Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3.

TUTORIAL ONLINE
HUKUM TELEMATIKA (HKUM4301)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Tutorial Online mata kuliah Hukum Telematika

Disusun oleh:

RIZKY SAEFUL HAYAT


NIM. 045289918

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPBJJ-BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
1. Perkembangan teknologi yang pesat telah mempengaruhi berbagai sektor kehidupan.
Dewasa ini, perbankan di Indonesia telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk
mengefisiensi pelayanan pada bank tersebut. Mobile banking merupakan wujud dari
perkembangan teknologi dalam sektor perbankan. Mobile banking adalah layanan yang
dikeluarkan oleh bank yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi tanpa harus datang
ke bank atau ATM. Nasabah dapat melakukan transaksi melalui aplikasi yang dapat
diunduh di telepon seluler nasabah. Hampir seluruh bank di Indonesia telah mengeluarkan
layanan mobile banking, termasuk dua bank besar yang ada di Indonesia yaitu Bank
Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Central Asia (BCA). Layanan mobile banking milik
BRI dihadirkan dalam bentuk aplikasi bernama BRImo. Sedangkan aplikasi BCA
bernama BCA mobile. Kedua aplikasi tersebut, memiliki tujuan yang sama yaitu
memudahkan nasabah bank masing-masing. Akan tetapi, kedua aplikasi tersebut memiliki
banyak perbedaan yang merupakan ciri khasnya. Mulai dari perbedaan sistem layanan,
sistem penerapan etika, sistem intelegen bisnis dan sistem keamanan 1. Dalam hal ini,
kelompok 7 akan melakukan analisis pada sistem keamanan yang digunakan dalam kedua
aplikasi mobile banking kedua perusahaan bank tersebut. Sistem keamanan erat kaitannya
dengan kenyamanan pada saat menggunakan aplikasi tersebut. Mengingat bahwa kedua
aplikasi tersebut adalah aplikasi transaksi keuangan yang merupakan bagian penting
dalam kehidupan, bank penyedia aplikasi akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menciptakan sistem keamanan sebaik-baiknya untuk menghindari penyalahgunaan
aplikasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sistem keamanan ini diwujudkan
melalui adanya autentikasi pada aplikasi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
aplikasi BCA mobile menggunakan autentikasi berupa kode akses dan Personal
Identification Number (PIN) yang dibuat saat mendaftar aplikasi serta SMS verifikasi
login. Saat nasabah melakukan login di aplikasi BCA mobile autentikasi pertama adalah
memasukkan 16 digit nomor ATM. Kemudian memasukkan kode akses sebagai proses
autentikasi, dan aplikasi akan memverifikasi melalui SMS kepada pemilik nomor ATM
tersebut bahwa terdapat perangkat yang login. Hal ini sebagai bentuk pengamanan login
aplikasi, untuk mencegah akses akun tanpa sepengetahuan pemilik nomor ATM. Selain
itu, BCA mobile juga menggunakan PIN dalam melakukan transaksi sebagai bentuk
autentikasi serta otorisasi bahwa yang melakukan transaksi adalah nasabah pemilik nomor

1
Hendarsyah, D. (2012). Keamanan Layanan Internet Banking Dalam Transaksi Perbankan. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita, 1(1), 12-33.
ATM tersebut. Sedangkan aplikasi BRImo menggunakan username dan password sebagai
autentikasi awal ketika masuk di aplikasi tersebut. Username dan password dibuat saat
mendaftar aplikasi. BRImo tidak menggunakan nomor digit ATM maupun nomor
rekening untuk login, tetapi menggunakan username yang dibuat oleh nasabah yang telah
sinkron dengan rekening milik nasabah itu sendiri dan password yang digunakan untuk
login aplikasi telah dibuat dengan ketentuan tertentu yang dinilai cukup rumit sehingga
tidak mudah ditebak oleh orang lain selain nasabah pemilik username tersebut. Selain itu,
autentifikasi login pada aplikasi BRImo dapat melalui fingerprint sehingga aplikasi
tersebut dapat mendeteksi nasabah yang akan login tanpa memasukkan username dan
password. Sama seperti BCA mobile, aplikasi BRImo juga meminta PIN setiap akan
melakukan transaksi. PIN tersebut berbeda dengan password yang digunakan untuk
masuk aplikasi2. Hal ini untuk menghindarkan dari penyalahgunaan transaksi oleh pihak
yang tidak diinginkan. Setelah melakukan transaksi, nasabah akan menerima
pemberitahuan melalui email mengenai transaksi tersebut, sehingga nasabah bisa
mengetahui terdapat transaksi yang telah dilakukan melalui aplikasi tersebut. Pada
dasarnya sistem keamanan melalui autentikasi tersebut digunakan untuk menyulitkan
orang yang tidak bertanggung jawab mendapatkan akses ke akun milik nasabah. Oleh
karena itu, segala bentuk kode keamanan yang digunakan sebagai proses autentikasi harus
dijaga kerahasiaannya dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Keberadaan bentuk perundangundangan seperti omnibus law memang tidak dimuat


secara eksplist pada UU PPPU, namun di sisi lain juga tidak ada larangan bagi
pembentukan omnibus law yang mengakomodasi aturan-aturan yang ada mengenai suatu
muatan aturan tertentu, sepanjang pembuatan dari omnibus law tetap berada pada koridor
aturan yang ada. Dengan diundangkannya RUU Omnibus Law Perpajakan berpotensi
mematikan keberlangsungan maupun independensi dari otonomi daerah. Sebab terhadap
penentuan tarif pajak per daerah, menurut aturan RUU ini, Pemerintah Pusat lah yang
mengatur tarif pajak daerah secara nasional dan sama (fix rate). Nyatanya, pihak yang
paling mengerti ataupun mengenal potensi maupun karakteristik dari daerahnya adalah
Pemda itu sendiri. Dengan diundangkannya RUU ini, Pemda menjadi memiliki
ketergantungan pada Pemerintah Pusat dalam menjalankan otonomi daerah, mencegah
2
Rahardjo, B. (2001). Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet Banking. PT Insan Indonesia. PT INDOCISC.
daerah untuk bereksplorasi dalam mengembangkan daerahnya sendiri, mengurangi PAD
daerah masing-masing dan juga menyulitkan upaya Pemda dalam memberikan pelayanan
yang maksimal untuk masyarakat3. Solusi terbaik yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
Pusat terhadap pembuatan RUU Omnibus Law Perpajakan guna memajukan kondisi
perkekonomian Indonesia yakni dengan membentuk tim khusus untuk menganalisa
regulasi apa saja yang perlu harmonisasi sehingga aturan mengenai pajak maupun
retribusi daerah yang baru dapat sesuai dengan UU Pemda dan dengan peraturan
perundangan-undangan lainnya.

3. Perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna layanan internet banking yang diberikan
oleh pihak bank dari segi keamanan teknologi sudah maksimal dan juga memenuhi aspek-
aspek confidentially, integrity, authentication, availability, access control, dan
nonrepudiation4 karena sekarang rata-rata bank semuanya dalam transaksi yang dilakukan
lewat internet banking juga lebih dilindungi berkat Token PIN. Token PIN adalah alat
pengaman tambahan untuk melakukan transaksi finansial di Internet Banking. Token Pin
ini berfungsi untuk mengeluarkan dinamyc password (PIN Dinamis), yaitu PIN yang
selalu berubah dan hanya dapat digunakan satu kali untuk tiap transaksi finansial yang
dilakukan. PIN Dinamis tersebut (disebut juga sebagai PIN) digunakan sebagai otentikasi
transaksi pada saat nasabah melakukan transaksi melalui Internet Banking. Dengan
fasilitas ini, rekening Anda tidak mungkin disalahgunakan meskipun informasi yang
Anda masukkan telah tertangkap oleh keylogger. Sedangkan untuk login ke dalam sistem
Internet Banking, nasabah cukup menggunakan USER ID dan PIN Internet Banking
(PINstatis) yang dibuat pada saat nasabah mendaftarkan diri sebagai pengguna.

3
Alqadri, M. S. (2020). Analisis RUU Omnibus Law Perpajakan Terhadap Pemungutan Pajak Daerah. Tanjungpura Law
Journal, 4(2), 117-132.
4
Astrini, D. A. (2015). Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Pengguna Internet Banking Dari Ancaman
Cybercrime. Lex Privatum, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai