Anda di halaman 1dari 33

PERLINDUNGAN HUKUM PENGGUNA DOMPET DIGITAL APLIKASI

DANA TERHADAP KERUGIAN ATAS PEMOTONGAN SALDO


OTOMATIS

PROPOSAL

Disusun Oleh:

SEPDENORA JONROSE
1709110311

PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BISNIS


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
PERLINDUNGAN HUKUM PENGGUNA DOMPET DIGITAL APLIKASI
DANA TERHADAP KERUGIAN ATAS PEMOTONGAN SALDO
OTOMATIS

A. Latar Belakang

Digitalisasi komunikasi telah mendorong difusi teknologi sistem media

terintegrasi di mana produk dan proses dikembangkan pada beragam platform

yang mendukung berbagai konten dan ekspresi media di dalamnya jaringan

komunikasi global/lokal yang sama. Pesatnya data yang tersebar dalam dunia

global tidak lepas dari peranan industri penyedia jasa serta jaringan

telekomunikasi. Kebutuhan manusia buat mengakses data dalam dunia global

berimplikasi pada tingginya permintaan hendak mutu jaringan yang baik. Oleh

sebab itu, perihal ini menyebabkan industri penyedia jasa serta jaringan

telekomunikasi berlomba- lomba dalam meningkatkan mutu layanannya.1

Revolusi digital saat ini sedang ramai diperbincangkan karena telah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dunia ekonomi bahkan

dalam seluruh aspek dalam kehidupan termasuk di Indonesia. Perkembangan

sistem keuangan di bidang teknologi informasi dan finansial telah menciptakan

suatu sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis dan saling berkaitan.

Saat ini alat pembayaran juga telah mengalami era digitalisasi yaitu suatu cara

pembayaran yang dilakukan dengan sebutan dompet elektronik (electronic

wallet). Dompet elektronik mulai dipergunakan di kalangan masyarakat untuk

1
Nurwahidah, Asriani Hasan, Studi Komparatif Harga Dan Volume Transaksi Saham Isat
Pada Saat Sebelum Dan Setelah Peresmian Merger (A Comparative Study of Isat Stock Price and
Transaction Volume Based on Merger Announcement), Jurnal Fraction, Vol. 2, No 2, 2022, hlm.
53.

1
melakukan transaksi. Namun dompet elektronik disini berbeda dengan suatu

sistem yang ada di dalam kartu yang biasa dipergunakan dalam transaksi

karena dompet elektronik digital hanya perlu menggunakan teknologi aplikasi

yang ada dalam ponsel.2

Keberadaan dompet digital atau Digital Wallet dianggap mampu untuk

menggantikan keberadaan dompet secara fisik. Dompet digital merupakan

aplikasi yang menggunakan perangkat elektronik seperti handphone dan

komputer dalam melakukan transaksi. Dompet Digital biasanya digunakan

untuk berbelanja online.3

Keberadaan dompet elektronik ini telah membantu perkembangan

teknologi di dalam aspek keuangan. Dompet elektronik (e-wallet) dana

merupakan suatu aplikasi platform terbuka yang memiliki konsep sebagaimana

sebuah “dompet” dimana fungsinya adalah untuk menyimpan uang dalam hal

ini uang elektronik, namun lebih dari itu Dana memiliki jangkauan dan fasilitas

lebih luas. Dana memfasilitasi berbagai transaksi seperti: pembelian pulsa,

tagihan listrik, tagihan internet, pembayaran PDAM, BPJS, transfer saldo antar

pengguna, membayar transaksi-transaksi secara elektronik, serta transfer antar

bank.

Dompet elektronik merupakan sarana bertransaksi yang sangat

berpengaruh dalam perkembangan digital karena melalui teknologi digital

orang

2
Muhammad Fahri Fauzadeli, Rani Apriani, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah E-
Wallet Atas Kebocoran Data dan Kehilangan Sejumlah Dana, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE
Vol. 15 No. 2 November 2022, Hlm. 224.
3
Abhay Upadhayaya, Electronic Commerce and E-wallet, International Journal of Recent
Research and Review, Vol. I, March 2012, Hlm. 41.
2
menjadi lebih dimudahkan saat ingin bertransaksi terutama saat bertransaksi

dengan orang yang jaraknya jauh. Keberadaan teknologi digital merupakan

peluang bagi seorang pelaku usaha untuk memperdagangkan jasanya dan

melakukan persaingan bisnis. Di Indonesia sendiri telah terdapat berbagai

macam perusahaan e-wallet. Salah satu dompet elektronik milik Indonesia

adalah Dana yang diprakarsai sejak tahun 2017 oleh PT Espay Debit

Indonesia.4 Menurut Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. E-wallet adalah

layanan elektronik untuk menyimpan data pembayaran antara lain alat

pembayaran dengan menggunakan kartu atau uang

elektronik yang dapat menampung dana untuk pembayaran.

Nasabah pengguna dompet digital harus dilindungi agar dananya tidak

dapat serta merta hilang akibat dari kelalaian penyelenggara. Bentuk upaya

perlindungan hukum terhadap nasabah dompet digital yang dilakukan Bank

Indonesia diawali dengan membuat peraturan dan kebijakan. Kebijakan dalam

upaya perlindungan nasabah atau konsumen adalah dengan membuat kebijakan

terhadap penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Kebijakan ini nantinya

yang memberikan ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan dari sistem

pembayaran melalui dompet digital yang diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik (PBI Uang

Elektronik).5

4
Fiona Pappano Naomi, I Made Dedy Priyanto, Perlindungan Hukum Pengguna E-Wallet
Dana Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9 No.
1 Tahun 2020, Hlm. 25.
3
5
Damasha Khoiri Clevalda, Dona Budi Kharisma, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah
Dompet Digital Oleh Bank Indonesia, Jurnal Privat Law Volume 9 Nomor 1 Januari-Juni 2021,
Hlm. 3

4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang

Transfer Dana pasal 5 ayat 4 menyebutkan Dalam melaksanakan Perintah

Transfer Dana, Penyelenggara dapat meneliti perjanjian atau melakukan

verifikasi dokumen perjanjian antara Pengirim dan Penerima yang

menyebabkan timbulnya Transfer Dana, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan

perundangundangan.

Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen

berada pada posisi yang lemah. Lebih-lebih jika produk yang dihasilkan oleh

produsen merupakan jenis produk yang terbatas, produsen dapat

menyalahgunakan posisinya yang monopolistis tersebut. Hal itu tentu saja akan

merugikan konsumen.6

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggara

Sistem Dan Transaksi Elektronik Pasal 30 menyebutkan:

1) Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menyediakan Fitur sesuai dengan

karakteristik Sistem Elektronik yang digunakannya.

2) Fitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berupa fasilitas

untuk:

a) melakukan koreksi;

b) membatalkan perintah;

c) memberikan konfirmasi atau rekonfirmasi;

d) memilih meneruskan atau berhenti melaksanakan aktivitas berikutnya;

6
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2004, hlm 14

5
e) melihat informasi yang di sampaikan berupa tawaran kontrak elektronik

atau iklan;

f) mengecek status berhasil atau gagalnya transaksi elektronik;

g) membaca perjanjian sebelum melakukan transaksi elektronik.

Sesuai dengan ketentuan diatas seharusnya pihak dana sebagai penyedia

jasa pembayaran transaksi online harus memberitahu konfirmasi dan

rekonfirmasi sebelum dilakukan pemotongan saldo dana pengguna dan juga

menunjukkan perjanjian pembayaran transaksi elektronik. Sistem Pembayaran

adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, mekanisme,

infrastruktur, sumber dana untuk pembayaran, dan akses ke sumber dana untuk

pembayaran, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna

memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.7

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/ atau media elektronik

lainnya.8

Pada pasal 49 juga menyebutkan bahwa:

1) Transaksi Elektronik terjadi pada saat tercapainya kesepakatan para pihak.

2) Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, kesepakatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim

oleh Pengirim telah diterima dan disetujui oleh Penerima.

3) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan

cara:

7
Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/6/PBI/2021 Tentang Penyedia Jasa Pembayaran
8
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7l Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik
6
a. Tindakan penerimaan yang menyatakan persetujuan; atau

b. Tindakan penerimaan dan/atau pemakaian objek oleh Pengguna

Sistem Elektronik.

Masalah yang sering dikeluhkan bagi pengguna e-wallet adalah pihak

dompet elektronik seringkali mengabaikan hak para konsumen disini, dalam

hal ini adanya keterlambatan pemberian ganti rugi yang terjadi kepada pihak

nasabah yang semestinya didapatkan. Permasalahan ini banyak dialami oleh

pengguna dompet digital Dana dilihat dari postingan akun media sosial dana.

Permasalahan yang dialami oleh pengguna dana saat ini yaitu saldo terpotong

otomatis membayar tagihan yang tidak jelas dari mana tagihannya, kontrak

atau perjanjian pembayar tagihan tidak disebutkan dengan jelas oleh pihak

dana sebagai penyelenggara transaksi elektronik tanpa adanya persetujuan dari

pengguna aplikasi dana sebagaimana di jelaskan dalam PP Dalam PP nomor 71

tahun 2019 tentang penyelenggara transaksi elektronik.

Berdasarkan penerapan hukum di Indonesia, nasabah selaku konsumen

dianjurkan untuk mengajukan suatu gugatan kepada pihak yang mengakibatkan

kerugian. Bentuk kualifikasi gugatan yang bisa diajukan yaitu adanya tindakan

kecurangan atau disebut dengan wanprestasi yang termasuk dalam tindakan

melawan hukum. Pada hal gugatan, jika terjadi wanprestasi artinya ada

hubungan kontraktual diantara nasabah dan bank. Jika tidak ada hubungan

kontraktual antara nasabah dan bank, sehingga pelaku usaha tidak memiliki

7
tanggung jawab (hukum) kepada nasabah atau dapat dikatakan bahwa “tidak

ada hubungan kontraktual, tidak ada tanggung jawab”9

Peraturan Bank Indonesia Uang Elektronik diatur mengenai tata cara

penyelenggaraan dari uang elektronik dalam hal perizinan hingga

pelaksanaannya termasuk penyelenggaraan dompet digital. Selain mengenai

tata cara penyelenggaraan dompet digital, Bank Indonesia juga mengatur

perlindungan nasabah pengguna sistem pembayaran termasuk nasabah

pengguna dompet digital dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor Peraturan Bank Indonesia Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pelindungan

Konsumen Bank Indonesia Pasal 17 ayat (1) Penyelenggara wajib memberikan

informasi kepada Konsumen mengenai:

a. fitur produk dan/atau jasa berupa biaya, manfaat, risiko, syarat dan

ketentuan, mekanisme penggunaan produk dan/atau jasa, dan konsekuensi;

dan

b. penolakan, penundaan, atau persetujuan atas permohonan produk dan/atau

jasa.

Ayat (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan

secara jelas, akurat, jujur, mudah diakses, dan tidak menyesatkan. (3) Informasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menggunakan:

a. bahasa Indonesia yang mudah dimengerti; dan

b. tulisan yang mudah dibaca untuk informasi yang diberikan secara tertulis. 10

9
Putu Bagus Bendesa Wirananda, Ni Putu Purwanti, Pelaksanaan Tanggung Jawab Bank
Terhadap Nasabah Pengguna Kartu Atm Pada Bank Bri Cabang Renon Denpasar, Jurnal Kertha
Semaya, Vol. 8 No. 8 Tahun 2020, Hlm. 1249-1261
10
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pelindungan Konsumen Bank
Indonesia.
8
Ayat 3 Bentuk tanggung jawab Penyelenggara atas kerugian Konsumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. ganti rugi;

b. pemulihan nama baik; dan/atau

c. bentuk lainnya.

Pasal 15 ayat (1) Penyelenggara dilarang membuat dan menggunakan

Perjanjian Baku yang memuat klausul baku yang berisi: h. menyatakan bahwa

Penyelenggara membatasi tanggung jawab terhadap kesalahan dan/atau

kelalaian pegawai dan/atau pihak ketiga yang bertindak untuk kepentingan

Penyelenggara; i. membatasi hak Konsumen untuk menggugat Penyelenggara

ketika terjadi sengketa terkait dengan perjanjian.

Pasal 29 ayat 1 Penyelenggara wajib menjaga keamanan aset Konsumen

yang berada dalam tanggung jawab Penyelenggara. Pasal 42 ayat 1

Penyelenggara wajib bertanggung jawab atas kerugian Konsumen yang timbul

akibat kesalahan, kelalaian dan/atau perbuatan yang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dilakukan oleh:11

a. direksi;

b. dewan komisaris;

c. pengurus;

d. pegawai Penyelenggara; dan/atau

e. pihak ketiga yang mewakili atau bekerja untuk kepentingan Penyelenggara.

11
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pelindungan Konsumen Bank
Indonesia.

9
Pasal 48 Hak Konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

huruf b meliputi:12

a. mendapatkan keamanan dalam menggunakan produk dan/atau

memanfaatkan layanan sesuai yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan

perundang- undangan dan/atau perjanjian;

b. memilih produk dan/atau layanan;

c. mendapatkan produk dan/atau layanan sesuai dengan penawaran yang

dijanjikan dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. mengakses data dan/atau informasi Konsumen yang dikelola oleh

Penyelenggara;

e. mendapatkan informasi mengenai produk dan/atau layanan yang jelas,

akurat, benar, mudah diakses, dan tidak berpotensi menyesatkan;

f. didengar pendapat dan pengaduannya atas produk yang digunakan dan/atau

layanan yang dimanfaatkan;

g. mendapat edukasi keuangan;

h. diperlakukan atau dilayani secara benar;

i. mendapatkan advokasi, pelindungan, dan upaya penanganan pengaduan dan

penyelesaian sengketa Konsumen sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

12
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pelindungan Konsumen Bank
Indonesia.

1
j. mendapatkan ganti rugi apabila produk dan/atau layanan yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

k. hak lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Syarat dan ketentuan aplikasi dana, pada angka romawi IX Perlindungan

Dana atas Transaksi Tidak Sah pasal 2 Perlindungan DANA berlaku untuk aset

Pengguna yang tersimpan pada Aplikasi DANA yaitu Saldo DANA, transaksi

dari kartu debit, atau kartu kredit yang tersimpan pada DANA, atau DANA

eMas (dengan ketentuan bahwa besar nilai kerugian merujuk pada nilai

kerugian dalam Rupiah sesuai tanggal transaksi atau kejadian berlangsung),

DANA Cicil, atau DANA Goals13.

Pasal 8 Klaim Perlindungan DANA harus disertai surat laporan

kepolisian terhadap kejadian/kondisi sebagai berikut:

i. Nilai kerugian yang di derita oleh Pengguna akibat ATO sebesar

Rp2.500.000, - (dua juta lima ratus Rupiah) ke atas; dan

ii. Kehilangan saldo DANA yang terjadi pada saat Pengguna DANA kehilangan

perangkat telekomunikasi (handphone) yang menyebabkan Akun DANA

tidak dapat diakses oleh Pengguna

Syarat dan ketentuan dalam pasal ini memberikan batasan

tanggungjawab pada pihak dana selaku penyelenggara dan pembatasan hak

konsumen yang bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3

Tahun 2023 Tentang Pelindungan Konsumen Bank Indonesia Pasal 15 ayat (1)

huruf H dan I.

13
Pasal 2 Angka IX Syarat dan Ketentuan Aplikasi Dana
1
Syarat dan ketentuan aplikasi dana Angka XV Batasan tanggung jawab

pasal 12 EDIK bertanggung jawab atas kerugian langsung, yakni jumlah yang

senyatanya dibayar, yang timbul atau sehubungan dengan penggunaan akun

DANA, yang dapat dibuktikan terjadi karena kesalahan EDIK atau pelanggaran

EDIK atas Syarat dan Ketentuan ini. Segala kerugian tidak langsung dan

immateril, termasuk biaya, bunga, kerusakan atau kerugian dalam bentuk atau

jenis apapun (termasuk cidera pribadi, tekanan emosional dan hilangnya data,

barang, pendapatan, laba, penggunaan atau keuntungan ekonomis lainnya)

yang dialami Pengguna atau pihak ketiga alami, merupakan tanggung jawab

Pengguna.14

Syarat dan ketentuan aplikasi dana Angka romawi XX, pengguna

mengerti dan menyetujui bahwa Syarat dan Ketentuan ini merupakan

perjanjian dalam bentuk elektronik dan tindakan Pengguna menekan tombol

daftar atau tombol masuk atau menandai kotak persetujuan saat akan

mengakses DANA merupakan persetujuan Pengguna untuk mengikatkan diri

dalam perjanjian dengan EDIK sehingga keberlakuan Syarat dan Ketentuan ini

adalah sah dan mengikat secara hukum dan terus berlaku sepanjang

penggunaan aplikasi DANA oleh Pengguna.15

Konsumen dikatakan memang selalu dalam posisi yang lemah, terkadang

tanpa ada transaksi apapun, tanpa dihubungi sekalipun namun ternyata saldo

rekening bisa terdebet tanpa sepengetahuan, dalam kondisi yang seperti ini ada

14
Pasal 12 Angka XV Syarat dan Ketentuan Aplikasi Dana
15
Angka XX Syarat Dan Ketentuan Aplikasi Dana.

1
dua kemungkinan konsekuensi yang harus diterima PUJK yang pertama secara

perdata akan ada ganti kerugian.16

Salah satu kasusnya adalah yang dialami oleh pengguna e wallet dana

dengan pada tanggal 15 juli 2023 nomor dana 0822****2532 jumlah saldo

yang dipotong Rp. 331.890-, pembayaran WU ZEYUAN, padahal pengguna

tidak ada melakukan pembelian ataupun transaksi apapun. Pihak dana juga

tidak memberikan informasi terhadap pemotongan saldo tersebut. Pengguna

dana yang kedua pada tanggal 22 Juni 2023 dengan nomor 0812****5260

jumlah saldo yang di potong Rp.126.540-. pembayaran California dan masih

banyak contoh lainnya jika di lihat dari kolom komentar pengguna dana

banyak juga yang mengalami hal serupa tidak ada melakukan transaksi atau

pembelian apapun tapi saldo dana tiba-tiba terpotong secara otomatis tanpa ada

persetujuan dari pemilik akun dana tersebut.17

Fadli, pengguna aplikasi DANA. Pada tanggal 10 Juli 2023 sekitar pukul

20.41 WIB, saya kirim uang ke istri buat membeli kebutuhan anak bayi kami.

Setelah transfer, saya taruh hp saya di meja kamar (HP dan nomor hp ini

berada dekat saya) dan saya tidur malam. Keesokan harinya tanggal 11 Juli

2023 saat maghrib (sekitar pukul 17.26 WIB), bermaksud mengecek saldo

DANA saya. Betapa terkejutnya saya, ternyata saldo saya sudah terkuras habis!

Kemudian saya mengecek histori transaksi, terdapat 4 kali transaksi QRIS

tidak dikenal,

16
Nurul Iman, Ilyas Yunus, Perlindungan Hukum Terhadap Autodebet Rekening Tanpa
Persetujuan Nasabah Akibat Dari Pemasaran Asuransi Melalui Sarana Telemarketing, Jurnal Jim
Bidang Hukum Keperdataan, Vol. 5, No.1 Februari 2021, Hlm. 95
17
https://mediakonsumen.com/2023/11/07/surat-pembaca/tidak-login-saldo-dana-tiba-tiba-
hilang, di akses pada 24 November 2023
1
dengan total nominal di atas Rp4 juta. Berikut rincian transaksi QRIS tidak

dikenal, tanpa sepengetahuan saya.18

Hal-hal seperti ini tentu sangat merugikan pengguna. Dalam

melaksanakan pemotongan saldo otomatis pihak dana tidak beriktikad baik.

Karena dalam hal ini yang berwenang melakukan pemotongan saldo adalah

pihak dana. Dalam iktikad baik mengandung asas kepantasan dan kepatutan,

selain terletak pada hati sanubari manusia, iktikad baik dalam melaksanakan

hak-hak dan kewajiban- kewajiban yang timbul dari suatu hubungan hukum

(perjanjian) harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan keadilan dengan

menjauhkan diri dari perbuatan yang mungkin menimbulkan kerugian pihak

lain.19

Sesuai dengan penjelasan diatas sehingga penulis tertarik menganalisa

penulisan skripsi ini dengan judul: “Perlindungan Hukum Pengguna

Dompet Digital Aplikasi Dana Terhadap Kerugian Atas Pemotongan

Saldo Otomatis”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna

Dompet Digital Aplikasi Dana Terhadap Saldo Yang Terpotong Otomatis,

maka perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Pengguna Dompet Digital Dana Terhadap

Kerugian atas Pemotongan Saldo Otomatis?

18
https://mediakonsumen.com/2023/07/20/surat-pembaca/saldo-dana-tiba-tiba-dikuras-habis-
melalui-4-transaksi-qris-tidak-dikenal, di akses pada 24 November 2023
19
Anita Dewi Anggraeni Kolopaking, Asas Iktikad Baik dalam Penyelesaian Sengketa
Kontrak Melalui Arbitrase, PT. Alumni, Bandung 2013, hlm. 101.
1
2. Apa Upaya Hukum yang dapat di lakukan atas kerugian yang diderita oleh

pengguna akibat pemotongan saldo secara otomatis di dompet digital?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Pengguna Dompet Digital Dana

Terhadap Saldo Yang Terpotong Otomatis.

b. Untuk mengetahui Upaya Hukum yang dapat di lakukan atas kerugian

yang diderita oleh pengguna akibat pemotongan saldo secara otomatis

di dompet digital.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penulisan ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang Perlindungan Hukum Pengguna

Dompet Digital Dana.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat lebih bermanfaat bagi kita

semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan yang jelas dalam

Perlindungan Hukum Pengguna Dompet Digital Dana.

c. Untuk memenuhi salah satu syarat yang di perlukan guna memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teori Perlindungan Hukum

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa

Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian negara menjamin hak-

1
hak hukum warga negaranya dengan memberikan pelindungan hukum

dan pelindungan hukum akan menjadi hak bagi setiap warga negara.

Hukum adalah ketentuan dan ketertiban masyarakat, hukum dalam

pelaksanaannya dapat ditegakkan dan bertujuan untuk mencapai keadilan

dan kepastian hukum, setiap orang yang berbuat keadilan harus berbuat

adil terlebih dahulu.20 Ada beberapa pengertian terkait pelindungan

hukum menurut para ahli, antara lain:

a. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya

tersebut.

b. Menurut CST Kansil perlindungan hukum adalah berbagai upaya

hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk

memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari

gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

c. Menurut Muktie, A. Fadjar perlindungan hukum adalah penyempitan

arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum

saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan

adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia

20
Manufactures’ finance Co, “Equality”, Jurnal West Law, Supreme Court of the United
States, 1995, diakses melalui perpustakaan nasional RI, tanggal 30 mei 2022.
20
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta, UKI Press, 2006, Hlm. 102.

1
sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia

serta lingkungannya.21

Timbulnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori

hukum alam ataupun aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato,

Aristoteles (murid Plato), serta Zeno (pendiri aliran Stoic). Bagi aliran

hukum alam mengatakan kalau hukum itu bersumber dari Tuhan yang

bertabiat umum serta abadi, dan antara hukum serta moral tidak dapat

dipisahkan. Para pemeluk aliran ini memandang kalau hukum serta moral

merupakan gambaran dan antara secara internal serta eksternal dari

kehidupan manusia yang diwujudkan lewat hukum serta moral.22

Perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang

bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif bertujuan

untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan

pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan diskresi, dan

perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya

sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.23

Perlindungan hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan

banyak persepsi. Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna

yang sebenarnya dalam ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai

sedikit

21
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, Hlm.
121.
22
Anik Wulandari, Moch. Najib Imanullah, Perlindungan Hukum Ekspeditur atas Pengiriman
Produk Agrikultura Berdasarkan Sea Transport Agreement, Jurnal Privat Law Vol. VI No 2 Juli -
Desember 2018, Hlm. 175
23
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grapindo Persada, 2008,
Hlm. 25.
1
mengenai pengertianpengertian yang dapat timbul dari penggunaan

istilah perlindungan hukum, yakni perlindungan hukum bisa berarti

perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan

berbeda dan tidak dicederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa

berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.24

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum dalam melindungi

hak asasi manusia serta hak dan kewajiban yang timbul karena hubungan

hukum antar sesama manusia sebagai subyek hukum. Teori perlindungan

hukum di atas digunakan sebagai pisau bedah analisis untuk menjawab

upaya dan bentuk perlindungan hukum terhadap pengguna dompet digital

dana.

2. Teori Tanggung Jawab Hukum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab

adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh

dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung

jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang

telah diwajibkan kepadanya.25

Teori tanggung jawab juga dikemukakan oleh pencetus teori

hukum murni yaitu Hans Kelsen. Menurut Hans, tanggung jawab berkaitan

erat dengan kewajiban, namun tidak identik. Kewajiban tersebut muncul

karena

24
Sudikno Mertokusumo,Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2009, Hlm.38.
25
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, Hlm. 26.
1
adanya aturan hukum yang mengatur dan memberikan kewajiban kepada

subyek hukum. Subyek hukum yang dibebani kewajiban harus

melaksanakan kewajiban tersebut sebagai perintah dari aturan hukum.

Akibat dari tidak dilaksanakannya kewajiban maka akan menimbulkan

sanksi. Sanksi ini merupakan tindakan paksa dari aturan hukum supaya

kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik oleh subyek hukum. Menurut

Hans, subyek hukum yang dikenakan sanksi tersebut dikatakan

“bertanggung jawab” atau secara hukum bertanggung jawab atas

pelanggaran.26

Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat

dibedakan sebagai berikut:

a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang

cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPer,

khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.

b. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of

liability) Prinsip ini meyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung

jawab, sampai ia membuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian

ada ada si tergugat.

c. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab (presumption of

nonliability) Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip ini

untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup

1
26
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni:
Dasar- Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008,
Hlm. 136.

2
transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian

biasanya secara common sense dapat dibenarkan.

d. Prinsip tanggung jawab mutlak sering diidentikan dengan prinsip

tanggung jawab absolut (absolute liability). Para ahli yang membedakan

kedua terminologi diatas. Strict liability adalah prinip tanggung jawab

yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan.

Namun, ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk

dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeur.

Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa

kesalahan dan tidak ada pengecualian.

e. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku

usaha untuk mencantumkan sebagai klasula eksonerasi dalam perjanjian

standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya

ditentukan bila film yang ingin dicuci/dicetak itu hilang atau rusak, maka

si konsumen hanya dibatasi ganti kerugiannya sebesar sepuluh kali harga

satu rol film baru.27

Teori tanggung jawab hukum merupakan teori yang menganalisis

tentang tanggung jawab subjek hukum atau pelaku yang telah melakukan

perbuatan melawan hukum atau perbuatan pidana untuk memikul biaya atau

kerugian atau melaksanakan pidana atas kesalahannya maupun karena

kealpaan atau kelalaianya.

E. Kerangka Konseptual

27
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta, 2000, Hlm. 59.

2
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti

yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau akan hendak diteliti. Agar tidak

terjadi penafsiran yang salah terhadap judul ini, maka dari itu peneliti

memberikan kerangka konseptual terhadap istilah-istilah yang digunakan, yaitu

sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan pelindungan tersebut diberikan

kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum atau dengan kata lain pelindungan hukum adalah

berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum

untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari

gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.28

2. dompet elektronik adalah dalam kamus besar bahsa indonesia (KBBI)

dompet/dom·pet/ /dompét/ n adalah tempat uang yang terbuat dari kulit,

plastik, dan sebagainya, elektronik/elek·tro·nik/ /éléktronik/ n adalah alat

yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika; hal atau benda yang

menggunakan alat-alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika 29,

berarti layanan elektronik untuk menyimpan uang elektronik, yang dapat

juga menampung dana, untuk melakukan pembayaran.30

28
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hlm.54.
29
https://kbbi.web.id/elektronik, di akses tanggal 20 Juli 2023.
30
Pasal 1 Ayat 7 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan
Pemerosesan Transaksi Pembayaran.

2
3. DANA adalah aplikasi DANA dan layanan sistem pembayaran berupa uang

elektronik, dompet elektronik, transfer dana, serta layanan pendukung

lainnya, berbasis mobile yang dapat digunakan melalui Perangkat

Telekomunikasi. DANA diselenggarakan oleh PT Espay Debit Indonesia

Koe (“EDIK”) yang merupakan pemegang lisensi resmi dan telah

memperoleh izin Uang Elektronik, Dompet Elektronik, Transfer Dana, dan

Layanan Keuangan Digital (LKD) dari Bank Indonesia.31

4. Saldo adalah jumlah uanag dalam dompet digital atau rekening bank,

pengertian saldo merujuk pada aset yang dimiliki oleh seseorang. Namun

pengertian saldo akan berbeda ketika di kartu kredit. Ketika kita

menyetorkan sejumlah uang ke rekening, bank yang bersangkutan

mempunyai utang sejumlah yang kita setorkan tadi, sehingga saldo dapat

dikatakan sebagai jumlah tagihan yang harus dibayar.32

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian/ pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian

hukum kepustakaan, Karena menjadikan bahan kepustakaan sebagai

tumpuan utama. Dalam penelitian hukum normatif ini penulis melakukan

penelitian terhadap asas-asas hukum yang bertitik tolak dari bidang-bidang

tata hukum tertentu, dengan cara mengadakan identifikasi terlebih dahulu

terhadap

31
https://www.dana.id/terms, di akses, tanggal 20 Juli 2023.
32
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-saldo/, di akses, tanggal 20 Juli 2023.
2
kaidah-kaidah hukum yang telah dirumuskan di dalam perundang-undangan

tertentu.33

Peter Mahmud Marzuki merumuskan penelitian hukum sebagai suatu

proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun

doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi34.

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini merupakan penelitian

terhadap asas-asas dan sistematika hukum dengan mengkaji perundang-

undangan tentang perlindungan hukum dan tanggung jawab terhadap

kehilangan saldo di dompet digital dana.

Sedangkan dilihat dari sifatnya penelitian tersebut bersifat deskriptif

yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta

hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil

kesimpulan yang berlaku umum. 35

2. Sumber Data

Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka.

Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data

dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya

dinamakan data sekunder.36

33
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, Hlm. 23.
34
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 29.
35
Ibid, Hlm. 15
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, Hlm. 12.

2
a. Bahan Hukum primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

peraturan perundang-undangan yaitu :

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang

Transfer Dana.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggara

Sistem Dan Transaksi Elektronik.

c) Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang

Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

d) Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan

Konsumen Penyelenggara Sistem Pembayaran (PBI Perlindungan

Konsumen).

e) Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang

Elektronik (PBI Uang Elektronik).

f) Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/6/PBI/2021 Tentang Penyedia

Jasa Pembayaran.

b. Bahan Hukum sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah ada sebelumnya atau

merupakan data jadi atau buku. Data sekunder bersumber dari penelitian

kepustakaan yang terdiri dari yaitu semua publikasi hukum yang

merupakan dokumen yang tidak resmi, yang mana terdiri dari buku-buku

2
teks permasalahan hukum, skripsi, tesis, desertasi hukum, dan jurnal-

jurnal hukum.37

c. Bahan hukum tersier

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kamus hukum, indeks kualitatif dan lain sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Menurut Peter Mahmud Marzuki Penelitian hukum bentuk ini dikenal

sebagai Legal Research sering juga disebut penelitian hukum doktriner dan

penelitian kepustakaan atau studi dokumen, seperti Undang-Undang, buku-

buku yang berkaitan dengan permasalahannya.38 Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, merupakan

teknik untuk mendapatkan data sekunder melalui dokumen-dokumen yang

terkait dengan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.39

4. Analisis data

Data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan akan dianalisis

secara kualitatif. Analisis kualitatif merupakan cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, dalam pengertian apa yang dinyatakan

responden secara terrulis ataupun lisan. Menggunakan metode deduktif

yaitu

37
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, , Hlm 54.
38
Aan Komariah, Djam’an Satori, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2011,
Hlm.149.
39
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984,
Hlm. 252
2
penarikan kesimpulan dari yang umum kepada hal yang khusus berdasarkan

teori yang ada.

G. Sistematika penulisan

Agar dapat memudahkan pemahaman dalam pembahasan serta

memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penulisan karya

ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penyusunan

penulisan skripsi, adapun sistematikanya terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Kerangka Teori

E. Kerangka Konseptual

F. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Dompet Digital

B. Tinjauan Umum Tentang Transaksi Elektronik

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Pengguna Dompet Digital Dana Terhadap

Kerugian atas pemotongan Otomatis.

B. Upaya Hukum yang dapat di lakukan atas kerugian yang diderita oleh

pengguna akibat pemotongan saldo secara otomatis di dompet digital.

BAB IV PENUTUP

2
A. Kesimpulan.

B. Saran.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini memerlukan waktu 6 bulan atau 180 (seratus delapan

puluh) hari. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2023 dan akan selesai pada

bulan Desember 2023. Untuk lebih jelasnya rencana kegiatan penelitian akan

digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel I.1

Jadwal Penelitian

Uraian Kegiatan Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Penulisan Proposal

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

Pengumpulan Data

Pengelolaan Data

Seminar Skripsi

Perbaikan Skripsi

Penyerahan Skripsi Ke Fakultas

2
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Andini dan Aditiya, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Prima Media,
Surabaya.

Dirdjosisworo, Soedjono 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grapindo


Persada, Jakarta.

Djaja, Ermansjah, 2010, Penyelesaian Sengketa Hukum Teknologi Informasi


dan Transaksi Elektronik, Pustaka Timur, Yogyakarta.

Dwi Putro, Widodo, et. al., Penjelasan Hukum: Pembeli Beriktikad Baik
Dalam Sengketa Perdata, LeIP, Jakarta.

Emirzon, Joni dan Muhammad Sadi Is, 2021, Hukum Kontrak, Kencana,

Jakarta. Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005

Kelsen, Hans, 2008, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori
Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam,
Bandung: Penerbit Nusa Media.

Komariah, Aan dan Djam’an Satori, 2011, Metode Penelitian Kualitatif,


Alfabeta, Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2009, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, Mertokusumo, Sudikno, 2012, Teori Hukum, Edisi Revisi, Cahaya

Atma
Pustaka, Yogyakarta.

Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Rahardjo, Satjipto, 2006, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta.

2
Rahardjo, Satjipto, 2003, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum di Indonesia, Kompas,
Jakarta.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2004

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo,


Jakarta.

Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Subekti, 2005, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika,


Jakarta.

Zainuddin, Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

B. JURNAL/SKRIPSI/TESIS

Abhay Upadhayaya, Electronic Commerce and E-wallet, International Journal


of Recent Research and Review, Vol. I, March 2012.

Anik Wulandari, Moch. Najib Imanullah, Perlindungan Hukum Ekspeditur atas


Pengiriman Produk Agrikultura Berdasarkan Sea Transport Agreement,
Jurnal Privat Law Vol. VI No 2 Juli - Desember 2018

Budiman Jayadinata, “Analisis Yuridis Pemenuhan Asas Iktikad Baik dam


Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Koperasi KUD Tani Sejahtera
dengan PT. Perkebunan Nusantara V (Persero)”, Tesis Program
Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau, Tahun 2019

Damasha Khoiri Clevalda, Dona Budi Kharisma, Perlindungan Hukum


Terhadap Nasabah Dompet Digital Oleh Bank Indonesia, Jurnal Privat
Law Volume 9 Nomor 1 Januari-Juni 2021.

3
Fiona Pappano Naomi, I Made Dedy Priyanto, Perlindungan Hukum Pengguna
E-Wallet Dana Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9 No. 1 Tahun 2020.

Lucky Dafira Nugroho, “Iktikad Baik Sebagai Tolak Ukur Perbuatan Debitor
Dalam Kepailitan”, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Trunojoyo Madura, Madura, 2016

Muhammad Fahri Fauzadeli, Rani Apriani, Perlindungan Hukum Terhadap


Nasabah E-Wallet Atas Kebocoran Data dan Kehilangan Sejumlah Dana,
Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 15 No. 2 November 2022.

Manufactures’ finance Co, “Equality”, Jurnal West Law, Supreme Court of the
United States, 1995, diakses melalui perpustakaan nasional RI, tanggal
30 mei 2022.

Nurwahidah, Asriani Hasan, Studi Komparatif Harga Dan Volume Transaksi


Saham Isat Pada Saat Sebelum Dan Setelah Peresmian Merger (A
Comparative Study of Isat Stock Price and Transaction Volume Based on
Merger Announcement), Jurnal Fraction, Vol. 2, No 2, 2022.

Nurul Iman, Ilyas Yunus, Perlindungan Hukum Terhadap Autodebet Rekening


Tanpa Persetujuan Nasabah Akibat Dari Pemasaran Asuransi Melalui
Sarana Telemarketing, Jurnal Jim Bidang Hukum Keperdataan, Vol. 5,
No.1 Februari 2021

Putu Bagus Bendesa Wirananda, Ni Putu Purwanti, Pelaksanaan Tanggung


Jawab Bank Terhadap Nasabah Pengguna Kartu Atm Pada Bank Bri
Cabang Renon Denpasar, Jurnal Kertha Semaya, Vol. 8 No. 8 Tahun
2020

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer

Dana.

3
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggara Sistem

Dan Transaksi Elektronik.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan

Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan

Konsumen Penyelenggara Sistem Pembayaran (PBI Perlindungan

Konsumen).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik (PBI

Uang Elektronik).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/6/PBI/2021 Tentang Penyedia Jasa

Pembayaran.

D. Website

https://www.dana.id/terms, di akses, tanggal 20 Juli 2023

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-saldo/, di akses, tanggal 20 Juli


2023.

Anda mungkin juga menyukai