Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENGGUNAAN SPAYLATER TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PADA APLIKASI SHOPPE

(studi kasus pada pengguna Spaylater)

Diajukan Kepada Dosen Mata Kuliah Motodologi Penelitian Sebagai Tugas

Dosen Pengampu:

Dr. Nurdiana Mulyatini, S.E., M.M.

Disusun Oleh

Nike Bunga Lestari

3402210532

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GALUH

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi perdagangan


online, telah lahir banyak sistem dan metode dalam melakukan transaksi
pembayaran. Dari sistem pembayaran tradisional yaitu tunai atau sistem
pembayaran menggunakan sarana fintech (financial technology). Salah satu
kemungkinannya adalah kredit online seperti Paylater (Jakupovic, 2018).
Kreativitas dalam mengembangkan sistem pembayaran digital semakin
beragam seiring dengan banyaknya platform belanja online dan
peningkatan jumlah pengguna belanja online terutama di masa pandemi
ini. Adopsi sistem pembayaran BNPL (Beli Bayar Nanti) diperkirakan akan
terus meningkat dari pada tahun 2021 hingga 2023. Selain itu, dengan
dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan peralihan dari toko offline
ke bisnis online dan bangkitnya sektor e-commerce, diharapkan dapat
mendukung pertumbuhan layanan pembayaran sistem. Sistem pembayaran
BNPL (Beli Sekarang Bayar Nanti) diharapkan menjadi solusi bagi pelajar
di Jawa Barat yang masih belum memiliki akses perbankan (unbanked)
dan masih minim pengetahuan tentang kartu kredit (Dublin, 2021) .Dalam
tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2022, jumlah pengguna PayLater terus
meningkat setiap tahun.

Adanya e-commerce telah membuat perubahan pada perilaku


konsumen yang awalnya hanya berbelanja secara offline dengan datang
langsung ke pusat perbelanjaan, pasar, maupun toko itu sendiri sekarang
dapat dengan mudah dilakukan secara online dari rumah. Perubahan
perilaku tersebut banyak dipengaruhi oleh persepsi para pelanggan
mengenai jarak, harga, promosi, tempat yang telah ditetapkan oleh
perusahaan selama ini (Kotler dan Keller, 2012). Alasan terbesar terjadinya
perubahan pola perilaku pembelian dari pembelian secara langsung ke
pembelian online karena dasar kemudahan yang ditawarkan dari toko
online, meskipun banyak kemudahan yang ditawarkan masih terdapat
faktor-faktor yang menjadi alasan beberapa pelanggan tidak memilih
berbelanja online, diantaranya yaitu faktor resiko penipuan baik dari segi
kualitas maupun sistem pembayaran (Fakri, 2016). Pembelian suatu produk
dapat terjadi karena konsumen memiliki kebutuhan terhadap produk
tersebut yang kemudian dipengaruhi oleh ketersediaan anggaran untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan pertumbuhan sistem pembayaran
yang saat ini terjadi, tolak ukur ketersediaan anggaran bukan hanya dilihat
dari ketersediaan dana dalam bentuk uang tunai saja, namun juga dapat
diukur dari bentuk layanan fasilitas seperti kartu kredit ataupun pembayaran
digital lainnya (Widawati, 2011). Sistem pembayaran yang terus
berkembang menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan e-
commerce. Sistem pembayaran yang merupakan salah satu faktor yang
menopang stabilitas sistem keuangan saat ini terus berkembang, seperti
halnya dengan perkembangan sistem pembayaran yang semula hanya uang
tunai hingga saat ini sudah tersedia sistem digital. Metode pembayaran yang
disediakan oleh e-commerce mayoritas adalah pembayaran secara digital
seperti transfer intra bank, virtual account, kartu kredit online, kartu debit
online, e-wallet, dll. Namun pembayaran secara tunai juga tetap bisa
dijadikan opsi pilihan. Beberapa e-commerce menyediakan pembayaran
secara tunai menggunakan sistem Cash On Delivery (COD) dimana
pengguna bisa membayar belanjaan secara tunai kepada kurir saat barang
diantar. Selain metode cash on delivery, beberapa e-commerce juga
menyediakan pilihan pembayaran tunai melalui mini market. Beberapa
tahun belakangan ini, tepatnya sejak tahun 2018, terdapat sebuah metode
pembayaran baru yang diperkenalkan pada masyarakat, yakni teknologi
paylater. Paylater memiliki fungsi yang sama dengan kartu kredit, kelebihan
yang ditawarkan dari teknologi ini adalah cara mendaftar yang relatif sangat
mudah jika dibandingkan dengan kartu kredit. Seperti halnya kartu kredit,
paylater yang dapat mempermudah konsumen untuk memenuhi segala
kebutuhannya, mulai dari berbelanja kebutuhan primer hingga hiburan
seperti pembelian tiket pesawat, pemesanan hotel, tiket rekreasi, dan lainnya
kemudian pengguna dapat membayar disetiap tanggal jatuh tempo yang
sudah ditetapkan. Paylater dikembangkan oleh perusahaan fintech yang
kemudian bekerja sama dengan e-commerce dalam menyediakan layanan
paylater tersebut. Banyak perusahaan e-commerce menggunakan teknologi
tersebut dalam sistem pembayaran mereka sehingga teknologi tersebut
sangat mudah dikenal oleh masyarakat luas.

Fitur PayLater yang terdapat pada aplikasi Shopee disebut dengan


SPayLater dan dilucurkan pada awal tahun Januari 2019 sebagai salah satu
jenis metode pembayaran terbaru. SPayLater ini memungkinkan pengguna
Shopee terpilih dapat membeli sebuah produk yang pembayarannya dapat
dilakukan melalui cicilan sesuai dengan periode pembayaran yang dipilih.

Dibandingkan dengan layanan PayLater lainnya diketahui jika


SPayLater memiliki limit pinjaman yang cukup besar, penggunaannya yang
mudah melalui marketplace Shopee yang menyediakan beragam kebutuhan
sampai kebutuhan sehari-hari dan banyaknya promosi yang diberikan.
Dengan adanya kemudahan untuk membeli sebuah produk dengan
dukungan dana yang cukup besar dan persyaratan pengajuan penggunaan
yang mudah pada fitur SPayLater dapat menjadi suatu alasan keputusan
suatu pembelian.

Seiring berjalannya waktu penggunaan fitur Spaylater terus


meningkat. Hingga akhir tahun 2020,jumlah pengguna Shoppe Paylater
mencapai angka 1,27 juta pengguna dengan akumulasi peminjam yang aktif
mencapai 67% yakni sekitar 850 ribu orang peminjam dan dana yang telah
dikeluarkan oleh Shoppe Paylater mencapai hampir Rp 1,5 Triliun
(Sari,2021). Pada tahun 2021 berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
iPrice, situs agregator berbelanja daring memperlihatkan bahwa selama
kuartal 1-2021 Shoppe memiliki rata-rata grafik mencapai 127.400.000
kunjungan. Dengan presentase, konsumen yang menggunakan layanan
Shoppe Paylater mencapai 78.4%.

Dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana peran


Spaylater berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Maka dari itu penulis
akan melakukan riset dan analisis terhadap pengguna fitur Spaylater.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis


mengidentifikasikan masalah sebagai bahan yang akan dijadikan acuan pada
penelitian yang akan dilakukan ini,sebagai berikut :

1. Semakin banyak orang yang memilih melakukan pembayaran


menggunakan Spaylater
2. Banyak kasus pengguna Spaylater yang telat melakukan
pembayaran

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka rumusan
masalah yang diambil dari penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan fitur Spaylater berpengaruh terhadap keputusan
pembelian pada aplikasi Shoppe?
2. Seberapa besar pengaruh fitur Spaylater terhadap keputusan
pembelian pada aplikasi Shoppe?

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan fitur Spaylater terhadap
keputusan pembelian pada aplikasi Shoppe
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh fitur Spaylater terhadap
keputusan pembelian pada aplikaso Shoppe

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Bagi Akademi
Dapat menambah referensi dan menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis sebagai keperluan studi.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan finansial technologi
di Indonesia melalui faktor yang mempengaruhi penggunaan fitur
Spaylater.
3. Bagi Pihak Perusahaan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah pengetahuan
perusahaan yang mengembangkan finansial technologi terutama fitur
Spaylater, sehingga perusahaan dapat menemukan keunggulan
kompetitifnya.

Anda mungkin juga menyukai