Anda di halaman 1dari 8

PEMBATALAN PERJANJIAN CASH ON DELIVERY DAN GANTI

RUGI DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71


TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK

PROPOSAL

Oleh
SYAMSID DHUHA
201812034

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ABDURRACHMAN SALEH SITUBONDO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era yang serba modern ini banyak sekali kebutuhan umat manusia dalam
menjalankan kehidupannya di antaranya adalah berbelanja. Belanja merupakan
pemerolehan barang atau jasa dari penjual dengan tujuan membeli pada saat itu.
Belanja adalah aktivitas pemilihan dan/atau membeli1. Dalam beberapa hal
dianggap sebagai sebuah aktivitas saat senggang. Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari kata belanja adalah uang yang dipakai untuk
keperluan sehari-hari (rutin).
Sekarang ini berbelanja dan bertransaksi semakin mudah untuk dilakukan,
tidak seperti pada zaman dahulu yang harus dilakukan secara berhadap-hadapan
atau harus bertemu antara penjual dan pembeli. Dengan berkembangnya teknologi
dan adanya internet di zaman ini kita bahkan bisa dengan mudah membeli barang
dari luar negara kita. Dan dengan majunya e-commerce di Indonesia masyarakat
dapat dengan mudah mencari barang diinginkan.
Dalam perkembangan teknologi informasi, keberadaan e-commerce
meningkatkan persaingan bisnis perusahaan dengan memberikan respons terhadap
konsumen yang dapat dirasakan dalam berbagai bidang mulai transportasi,
komunikasi elektronik bahkan di dunia maya yang mengakibatkan gaya hidup
masyarakat saat ini ikut berubah karena pengaruh dari perkembangan teknologi
tersebut.
Dan salah satu yang paling mencolok dari perkembangan teknologi tersebut
adalah gadget dan kecenderungan dalam beraktivitas di dalam dunia maya salah
satunya adalah berbelanja online. Di tahun yang serba maju ini tren online shop
semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, ini dikarenakan semakin
dimudahkannya bertransaksi dan keamanan dalam bertransaksi juga ditingkatkan
agar para konsumen lebih aman dalam bertransaksi.

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Belanja. Diakses pada tanggal 09 Januari 2022
Maraknya penggunaan internet tak hanya sekedar digunakan masyarakat
Indonesia untuk mencari informasi dan berkomunikasi, melainkan dimanfaatkan
juga untuk kegiatan ekonomi. Pesat perkembangan ekonomi berbasis elektronik
mempunyai potensi ekonomi yang tinggi bagi Indonesia. Hal ini mendorong
pemerintah untuk membangun regulasi yang mengatur tentang ekonomi berbasis
elektronik dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XIV mengenai E-
Commerce.
Oleh karena itu, pada tahun 2017 diterbitkan Perpres No. 74 tahun 2017
mengenai Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik atau
SPNBE. Selanjutnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)
yang mengatur tentang pihak-pihak yang melakukan, persyaratan,
penyelenggaraan, kewajiban pelaku usaha, iklim penawaran, penerimaan,
konfirmasi, kontrak, pembayaran, pengiriman barang, penukaran barang dalam
perdagangan dengan sistem elektronik, perlindungan data pribadi, penyelesaian
PMSE hingga pengawasan dan pembinaan PMSE.
Cash on delivery (COD) sedang diminati banyak masyarakat dalam
melakukan transaksi belanja Online. Sistem pembayaran ini memudahkan karena
dianggap bisa menjamin barang sampai di tangan sebelum mengirim dana 2.
Dalam konteks jual beli dengan metode COD melalui Marketplace, setidaknya
ada 5 pihak yang terlibat, yaitu penyelenggara Marketplace, penjual, penyedia
jasa ekspedisi, kurir, dan pembeli, sebagai berikut:
1. Penjual mendagangkan barangnya di Marketplace.
2. Pembeli membeli barang dari penjual melalui Marketplace setelah
menyepakati barang, jumlah, harga, ongkos kirim, jasa ekspedisi, dan
metode pembayaran yang tertera (dalam hal ini COD).
3. Penjual mengemas barang pesanan pembeli dan mengirimkannya melalui
jasa ekspedisi yang telah dipilih si pembeli.

2
https://www.merdeka.com/uang/pahami-hal-ini-sebelum-belanja-online-bayar-pakai-cod.html.
Diakses pada tanggal 02 Februari 2022.
4. Barang tersebut kemudian diantar oleh kurir ekspedisi menuju ke alamat
pembeli.
5. Setelah barang sampai, pembeli menyerahkan sejumlah uang sesuai harga
pesanan yang telah disepakati dengan penjual kepada kurir.
Pun begitu Cash on delivery bisa juga diartikan dan diterapkan meski tanpa
adanya Marketplace.
Sekarang ini terdapat sistem penjualan secara Online yang diterapkan dalam
situs jual beli, di antaranya adalah First hand yakni para Online Shop mengambil
produk yang akan dijualnya dari produsen dan dapat dijual kembali dengan harga
terjangkau, reseller yakni para Online Shop yang membeli produk dari produsen
kemudian produk yang dijual kembali dengan harga dinaikkan, dropship yakni
suatu sistem yang memiliki persamaan dengan reseller yang membedakan
dropshipper tidak memerlukan stok produk, jastip yaitu jasa titip yang mirip
dengan reseller juga dengan cara pre-order yang membedakan adalah pada sistem
jasa titip ini terletak di biaya titipan, dan sistem Cash On Delivery.3
Saat ini sistem pembayaran COD cukup banyak diminati bagi para pembeli
saat ingin membeli suatu produk di situs jual beli Online karena pembeli atau bisa
disebut juga konsumen dapat merasa lebih aman serta dapat terhindar dari
penipuan secara Online, serta juga memberikan keuntungan terhadap konsumen
maupun penjual (pelaku usaha). Dalam praktiknya transaksi ini tetap
mengharuskan adanya kesepakatan bersama dari kedua belah pihak yakni antara
penjual dan pembeli.
Usaha e-commerce di Indonesia lebih banyak menggunakan COD, di mana
pembeli bisa membayar pesanan secara tunai di lokasi pembelian menggunakan
uang cash atau membayar pada saat pesanan tiba di tempat tujuan. Pembayaran
dilakukan kepada kurir yang membawa barang ke rumah pembeli, kantor, atau ke
tempat lain yang digunakan. Lebih dari setengah usaha e-commrce di hampir
semua lapangan usaha, menggunakan metode pembayaran tersebut. Metode
pembayaran selanjutnya yang sering digunakan adalah melalui transfer bank, baik

3
https://kumparan.com/karjaid/5-sistem-penjualan-dalam-online-shop-1s0hKo6PDX8. Diakses
pada tanggal 03 Februari 2022.
melalui ATM, Internet Banking, maupun Mobile Banking. Berdasarkan data yang
ada berikut di bawah ini sistem pembayaran yang paling banyak diminati4 :

Cash On Delivery : 73,04%


Transfer/ATM : 21,20%
Kartu : 4,67%
E-Wallet : 1,06%
Lainnya : 0,03%

Sebagai salah satu negara yang mempunyai luas wilayah yang besar di dunia
yang ditambah dengan jumlah penduduk yang banyak, maka Indonesia menjadi
pangsa pasar yang potensial di dalam pemasaran transaksi jual beli melalui
internet dan transaksi lewat media elektronik juga diatur dalam undang-undang
No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pada Pasal 1
angka 6 Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik (UU ITE) mengatur bahwa penyelenggaraan negara, orang, badan
usaha, dan/atau masyarakat. Dalam hal ini penyelenggara sistem elektronik adalah
E-Commerce dengan sistem pembayaran COD. Dan dalam pasal 15 ayat (1)
UUITE mengatur bahwa setiap penyelenggara bahwa sistem elektronik harus
menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung
jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pasal 15 ayat (1) UUITE masih terbuka kemungkinan terjadi
pelanggaran atau kesalahan dalam melakukan jual beli Online. Biasanya
kesepakatan perjanjian dalam transaksi COD sudah diatur tentang bagaimana
proses saat bertemu langsung di suatu tempat, atau juga dapa menggunakan
layanan jasa kurir atau juga layanan jasa antar barang. Yang mana penjual
mengirim produk yang dijualnya tersebut untuk diantarkan kepada pihak pembeli,
yang mana pihak pembeli dapat menunggu di rumah dan mempersiapkan uang
untuk melakukan pembayaran produk tersebut kepada kurir. Pun begitu dalam

4
Adam L. Kusumatrisna et.al, 2020, Statistik E-Commerce 2020, Cetakan Pertama, Badan Pusat
Statistik, hlm. 22
praktiknya tentu bisa saja akan menimbulkan bermacam masalah. Hal ini
dikarenakan tidak ditemukannya secara langsung antara kedua belah pihak yakni
penjual dan pembeli
Hal tersebut menyatakan bahwa penggunaan jasa COD yang seharusnya
aman karena langsung bertatap muka. Seperti halnya transaksi jual beli
konvensional, transaksi jual beli Online perlindungan konsumen adalah sangat
penting sehingga Negara Indonesia telah mengatur perlindungan terhadap
konsumen dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 9 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
Dalam hal transaksi antara pelaku usaha dengan konsumen pada
penyelenggaraan E-commerce, maka penyelenggaraan transaksi tersebut terikat
dengan ketentuan perlindungan konsumen. Hal ini didasari atas kondisi di mana
satu pihak selalu memiliki kedudukan yang lebih diuntungkan. Konsumen dalam
hal ini menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya
oleh pelaku usaha melalui promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian
standar yang merugikan konsumen. Dan dalam transaksi perdagangan secara
Online, konsumen sering kali dihadapkan dengan perilaku pelaku usaha yang
tidak bertanggung jawab. Hal ini semakin mudah dilakukan oleh pelaku usaha
karena para pihak tidak saling bertemu secara langsung pada saat terjadi
kesepakatan5.
Beberapa masalah yang sering kali terjadi berdasarkan kasus yang ada di
mana pihak pembeli yang telah memesan suatu produk terkadang dengan baik
beralasan maupun tanpa alasan membatalkan pesanannya, sedangkan kurir sudah
berada di alamat rumah si pembeli. Si pembeli membatalkan pesanannya atau
bahkan menolak pesanannya dengan alasan produk yang di terima tidak sesuai
dengan si pembeli inginkan, atau bisa saja menjadi kesempatan bagi pihak penjual
untuk mengambil keuntungan dari sistem pembayaran COD ini dengan tidak
bertanggung jawab memberikan produk yang tidak sesuai, lebih murah, atau
bahkan memberikan barang yang cacat.

5
Silviasari, 2020, Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Transaksi E-
Commerce Melalui Sistem Cash On Delivery, Vol. 1, No. 3, hlm. 152
Adanya wanprestasi ini menjadikan pihak pembeli maupun pihak penjual
mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajibannya yakni membayar kerugian
sesuai dengan peraturan yang ada. Berdasarkan pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata
yang menyatakan kesepakatan antara pihak penjual dengan pihak pembeli
merupakan syarat terjadinya perjanjian, akan tetapi walaupun perjanjian tersebut
sudah terjadi belum tentu memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian yang terdapat
di dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Pengaturan mengenai pertanggungjawaban seperti diatas tidak serta merta
menghilangkan salah satu permasalahan krusial dalam sistem transaksi e-
commerce adalah ketidakpuasan pembeli yang ditunjukkan dalam bentuk
beraneka ragam perilaku komplain Ketika ada ketidakpuasan. Respons konsumen
dipengaruhi karakter konsumen dalam tipe komplain yang dilakukan oleh
konsumen belanja Online terhadap ketidakpuasan yang dihadapi ketika
mengonsumsi produk atau jasa dengan memperhatikan kualitas produk, layanan,
nilai dan faktor personal6. Untuk itu di ambil judul :
“Pembatalan perjanjian Cash on Delivery dan Ganti Rugi ditinjau dari Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik’’

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalahnya ialah sebagai
berikut :
1. Apakah pembatalan perjanjian COD dapat dilakukan jika barang
tidak sesuai?
2. Bagaimana bentuk ganti rugi dari tidak kesesuaian barang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan mengenai penulisan :
1.3.1 Tujuan Umum

6
I Wayan Gde Wiryawan, 2021, Urgensi Perlindungan Kurir dalam Transaksi E-Commerce
dengan Sistem COD, Vol. 4, No. 2 September 2021, hlm. 188
Sebagai persyaratan akademik pada semester akhir guna meraih gelar
Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Abdurrahman Saleh.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui pembatalan COD dapat dilakukan jika barang tidak
sesuai.
b. Untuk mengetahui bentuk ganti rugi dari tidak kesesuaian barang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi :
1. Secara teoritik penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
tentang edukasi hukum khususnya bagi orang tua dan generasi yang
akan mendatang.
2. Secara praktik penelitian ini akan menjadi kebijakan pemerintah
Indonesia baik pemerintah daerah maupun pemerintah daerah.
1.5 Metode Penulisan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran yang benar mengenai
Pembatalan perjanjian Cash on Delivery dan Ganti Rugi menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
1.5.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah

Anda mungkin juga menyukai