Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dasar, meliputi: 1) Konsep Gastritis,

2) Konsep Nyeri Akut, 3) Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien

Gastritis.

2.1 Konsep Gastritis

2.1.1 Definisi Gastrtitis

Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam

lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan yang

mengenai mukosa lambung (Freitas, 2020).

Gastritis adalah peradangan atau pembengkakan dari mukosa

lambung yang disebabkan oleh infeksi kuman heliobacter pylori. Penderita

penyakit gastritis akan mengalami sakit ulu hati, nyeri lambung, rasa mual

muntah,rasa lemah, nafsu makan menurun, sakit kepala dan terjadi

perdarahan pada saluran cerna (Rukmana, 2018).

Dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah penyakit inflamasi

mukosa lambung, gastritis dapat terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan

oleh infeksi helicobacter pylori, konsumsi alkohol, merokok, pola makan

yang tidak teratur, penggunaan aspirin dan penggunaan obat anti infamasi

nonsteroid (NSAID).

2.1.2 Etiologi

Etiologi gastritis paling umum menurut (Miftahussurur et al., 2021) yaitu :

1. Infeksi helicobacter pylori dapat menjadi faktor resiko timbulnya ulkus

6
peptikum beserta komplikasinya dan kanker lambung karena H. pylori

dapat menyebabkan kerusakan progresif pada mukosa lambung

2. Konsumsi minuman beralkohol

3. Pola diet yang tidak baik

4. Merokok

5. Penggunanaan obat dan substansi yang bersifat korosif

6. Stress

7. Trauma

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi gastritis akut dan gastritis kronis (Rukmana, 2018) yaitu :

1. Gastritis akut

Gastritis akut adalah peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan, gastritis

akut sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan dapat disembuhkan.

2. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa

lambung yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri

helicobacter pylory. Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia muda yang

menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung.

Gastritis kronis dikelompokkan lagi menjadi 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B :

a. Gastritis tipe A (kronik fundal) sering disebut gastritis autoimun. Tipe

ini sering dihubungkan dengan penurunan mukosa yang mengakibatkan

7
penurunan produksi antibodi. Anemia pernisiosa terjadi pada fundus

dari lambung.

b. Gastritis tipe B (antrum) terjadi karena bakteri helicobacter pylori yang

mengakibatkan ulkus pada lambung.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), manifestasi klinis gastritis

yaitu:

1. Gejala dan Tanda Mayor Nyeri Akut

Subjektif : Mengeluh nyeri

Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

2. Gejala dan Tanda Minor Nyeri Akut

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu

makan menurun, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada

diri sendiri, diaphoresis

2.1.5 Tanda dan Gejala

1. Mual

2. Sebagian penderita muntah darah

3. Nyeri epigastrium nausea

4. Muntah dan cegukan

5. Sakit kepala (Anfalia, 2018)

8
2.1.6 Patofisiologi

1. Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa

lambung. Jika mukosa lambung teriritasi yang akan terjadi iritasi mukosa

lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi

mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan

NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan

tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat

maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi

cairan & elektrolit.

Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika

mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan

HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan

tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi

erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan

pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan

nyeri (Ninandita et al., 2018).

2. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna

atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobactery pylori. Gastritis

kronis dapat diklarifikasikan menjadi dua, yaitu Tipe A dan Tipe B. Gastritis

kronis tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan

perubahan sel parietal yang menimbulkan atrofi dan infiltasi selur. Hal ini

9
dihubungkan dengan penyakit autoimun, seperti anemia pernisiosa, dan

terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Sedangkan, gastritis tipe B

(kadang disebut sebagai gastritis H. Pylory) mempengaruhi antrum dan

pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) dan dihubungkan bakteri

H. Pylory. Faktor diet, seperti minum panas atau pedes, penggunaan atau

obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus ke dalam lambung,

juga dapat menyebabkan gangguan ini (Anfalia, 2018).

10
2.1.7 Pathway

Gambar 2.1 Pathway Gastritis

11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien gastritis

(Natalia, 2021) yaitu:

1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia.

2. Pemeriksaan serum B12 untuk mengetahui adanya defisiensi B12.

3. Analisa feses untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

4. Analisa gaster mengetahui kandungan HCI lambung. Aklorhidria

(produksi asam lambung) menunjukkan adanya gastritis atropi.

5. Tes antibody serum untuk mengetahui adanya anti body sel parietal

6. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada

kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

7. Sitologi untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gastritis dibagi menjadi 2 farmakologis dan non-

farmakologis menurut (Natalia, 2021) yaitu :

1. Farmakologis

a. Pemberian anti rematik dan pemasangan infus untuk

mempertahankan cairan tubuh pasien.

b. Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di

abdomen, serta untuk menetralisisr asam lambung.

c. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidine) mampu

menurunkan sekresi asam lambung.

12
d. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter

pylori

2. Non-farmakologis

a. Diet makanan lunak yang diberikan porsi sedikit tapi sering.

b. Untuk menetralisisr alkali, gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

c. Hindari alkohol.

2.1.10 Komplikasi

1. Gastritis Akut

Komplikasi gastritis akut adalah adalah peradangan akut pada

dinding lambung, terutama mukosa lambung antrum pilorus. Jika prosesnya

parah, sering terjadi di ulkus tetapi perforasi jarang terjadi.

2. Gastritis Kronis

Komplikasi yang terjadi pada gastritis kronis adalah gangguan

penyerapan vitamin B12, gangguan penyerapan zat besi, dan stenosis daerah

pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) yang menyebabkan

anemia pernisiosa. Etiologinya tidak diketahui secara pasti dan gejalanya

tidak khas. Penyakit ini berhubungan dengan indeks Helicobacter pylori,

tukak duodenum, dan tumor lambung (Anfalia, 2018).

2.2 Konsep Nyeri Akut

2.2.1 Definisi Nyeri Akut

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

13
lambat dan berintensitas ringat hingga berat yang berlangsung kurang dari

3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Bahrudin, 2018).

Dapat disimpulkan bahwa nyeri akut adalah suatu pengalaman

sensorik yang berhubungan dengan inflamansi, trauma, kerusakan jaringan

yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan dengan skala intensitas

nyeri ringan sampai nyeri berat tidak terkontrol.

2.2.2 Etiologi

1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).

2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).

3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

2.2.3 Karakteristik Batasan

1. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : mengeluh nyeri.

Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

2. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Tekanan darah meningkat napas berubah, nafsu makan

14
menurun, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri

sendiri, diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

2.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi nyeri secara umum menurut (Sinda et al., 2018) yaitu :

1. Nyeri akut terjadi dalam waktu kurang dari 3 bulan secara mendadak

akibat trauma atau inflamasi, dan tanda respon simpatis.

2. Nyeri kronis terjadi lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus

dan merupakan tanda respon parasimpatis.

2.2.5 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri (ukuran nyeri) adalah ukuran seberapa besar nyeri

yang dirasakan seseorang. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

personal, dan nyeri dengan intensitas yang sama dapat dialami dengan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Freitas, 2020).

1. Skala nyeri deskriptif, alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal

/Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga

sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama

disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri”

sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan

keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (Anggarini, 2019).

15
Gambar 2. 1 Skala Nyeri Deskriptif
2. Skala Numerik, dipakai menjadi pengganti alat pendeskripsian kata.

Dalam hal ini, klien menilai nyeri menggunakan skala 0 hingga 10.

Angka 0 diartikan tidak nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang,

7-10 nyeri berat. Skala ini efektif dipakai buat mempelajari intesitas

terapeutik (Freitas, 2020).

Gambar 2. 2 Skala Numerik


2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri dengan teknik

farmakakologis dan non-farmakologis :

1. Teknik Non-farmakologis

a. Relaksasi nafas dalam, salah satu bentuk keperawatan yang

mengajarkan kepada klien cara melakukan nafas dalam, nafas

perlahan (menahan inspirasi dengan maksimal), dan

menghembuskan nafas secara perlahan. Relaksasi nafas dalam

digunakan untuk proses menurunkan nyeri yang dirasakan klien.

b. Pijat (Massage Efflurage), penekanan oleh tangan ke jaringan lunak

(otot, tendon, ligamen) tanpa perubahan posisi sendi untuk

16
menghilangkan rasa nyeri, rileksasi, dan meningkatkan sirkulasi

aliran darah.

c. Kompres hangat, dapat mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal.

d. Relaksasi genggam jari, disebut juga finger hold menggenggam jari

sambil tarik nafas dalam-dalam dapat mengurangi dan

menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi (Utami & Kartika,

2018).

e. Distraksi, metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara

mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa

terhadap nyeri yang dialami (Freitas, 2020).

2. Teknik Farmakologis.

a. Analgesik, dapat mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik, yakni:

non narkotik dan obat antiinflamasinonsteroid (NSAID), analgesik

narkotik atau opiate, obat tambahan atau koanalgesik.

b. Antipiretik, pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg

(pemberian oral), Colchicine 1,0 – 3,000 mg (dalam NaCl intravena)

tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat

oleh netrofil sampai nyeri berkurang, Phenilbutazone,

Indomethacin, Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat

asam urat dan mencegah serangan (Freitas, 2020).

17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

I. Biodata

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku, tanggal MRS, nomor register, dan diagnosa medis.

II. Pola Kesehatan Fungsional

1. Pola Persepsi Kesehatan

a. Keluhan Utama

Mengeluh nyeri pada ulu hati, mual, muntah, anoreksia,

kembung, sering sendawa.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama pasien meliputi nyeri ulu hati dan bagian

bawah kiri, lemas, mual, muntah, dan lain-lain. Faktor

pencetus nyeri yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi

nyeri, intesitas nyeri dan waktu serangan atau sering disebut

pengkajian PQRST.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Dikaji sebelum masuk rumah sakit, kebiasaan sehari-hari,

riwayat diet, riwayat pola makan tidak teratur, konsumsi

alkohol, penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid

(NSAID) dan penggunaan aspirin.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

18
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai

riwayat pemyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes

melitus, asma, dan lain-lain.

2. Pola Nutrisi/Metabolisme

Nafsu makan menurun akibat mual dan muntah, bisa juga karena

asam lambung meningkat.

3. Pola Eliminasi

Pada pasien gastritis mengalami susah BAB, ada atau tidak

distensi abdomen, dan melena, dan konstipasi (perubahan diet

dan penggunaan antasida).

4. Pola Aktivitas-Latihan

Kemampuan pasien dalam beraktivitas seperti makan, mandi,

toileting, kekuatan otot, berjalan, dan lain-lain. Jika pasien

mampu skoring 0 = mandiri, 1 = menggunakan alat bantu, 2=

dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dengan peralatan,

4=ketergantungan/tidak mampu. Pada pasien gastritis biasanya

mengalami penurunan kekuatan ekstremitas otot, kelemahan.

5. Pola Istirahat Tidur

Kebiasaan tidur siang hari, malam hari berapa jam, yang

dirasakan setelah bangun tidur apakah segar, atau pusing,

masalah dengan tidur insomnia atau mimpi buruk, ada atau tidak

alat bantu tidur. Pada pasien gastritis sering terbangun pada

malam hari atau tidak dapat beristirahat karena nyeri.

19
6. Pola Kognitif Perseptual

Kemampuan berfikir, pengambilan keputusan, sensasi nyeri

yang dirasakan dengan menggunakan pengkajian Mnemonic

nyeri (Paliatif/provokatif, Qualitatif, Regio, Savety, Time),

kemampuan panca indra. Pada pasien gastritis biasanya

mengalami gelisah, cemas, dan intensitas nyeri karena rasa tidak

nyaman pada epigastrium (ulu hati).

7. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

Sikap seseorang terhadap diri termasuk identitas, citra tubuh,

dan rasa harga diri. Pada pasien gastritis biasanya pasien gastritis

mengalami cemas karena nyeri, mual, muntah.

8. Pola Peran – Hubungan

Peran dalam keluarga dan hubungan orang lain, pada pasien

gastritis mengalami menyendiri, pendiam, gelisah, tergantung

dengan individu masing-masing.

9. Pola Seksualitas – Reproduksi

Data difokuskan pada fungsi reproduksi seperti menstruasi

terakhir, penggunaan kontrasepsi, hamil, dan lain-lain.

10. Pola Koping – Toleransi Stress

Pengumpulan data difokuskan pada persepsi sistem pendukung,

metode koping yang digunakan, faktor-faktor mempengaruhi

koping. Pada pasien gastritis mengalami emosional fisik, batin.

11. Pola Nilai – Kepercayaan

20
Keyakinan yang dianut dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan

keagamaan selama sakit.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Pasien tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik

terdapat nyeri tekan di kuadran epigastrik.

Kesadaran, GCS : Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis

sampai apatis kalau disertai penurunan perfusi dan elektrolit

(kalium, natrium, kalsium).

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : Terjadi peningkatan tekanan darah. Normalnya

sistol 120-139 mmHg, diastol 80-89 mmHg.

Nadi : Adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah

menjadi lemah. Normalnya, 60-100x/menit

Suhu : Suhu tubuh dalam batas normal. Normalnya 36,5°C - 37,5°C.

Frekuensi Pernafasan: Pernapasan lebih cepat sekitar 24- 30x/menit.

Normal 18-24x/menit.

Secara Khusus (Chepalo – Caudal)

1. Kepala

Kebersihan bersih atau kotor, warna rambut, jejas ada atau tidak,

hematoma ada tidak, rambut rontok ada atau tidak.

2. Mata

Simteris, konjungtiva merah muda tidak, pupil isokhor atau

anisokhor, palpebral edema atau tidak.

21
3. Hidung

Simetris, ada polip hidung atau tidak.

4. Telinga

Simteris atau tidak, bersih atau kotor, ada gangguan

pendengaran atau tidak.

5. Mulut

Mukosa bibir lembab atau kering, lidah bersih atau kotor.

6. Paru

Inpeksi : Bentuk thorak simetris, bentuk punggung simetris

ya atau tidak.

Palpasi : Pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa,

pemeriksaan taktil fremitus

Perkusi : Suara nafas sonor atau hipersonor

Auskultasi : Ada atau tidak suara nafas tambahan

wheezing dan ronkhi, suara nafas vesikuler

7. Jantung

Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis,

Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh

darah menjadi lemah, volume darah menurun sehinga jantung

melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan

cardiac output dalam mencakup kebutuhan tubuh

Perkusi : Redup atau pekak

Auskultasi : S1 S2 tunggal atau gallop atau murmur

22
8. Abdomen

Inspeksi : simetris, bentuk dan pergerakan dinding abdomen,

tampak kembung atau normal.

Palpasi : Ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya

nyeri abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran

pada hepar

Perkusi : Mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian

epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak

pada area hepar dan pankreas

Auskultasi : Dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan

terjadi penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit)

karena lambung teriritasi.

9. Ekstermitas

Kesimetrisan ekstermitas atas dan bawah, ada atau tidak nyeri

tekan pada struktur tulang dan otot pada pergelangan kaki.

10. Syaraf

Reflek fisiologis, reflek patologi.

11. Integument

Akral dingin atau hangat, turgor meningkat atau tidak.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidpuan yang

23
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan pada klien gastritis adalah nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (inflamasi di mukosa lambung) (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016).

No Data Etiologi Masalah

1. Gejala dan Tanda 1. Agen pencedera fisiologis Nyeri akut


Mayor. (mis. inflamasi, iskemia,
Subjektif : neoplasma)
1. Mengeluh nyeri 2. Agen pencedera kimiawi (mis.
Objektif terbakar, bahan kimia iritan)
1. Bersikap 3. Agen pencedera fisik (mis.
meringis abses, amputasi, terbakar,
2. Bersikap terpotong, mengangkat berat,
protektif (mis. prosedur operasi, trauma,
waspada, posisi latihan fisik berlebihan)
menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas
berubah
3. Nafus makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis
Tabel 2. 1 Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

24
2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria
Hasil
1. Nyeri akut Tujuan Manajemen Nyeri
berhubungan Setelah Observasi Observasi
dengan agen dilakukan 1. Identifikasi 1. Agar perawat
pencedera tindakan lokasi, dapat
fisiologis keperawatan karakteristik, mengetahui
(inflamasi) selama 3 x 24 durasi, penyebab nyeri,
D.0077 jam frekuensi, intensitas, dan
diharapkan kualitas, tindakan,
tingkat nyeri intensitas nyeri. kualitas,
menurun karakteristik,
dengan lokasi nyeri.
kriteria hasil :
1. Keluhan 2. Identifikasi 2. Memudahkan
nyeri skala nyeri. perawat
menurun mengidentifikasi
2. Meringis skala nyeri yang
menurun dirasakan pasien
3. Kesulitan
tidur 3. Identifikasi 3. Dengan
menurun respon nyeri non mengidentifikasi
4. Muntah verbal. respon nyeri non
menurun verbal pasien
5. Mual dapat
menurun mengetahui
6. Frekuensi seberapa kuat
nadi nyeri dirasakan
membaik
7. Pola Teraupetik Teraupetik
napas 1. Berikan teknik 1. Pemberian
membaik nonfarmakologis teknik
8. Tekanan untuk nonfarmakologis
darah mengurangi rasa dapat membantu
membaik nyeri (mis. pasien dalam
L.08066 relaksasi nafas mengurangi
dalam, terapi kecemasan
pijat (massage nyeri.
efflurage),
kompres
hangat/dingin,
distraksi)

25
2. Kontrol 2. Mengetahui hal-
lingkungan yang hal yang dapat
memperberat memperberat
rasa nyeri ataupun
memperingan
nyeri yang
dirasakan

3. Fasilitasi 3. Mengalihkan
istarahat tidur dan memenuhi
kebutuhan
istrahat

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan 1. mengurangi
penyebab, tingkat nyeri/
periode, dan mengalihkan
pemicu nyeri dari rasa
nyerinya

2. Jelaskan strategi 2. Membantu


meredakan nyeri pasien
mengatasi nyeri
saat muncul

3. Ajarkan teknik 3. Memudahkan


nonfarmakologis untuk mengotrol
untuk nyeri dengan
mengurangi rasa cara mandiri
nyeri

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Pemberian
pemberian analgetik dapat
analgetik, jika memblok nyeri
perlu pada susunan
I.08238 saraf pusat
Tabel 2. 2 Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)(Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018).
2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap rencana asuhan keperawatan berupa

intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan

26
yang telah ditetapkan. Perawat menyelesaikan atau melaksanakan tindakan

keperawatan yang disusun dala, fase implementasi dan mengakhiri tahap

implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien

terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2019).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan,

dalam konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah

ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan kemajuan

pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan

keperawatan. Evaluasi nyeri merupakan salah satu dari berbagai tanggung

jawab keperawatan yang membutuhkan pemikiran kritis yang efektif.

Perawat harus melakukan observasi dengan penuh perhatian dan

mengetahui respon apa yang akan diantisipasi berdasarkan jenis terapi

nyeri, waktu pemberian terapi, sifat fisiologis setiap cedera atau penyakit

dan respon pasien terdahulu (Anggarini, 2019).

Kriteria hasil yang harus dicapai setelah melakukan tindakan

keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

1. Keluhan nyeri menurun

2. Meringis menurun

3. Kesulitan tidur menurun

4. Muntah menurun

5. Mual menurun

6. Frekuensi nadi membaik

27
7. Pola napas membaik

8. Tekanan darah membaik

28
Teknik Analisis Riview Jurnal Penelitian

Penulis Judul Hasil Saran

(Safii & Faktor–Faktor Adanya hubungan Agar tenaga


Andriani, Yang faktor kebiasaan makan kesehatan di
2019) Berhubungan dan kebiasaan minum lingkup puskesmas
Dengan kopi, merokok, alkohol, Lak-Lak
Kejadian stress dengan kejadian Kecamatan
Gastritis Pada gastritis pada pasien Ketambe
Pasien Yang yang berobat di Kabupaten Aceh
Berobat Di Puskesmas Lak-Lak Tenggara
Puskesmas Kecamatan Ketambe memberikan
Kabupaten Aceh penyuluhan
Tenggara Tahun 2019 kepada masyarakat
dimana secara berkala
tentang faktor-
faktor penyebab
kejadian gastritis.
Selain itu, perlu
dilakukan kajian
lebih lanjut tentang
solusi pencegahan
dan penanganan
penyakit gastritis.
(Estefany, Analisis Pola Mahasiswa perantauan Pola hidup sehat
2019) Hidup cenderung akan perlu dilakukan
Mahasiswa di melewatkan sarapan, mumpung masih
Perantauan stress, jarang muda. Jagalah
terhadap melakukan olahraga, tubuh kita dari
Gastritis pola makan mahasiswa berbagai penyakit.
yang tidak teratur. Masa muda adalah
Namun, untuk masa keemasan
pengimplementasiannya seseorang.
mereka belum Sebaiknya, masa
melakukan sepenuhnya muda kita diiringi
karena beberapa hal denga tubuh yang
seperti malas mencari sehat agar kita
makan, padatnya jadwal tetap bisa produktif
kuliah, dan badan yang dan bermanfaat
sudah lelah untuk lebih untuk
melakukan pola hidup sesama.
sehat.

29
(Safitri & Pengaruh Ada perbedaan tingkat Diharapkan dapat
Nurman, Konsumsi nyeri sebelum dan dijadikan sebagai
2020) Perasan Air sesudah dilakukan bahan referensi
Kunyit konsumsi perasan air untuk penelitian
Terhadap Rasa kunyit dalam selanjutnya karena
Nyeri Pada menurunkan tingkat masih banyak lagi
Penderita nyeri pasien gastritis tanaman
Gastritis Akut akut usia 45-54 Tahun tradisional lain
Usia 45-54 di Desa Kampung untuk dapat
Tahun Di Desa Pinang wilayah kerja menurunkan nyeri
Kampung Puskesmas Perhentian lambung pada
Pinang Raja. penderita gastritis.
Wilayah Kerja
Puskesmas
Perhentian
Raja
(Novitayanti, Identifikasi Sebagian besar siswa Diharpakan para
2020) Kejadian SMU mengenai pada siswa semakin tahu
Gastritis Padasiswa perempuan. kejadian gastritis,
Siswa Smu
karena takut akan penyebab dan
Muhammadyah gemuk sehingga tanda gejala
3 Masaran menjalankan diet, sehingga dapat
sehingga menghindari menghindari
sarapan, makan siang penyebab gastritis.
atau bahkan makan
hanya satu kali dalam
sehari, bahkan tidak
makan sama sekali atau
cukup dengan jajan di
luar rumah. Kebiasaan
siswa tersebut sebagai
penyebab gastritis.
(Padilah et Intervensi Kompres hangat Mengurangi rasa
al., 2021) Kompres memberikan nyeri dengan
Hangat Untuk pengaruh positif melakukan
Menurunkan terhadap penurunan kompres hangat
Intensitas intensitas nyeri pada sebagai
Nyeri Pada pasien gastritis. pertolongan
Pasien Implementasi dari pertama di rumah
Gastritis: kompres hangat pada sebelum dilakukan
Sebuah Studi pasien gastritis yang perawatan di
Kasus dilakukan selama tiga Rumah Sakit agar
hari ini menunjukan intensitas nyeri
hasil yang sesuai dapat berkurang.
dengan harapan.

30
(Utami & Terapi Terapi komplementer Terapi
Kartika, Komplementer terbukti dapat komplementer
2018) Guna menurunkan nyeri pada yang dapat
Menurunkan pasien gastritis yakni dilakukan secara
Nyeri Pasien menggunakan mandiri dirumah
Gastritis: komunikasi terapeutik maupun di rumah
Literatur untuk mengetahui sakit oleh pasien
Review pengalaman nyeri adalah relaksasi
pasien dengan nafas dalam,
menggunakan teknik karena relaksasi
distraksi, relaksasi nafas dalam yang
(Menggunakan napas digunakan untuk
dalam), pijat efflurage, proses terapi
guided imaginary, tersebut sangat
kompres air hangat, membantu
teknik relaksasi otot meringankan nyeri
progresif dalam, yang dialami
relaksasi genggam jari. pasien.
(Thahir & Pengaruh Ada pengaruh Agar pasien dapat
Nurlaela, Relaksasi pemberian relaksasi menerapkan
2018) Napas Dalam napas dalam terhadap relaksasi napas
Terhadap penurunan nyeri pada dalam yang telah
Penurunan penderita gastritis di diajarkan perawat
Intensitas ruang rawat inap RSUD supaya nyeri
Nyeri Pada Haji Makassar. menurun.
Pasien Gastritis
Di Ruang
Rawat Inap
Rsud Haji
Makassar
(Irianty et Kejadian Ada hubungan antara Agar
al., 2020) Gastritis pola makan dengan memperdalam lagi
Berdasarkan kejadian gastritis, penelitian ini
Aspek Promosi tetapi sebaliknya tidak dengan
Kesehatan Dan ada hubungan antara menambahkan
Pola Makan promosi kesehatan beberapa variabel
dengan kejadian atau diubah
gastritis. menjadi penelitian
kualitatif
(Muhith & Pengaruh Pola Lansia mempunyai pola Para lansia untuk
Siyoto, Makan Dan makan tidak teratur, memperbaiki pola
2016) Merokok lansia perokok berat makan yang teratur
Terhadap dapat mengalami dan menghentikan
Kejadian kejadian gastritis kebiasaan
Gastritis Pada akut/kronik. Ada merokok untuk
Lansia pengaruh pola makan

31
dan merokok terhadap mencegah kejadian
kejadian gastritis pada gastritis.
lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Menganti
Gresik.
(Rizky et al., Faktor Ada fakor deterimanan Remaja
2019) Determinan konsumsi alkohol, diharapkan dapat
Gastritis Klinis OAINS, alkohol, pola meningkatkan
Pada makan, stress, pengetahuan
Mahasiswa Di mahasiswa di Fakultas tentang penyakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat gastritis agar tidak
Kesehatan Universitas Halu Oleo mengabaikan gaya
Masyarakat Tahun 2016 hidup dan pola
Universitas kebiasaan makan
Halu Oleo tidak teratur.
Tahun 2016

Tabel 2.3 Riview Analisis Jurnal Penelitian

32

Anda mungkin juga menyukai