Anda di halaman 1dari 12

HUKUM TRANSAKSI PAYLATER DALAM PERSPEKTIF

ISLAM
Disusun oleh: Citra Dwi Yulianti

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dwicitra220702@gmail.com

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi mengalami peningkatan secara


signifikan. Internet yang awalnya hanya digunakan oleh kalangan akademisi,
instansi, dan pemerintahan kini telah digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengguna Internet sejak tahun
2019 sampai dengan tahun 2021 selama pandemi covid-19 menyerang Indonesia.
Pengguna Internet yang berjumlah sebanyak 196,7 juta di tahun 2019 meningkat
menjadi 202,6 juta jiwa pada tahun 2021. Terdapat peningkatan sebesar 3% dari
tahun 2019, dan sebanyak 74,2% masyarakat Indonesia merupakan pengguna
Internet. Data menunjukkan lebih dari setengah populasi masyarakat Indonesia
merupakan pengguna Internet. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan
bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan secara efektif dan efisien, sehingga
internet menjadi suatu kebutuhan hidup di era modern ini.

Internet pada mulanya hanya digunakan untuk memperoleh informasi,


seiring perkembangan teknologi, pengguna internet semakin meluas. Internet
mampu mengubah gaya komunikasi, maupun gaya hidup tiap individu, bahkan
terjadi perubahan dari sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi
digital, seperti pola perdagangan dan pembayaran berbasis internet.

Dalam sistem konvensional, penjual akan bertemu secara langsung dengan


pembeli dalam 1 (satu) ruangan yang disebut pasar. Namun, sistem ini
menimbulkan permasalahan seperti barang yang tidak terjangkau oleh pembeli
karena terbatasnya ruang (jarak antara pembeli dan penjual terlampau jauh).
Sehingga solusi yang tepat yaitu perdagangan dan pembayaran berbasis internet.
Jenis Ekonomi Digital disebut dengan istilah E-Commerce (Electronic
Commerce), sebuah solusi bagi sistem perdagangan yang terkendala ruang dan
jarak.

Perubahan sistem Ekonomi Konvensional menjadi Ekonomi Digital tentu


mempengaruhi gaya hidup sosial termasuk kehidupan masyarakat muslim
modern. Berbagai kelebihan fasilitas digital memberikan kemudahan dalam
bertransaksi seperti fasilitas PayLater yang menerapkan sistem “Beli sekarang,
bayar nanti.”

Tujuan fitur PayLater ini memberikan kemudahan bagi konsumen yang


memiliki kebutuhan terdesak namun kesulitan dalam pembiayaan. Karena
PayLater adalah fitur pembayaran dengan menggunakan dana talangan dari
perusahaan E-Commerce, kemudian konsumen membayar tagihannya ke
perusahaan dengan tenor waktu yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Dengan kesepakatan ini, PayLater mengandung uang jasa atau bunga.

PayLater mengandung unsur ketidakjelasan (Gharar) terkait akad yang


digunakan ketika bertransaksi, sehingga hal ini dapat mempengaruhi keberkahan
masyarakat muslim dalam bermuamalah. Berbagai permasalahan di atas semakin
kompleks apabila dikaitkan dengan hukum islam mengenai akad dalam transaksi
Online. Fikih telah menentukan rukun dan syarat jual beli. Apakah jual beli
melalui E-Commerce memenuhi prinsip-prinsip ekonomi Islam? Apakah
Transaksi semacam PayLater diperbolehkan dalam Islam? Pertanyaan di atas
akan di jawab dalam tulisan yang berlandaskan Dalil Al-Qur’an, Dalil Fiqhiyah,
dan Prinsip-prinsip mu’amalah dalam Islam. Peniliti akan mengangkat tema
dengan judul “Hukum Transaksi PayLater dalam Perspektif Islam.”
PEMBAHASAN

Pengertian E-Commerce dalam Perspektif Islam

E-Commerce adalah proses menjual dan membeli produk berupa barang


atau jasa secara elektronik menggunakan komputer yang tersambung jaringan
internet sebagai perantara transaksi bisnis. Jadi E-Commerce adalah sistem
pemasaran, penjualan, pembelian barang atau jasa melalui media elektronik
seperti Televisi, Radio, Smartphone dan Komputer yang tersambung internet.

E-Commerce (Perdagangan secara Elektronik) serupa dengan konsep jual


beli dalam Fiqih Muamalah yaitu Jual Beli As-Salam. As-Salam adalah akad jual
beli dengan sistem pesanan. As-Salam dijelaskan pada sabda Rasulullah saw
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas:

“Barang siapa melakukan Jual beli Salam, hendaklah melakukannya dalam


takaran dan timbangan yang jelas, sampai batas waktu tertentu.”

Dapat disimpulkan bahwa jual beli As-Salam dengan E-Commerce adalah


sama, yakni pesanan yang penyerahan barang nya ditangguhkan. Implementasi E-
Commerce harus terhindar dari Maisir (Judi), Gharar (Penipuan), Riba, dan
produk yang diharamkan dalam Islam. Perbedaan As-Salam dan E-Commerce
dari bentuk transaksinya. Jika As-Salam menggunakan metode tunai ekonomi
konvensional yaitu menyerahkan alat pembayaran secara langsung, sedangkan E-
Commerce menggunakan Virtual Banking, E-Money, E-Wallet atau PayLater.

Fitur PayLater dalam E-Commerce

PayLater adalah fitur pembayaran menggunakan metode cicilan tanpa


kartu kredit. Fitur ini juga banyak dimiliki oleh E-Commerce penyedia tiket
liburan hingga Marketplace untuk memudahkan konsumen dalam bertransaksi.
PayLater biasanya terdapat pada platform E-Commerce, tidak
menggunakan kartu kredit dalam bentuk fisik (Aristanti, 2020). Proses
pendaftaran yang mudah dan singkat, dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
PayLater adalah metode pembayaran tanpa kartu kredit dengan sistem cicilan,
dimana perusahaan aplikasi akan menalangi tagihan pengguna, lalu diakhir bulan
pengguna akan membayar cicilan dengan tenor waktu yang ditentukan. Untuk bisa
menggunakan layanan PayLater, pengguna cukup dengan verifikasi identitas
pribadi, seperti foto diri dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Keuntungan menggunakan PayLater

Menurut (Aristanti, 2020) PayLater dapat dijadikan alternatif pembayaran


yang digemari masyarakat modern saat ini, ada beberapa keuntungan dan
kemudahan menggunakan PayLater, antara lain:

a. Proses Efektif dan Efisien.


Konsep utama “Beli sekarang, bayar nanti” sangat cocok digunakan untuk
kebutuhan mendesak. Misalnya, pada saat tanggal tua, kita membutuhkan
keperluan pokok dan biaya transportasi. Maka dapat menggunakan fitur
PayLater karena proses sangat cepat dan mudah dibandingkan dengan
kartu kredit Bank Konvensional atau pembiayaan Bank Syariah.
b. Banyak Pilihan Promo Menarik.
Semakin menjamurnya metode transaksi PayLater, perusahaan semakin
berkompetisi untuk menggait hati konsumen dengan memberikan promo
secara besar-besaran. Sehingga, keberadaan promo ini menjadi alasan
ketertarikan banyak orang menggunakan metode pembayaran PayLater.
c. Pilihan Tenor Bervariasi.
Konsumen (Pembeli) diberikan kebebasan untuk memilih Tenor atau
Jangka Waktu untuk membayar tagihan yang disesuaikan dengan
kemampuan konsumen (Pembeli). Adapun variasi Tenor PayLater
dibeberapa E-Commerce yaitu mulai 1 bulan hingga 12 bulan. Apabila
tenor yang dipilih singkat, maka semakin rendah bunga yang dibayarkan.
Kelemahan Menggunakan PayLater

Kemudahan dalam bertransaksi melalui virtual money sangat memanjakan


konsumen (pembeli) agar tetap setia dan memiliki ketertarikan. Fitur yang
memberikan kemudahan transaksi yaitu PayLater.

Kehadiran PayLater memberikan kemudahan untuk bertransaksi dengan


konsep utama “Beli sekarang, bayar nanti.” Namun, fitur ini akan membuat
‘ketagihan’ untuk selalu menggunakannya, sehingga timbul sifat konsumerisme.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan menurut (Ramadhani, 2020), antara
lain:

a. Biaya Tambahan (Ziyadah) atau Bunga.


Kemudahan PayLater hanya dirasakan diawal transaksi saja. PayLater
meminta konsumen untuk membeli barang dan menanggung biaya tambahan
atau bunga.
b. Mendorong Sifat Konsumerisme.
Sekali menggunakan fitur PayLater, jiwa konsumtif akan semakin naik.
Karena pengguna tidak perlu transfer via bank, transaksi akan terpotong
otomatis dari limit yang dimiliki. Apabila pengguna tidak pernah telat
membayar tagihan, maka limit PayLater akan bertambah. Hal ini akan
membuat jiwa konsumtif sulit ditahan serta keinginan belanja yang tidak
dapat dihindarkan.
c. Cash Flow bulanan tidak teratur.
Apabila pemasukan lebih rendah daripada pengeluaran akan membuat Cash
Flow keuangan menjadi berantakan. Tagihan atau cicilan akan membuat
pengeluaran membengkak, sehingga akan terjadi pemasukan minus
dikarenakan gaya belanja yang tinggi.
d. Membuat ‘Katagihan’ untuk selalu menggunakan PayLater.
Kemudahan PayLater akan membuat ‘Ketagihan’ individu untuk
menggunakan jenis PayLater dari berbagai tawaran platform E-Commerce.
Kalau banyak akun PayLater digunakan, tentu tagihan bulanan akan semakin
meningkat.
e. Telat membayar dari tenor waktu, akan didenda.
Apabila telat membayar, pengguna akan mendapatkan denda sesuai dengan
kesepakatan awal transaksi, denda yang dikenakan sangat beragam. Denda
dapat berupa bunga yang disesuaikan dengan waktu keterlambatan, belum
lagi akan ada biaya administrasi lainnya. Alangkah lebih baiknya, pengguna
membaca ketentuan dan syarat PayLater sebelum memutuskan menggunakan
fitur ini.

Akad Qardh dalam Pinjam meminjam

Secara bahasa, qardh berasal dari Bahasa Arab yang artinya potongan.
Secara istilah, qardh adalah memberikan harta kepada orang lain dengan maksud
pinjam meminjam, yang dapat diminta kembali dengan jumlah yang sama tanpa
mengharapkan imbalan atau tambahan (ziyadah).

Hukum asal qardh adalah sunnah bagi orang yang meminjamkan hartanya
dan mubah bagi peminjam. Hukum berutang dalam islam diperbolehkan apabila
dalam kondisi mendesak, seperti membeli kebutuhan pokok untuk menghindari
kelaparan.

Qardh merupakan perbuatan baik yang dianjurkan oleh Al-Qur’an dan


Rasulullah, untuk tolong menolong dalam ketaqwaan melalui jalur pinjam
meminjam. Dasar hukum qardh telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadis, antara
lain:

a. Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah (2) ayat 245


“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
b. Hadis Riwayat Ibnu Mas’ud
Dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw, bersabda:
“Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang
lain dua kali, melainkan pinjaman itu (berkedudukan) seperti sedekah
sekali.”
Analisis Akad Qardh dalam transaksi Shopee PayLater

Qardh adalah akad antara dua pihak dengan memberikan pinjaman


(Muqrid) kepada pihak lain yang beri pinjaman (Muqtarid), objek berupa harta
(Qarad), diakhir terjadi ijab dan qabul (akad).

Pada dasarnya qardh adalah akad tolong menolong dalam kebaikan.


Segala sesuatu hukumnya adalah boleh (mubah), sebelum ada dalil yang
melarangnya, begitupun dengan hukum utang piutang dalam islam yaitu qardh.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Apabila
dalam kondisi terdesak dana, maka terjadilah pinjam meminjam antar manusia,
untuk saling mengisi kebutuhan satu sama lain. .

Fitur pinjaman elektronik yaitu PayLater merupakan salah satu kegiatan


utang piutang yang dilakukan oleh pengguna Shopee termasuk umat muslim.
Shopee akan mengambil keuntungan dari fitur PayLater, pinjaman elektronik
tersebut diberikan oleh Shopee dan untuk Shopee. Apabila pengguna Shopee
PayLater terjadi peningkatan, akan membuat rating Shopee semakin baik dari E-
Commerce kompetitor. Selain itu adanya tambahan (ziyadah) dari pinjaman yang
diberikan Shopee, uang jasa tidak dibenarkan dalam Islam karena qardh tidak
boleh menguntungkan kepada satu pihak dan merugikan pihak lainnya.

Akad jual beli menjadi sah apabila rukun dan syarat telah terpenuhi.
Praktik Shopee PayLater telah memenuhi rukun akad qardh yaitu pemberi
pinjaman selaku pihak Shopee (Muqrid), penerima pinjaman selaku konsumen
(Muqtarid), sighat yaitu akad jual beli (Ijab dan Qabul), dan Dana atau barang
yang dipinjam (Muqtaradh).

Namun, syarat jual beli dalam Shopee PayLater belum terpenuhi karena
terjadi praktik gharar dan menambah uang jasa (Bunga). Pinjaman Shopee
PayLater memiliki 3 pilihan pembayaran yaitu 1 bulan dengan bunga 0%, 2x
cicilan dan 3x cicilan dengan bunga 2,95% perbulannya. Selain itu ada biaya
administrasi sebesar 1% per transaksi, dan biaya denda apabila melewati tenor
waktu sebesar 5% dari total tagihan.

Ketentuan dan Syarat Shopee PayLater ini tidak dibenarkan dalam Islam.
Terdapat uang jasa (bunga) yang merugikan banyak pihak dan hanya
menguntungkan pihak Shopee. Selain itu penetapan bunga tidak tertera dengan
jelas saat checkout produk, yakni langsung ditotalkan secara otomatis oleh pihak
shopee termasuk bunga nya. Hal ini mengandung unsur penipuan (Gharar) karena
tidak memberikan informasi dengan jelas.

Selain itu, jenis pembayaran 1 bulan yang tidak sesuai dengan waktu
pelunasan pada jatuh tempo. Misalkan, pengguna melakukan checkout produk
pada tanggal 17 Oktober, maka pada tanggal 5 November pengguna harus
melunasi tagihan tersebut. Karena Shopee menetapkan setiap tanggal 5 adalah
pembayaran tagihan pengguna Shopee PayLater. Dalam Islam tidak dibenarkan,
karena kesepakatan akad yakni 1 bulan namun pada praktiknya tidak demikian.
Hal ini bertentangan dengan syarat qardh yaitu terjadi praktik penipuan (Gharar).

Shopee PayLater memberikan pinjaman uang dengan berlandaskan akad


qardh, namun dalam praktiknya terdapat beberapa hal yang bertentangan dengan
syariat Islam, yaitu terdapat biaya administrasi, biaya denda yang tinggi karena
keterlambatan pelunasan, adanya tambahan nilai dari harga produk, dan tenor
jatuh tempo yang tidak sesuai dengan kesepakatan akad. Penambahan nilai dari
produk disebut bunga atau riba. Sedangkan Al-Qur’an sangat jelas melarang
praktik ribawi yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 275:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Baranagsiapa mengulangi, maka mereka itu
penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah : 275)
PENUTUP

Kesimpulan

E-Commerce serupa dengan jual beli As-Salam yaitu sistem jual beli
dengan metode pesanan dan penyerahan barang nya ditangguhkan. Adapun
perbedaan antara As-Salam dengan E-Commerce terletak dari bentuk
transaksinya. As-Salam menggunakan metode Cash yaitu berbentuk fisik,
sedangkan E-Commerce dengan metode Cashless yaitu pembayaran tanpa uang
tunai melalui Virtual Banking, E-Money, E-Wallet, dan fitur PayLater yang
terdapat pada platform penyedia tiket liburan dan Marketplace.

Konsep utama dari fitur PayLater ialah “beli sekarang, bayar nanti.”
Dalam praktiknya, suatu transaksi pinjam meminjam dikatakan sah apabila telah
terpenuhi rukun dan syarat jual beli dalam Islam. Shopee PayLater telah
memenuhi rukun akad qardh, tetapi tidak memenuhi syarat qardh. Shopee
PayLater bertentangan dengan prinsip Islam, yaitu terdapat biaya administrasi,
biaya uang jasa (Bunga), biaya denda yang sangat tinggi, dan tenor jatuh tempo
yang tidak sesuai dengan kesapakatan akad sehingga terjadi praktik penipuan
(Gharar).

Saran

Dari hasil kesimpulan di atas maka peneliti memberikan saran yang


diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan transaksi Shopee PayLater,
yaitu Pihak Shopee seharusnya tidak memberatkan pihak konsumen dari segi uang
jasa (bunga), sehingga perlu adanya pemotongan persentase bunga yang
disesuaikan dengan kesanggupan konsumen dalam pelunasan tagihan. Shopee
harus lebih transparansi dengan mencantumkan total bunga pada saat checkout
produk dan tenor waktu tagihan harus sesuai dengan kesepakatan akad. Islam
sangat melarang praktik bisnis yang berorientasi pada penipuan (gharar).

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, Annisa. 2019. Transaksi E-Commerce Dalam Perspektif Islam.


Journal of Islamic Economic and Business, 02 (1).

Mustofa, Imam. 2012. Transaksi Elektronik (E-Commerce) Dalam Perspektif


Fiqih. Jurnal Hukum Islam, 10 (2).

Santoso, Sugeng. 2016. Sistem Transaksi E-Commerce Dalam Perspektif KUH


Perdata dan Hukum Islam. Jurnal Hukum Islam. 04 (2).

Prastiwi, Iin, Tiara Nur. 2021. Konsep PayLater Online Shopping dalam
Pandangan Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. 07 (1).

Rahayu, Titi. 2021. Analisis Akad Jual Beli E-Commerce Shopee PayLater dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. 03 (2).

Muhammad, Mahmudah. 2020. Transaksi E-Commerce Dalam Ekonomi Syariah.


Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. 02 (1).

Wahyu Suwena Putri, Nyoman Budiana. 2018. Keabsahan Kontrak Elektronik


Dalam Transaksi E-Commerce Ditinjau Dari Hukum Perikatan. Jurnal
Analisis Hukum. 01 (2).

Wafa, Ah Khairul. 2020. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Shopee


PayLater. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah. 04 (1).

Shabrina. 2020. Mengulas Kelebihan dan Kekurangan Shopee PayLater.


https://www.konsumendigital.com (diakses tanggal 5 Juni 2022)

Printing, Pranata. 2020. Apa Itu PayLater Kelebihan dan Kekurangannya.


https://www.pranataprinting.com (diakses tanggal 6 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai