ISLAM
Disusun oleh: Citra Dwi Yulianti
dwicitra220702@gmail.com
PENDAHULUAN
Secara bahasa, qardh berasal dari Bahasa Arab yang artinya potongan.
Secara istilah, qardh adalah memberikan harta kepada orang lain dengan maksud
pinjam meminjam, yang dapat diminta kembali dengan jumlah yang sama tanpa
mengharapkan imbalan atau tambahan (ziyadah).
Hukum asal qardh adalah sunnah bagi orang yang meminjamkan hartanya
dan mubah bagi peminjam. Hukum berutang dalam islam diperbolehkan apabila
dalam kondisi mendesak, seperti membeli kebutuhan pokok untuk menghindari
kelaparan.
Akad jual beli menjadi sah apabila rukun dan syarat telah terpenuhi.
Praktik Shopee PayLater telah memenuhi rukun akad qardh yaitu pemberi
pinjaman selaku pihak Shopee (Muqrid), penerima pinjaman selaku konsumen
(Muqtarid), sighat yaitu akad jual beli (Ijab dan Qabul), dan Dana atau barang
yang dipinjam (Muqtaradh).
Namun, syarat jual beli dalam Shopee PayLater belum terpenuhi karena
terjadi praktik gharar dan menambah uang jasa (Bunga). Pinjaman Shopee
PayLater memiliki 3 pilihan pembayaran yaitu 1 bulan dengan bunga 0%, 2x
cicilan dan 3x cicilan dengan bunga 2,95% perbulannya. Selain itu ada biaya
administrasi sebesar 1% per transaksi, dan biaya denda apabila melewati tenor
waktu sebesar 5% dari total tagihan.
Ketentuan dan Syarat Shopee PayLater ini tidak dibenarkan dalam Islam.
Terdapat uang jasa (bunga) yang merugikan banyak pihak dan hanya
menguntungkan pihak Shopee. Selain itu penetapan bunga tidak tertera dengan
jelas saat checkout produk, yakni langsung ditotalkan secara otomatis oleh pihak
shopee termasuk bunga nya. Hal ini mengandung unsur penipuan (Gharar) karena
tidak memberikan informasi dengan jelas.
Selain itu, jenis pembayaran 1 bulan yang tidak sesuai dengan waktu
pelunasan pada jatuh tempo. Misalkan, pengguna melakukan checkout produk
pada tanggal 17 Oktober, maka pada tanggal 5 November pengguna harus
melunasi tagihan tersebut. Karena Shopee menetapkan setiap tanggal 5 adalah
pembayaran tagihan pengguna Shopee PayLater. Dalam Islam tidak dibenarkan,
karena kesepakatan akad yakni 1 bulan namun pada praktiknya tidak demikian.
Hal ini bertentangan dengan syarat qardh yaitu terjadi praktik penipuan (Gharar).
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Baranagsiapa mengulangi, maka mereka itu
penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah : 275)
PENUTUP
Kesimpulan
E-Commerce serupa dengan jual beli As-Salam yaitu sistem jual beli
dengan metode pesanan dan penyerahan barang nya ditangguhkan. Adapun
perbedaan antara As-Salam dengan E-Commerce terletak dari bentuk
transaksinya. As-Salam menggunakan metode Cash yaitu berbentuk fisik,
sedangkan E-Commerce dengan metode Cashless yaitu pembayaran tanpa uang
tunai melalui Virtual Banking, E-Money, E-Wallet, dan fitur PayLater yang
terdapat pada platform penyedia tiket liburan dan Marketplace.
Konsep utama dari fitur PayLater ialah “beli sekarang, bayar nanti.”
Dalam praktiknya, suatu transaksi pinjam meminjam dikatakan sah apabila telah
terpenuhi rukun dan syarat jual beli dalam Islam. Shopee PayLater telah
memenuhi rukun akad qardh, tetapi tidak memenuhi syarat qardh. Shopee
PayLater bertentangan dengan prinsip Islam, yaitu terdapat biaya administrasi,
biaya uang jasa (Bunga), biaya denda yang sangat tinggi, dan tenor jatuh tempo
yang tidak sesuai dengan kesapakatan akad sehingga terjadi praktik penipuan
(Gharar).
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prastiwi, Iin, Tiara Nur. 2021. Konsep PayLater Online Shopping dalam
Pandangan Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. 07 (1).
Rahayu, Titi. 2021. Analisis Akad Jual Beli E-Commerce Shopee PayLater dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. 03 (2).