PENDAHULUAN
Namun ada fenomena menarik lain pada laporan tersebut disebutkan bahwa
OVO menempati peringkat dua pada jumlah pengguna fintech emoney user dengan
presentase sebesar 58.42% dibawah GO-Pay dengan 79.39%. Hal tersebut menjadi
salah satu faktor mengapa peneliti memilih objek penelitian layanan e-payment OVO
karena aplikasi ini merupakan aplikasi yang berdiri sendiri, berbeda dengan aplikasi
GO-Pay yang merupakan integrasi dari aplikasi GO-Jek.
Walaupun menjadi aplikasi e-payment yang mendominasi pasar pada saat ini,
OVO tidak luput dari beberapa keluhan dari para penggunanya. Berbagai macam
kendala dikeluhkan oleh penggunanya, baik keluhan mengenai responsifitas aplikasi,
kendala dalam pengisian saldo, hingga masalah berkurangnya saldo secara tiba-tiba
pada transaksi yang gagal. Fenomena tersebut menjadi alasan mengapa peneliti ingin
melakukan penelitian ini, karena ingin mengukur seberapa jauh tingkat e-satisfaction
pada OVO yang akan mempengaruhi pada e-loyalty pelanggan.
Usaha pemberian kualitas layanan yang baik oleh OVO membuat pelanggan
akan puas dan loyal terhadap OVO. Dalam beberapa penelitian menyebutkan terdapat
hubungan yang positif antara kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan (Tam,
2012). Ketika pelanggan puas dengan sebuah aplikasi, mereka akan bersedia untuk
lebih berinteraksi dengan aplikasi tersebut dimasa mendatang dan menjadi pelanggan
yang loyal (Fang, Chiu, & Wang, 2011). Setiap perusahaan memerlukan pelanggan
yang loyal agar perusahaan dapat berkembang lebih baik secara jangkapanjang.
Berdasarkan hasil penelitian (Anderson & Srinivasan, 2003) menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara e-satisfaction, e-trust dan e-loyalty. Hasil
penelitian (Zha, Ju, &Wang,2006) menyatakan bahwa e-satisfaction menjadi faktor
penting yang berperan dalam membangun e-loyalty.
Menurut Romadhoni (2015), e-satisfication merupakan variabel yang
memainkan peran kunci dalam membangun e-loyalty pelanggan toko online. Jika
tingkat E-satisfaction konsumen tinggi, maka menimbulkan adanya rasa kepercayaan
atau disebut trust. Konsumen yang tingkat kepuasannya tinggi dan juga
kepercayaannya tinggi cenderung akan loyal terhadap merek tertentu. Konsumen
akan melakukan pembelian berulang dan menimbulkan E-loyalty (Hasan, 2008).
Masyarakat yang dulunya melakukan pembayaran menggunakan uang tunai
(cash) saat ini telah mulai mengenal dan menggunakan pembayaran non- tunai dalam
melakukan berbagai transaksi pembayaran. Pembayaran elektronik ini terus
bertransformasi mengikuti tuntutan dan kebutuhan konsumen. Peneliti menemukan
fenomena bahwa masyarakat saat ini khususnya mahasiswa lebih sering menyimpan
uang di dalam aplikasi mobile payment seperti aplikasi OVO. Para mahasiswa lebih
sering melakukan transaksi pembayaran melalui aplikasi OVO dibandingkan
menggunakan uang tunai. Hal ini disebabkan karna adanya manfaat yang didapat
ketika menggunakan aplikasi OVO. Sehingga peneliti berasumsi bahwa sikap atau
perilaku seseorang untuk menggunakan aplikasi OVO didasari oleh rasa kepercayaan
serta kebermanfaatan dari teknologi tersebut. Oleh karena itu pada peneliatian ini,
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor online trust yang mempengaruhi seseorang
khususnya pada kalangan mahasiswa untuk menggunakan mobile payment pada
aplikasi OVO.
Menurut Direktur OVO 2019, Johny Widodo, dalam Beritasatu.com (Kamis
13/12), pembayaran digital OVO meningkatkan perkembangan di berbagai
universitas di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi muda adalah pasar
yang sangat penting bagi OVO dan secara langsung dapat menjadi pengguna
transaksi non-tunai misalnya untuk pembelian buku atau modul kuliah, kantin,
koperasi, bazar mahasiswa, dan pembayaran wisuda.
Selain menjadi penyedia pembayaran digital di lingkungan kampus OVO juga
secara aktif melakukan sosialisasi dengan berbagai daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan keuangan digital di kalangan milenial. Aplikasi OVO tersedia di 303
kota di seluruh Indonesia dan menjadi satu-satunya sebagai alat pembayaran yang
diterima oleh toko-toko ritel offline dan e-commerce. OVO sekarang hadir sekitar
90% ada di beberapa mall di Indonesia, seperti hypermarket, department store, dan
sebagainya.
Dari fenomena yang dipaparkan diatas, dan dari hasil penelitian terdahulu
yang sudah diuraikan, peneliti menyimpulkan bahwa ada research gap pada objek
yang dipilih. Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana faktor-
faktor yang mempengaruhi online trust pada mahasiswa sebagai pengguna aplikasi
OVO serta diharapkan dapat berkontribusi untuk memberikan informasi yang
berguna dalam penggunaan OVO sebagai alat pembayaran non- tunai khususnya pada
kepuasan dan kepercayaan pengguna. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penelitian ini mengambil judul yaitu “Pengaruh E-Satisfaction dan E-Trust terhadap
E-Loyalty pada E-Wallet OVO”.
2.2.2 E-Trust
Crosby et al. (dalam Martinez dan Bosque, 2013) menyatakan bahwa
kepercayaan konsumen dapat didefinisikan sebagai keyakinan bahwa sebuah
perusahaan dapat diandalkan untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga
kepentingan jangka panjang konsumen dapat terpenuhi. Trust didefinisikan sebagai
hubungan dasar dari pembentukan dan pemeliharaan antara pelanggan dan penjual
online (Kim et al., dalam Giovanis dan Athanasopoulou, 2014). Gefen (dalam
Giovanis dan Athanasopoulou, 2014) menyimpulkan bahwa jika informasi yang
diberikan oleh penjual online jelas, akurat dan lengkap maka pelanggan akan merasa
bahwa toko online ini tidak mementingkan kesempatan semata sehingga ini akan
meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap layanan online yang diberikan oleh
penjual.
2.2.2.1 Indikator yang mempengaruhi E-Trust
Menurut Ribbink et al., (2004) indikator – indikator dari e-trust adalah sebagai
berikut:
1. Bersedia untuk memberikan informasi pribadi kepada perusahaan online.
2. Bersedia untuk memberikan nomor kartu kredit kepada perusahaan online.
3. Tidak masalah untuk membayar terlebih dahulu dalam pembelian melalui internet.
4. Perusahaan online adalah perusahaan yang profesional dalam bidangnya.
5. Perusahaan online akan memenuhi janjinya.
2.2.3 E-Loyalty
Oliver mengungkapkan bahwa definisi loyalitas merupakan komitmen
pelanggan yang bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk / jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan
datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi
untuk menyebabkan perubahan perilaku. Menurut Griffin loyalitas akan lebih
mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan
pembelian osecara terus menerus terhadap barang / jasa suatu perusahaan yang
terpilih. Sedangkan menurut Hur et al. (2011) mendefinisikan e-loyalty sebagai niatan
pelanggan untuk mengunjungi website kembali dengan atau tanpa terjadinya transaksi
online. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan jika e-loyalty
merupakan perluasan dari loyalitas konvensional. E-loyalty akan menunjukan tingkat
keinginan pelanggan untuk berkunjung kembali ke website milik perusahaan,
sedangkan loyalitas konvensional akan menunjukan pemakaian barang / jasa suatu
perusahaan secara berkelanjutan.
1. Cognitive
Didefinisikan sebagai preference (preferensi), preferensi ini dapat terhadap
website lain ataupun layanan lain yang tersedia di dalam satu perusahaan.
2. Affective
Didefinisikan sebagai positive attitude, hal ini dihasilkan dari preferensi yang
tercipta, sehingga akan menimbulkan sikap me-referensikan. Sebagai contoh,
pelanggan yang menyarankan orang lain untuk menggunakan website perusahaan
berdasarkan kepuasan atau kesukaan yang lebih (preferensi) dari pada website atau
layanan lain yang diterapkan sebagai pembanding.
3. Conative
Pelanggan bersedia untuk mengunjungi kembali website perusahaan. Hal ini bisa
didasari oleh pengalaman sebelumnya yang dapat berupa
kecocokan/kepuasan/kesukaan, sehingga ada keinginan atau harapan untuk
mendapatkan pengalaman baik yang sama dengan kembali mengunjungi website
(revisit), tetapi hal ini tidak terikat dengan prilaku pembelian.
4. Action
Merupakan tingkatan tertinggi dari loyalitas, yaitu ketika pelanggan kembali
mengunjungi website dengan kesiapan untuk melakukan pembelian secara online.
Menurut Janita dan Miranda (2013), loyalitas konsumen dapat diukur dengan
menggunakan indikator berikut:
1. Positive word of mouth, yaitu kesediaan konsumen untuk mengatakan hal yang
positif tentang produk atau jasa perusahaan kepada orang lain.
2. Rettention, yaitu ketahanan konsumen terhadap pengaruh dan penawaran dari
perusahaan kompetitor.
3. Willingness to pay more, yaitu kesediaan konsumen untuk tetap menggunakan
produk atau jasa meskipun harus membayar lebih mahal.