Anda di halaman 1dari 17

1

PENGARUH PAYLATER TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF

Moch. Surya Adhitama


NIM/T: 22313971
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Koresponden email: adhitama046@gmail.com

Abstrak: Munculnya e-commerce berdampak pada metode pembayaran, yang secara


tradisional terbatas pada pembayaran tunai, pembayaran berbasis kertas, dan
pembayaran berbasis kartu. Namun, sistem pembayaran berbasis elektronik baru, seperti
m-banking, akun virtual, dan aplikasi pembayaran, kini diperkenalkan sebagai alternatif dari
metode tradisional tersebut. Salah satu bentuk pembayaran melalui internet menggunakan
pulsa disebut Paylater. Metode deskriptif kualitatif dipilih untuk pelaksanaan penelitian ini.
Data penelitian dikumpulkan melalui pemeriksaan karya sastra online; temuan ini
selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam penelitian tentang pengaruh paylater terhadap
tindakan individu sebagai bahan diskusi. Temuan dari pengolahan data tersebut
memungkinkan adanya kesimpulan bahwa kemudahan penggunaan teknologi paylater
oleh pengguna e-commerce di Indonesia sangat baik, dan pengguna teknologi paylater
lebih cenderung melakukan pembelian impulsif saat mereka berbelanja.
Kata kunci : Paylater, E-Commerce, Konsumtif, Pembayaran

Abstract: The emergence of e-commerce has had an impact on payment methods, which
have traditionally been limited to cash payments, paper-based payments and card-based
payments. However, new electronic-based payment systems, such as m-banking, virtual
accounts, and payment applications, are now being introduced as alternatives to these
traditional methods. One form of payment via the internet using credit is called Paylater.
Qualitative descriptive method was chosen for the implementation of this research.
Research data was collected through online examination of literary works; These findings
can then be included in research on the effect of paylater on individual actions as material
for discussion. The findings from the data processing allow for the conclusion that the ease
of use of paylater technology by e-commerce users in Indonesia is very good, and paylater
technology users are more likely to make impulse purchases when they shop.
Keyword: Paylater, E-Commerce, Consumptive, Payment

A. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, financial technology (Fintech) telah
menjadi salah satu kekuatan utama yang mendorong pertumbuhan
ekonomi digital Indonesia. Pinjaman teknologi keuangan mengacu pada
proses menghubungkan pemberi pinjaman dan peminjam secara online. Ini
2

dapat dilakukan untuk pinjaman pribadi dan komersial. Prosedur dilakukan


dengan menggunakan situs web dan skor kredit atau alat analisis tertentu
(DSResearch, 2020).
Kemajuan teknologi di sektor keuangan telah merevolusi transfer uang
seluler. Salah satu alasan utama Fintech begitu sukses adalah karena
menawarkan solusi yang mengubah permainan dengan harga yang
kompetitif (Arjunwadkar, 2018). Opsi untuk "bayar nanti" adalah konsep
inovatif yang dibawa oleh industri teknologi keuangan (Pratika et al., 2021).
Membayar nanti memungkinkan pelanggan mendapatkan apa yang mereka
inginkan lebih cepat. Sambil menunggu jatuh tempo pinjaman, pembayaran
dapat dilakukan dengan cara mencicil.
Banyak pengembang aplikasi menekankan kegunaan layanan
berbayar, yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas, mulai dari
perencanaan liburan hingga transportasi sehari-hari hingga belanja bahan
makanan. Ketika orang-orang di Indonesia memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang cara kerja layanan paylater, mereka akan lebih mampu
memanfaatkannya secara bertanggung jawab dan mengurangi prevalensi
utang yang tidak dapat dikelola di negara tersebut (Rakhma & Setiawan,
2019).
Menurut Iprice (2020), Shopee memiliki 281.385.626 kunjungan pada
tahun 2020, lebih dari dua kali lipat jumlah pengunjung gabungan Lazada
dan Tokopedia. Shopee bekerja sama dengan perusahaan pinjaman P2P
PT Lentera Dana Nusantara untuk menyediakan layanan SPayLater (LDN).
Pengguna aplikasi Shopee dapat menggunakan SPayLater, solusi
perbankan dan kartu kredit tanpa jaminan (LDN, 2021). DSResearch (2020)
menemukan bahwa SPayLater memiliki pangsa pasar 54,3% di Indonesia,
diikuti oleh GoPay PayLater (50,5%) dan OVO PayLater (28,1%).
3

Kajian DSResearch (2020) Pemerintah mulai memberlakukan


pembatasan sosial secara luas di DKI Jakarta seiring meningkatnya jumlah
kasus konfirmasi Covid-19 (PSBB). Akibat tren tersebut, kebiasaan belanja
konsumen mulai bergeser, yang berdampak besar pada perekonomian.
Perubahan di sektor teknologi finansial merupakan konsekuensi lain dari
wabah Covid-19. Pada akhir tahun terdapat 16.956.991 peminjam yang
memiliki rekening di DKI Jakarta, tumbuh 283,35% year over year (OJK,
2020).
Kemudahan penggunaan Shopee dan fitur-fitur yang bermanfaat
konsisten dengan keuntungan yang dirasakan dinyatakan oleh Davis
(1989), yang mengukur seberapa banyak orang mengantisipasi suatu
sistem akan meningkatkan efisiensi mereka. Jika Anda yakin memilih
pilihan itu sederhana, seperti pendapat Jogiyanto (2008), Anda akan
membuatnya lebih banyak. Adopsi pengguna terhadap suatu sistem
berkorelasi dengan penilaian pengguna terhadap kemudahan penggunaan
sistem.
Keuntungan dan kemudahan metode paylater menjadi batal jika
pengguna ceroboh atau tidak mampu membayar komitmennya karena
krisis ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19 atau penyebab lainnya.
Menurut laporan OJK (2020), gagal bayar meningkat dengan pertumbuhan
pinjaman Fintech karena penurunan 1,17 poin persentase yoy di TKB90
(Tingkat Keberhasilan Pembayaran 90). Jumlah peminjam aktif mencapai
16.354.541, meningkat 96,83% year over year, sedangkan jumlah kumulatif
rekening borrower di DKI Jakarta mencapai 16.956.991 rekening,
meningkat 283,35% year over year, menunjukkan adanya minat
masyarakat yang signifikan terhadap fintech lending . Sejauh mana
4

seseorang melaporkan niat untuk memanfaatkan teknologi di masa depan


dikenal sebagai niat perilaku mereka (Krempel & Beyerer, 2014).
Pemasar di industri bayar nanti perlu menyadari unsur-unsur yang
mungkin memengaruhi minat pelanggan karena pilihan untuk
memanfaatkan layanan ini sangat penting. Keputusan terkait minat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
keuntungan yang dirasakan, kenyamanan, kepercayaan, risiko,
pendapatan, dan lain-lain.
Mekanisme layanan Shopee PayLater relevansi perilaku dalam
penelitian ini. Pengguna aplikasi Shopee akan mengalami ketertarikan
tersebut ketika mereka tertarik untuk menggunakan salah satu fasilitas
pembayaran yang ditawarkan oleh Shopee yaitu layanan Shopee PayLater,
dan mereka memiliki keyakinan kuat bahwa penggunaan Shopee PayLater
akan menguntungkan mereka. Shopee Paylater akan mendapatkan
popularitas sebagai opsi pembayaran karena banyaknya keuntungan yang
ditawarkan kepada pembeli. Seiring tumbuhnya e-commerce, begitu pula
peluang bagi penjahat dunia maya untuk melakukan kejahatan termasuk
mencuri uang dari akun Paylater korban dan memanfaatkan dana tersebut
untuk keuntungan mereka sendiri (Putri et al., 2020).
Metode paling umum yang digunakan oleh penjahat dunia maya untuk
mendapatkan akses ke akun Shopee pengguna termasuk menyamar
sebagai halaman Shopee resmi, menawarkan hadiah sebagai ganti kode
OTP, dan memverifikasi identitas pengguna dengan mengakses halaman
yang terlihat identik dengan beranda Shopee. Setelah memiliki akun
shopee, penipu akan menggunakannya untuk melakukan pembelian
SPayLater penipuan (Fajar, 2020).
5

Arlina di Jakarta Selatan mengalami hal terkait kasus tersebut pada 9


Juli 2020, saat akun Shopee miliknya dibajak dan limit SPayLater
digunakan secara curang. Arlina telah melaporkan penipuan di akun
Shopee-nya, tetapi para penjahat terus melakukan pembelian dan menagih
orang untuk biaya paylater yang tidak mereka keluarkan (Arlin, 2020).
Shopee Paylater dipilih sebagai variabel utama studi karena
diperkirakan akan terus tumbuh popularitasnya di Indonesia selama tahun
2020, melampaui saingannya GoPay PayLater dan OVO PayLater. Peneliti
penasaran dengan apa yang memotivasi orang menggunakan Shopee
Paylater, sehingga mereka mensurvei pengguna untuk mencari tahu.Studi
tentang berbagai faktor penentu minat penggunaan bukanlah hal baru.
Menurut penelitian yang dilakukan Mentari dan Bendesa (2018), jumlah
produk dan jasa yang dibeli menggunakan uang elektronik berkorelasi
dengan tingkat pendapatan seseorang. Menurut penelitian Jeong dan Kim
(2020), jenis makanan yang dimakan orang berdampak besar pada
kemampuan mereka untuk membayarnya. Ibu dengan sumber daya
keuangan yang terbatas sering memprioritaskan pemenuhan kebutuhan
nutrisi sebelum memuaskan selera mereka. Oleh karena itu, ada korelasi
antara stabilitas keuangan dan kecenderungan untuk berbelanja. Selain itu,
pengaruh menguntungkan dan substansial dari pendapatan, tunjangan,
kemudahan, dan keamanan telah ditemukan dalam penelitian Aksami &
Jember (2019). Berlawanan dengan apa yang ditemukan Satryani (2017),
temuan wawancara untuk penelitian ini menunjukkan bahwa individu di DI
Yogyakarta tidak memiliki kebutuhan mendesak akan barang e-money
untuk transaksi sehari-hari, meskipun mereka memiliki gaji yang tinggi.
Oleh karena itu, ada korelasi antara stabilitas keuangan dan
kecenderungan untuk berbelanja. Selain itu, pengaruh menguntungkan dan
6

substansial dari pendapatan, tunjangan, kemudahan, dan keamanan telah


ditemukan dalam penelitian Aksami & Jember (2019). Berlawanan dengan
apa yang ditemukan Satryani (2017), temuan wawancara untuk penelitian
ini menunjukkan bahwa individu di DI Yogyakarta tidak memiliki kebutuhan
mendesak akan barang e-money untuk transaksi sehari-hari, meskipun
mereka memiliki gaji yang tinggi.
Islam melarang pemborosan pribadi dan sosial. Konsumsi dalam Islam
harus berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan yang tidak ada habisnya.
Hal tersebut didasarkan pada surat al-A’raf ayat 31: “Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. ” (QS. Al A’raf : 31)
Menurut ayat di atas, konsumerisme Islam dan konvensional memiliki
kecenderungan yang berbeda secara fundamental. Islam mendasarkan
konsumsi pada kebutuhan yang memberikan manfaat. Maslahah memiliki
tiga tingkatan: dharuriyat (primer), hajiyyat (sekunder), dan tahsiniyyat
(tersier). Pola pembelian konvensional menekankan kebahagiaan
pelanggan.(Maulida, 2021)
B. Metode
Penilitan tentang Paylater sebagai sistem pembayaran pada e-
commerce ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan
menerapkan metode ini didapat narasi dari penjabaran data analisis, dan
data statistik yang dikumpulkan dari pengamatan dan penelitian terhadap
permasalahan yang diamati dan fakta yang terjadi di lapangan (Rahmat,
2009). Sehingga berikutnya akan diambil atau ditarik kesimpulan
berdasarkan data yang sudah terkumpul.
7

Analisa yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode studi


literatur dengan mengumpulkan data di pustaka, membaca, mencatat, dan
mengolah bahan penilitian. Sehingga data tersebut diulas dan diolah supaya
mendapatkan hasil perspektif yang baik dan benar. Sehingga dapat
memudahkan pembaca dalam memahami terkait analisa paylater pada e-
commerce (Melfianora, 2019).

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
Berdasarkan data-data yang terkumpul dari situs databoks.katadata.co.id
terdapat beberapa artikel dan data berupa diagram yang terlampir dalam
beberapa artikel. Berikut data yang didapat dari situs tersebut.
a. Alasan kenapa paylater jadi tren konsumen saat berbelanja di e-
commerce
8

Gambar 1. Ragam Alasan Konsumen Menggunakan Paylater untuk


Transaksi E-commerce (2022) berupa diagram Sumber:
https://databoks.katadata.co.id/

Berdasarkan data yang tertera pada gambar 1, dan gambar 2 bahwa


tertera alasan mengapa konsumen memilih metode pembayaran dalam
bentuk paylater dalam transaki di e-commerce. Dijelaskan bahwa
konsumen memilih metode pembayan paylater yaitu yang menjadi alasan
paling utama yaitu karena konsumen ingin membeli kebutuhan karena
mendesak sebanyak 58%, dan sebanyak 52% memilih karena cicilan yang
didapatkan pendek atau kurang dari setahun. Ada juga karena promo yang
ditawarkan sangat menarik sehingganya sebanyak 45% dari mereka
memilih sistem pembayaran tersebut. Lalu, sebanyak 36% juga ingin
membatasi pengeluaran dengan menggunakan metode transaksi tersebut.
Dan seterusnya seperti yang telah tertera pada gambar diatas.
Survei ini berdasarkan data yang didapat dari situs katadata dan
databoks yang telah dilakukan terhadap 3.500 responden pengguna
Kredivo di seluruh Indonesia, yang melakukan transaksi di berbagai e-
commerce seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Blibli.com, dan JD.ID.
Yang dilakukan pada bulan Maret 2022 secara online oleh pihak terkait.
b. Durasi konsumen e-commerce rakyat Indonesia menggunakan
paylater
Berdasarkan data yang didapatkan dari sumber yang sama yaitu
databoks.katadata.co.id dijelaskan dalam artikel tersebut bahwa
terbdapat berbagai macam durasi konsumen dalam penggunaan paylater
yang dilampirkan dalam bentuk grafik dan tabel seperti berikut.
9

Gambar 2. Durasi Konsumen E-commerce RI Menggunakan Paylater


(2022) berupa grafik. Sumber: https://databoks.katadata.co.id/

Dapat dilihat berdasarkan data yang tertera pada grafik dan tabel di
atas yaitu, durasi penggunaan paylater pada e-commerce rata-rata lebih dari
setahun. Dan sebagian lagi yaitu berkisar 12 bulan sampai kurang dari 3
bulan. Data tersebut berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu alasan
konsumen menggunakan paylater untuk transaksi e-commerce, yang dimana
mereka menggunakan sistem pembayaran paylater pada e-commerce untuk
berbagai macam alasan diantaranya yaitu kebutuhan yang mendesak, cicilan
jangka pendek, penawaran promo yang menarik, untuk membatasi
pengeuaran bulanan, membeli barang selain keperluan, dan ada yang hanya
mencoba-coba.
Survei ini dilakukan dengan cara yang sama pada saat survei alasan
konsumen menggunakan paylater untuk transaksi e-commerce. Yaitu
dengan melakukan survei terhadap 3.500 responden penggunaan Kredivo di
seluruh Indonesia.
10

c. Alasan Konsumen Belum Gunakan Paylater untuk Transaksi Online

Gambar 3. Alasan Konsumen Belum Gunakan Paylater untuk Transaksi


Online (2022) berupa grafik. Sumber: https://databoks.katadata.co.id/
Menurut temuan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kredivo dan
Katadata Insight Center (KIC), sekitar enam puluh persen pelanggan belum
menggunakan opsi pembayaran paylater saat melakukan pembelian online
selama dua belas bulan sebelumnya. Ketakutan untuk menambah hutang
lebih lanjut adalah faktor utama yang mendorong keengganan pelanggan
untuk menggunakan paylater sebagai opsi pembayaran. Totalnya mendekati
43% dari total. Setelah itu, hingga 35 persen responden mengaku khawatir
akan boros. Selain itu, tiga puluh persen responden mengatakan bahwa
mereka khawatir akan dikenakan denda jika mereka terlambat membayar.

Lalu ada orang-orang yang menyukai pembayaran berulang untuk


pembelian online, yang bisa mencapai hingga 23% dari total populasi.
Alasan lain termasuk kurangnya bunga (19%), kebingungan tentang
bagaimana memanfaatkan paylater (18%), suku bunga cicilan yang tinggi
11

(16%), dan biaya administrasi (12%). Ada juga masyarakat yang


mengatakan tidak mau menggunakan paylater karena khawatir pengaturan
keuangannya saat ini akan terganggu (11%), keamanan data pribadinya
tidak terjamin (9%), tidak ingin melanggar keyakinan agamanya (8%),
tunggakan tersebut dapat mengganggu skor kredit atau pemeriksaan BI
(8%), atau karena alasan lain (2%). Alhasil, KIC dan Kredivo mendorong
paylaters untuk meningkatkan edukasi konsumen agar pelanggan lebih
memahami fungsi payLater sebagai alternatif pilihan metode pembayaran
digital. Misalnya, durasi tenor, serta ada atau tidaknya biaya tahunan, juga
menjadi pertimbangan penting untuk dipertimbangkan.

Di sisi lain, jajak pendapat menemukan bahwa di antara pelanggan


yang belum menggunakan paylater, lebih dari 70% ingin melakukannya
dalam waktu dekat. Ada harapan bahwa sebanyak 16% pelanggan akan
menggunakannya dalam waktu dekat, dan 22% pelanggan lainnya akan
menggunakan opsi payLater dalam situasi ketika ada kebutuhan mendesak.

Data primer yang terdiri dari 16 juta sampel transaksi pembayaran yang
berasal dari 1,5 juta sampel pengguna Kredivo pada lima situs e-commerce
teratas di Indonesia pada tahun 2021 digunakan dalam penelitian bernama
“Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia”.

2.Pembahasan
a. Peningkatan konsumen paylater
Besarnya hasrat hedonis dan daya konsumsi yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Akibatnya, paylater memiliki banyak pengikut. Pengguna
terpaksa membeli barang-barang yang menurut kebutuhannya tidak
12

termasuk dalam kategori kebutuhan pokok tetapi termasuk dalam kategori


kebutuhan tersier. Kemudian, tanpa mempertimbangkan kebutuhan utama
mereka, mereka memaksakan diri untuk membuat akun paylater tanpa
memahami apa yang akan mereka hadapi setelah akun diterima. Karena
batasan yang diberikan, mendorong konsumen untuk meningkatkan
kapasitas konsumsinya. Selain itu didukung oleh keadaan lingkungan yang
memaksa individu untuk bersaing memperebutkan kepemilikan barang
hedonis. Sehingga ketika mereka melampaui kemampuannya, tibalah
saatnya ketika tagihan pembayaran telah mencapai klimaksnya.
b. Aspek pertimbangan penggunaan paylater
Aspek awal dari proyek penelitian ini adalah komponen manfaat yang
dirasakan. Seperti dilansir Padamsari & Cynthia (2021), salah satu Devi
Afrianti menggunakan Shopee Paylater. Untuk mengembangkan perusahaan
sate taichannya, dia telah menggunakan layanan PayLater Shopee.
Menurutnya ini adalah alat yang hebat bagi mereka yang tidak memiliki
banyak uang atau situasi keuangan yang aman. Konsisten dengan penelitian
RISED, 92% responden setuju bahwa opsi bayar nanti meningkatkan
fleksibilitas keuangan (Hidayat, 2021).
Pertimbangan kedua adalah seberapa praktis sesuatu dilihat. Dengan
1.544 peserta, survei RISED menemukan bahwa 77,20 persen orang merasa
menggunakan fungsi paylater lebih nyaman daripada menggunakan kartu
kredit. Mengingat bahwa siapa pun dapat menggunakan opsi paylater,
meskipun mereka tidak memenuhi persyaratan tradisional untuk
mendapatkan pinjaman, inilah masalahnya. Menurut penelitian, konsumen
memilih paylater karena syarat dan prosedurnya ramah pengguna (60,5%),
persyaratan minimum transaksi yang rendah (37,15%), tidak adanya biaya
13

admin jika tidak digunakan (31,6%) , dan kebebasan membatalkan layanan


kapan saja (30,4%). (Rahardyan, 2021).
Pendapatan adalah pertimbangan ketiga. Menurut artikel yang diterbitkan
oleh Rahardyan (2021) di situs berita keuangan bisnis.com, 82,97 persen
responden memiliki alasan menggunakan paylater, yaitu karena untuk
mendapatkan kebutuhan yang mendesak meskipun dana pengguna
terbatas.
c. Pola konsumsi masyarakat menggunakan paylater
Perubahan cara hidup masyarakat telah mendorong perkembangan baru
di ranah barang dan jasa financial technology (Anggraeny Putri & Setyo
Iriani, 2020). Secara historis, individu berbelanja dengan melakukan
perjalanan ke toko fisik dan melakukan pembelian dan penjualan secara
langsung. Saat ini, banyak orang berbelanja online sebagai gantinya.
Senada dengan itu, perubahan metode pembayaran yang kini mencakup
layanan pembayaran online atau opsi untuk menggunakan paylater (disebut
juga dengan buying now and pay later), juga terjadi. Masyarakat tidak perlu
lagi melakukan pembayaran dengan uang tunai karena ada pilihan lain.
Anda dapat terus melakukan pembelanjaan menggunakan layanan paylater
ini meskipun saat ini Anda tidak memiliki uang tunai yang diperlukan untuk
melakukannya. Ketika masyarakat memanfaatkan layanan paylater yang
dapat dibayar dengan metode pay later yang dilakukan dengan cara
mencicil, mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya tanpa
harus mengeluarkan uang secara langsung. Layanan yang diberikan oleh
Paylater dipecah menjadi banyak pembayaran (Sidabutar, 2020). Sebagai
akibat langsung dari meningkatnya kemudahan belanja online, kebiasaan
belanja masyarakat cenderung semakin boros seiring berjalannya waktu.
14

Menurut Sari (2021), secara historis, pemenuhan keinginan dan


tersedianya uang tunai untuk membeli suatu barang merupakan dua
pertimbangan utama yang mengarahkan konsumen untuk melakukan
pembelian. Namun, mengingat keadaan yang ada saat ini, ketersediaan
uang dapat ditentukan tidak hanya oleh tersedianya dana dalam bentuk uang
tunai, tetapi juga oleh adanya fasilitas layanan lainnya, seperti kartu kredit
atau bentuk pembayaran digital lainnya. Dengan kata lain, ketersediaan
keuangan dapat ditentukan tidak hanya oleh jumlah kas yang tersedia, tetapi
juga oleh jenis fasilitas layanan yang sudah beroperasi (Kurniawan &
Suparna, 2014). Bahkan jika individu tidak memiliki dana yang cukup,
masyarakat umum dapat melanjutkan perjalanan belanja mereka tanpa
kesulitan karena ketersediaan layanan ini.
Konsep bayar belakangan ini banyak menimbulkan gebrakan di
masyarakat. Hal ini tercermin dari jumlah individu yang menggunakan
paylater, yang menunjukkan beberapa tanda pertumbuhan di sana-sini (Sari,
2021). Shopee adalah platform pemasok bayar nanti yang melihat ekspansi
di industri saat ini. Pada akhir tahun 2020, diperkirakan jumlah pengguna
mencapai 1,27 juta. Selain itu, total peminjam aktif telah mencapai 67% atau
setara dengan 850 ribu peminjam, dan total uang yang dipinjamkan Shopee
Paylater mencapai Rp 1,5 triliun (Sari, 2021).
Praktik belanja online yang memberikan kemudahan dan kenyamanan
semakin populer di kalangan generasi muda dan dipandang sebagai tren
dan budaya baru. Menurut temuan Prastiwi dan Fitria (2021), kemudahan
penggunaan dan tingkat kenyamanan yang diberikan oleh situs belanja
online menjadi insentif yang signifikan bagi pelanggan untuk terus melakukan
pembelian. Demikian pula, Sari (2021) menemukan dalam penelitiannya
15

bahwa kemudahan memanfaatkan paylater membuat konsumen terlibat


dalam perilaku yang lebih konsisten dengan pembelian impulsif.

D. Kesimpulan
Di zaman sekarang ini, kehidupan orang menjadi jauh lebih mudah
dengan aksesibilitas yang disediakan oleh teknologi, perangkat seluler,
belanja online, dan internet. Peningkatan produk dan metode pembayaran
baru juga disediakan untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Salah
satu contohnya adalah penggabungan paylater di berbagai aplikasi belanja
online. Kajian ini menemukan bahwa kemudahan metode pay-later yang
mengembangkan pola baru aktivitas hidup dan konsumsi masyarakat dari
sudut pandang Islam, tidak hanya memberikan keuntungan dan menunjang
kehidupan masyarakat, tetapi juga memberikan kajian-kajian yang terkait
dengan paylater. metode. Namun, hal itu juga membawa konsekuensi
negatif, yaitu munculnya materialisme dan perilaku boros lainnya yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.

Umat Islam yang kaffah akan memiliki pemahaman tentang hakekat


berkonsumsi, yaitu harus secukupnya dan tidak berlebihan. Akibatnya,
temuan penelitian ini menyiratkan bahwa pemanfaatan paylaters perlu
diimbangi dengan kesadaran akan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan
oleh individu tersebut serta perhatian terhadap persyaratan dan preferensi
yang mereka miliki. Untuk mencegah adopsi cara hidup baru yang membawa
umat Islam dan Indonesia semakin jauh dari prinsip-prinsip Islam.
F. Daftar Pustaka
Aksami, N. M. D., & Jember, I. M. (2019). Analisis Minat Penggunaan
Layanan E-Money pada Masyarakat Kota Denpasar. E-Jurnal EP Unud, 8(9),
2439–2470.
16

Anggraeny Putri, F., & Setyo Iriani, S. (2020). Pengaruh Kepercayaan dan
Kemudahan Terhadap Keputusan Pembelian Online Menggunakan pinjaman
Online Shopee Paylater. Jurnal Ilmu Manajemen, 8(3), 818
Arjunwadkar, P. Y. (2018). FinTech : The Technology Driving Disruption in
the Financial Services Industry. CRC Press.
Arlin. (2020). Akun Shopee Paylater Diretas, Kenapa Pihak Konsumen yang
Harus Membayar Tagihan??? Mediakonsumen.Com.
https://mediakonsumen.com/2020/09/25/surat- pembaca/akun-shopee-
paylater-diretas-kenapa-pihak-konsumen-yang-harus-membayar-tagihan
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user
acceptance of information technology. MIS Quarterly: Management
Information Systems, 13(3), 319–339. https://doi.org/10.2307/249008
DSResearch. (2020a). Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia.
43400.
Fajar, G. (2020). Akun Shopee dihack untuk Belanja pakai Shopee Paylater.
Infoperbankan.Com.
Iprice. (2020). Map of E-commerce 2020 Year-End Report.
Jeong, J. Y., & Kim, H. C. (2020). Korean mothers’ food choice behavioral
intent for children: An examination of the interaction effects of food type,
household income, and healthism. Food Quality and Preference, 81,
103835. https://doi.org/10.1016/j.foodqual.2019.103835
Jogiyanto, H. M. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan (Edisi Revisi). In
Andi Offset, Yogyakarta (Ed I). Penerbit ANDI.
Krempel, E., & Beyerer, J. (2014). TAM-VS: A technology acceptance model
for video surveillance. Lecture Notes in Computer Science (Including
Subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in
Bioinformatics), 8450 LNCS, 86–100. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
06749-0_6
Kurniawan, F., & Suparna, gede. (2014). Peran Kepemilikan Kartu Kredit
Dalam Memoderasi Pengaruh Kontrol Diri Dan Atmosfer Gerai Terhadap
Perilaku Belanja Kompulsif Konsumen Pakaian Di Kuta-Bali. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 3(6), 242311.
LDN. (2020). STATISTIK LENTERA DANA NUSANTARA : Data pada Q4
2020.
Mentari, A. C., & Bendesa, I. K. G. (2018). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi minat dalam menggunakan uang elektronik di Kota
Denpasar, Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 7(4), 646– 676.
OJK. (2020). Perkembangan Fintech Lending Desember2020. Desember, 1–
11.
Padamsari, A. P., & Cynthia, F. (2021, March 23). Penggunaan paylater
meningkat di tengah pandemi. Lokadata.Id.
17

https://lokadata.id/artikel/penggunaan-paylater-meningkat-di-tengah-
pandemi
Pratika, Y., Wisnu, D., Riyanto, U., & Ambarwati, T. (2021). Analysis of Pay
Later Payment System on Online Shopping in Indonesia. Journal of
Economics, Business, and Accountancy Ventura, 23(3), 329–339.
https://doi.org/10.14414/jebav.v23i3.2343
Prastiwi, I. E., & Fitria, T. N. (2021). Konsep Paylater Online Shopping dalam
Pandangan Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(1), 425.
https://doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1458
Putri, A. P. Y., Miru, A., & Maskun. (2020). Praktik Penyalahgunaan Fitur
Kredit (Paylater) oleh Pihak Ketiga melalui Aplikasi Belanja Online.
Amanna Gappa, 28(2), 101–116.
Rahardyan, A. (2021, February 11). Paylater Kian Populer, 83 Persen
Responden Sebut Penolong dari
KebutuhanMendadak.Finansial.Bisnis.Com.https://finansial.bisnis.com/
read/20210211/89/1355178/paylater-kian populer-83-persen-
responden-sebut-penolong-dari-kebutuhan-mendadak
Rakhma, S., & Setiawan, D. (2019, September 27). Sebelum Transaksi
Pakai Fitur Pay Later, Simak 5 Risikonya. Kompas.Com.
https://money.kompas.com/read/2019/09/27/140050726/sebelum-
transaksi-pakai-fitur-pay-later-simak-5-risikonya
Sari, R. (2021). Pengaruh Penggunaan Paylater Terhadap Perilaku Impulse
Buying Pengguna E-Commerce di Indonesia Rahmatika Sari. Jurnal
Riset Bisnis Dan Investasi, 7(1), 44.
Satryani, D. T. (2017). PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN
PRODUK DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP MINAT MASYARAKAT
DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN UANG ELEKTRONIK (E-MONEY).
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
Sidabutar, L. C. (2020). Pengaruh Kepuasan Pengguna Fitur Shopee
Paylater Terhadap Loyalitas Pelanggan. Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai