Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Transaksi jual beli merupakan suatu kegiatan yang sudah umum
dilakukan sejak zaman dahulu. Sebelum adanya uang, transaksi jual beli
menerapkan sistem barter. Barter merupakan awal dari cara transaksi
perdagangan di mana tidak menggunakan alat tukar berupa uang (Salmiati,
2019). Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai mengenal sistem
uang. Sejak saat itu, masyarakat menggunakan uang sebagai alat tukar
dalam kegiatan transaksi jual beli, dimana penjual menyerahkan barang
kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang sebagai alat tukar.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan peradaban yang
semakin modern, untuk melakukan transaksi jual beli kita tidak perlu lagi
bersusah payah mengeluarkan uang dalam bentuk fisik, namun dapat
dilakukan melalui layanan digital. Hal tersebut membuktikan bahwa
perkembangan teknologi yang ada saat ini tidak hanya berkutat pada bidang
informasi dan komunikasi saja, tetapi juga mempengaruhi sistem keuangan.
Untuk melakukan transaksi jual beli, antara penjual dan pembeli tidak perlu
bertemu langsung secara tatap muka. Dengan kecanggihan teknologi,
mereka dapat melakukannya hanya dengan menggunakan ponsel dan juga
koneksi internet. Aktivitas tersebut disebut dengan e-commerce (electronic
commerce), yaitu suatu proses jual beli produk, informasi, dan juga jasa
yang dilakukan menggunakan media elektronik dan hanya memanfaatkan
jaringan komputer yaitu internet (Lestari, 2021). Transaksi e-commerce
termasuk dalam transaksi elektronik, yaitu perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau
media elektronik (UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No,
1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), pasal
1 ayat (2)).

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Transaksi jual beli melalui e-commerce semakin lama semakin


diminati oleh banyak orang. Masyarakat yang melakukan aktivitas ini
sebagian besar adalah kalangan remaja hingga usia dewasa. Kemudahan
dalam bertransaksi, efisiensi waktu, dan kecanggihan teknologi yang ada
merupakan sejumlah alasan semakin banyaknya orang berpindah dari
transaksi konvensional ke transaksi melalui e-commerce. Hal tersebut
membuat banyak perusahaan berlomba-lomba untuk mendirikan platform
e-commerce. Dikarenakan banyaknya platform e-commerce, tiap-tiap e-
commerce kebanyakan memiliki kelebihan dan karakteristik masing-
masing. Di Indonesia sendiri, kategori e-commerce terbesar berdasarkan
website & social media performance serta hasil survei yang telah dilakukan
Putri dan Zakaria (2020) menyatakan bahwa Shopee berada di peringkat
pertama, disusul oleh Tokopedia, Lazada, Bukalapak, serta Blibli.
Tak hanya sebagai e-commerce yang menyediakan wadah bagi
penjual dan pembeli, Shopee juga memiliki sejumlah layanan lain. Salah
satu layanan Shopee yang cukup terkenal dan banyak digunakan yaitu
layanan PayLater. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktafiani
(2021), PayLater adalah suatu bentuk layanan fintech yang mana
menawarkan cicilan tanpa kartu kredit dengan menggunakan aplikasi.
Adanya interaksi antara pihak yang memiliki modal dengan pihak yang
membutuhkan modal dalam perkembangannya mengakibatkan
terbentuknya suatu layanan alternatif sumber dana bagi seseorang yang
membutuhkannya (Putri dkk, 2022). Hal tersebutlah yang mendorong
terbentuknya metode pembayaran PayLater.
Dengan adanya PayLater, para konsumen yang membeli barang
melalui Shopee diberikan pilihan untuk membeli barang terlebih dahulu lalu
dibayar di akhir (tidak saat membeli) atau bisa juga dengan cara mencicil.
PayLater menjadi sebuah inovasi dalam transaksi jual beli yang menarik.
Sebagian orang berpendapat bahwa PayLater memiliki sistem yang hampir
mirip dengan kartu kredit. Berdasarkan kutipan dari Novendra dan
Aulianisa (2020), terdapat sejumlah kesamaan antara layanan PayLater
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

dengan kartu kredit, yaitu pertama, keduanya memiliki esensialitas yang


sama yaitu kepercayaan. Kedua, terdapat unsur jangka waktu pada PayLater
dan kartu kredit. Ketiga, adanya potensi risiko pada kedua layanan tersebut.
Keempat, terdapat prestasi atau objek baik pada PayLater maupun kartu
kredit.
Terdapat syarat utama untuk dapat menggunakan layanan Shopee
PayLater, yaitu wajib menjadi pengguna aktif e-commerce Shopee terlebih
dahulu. Namun, tidak semua pengguna aktif Shopee dapat berkesempatan
untuk merasakan layanan PayLater ini. Untuk menggunakan layanan
tersebut dalam berbelanja di Shopee, konsumen memiliki pilihan akan
rentang waktu pembayaran, yaitu dalam waktu tiga bulan, enam bulan, atau
12 bulan; yang nantinya akan jatuh tempo pada tanggal tertentu tiap
bulannya sesuai kesepakatan. Dalam PayLater, terdapat limit yaitu saldo
yang dapat digunakan oleh konsumen untuk berbelanja. Dikutip dari lama
resmi Shopee, limit Shopee Pay Later dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
dengan kebijakan Shopee (https://help.shopee.co.id, diakses pada 15
September 2022). Selain itu, jumlah limit juga disesuaikan dengan riwayat
pembayaran tagihan konsumen yang mana terus dipantau secara berkala
oleh PT Commerce Finance sebagai penyelenggara layanan PayLater pada
Shopee. Semakin sering Konsumen terkendala dalam melakukan
pembayaran tagihan PayLater, maka akan mempengaruhi limit yang
diberikan.
Untuk dapat mengaktifkan PayLater pada Shopee tergolong mudah,
konsumen Shopee hanya perlu memberikan foto KTP serta melakukan
verifikasi wajah melalui aplikasi Shopee. Setelah disetujui oleh pihak
Shopee, maka konsumen yang telah memenuhi persyaratan dapat memilih
tanggal jatuh tempo yang sudah disediakan. Calon konsumen PayLater
yang memutuskan untuk menyetujui segala Syarat dan Ketentuan Shopee
PayLater dianggap telah membentuk perjanjian antara ia dengan pihak
Shopee (Nursafitri, 2021). Bentuk perjanjian tersebut merupakan perjanjian
elektronik yang mana tetap harus berpedoman utama pada pasal 1320 KUH-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Perdata terkait dengan syarat sahnya perjanjian. Tak hanya itu, berlakunya
suatu perjanjian juga harus memenuhi berbagai asas perjanjian yang ada.
Saat ini hampir semua e-commerce dan perusahaan fintech di
Indonesia menyediakan layanan PayLater
(https://www.paylaterin.com/aplikasi-paylater-terbaik/, diakses pada 3
Januari 2023). Hal tersebut menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat
akan layanan tersebut. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang
menggunakan PayLater, semakin banyak pula kasus di lapangan yang
terjadi dimana penerima pinjaman tidak menyelesaikan prestasinya dengan
baik dan terjadi gagal bayar. Menurut pasal 1234 KUH-Perdata, sebuah
perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau
untuk tidak berbuat sesuatu. Dalam kegiatan transaksi menggunakan
Shopee PayLater, hal yang harus dilakukan oleh penerima pinjaman adalah
mengembalikan kembali fasilitas pinjaman secara tepat waktu sesuai
dengan yang terdapat dalam perjanjian.
Tentu saja jika banyak kasus dimana penerima pinjaman tidak
melakukan prestasinya tersebut dengan sesuai dan terjadi terus menerus
dengan skala yang besar, maka akan sangat merugikan pemberi pinjaman.
Oleh karena itu, perlu diketahui bentuk perjanjian yang digunakan sebagai
dasar terjadinya transaksi dalam layanan PayLater di e-commerce Shopee.
Perjanjian tersebut dapat dikaji untuk memperjelas pihak-pihak mana saja
yang saling berperan dan memiliki hubungan hukum, sehingga
pertanggungjawaban yang terdapat dalam transaksi PayLater tersebut akan
mudah diketahui.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang sudah
dipaparkan di atas, penulis ingin menganalisis dan mengkaji lebih lanjut
untuk melihat karakteristik perjanjian PayLater salah satu e-commerce yang
ada di Indonesia yaitu Shopee agar mengetahui bentuk perjanjian dan
keabsahannya jika dikaji berdasarkan Hukum Perjanjian Indonesia yang
tersedia saat ini serta untuk mengetahui hubungan hukum para pihak yang
terkait dalam transaksi tersebut. Kajian tersebut dituangkan dalam suatu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

penulisan hukum yang berjudul “KARAKTERISTIK TRANSAKSI


DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAYLATER DI E-COMMERCE
SHOPEE DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dan memperjelas ruang lingkup
skripsi yang akan Penulis kaji, maka berdasarkan latar belakang
permasalahan yang telah diuraikan di atas, terdapat dua permasalahan yang
disesuaikan dengan judul yang akan menjadi pembahasan selanjutnya,
antara lain:
1. Bagaimana karakteristik perjanjian dalam transaksi PayLater di E-
Commerce Shopee dalam perspektif hukum perjanjian Indonesia?
2. Bagaimana hubungan hukum para pihak dalam transaksi PayLater di
E-Commerce Shopee?

C. Tujuan Penelitian
Terdapat dua jenis tujuan penelitian, yaitu tujuan obyektif dan tujuan
subyektif. Tujuan objektif merupakan tujuan dari penelitian itu sendiri,
sedangkan tujuan subyektif adalah tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis
melalui penelitian ini. Adapun tujuan dilakukannya penulisan hukum ini,
antara lain:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui karakteristik perjanjian pada transaksi PayLater
di E-Commerce Shopee dalam perspektif hukum perjanjian
Indonesia;
b. Untuk memahami hubungan hukum para pihak dalam transaksi
PayLater di E-Commerce Shopee.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk mengimplementasikan ilmu serta teori yang sudah Penulis
dapatkan selama masa perkuliahan agar bermanfaat bagi Penulis
sendiri serta masyarakat umum;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

b. Untuk mengembangkan penelitian-penelitian terdahulu serta untuk


membantu menyumbangkan referensi bagi penelitian-penelitian
yang akan datang mengenai kajian hukum transaksi PayLater;
c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna mencapai gelar
Sarjana Strata 1 (S-1) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian hukum tentunya diharapkan dapat membawa
manfaat serta kontribusi bagi sesame, baik itu manfaat teoritis maupun
manfaat praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaar Teoritis
a. Dengan penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat bagi
perkembangan hukum di Indonesia khususnya pengetahuan hukum
mengenai perjanjian dalam transaksi PayLater di e-commerce
Shopee;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
bahan referensi serta dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian-
penelitian yang akan datang mengenai topik sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas
permasalahan yang diteliti oleh Penulis serta menambah ilmu bagi
Penulis khususnya di bidang hukum perjanjian dan financial
technology;
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman yang
berharga serta kepada Penulis untuk mengukur sejauh mana
kemampuan Penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh;
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat memberikan
masukan kepada masyarakat khususnya bagi pihak yang terkait
dengan permasalahan yang diteliti oleh Penulis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum ialah suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang
mempunyai tujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala
hukum tertentu (Soekanto, 2007). Penelitian dalam penulisan
hukum ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Istilah
penelitian hukum normatif berasal dari bahasa Inggris, yaitu
normative legal research yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia menjadi penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
normatif sendiri merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menemukan dan merumuskan argumentasi hukum melalui analisis
terhadap pokok permasalahan (Hadjon, 2005). Soerjono Soekanto
dan Sri Mamuji (2009) mengartikan penelitian hukum normatif
sebagai penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka. Di sisi lain, Soetandyo Wignjosoebroto menyebut penelitian
hukum normatif dengan istilah penelitian hukum doktrinal, yang
merupakan penelitian-penelitian atas hukum yang dikonsepsikan
dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut sang pengkonsep
dan/atau sang pengembangnya (Wignjosoebroto, 2002).
Dari sejumlah pengertian menurut para ahli di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian hukum normatif
memiliki karakteristik tersendiri yaitu penelitiannya mengacu pada
fakta sosial yang dianalisis menggunakan argumen hukum
berdasarkan pendapat para ahli yang bersumber dari literatur-
literatur dan/atau peraturan perundang-undangan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Penulis mengenai karakteristik
transaksi PayLater e-commerce Shopee yang bersumber pada
bahan-bahan kepustakaan serta pendapat para ahli, sehingga
penelitian ini disebut dengan penelitian normatif.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini merupakan penelitian hukum normatif
yang bersifat perspektif dan terapan. Ilmu hukum merupakan suatu
pengetahuan yang mempelajari mengenai keselarasan tingkah laku
individu dengan norma hukum. Di dalam ilmu hukum juga berisi
sejumlah kaidah-kaidah yang menjadi sumber rujukan dalam
berperilaku. Ilmu tentang kaidah itu sendiri menurut Marzuki (2014)
yaitu bersifat preskriptif dan terapan yang selalu berkaitan dengan
apa yang seyogyanya atau apa yang seharusnya seperti tujuan
hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep
hukum dan norma-norma hukum. Dalam kaitannya sebagai ilmu
yang bersifat preskriptif, penelitian hukum dilakukan dengan
mengkaji tujuan hukum, nilai-nilai, dan sikap tindak hukum
(Purbacaraka dan Soekanto, 1991).

3. Pendekatan Penelitian
Seperti halnya penelitian ilmiah pada umumnya, penelitian
hukum pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas ilmiah yang
dimaksudkan untuk menemukan kembali pengetahuan yang benar
(Bachtiar, 2018). Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam proses
penelitian hukum perlu dilakukan pendekatan penelitian.
Pendekatan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan peneliti
untuk memandang dan melimitasi ruang bahasan supaya dapat
memberi kejelasan dari substansi penelitian hukum yang sedang
dilakukannya. Terdapat lima jenis pendekatan yang dapat dilakukan
dalam penelitian hukum normatif, antara lain:
1. Pendekatan undang-undang (statute approach);
2. Pendekatan kasus (case approach);
3. Pendekatan konseptual (conceptual approach);
4. Pendekatan sejarah (historical approach); dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

5. Pendekatan perbandingan (comparative approach).


Dalam penelitian hukum ini, penulis menggunakan
pendekatan undang-undang (statute approach). Menurut Marzuki
(2014), pendekatan undang-undang dilakukan dengan cara
menelaah dan menganalisis semua undang-undang dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Dengan dilakukannya pendekatan ini, maka penulis mengkaji
sebuah kegiatan transaksi Paylater melalui e-commerce Shopee
dengan aturan-aturan mengenai legalitas transaksi dan karakteristik
perjanjian yang ada pada peraturan perundang-undangan yang ada
di Indonesia. Di sini, penulis akan meneliti apakah kegiatan
transaksi tersebut sudah sinkron atau malah bertentangan dengan
peraturan-peraturan tersebut. Pada pendekatan ini penulis harus
benar-benar memahami asas-asas peraturan perundang-undangan
dan teori hierarki norma hukum.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian


Dalam suatu penelitian hukum tentunya penulis memerlukan
jenis dan sumber-sumber untuk membantu penulis dalam berpikir
dan untuk melengkapi uraian penelitiannya serta membantu penulis
untuk mencari jawaban dari permasalahan hukum yang ada. Dalam
penelitian hukum, terdapat dua jenis data penelitian, yaitu data
primer dan data sekunder. Karena jenis penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian normatif, maka jenis data yang digunakan
merupakan data sekunder. Data sekunder sendiri berupa bahan-
bahan yang diperoleh melalui studi dokumen atau studi kepustakaan
yang terdiri atas tiga bahan hukum, yaitu bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
A. Bahan Hukum Primer
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Sejumlah bahan hukum primer yang digunakan dalam


penelitian ini adalah:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH-
Perdata);
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019
tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
7/POJK.05/2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan.
7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
dengan Menggunakan Kartu
B. Bahan Hukum Sekunder
Sumber hukum sekunder yang digunakan berupa hasil
penelitian, tulisan-tuliasan karya ilmiah, jurnal-jurnal
hukum, serta artikel hukum.
C. Bahan Hukum Tersier
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Sumber hukum tersier yang digunakan dalam penelitian


ini yaitu kamus hukum, lebih tepatnya yaitu Black’s Law
Dictionary karangan Henry Campbell Black dan juga
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

5. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian pada dasarnya didapatkan melalui suatu
metode yang disebut dengan pengumpulan data, yang mana
merupakan suatu proses untuk mendapatkan data dengan
menggunakan teknik tertentu (Silalahi, 2012). Berdasarkan jenis
penelitian hukum yang digunakan yaitu penelitian hukum normatif,
maka teknik pengumpulan data yang dipakai oleh penulis adalah
studi kepustakaan. Studi kepustkaan juga disebut dengan studi
dokumen, yaitu kegiatan mengkaji berbagai informasi tertulis
mengenai hukum, baik yang telah dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan secara umum tetapi boleh diketahui oleh pihak
tertentu seperti pengajar hukum, peneliti hukum, praktisi hukum
dalam rangka kajian hukum, pengembangan dan pembangunan
hukum, serta praktik hukum (Bachtiar, 2018). Dalam penelitian ini,
pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan bahan hukum
tertulis berupa bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum
yang akan ditelusur bergantung pada pendekatan penelitian hukum
yang digunakan. Karena dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan perundang-undangan, maka bahan hukum yang
dikumpulkan berupa sejumlah peraturan perundang-undangan serta
memanfaatkan bahan-bahan tertulis lainnya.

6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu penalaran deduksi. Penalaran deduksi berpangkal dari suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

dan berakhir pada suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus


(Aminuddin dan Asikin, 2006). Pada penalaran deduktif digunakan
metode berpikir silogisme. Silogisme merupakan suatu uraian yang
terdiri dari pernyataan tentang suatu hal tertentu, disusul dengan
suatu pernyataan mengenai suatu hal yang lain, dan selanjutnya
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan tersebut (Aminuddin dan
Asikin, 2006). Dengan teknik analisis data tersebut penulis
menggunakan dua premis, yaitu aturan hukum sebagai premis
mayor serta fakta hukum sebagai premis minor yang kemudian
dianalisis dan ditemukan kesimpulannya.

F. Sistematika Penulisan Hukum


Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan
gambaran penjabaran maupun bahasan secara menyeluruh dan
komprehensif mengenai pembahasan yang dirumuskan sesuai dengan
kaidah atau aturan baku penulisan hukum secara sistematis sehingga mudah
dipahami. Sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab dimana
dari masing-masing bab terdiri dalam beberapa sub-bab dengan tujuan
untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian.
Untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai penyusunan
penelitian serta mempermudah penyusunan penelitian ini, maka penulis
menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai pendahuluan yang meliputi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
2. Tujuan Subjektif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2. Manfaat Praktis
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini akan diuraiakan mengenai berbagai materi serta teori dan
uraian tentang:
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang E-Commerce
2. Tinjauan Umum Tentang Shopee PayLater
3. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berpikir

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai karakteristik transaksi PayLater E-Commerce Shopee dalam
perspektif hukum perjanjian Indonesia berdasarkan rumusan masalah yang
ada serta menjabarkan mengenai hubungan hukum para pihak yang terlibat
dalam transaksi PayLater E-Commerce Shopee.

BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menguraikan simpulan dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya serta memberikan
saran terkait dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian yang terdiri
atas:
A. Simpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
Lampira
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Anda mungkin juga menyukai