasi pada sengketa atau perkara yang
terjadi antara bank dengan nasabahnya. Pasal ini memperkenankan bank
menginformasikan kepada pengadilan tentang keadan keuangan nasabah yang
bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara
yang diajukan kepada pengadilan tadi dengan syarat:
a. bila hal tersebut menyangkut perkara perdata yang teriadi antar
pihak bank dengan pihak nasabahnya;
b. direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan:
(1) keadaan keuangan nasabah yang dalam perkara perdata
dengannya; dan
(2) keterangan lain yang berkaitan dengan perkara dengan
banknya tersebut.

Pendirian yang dianut Pasal 43 ini sangat sempit sebab terbatas pada perkara
perdata yang terjadi antara bank dan nasabah. Dengan batasan demikian, bank
hanya diperbolehkan memberikan informasi keadaan keuangan nasabah dalam
hal bank menggugat nasabah atau alasan wanprestasi. Memang logis kalau
bank mesti memberi informasi agar informasi itu meniadi landasan gugat (M.
Yahya Harahap, 1997). Sempitnya penerapan Pasal 43 ini dianggap sangat
merugikan kepentingan masyarakat luas, terutama bagi kepentingan dunia
bisnis. Pasal tersebut seolah-olah mengandung diskriminasi karena hanya
melindungi kepentingan perusahaan perbankan saja dan tidak melindungi
kepentingan perusahaan jenis lain.

3. Pasal 44 menetapkan bahwa dalam rangka tukar menukar informasi antar bank,
Asas Kerahasiaan Bank Dan Pengecualiannya Demi Kepentingan Hukum Forum
Ilmiah Volume 8 Nomer 2, Mei 2011 144 direksi bank dapat memberikan
informasi mengenai keadaan keuangan nasabah kepada bank lain. Tukar
menukar informasi antar bank tersebut dilakukan untuk memperlancar dan
mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah pemberian
kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari bank yang lain,
sehingga bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi sebelum melakukan
transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain. Hal ini ditegaskan kembali
dalam Pasl 32 UU No. 23 tahun 1999. Disebutkan bahwa BI mengatur dan
mengembangkan sistem informasi antar bank. Penyelenggarannya dapat
dilakukan sendiri oleh BI dan/atau pihak lain dengan persetuiuan BI. Informasi
antar bank tersebut antara lain berupa:

a. a.Informasi bank, untuk mengetahui kadaan dan status bank dalam


rangka melakukan keriasama atau transaksi dengan bank;
b. b.Informasi kredit, untuk mengetahui status dan keadaan debitur bank
guna mencegah penyimpangan pengelolaan perkreditan;
c. c.Informasi pasar uang untuk mengetahui tingkat suku bunga dan kondisi
likuiditas pasar.

Daftar Pustaka

BMP HKUM4308/ HUKUM PERBANKAN DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG/


MODUL 5: RAHASIA BANK
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UndangUndang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan

kasus 2

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dalam dua tahun terahir, kasus terkait kredit
perbankan mendominasi tindak pidana perbankan yaitu sebesar 55% dari total kasus.
Dua kasus lain yang berkontribusi cukup besar pada tindak pidana perbankan adalah
rekayasa pencatatan dan penggelapan dana. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan
OJK Nelson Tampubolon mengatakan, porsi kasus rekayasa pencatatan dan
penggelapan dana tercatat masing masing 21% dam 15%. "Selain itu ada juga kasus
transfer dana dan pengadaan aset yang menyumbang masing masing 5% dan 4%
terhadap total tindak pidana perbankan," ujar Nelson dalam acara sosialisasi
penanganan dugaan tindak pidana perbankan dan forum anti fraud.

Dalam Pasal 50 Undang-undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan


undang-undang No 10 Tahun 1998 mengatur mengenai bahwa segala pihak terafiliasi
yang tidak menaati prinsip ketaatan bank dapat dipidana.

Sumber : https://keuangan.kontan.co.id/news/perkara-kredit-mendominasi-kasus-
pidana-perbankan

Pertanyaan

UU telah menetapkan sendiri batas maksimum dan minimum sanksi pidana dalam
suatu delik tindak pidana, salah satunya adalah perbankan. Menurut saudara mengapa
tindak pidana perbankan menganut pemidanaan minimum dan maksimum, berikan
penjelasan menurut Undang-undang perbankan ?

Jawaban

Menurut saya, tindak pidana perbankan yang menganut pemidanaan minimum dan maksimum
bertujuan untuk, memberikan efek jera bagi pihak yang beritikad buruk secara sendiri sendiri
maupun bersama sama dengan pihak lain yang bermaksud untuk melakukan tindakan yang
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Perbankan tersebut. Setiap
tindakan pidana yang terbukti telah dilakukan sebagaimana dimaksud dalam pasal pasal yang
berisi sanksi pidana maka penjatuhan pidana tersebut diberikan tidak boleh kurang dari tindak
pidana minimum,selain itu juga diterapkan pidana denda yang juga dikategorikan sebagai
standar minimum. Perlunya minimal (minimum) khusus dapat dirasakan dari keresahan atau
kekurangpuasan warga masyarakat terhadap pidana penjara yang selama ini dijatuhkan dalam
praktik, terutama pidana yang tidak jauh berbeda antara pelaku tindak pidana kelas kakap dan
kelas teri.
Sumber

BMP HKUM4308/ HUKUM PERBANKAN DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG/


MODUL 6: TINDAK PIDANA PERBANKAN

Anda mungkin juga menyukai