Anda di halaman 1dari 3

Discussion Section 6 – Transaksi Dalam Ekonomi Islam

Soal:
Bacalah link berita berikut ini:
https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1469427-transaksi-keuangan-linkaja-syariah-naik-300-persen-pada-2021
 
Plt Chief Executive Officer LinkAja Syariah, Wibawa Prasetyawan mencatat, terjadi peningkatan transaksi
keuangan pengguna layanan dompet digital ini sebanyak 300 persen pada 2021 dibanding 2020. Penghasilan
perusahaan pun naik 1.400 persen.

Pertanyaan:
Berikan analisis terkait hukum dan dampak ekonomi melakukan transaksi melalui dompet digital, berdasarkan
pandangan ekonomi Islam!

Jawab:
Pelaksanaan Islam sebagai way of life berarti melaksanakan semua kegiatan di segala aspek kehidupan
sesuai dengan syariat-syariat Islam, guna mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Prinsip dasar
sistem ekonomi Islam menggambarkan bahwa manusia yang dalam posisinya sebagai khalifah Allah swt. di
muka bumi, memiliki hak dan tanggung jawab untuk memiliki dan memanfaatkan apa yang Allah ciptakan
untuk kita. Akan tetapi hak memiliki ini terbatas dan sah, sejajar dengan tanggung jawab manusia untuk
bertindak sesuai dengan kehendak dan hukum Allah swt. Kekayaan tidak boleh terkonsentrasikan di tangan
sedikit orang saja, dan itu mengharuskan adanya kerjasama antarmanusia dalam pemanfaatannya. Hakikatnya
dalam perekonomian, fungsi utama uang merupakan alat transaksi (medium of exchange). Dari fungsi utama
tersebut lalu dijabarkan beberapa fungsi yang lain seperti:
1. Uang sebagai pembakuan nilai (standard of value);
2. Uang sebagai penyimpanan kekayaan (store of value);
3. Uang sebagai satuan penghitung (unit of account);
4. Uang sebagai pembakuan pembayaran tangguh (standard of deffered payment).
Perbedaan pandangan Islam yang paling mendasar mengenai uang adalah Islam menganggap uang hanya
sebagai media tukar (medium of exchange) untuk mendapatkan barang sehingga kebutuhan hidup dapat
terpenuhi. Uang dalam Islam tidak menjadi objek komoditi yang dapat diperjualbelikan dan disewakan guna
mencari kelebihan keuntungan darinya.
Dalam era digital saat ini, semakin banyak layanan yang dibentuk dan dikembangkan untuk memudahkan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Lahirnya era digital mengakibatkan pertumbuhan industri digital
yang sangat mempengaruhi aktivitas bisnis sehari-hari. Salah satunya adalah sistem pembayaran, dimana
penggunaan uang tunai sudah tidak sebanyak dulu. Saat ini uang tidak lagi berbentuk secara fisik, melainkan
menjadi sebuah benda tak berwujud yaitu e-money (sistem uang elektronik). Islam memberikan peluang bagi
manusia untuk melakukan inovasi terhadap berbagai kebutuhan muamalah yang mereka butuhkan dalam
kehidupan mereka, yang didasarkan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, atau atas dasar kaidah-kaidah umum
yang berlaku dalam syariat Islam, atau atas dasar hasil ijtihad yang dibenarkan oleh Islam.
Dompet elektronik (e-wallet) atau dompet digital adalah produk virtual yang dapat di ibaratkan “dompet” di
saku celana yang dapat dipakai menyimpan uang tunai, kartu debit, dan uang elektronik. Dompet digital dapat
menyimpan data keuangan (kartu debit, kartu kredit, uang elektronik) yang dapat dipakai untuk melakukan
pembayaran. Secara umum, dompet digital (e-wallet) didefinisikan sebagai aplikasi elektronik yang digunakan
untuk transaksi secara online melalui smartphone, yang kegunaannya hampir sama dengan kartu kredit atau
debit. Melansir The Economic Times, dompet digital (e-wallet) adalah jenis akun prabayar yang dilindungi
dengan kata sandi di mana pengguna dapat menyimpan uang untuk setiap transaksi online, seperti
pembayaran untuk makanan, belanja barang online, dan tiket penerbangan.
Dompet digital (e-wallet) memungkinkan para pengguna untuk melakukan transaksi jual-beli elektronik
secara cepat dan aman. Dompet digital (e-wallet) berfungsi hampir sama dengan dompet saku dan pertama
kalinya diakui sebagai sebuah metode untuk menyimpan uang dalam bentuk elektronik, namun kemudian
menjadi populer karena cocok untuk menyediakan cara yang nyaman bagi pengguna internet untuk
menyimpan dan menggunakan informasi berbelanja secara daring (online). Dalam Pasal 1 ayat 7 Peraturan
Bank Indonesia No.18/40/PBI/2016, mendefinisikan electronic wallet yang selanjutnya disebut dompet digital
ialah layanan elektronik untuk menyimpan data instrumen pembayaran antara lain, pembayaran dengan
menggunakan kartu dan/atau uang elektronik, yang dapat juga menampung dana untuk melakukan
pembayaran.

LinkAja adalah sebuah layanan uang elektronik berbasis aplikasi yang dibuat untuk memudahkan transaksi
penggunanya. LinkAja merupakan joint venture dari 6 (enam) BUMN, yaitu Telkom, Pertamina, Bank Mandiri,
Bank BRI, Bank BNI, dan Bank BTN. Pada pertengahan April 2020, LinkAja meluncurkan fitur baru yaitu layanan
berbasis syariah. Layanan Syariah LinkAja mengedepankan 3 (tiga) kategori utama produk layanan syariah yaitu
ekosistem ZISWAF (Zakat, Infak, Sodaqoh dan Wakaf), pemberdayaan ekonomi berbasis masjid serta digitalisasi
pesantren dan UMKM. Saat ini Layanan Syariah LinkAja telah bekerjasama dengan lebih dari 242 lembaga dan
institusi penyaluran ZISWAF, lebih dari 1000 masjid, pesantren serta beberapa mitra e-commerce dan offline
merchant. Layanan syariah menghadirkan beragam produk yang sesuai dengan akad syariah dengan tidak ada
unsur maisyir (judi), gharar (ketidakjelasan), riba (tambahan), zalim, dan barang tidak halal. Layanan Syariah
LinkAja dirancang dengan menggunakan skema syariah melalui akad qardh. Akad qardh adalah akad pinjaman
dimana pelanggan menitipkan uangnya kepada Finarya yang merupakan perusahaan yang menaungi LinkAja,
dalam bentuk pinjaman. Qardh secara etimologis adalah memberikan harta kepada orang yang akan
memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya di kemudian hari. Menurut Firdaus, al qardh adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dalam literatur fikih, qardh
dikategorikan dalam akad tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil.
Aplikasi LinkAja dapat dioperasikan melalui smartphone dengan mengunduh aplikasi LinkAja melalui Google
Play Store untuk pengguna Android dan App Store untuk iOS. Kemudian, untuk memakainya pengguna hanya
perlu mendaftarkan nomor telepon serta mengisi biodata calon pengguna. Setelah disetujui oleh sistem
LinkAja, maka akun telah aktif dan dapat menggunakan LinkAja layaknya sebuah dompet digital.
Dalam perspektif syariah hukum dari dompet digital adalah halal. Kehalalan ini berlandaskan kaidah, setiap
transaksi dalam muamalah pada dasarnya diperbolehkan kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya, maka
saat itu hukumnya berubah menjadi haram. Oleh karena itu, uang elektronik atau dompet digital harus
memenuhi kriteria dan ketentuan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Faktor lain yang menjadi alasan
kehalalan dompet digital adalah karena adanya tuntutan kebutuhan manusia akan dompet digital dan
banyaknya pertimbangan kemaslahatan di dalamnya.

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa transaksi penggunaan uang elektronik atau dompet
digital hukumnya boleh, didasarkan kepada dalil Al-Quran surat An-Nisa ayat 29:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dari dalil Al-Quran diatas bahwa manusia boleh bermuamalah dalam bidang ekonomi, asalkan dengan cara
yang benar dan tidak dilakukan dengan cara yang salah menurut syara, juga dengan didasari saling ridha
meridhai.

Dalil kehalalan dompet digital juga dapat didasarkan dengan kaidah fiqh, yang berbunyi:
“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara
(selama tidak bertentangan denga syariah).”

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan uang
elektronik, dan menyatakan bahwa hukum uang elektronik itu pada dasarnya boleh asal dengan syarat-syarat:
1) Uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur berikut:
a. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
b. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam suatu media yang teregistrasi;
c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan; dan
d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik
tersebut.
2) Uang elektronik syariah adalah uang elektronik yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Prinsip syariah dari e-money atau e-wallet sudah ada dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), yakni fatwa DSN No. 116 /DSN-MUI/IX/2017 tentang uang elektronik syariah. Pertama,
terhindar dari transaksi yang dilarang. Kedua, biaya layanan fasilitas adalah biaya riil sesuai dengan prinsip ganti
rugi/ijarah. Ketiga, (dana) ditempatkan di bank syariah. Keempat, dalam hal kartu e-money hilang, jumlah
nominal uang yang ada di penerbit tidak boleh hilang. Kelima akad antara penerbit dengan para pihak dalam
penyelenggaraan e-money (prinsipal, acquirer, pedagang, penyelenggara kliring, dan penyelenggara penyelesai
akhir) adalah ijarah, ju’alah, dan wakalah bi al-ujrah. Keenam, akad antara penerbit dengan pemegang e-money
adalah wadiah dan qardh, karena nominal uang bisa digunakan atau ditarik kapan saja. Sementara itu, akad
penerbit dengan agen layanan keuangan digital adalah ijarah, ju’alah, dan wakalah bi al-ujrah.

Anda mungkin juga menyukai