Di Susun Oleh :
Intan Ayu S. M
F12418169
Dosen Pengampu :
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.EI.
1
Peraturan Bank Indonesia, tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu,
(Nomor 11/11/PBI/2009).
B. Rumusan Masalah
1.
BAB II
A. Pengertian E-Money
Secara umum, uang elektronik atau dalam bahasa inggris electronic money adalah
sebuah alat pembayaran yang menggantikan uang konvensional, dapat digunakan dan
didisribusikan sebagai alat tukar yang disimpan dalam format digital disebuah
komputer atau micro chip dalam sebuah kartu.
Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu publikasinya pada bulan
Oktober 1996 memberikan definisi e-money sebagai “storedvalue or prepaid
products in which a record of the funds or value available to a consumer is stored on
an electronic device in the consumer‟s possession” (produk stored-value atau
prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang
dimiliki seseorang).2
B. Perkembangan E-Money
Bank Indonesia pertama kali menerbitkan izin e-money pada tahun 2009 melalui
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik (e-money).
Data Bank Indonesia mencatat, jumlah uang elektronik yang beredar pada tahun 2016
sebesar 51.204.580 kartu dan pada September 2017 sejumlah 71.783.618 kartu.
Sementara volume transaksi melalui emoney hingga September 2017 mencapai
547.021.304 transaksi dengan nominal Rp 7,5 Triliun.
Dari jumlah, transaksi, dan volume, e-money terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan ini jauh dibandingkan pertumbuhan kartu kredit dan
ATM yang pertumbuhannya cenderung stagnan. Menurut data Bank Indonesia e-
money menjadi salah satu alat pembayaran non-tunai yang amat potensial untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia. Menurut Punky Purnomo Wibowo, Direktur
Program Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan Bank Indonesia yang dikutip dari
Kontan.co.id menyatakan bahwa kenaikan transaksi e-money terdorong karena dua
hal, yaitu elektronifikasi jalan tol dan bantuan sosial. Elektronifikasi jalan tol pada
akhir Oktober 2017 diprediksi akan meningkatkan transaksi e-money.4
3
https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/uang-
elektronik/Pages/default.aspx. Diakses tanggal 15 September 2019, pada 20.00 WIB.
4
https://www.idnfinancials.com/id/n/13186/Transaksi-jalan-tol-mendorongkenaikan-uang-elektronik.
Diakses tanggal 15 September 2019, pada 20.00 WIB.
C. Dasar Hukum Uang Elektronik 5
5
Op.cit.,
6
Ibid.,
7
Ibid.,
ditempelkan 2 (dua) kali pada reader untuk suatu transaksi yang sama
sehingga nilai uang elektronik berkurang lebih besar dari nilai transaksi.
F. Jenis Uang Elektronik dan Batas Nilai Uang Elektronik 8
Jenis uang elektronik berdasarkan tercatat atau tidaknya data identitas pemegang
pada penerbit Uang Elektronik dibagi menjadi :
1. Uang Elektronik registered, merupakan Uang Elektronik yang data identitas
pemegangnya tercatat/terdaftar pada penerbit Uang Elektronik. Dalam kaitan
ini, penerbit harus menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam menerbitkan
Uang Elektronik Registered. Batas maksimum nilai Uang Elektronik yang
tersimpan pada media chip atau server untuk jenis registered adalah
Rp5.000.000,00 (lima juta Rupiah).
2. Uang Elektronik unregistered, merupakan Uang Elektronik yang data
identitas pemegangnya tidak tercatat/terdaftar pada penerbit Uang Elektronik.
Batas maksimum nilai Uang Elektronik yang tersimpan pada
media chip atau server untuk jenis unregistered adalah Rp1.000.000,00 (satu
juta Rupiah).
G. Pihak-Pihak dalam Penyelenggaraan Uang Elektronik9
Pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari Uang Elektronik.
1. Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas
pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan
sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang
kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.
2. Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan Uang
Elektronik.
8
Ibid.,
9
Ibid.,
3. Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kerjasama
dengan pedagang (merchant), yang dapat memproses Uang Elektronik yang
diterbitkan oleh pihak lain.
4. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima
pembayaran dari transaksi penggunaan Uang Elektronik.
5. Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan
perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit
dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.
6. Penyelenggara penyelesaian akhir adalah bank atau lembaga selain bank yang
melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan
kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka
transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari penyelenggara
kliring.
Tabel 1.1
Daftar Penyelenggara Uang Elektronik yang Telah Memperoleh Izin dari Bank
Indonesia10
Per 24 Oktober 2019
No Nama Surat dan Tanggal Nama Nama
Tanggal Izin Efektif Produk Produk
Operasional Server Chip
Based Based
10
https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/informasi-perizinan/uang-elektronik/penyelenggara-
berizin/Pages/default.aspx.Diakses tanggal 25 Oktober 2019, pada 21.00 WIB
Lanjutan Tabel 1.1
11
Veithzal Rivai Zainal, Firdaus Djaelani, dkk, Islamic Marketing, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017),
482-483
Secara konvensional pasar memiliki beberapa peran diantaranya menfasilitasi
transaksi dan menyediakan infrastruktur.
Selain itu jika e-commerce hanya ada satu penjual dengan satu brand saja atau
dengan katalain toko versi virtual. Beda halnya dengan marketplace, dalam
marketplace terdapat banyak penjual jika diibaratkan marketplace adalah pasar
virtual. Kelebihan yang dimiliki oleh marketplace adalah konsumen dapat melakukan
komunikasi dan tawar menawar dengan penjual sama halnya seperti di pasar
konvensional.
Market-Place Usage and Supply Chain Management,” (Global Journal of Management and Business
Research, vol. 12, no. 9, June 2012).
Tabel 2. Marketplace dan e-commerce13
Marketplace E-Commerce
Produk yang tersedia Banyak vendor/brand Dari vendor tunggal
Model bisnis B2B (Business to B2C (Business to
Business) Customer)
B2C (Business to
Customer)
Sumber profit Biaya untuk menjadi Keuntungan saat ada
vendor premium transaksi dengan customer
Dari space iklan banner (utama)
Metode pengiriman
tergantung pada masing-
masing vendor
K. Bisnis Online
13
Rini Yustiani Rio dan Yunanto, Peran Marketplace sebagai alternative bisnis di era teknologi dan
informasi, (Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika, vol. 6, no. 2, Oktober 2017, ISSN: 2089-9033),
43.
Jual beli online di artikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media
elektronik, khususnya melalui internet atau secara online. Salah satu contoh adalah
penjualan produk secara online melalui internet seperti yang dilakukan oleh
bukalapak.com, berniaga.com, tokobagus.com, lazada.com, kaskus, olx.com, dan
lain-lain.
Jual beli via internet yaitu” (sebuah akad jual beli yang dilakukan dengan
menggunakan sarana eletronik (internet) baik berupa barang maupun berupa
jasa.14 Atau jual beli via internet adalah akad yang disepakati dengan menentukan
ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya terlebih dahulu sedangkan
barangnya diserahkan kemudian.15
14
Suherman, Ade Manan, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009),
79.
15
Urnomo, W.A. Konsumen dan Transaksi E-Commerce, (Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, 2000), 4.
menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan
sifat benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian
sampai batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-
istishna. Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran
secara tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Sedang transaksi
al-istishna merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara
disegerakan atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang
yang ditangguhkan.16
Ada dua jenis komoditi yang menjadi objek transaksi online, yaitu
barang/jasa non digital dan digital. Transaksi online untuk komoditi non digital,
pada dasarnya tidak memiliki perbedaan dengan transaksi as-salam dan barangnya
harus sesuai dengan apa yang telah disifati ketika bertransaksi. Sedangkan
komoditi digital seperti ebook, software, script, data, yang dalam bentuk file (bukan
CD) diserahkan secara langsung kepada konsumen, baik melalui email ataupun
download. Hal ini tidak sama dengan transaksi as-salam tapi seperti transaksi
jual beli biasa.17
16
Tira Nur Fitria, Bisnis beli online (online shop) dalam hukum Islam dan Hukum Negara, (Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, vol.3 no.1, Maret 2017, ISSN: 2477-6157), 56.
17
Ibid.,
Sama seperti bisnis pada umumnya, bisnis online dalam ekonomi syariah
juga terbagi dalam yang halal dan haram, legal atau illegal. Bisnis online yang
diharamkan yaitu bisnis judi online, perdagangan barang-barang terlarang seperti
narkoba, video porno, barang yang melanggar hak cipta, senjata dan benda lain yang
tidak memiliki manfaat. Intinya, bisnis online adalah bisnis berdasarkan
muamalah. Bisnis online diizinkan (Ibahah) selama bisnis tersebut tidak
mengandung elemen yang dilarang. Transaksi penjualan online dimana barang
hanya berdasar pada deskripsi yang disediakan oleh penjual dianggap sah, namun
jika deskripsi barang tidak sesuai maka pembeli memiliki hak khiyar yang
memperbolehkan pembeli untuk meneruskan pembelian atau membatalkannya.18
Jual beli online dapat dikaitkan dengan UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi
Teknologi Elektronik (ITE). Menurut pasal 1 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2008 tentang
ITE menjelaskan tentang ransaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya (UU).19
Dalam jual beli online banyak para konsumen mengeluh Karena tidak semua
produk yang ditawarkan pada jual beli online itu sama persis dengan senyatanya,
maka untuk melindungi kepentingan konsumen pada Pasal 28 ayat 1 UU No. 11
tahun 2008 tentang ITE menjelaskan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik.20 Adapun pidana bagi seseorang yang
melakukan penipuan dalam media elektronik seperti dalam jual beli online dijelaskan
dalam pasal 45 ayat 2 yang menyatakan: Setiap orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana
18
Ibid.,
19
https://www.anri.go.id/assets/download/97UU-Nomor-11-Tahun-2008-Tentang-Informasi-dan-
Transaksi-Elektronik.pdf, diakses tanggal 15 September 2019, pada 20.00 WIB.
20
https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_11_Tahun_2008,
diakses tanggal 15 September 2019, pada 20.00 WIB.
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).21 Pengawasan pemerintah terhadap suatu
tindakan kriminal khususnya penipuan yang dilakukan dalam jual beli online harus
segera ditindak lanjuti, mengingat banyak konsumen seperti sudah tidak percaya
terhadap jual beli yang berlebel online padahal ini sangat membantu banyak kalangan
selain meringankan penjual dalam memasarkan produknya, dalam jual beli online
juga dapat mengurangi penggaguran di Indonesia karena mereka tidak harus
mengeluarkan banyak modal untuk dapat berwirausaha.
Hukum transaksi jual beli sistem online ataupun dengan media internet adalah
“boleh” hal ini berdasarkan metode maslahah mursalah (atau disebut juga masalih al-
mursalah), yaitu cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat
ketentuannya baik dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab al-hadis, berdasarkan
pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum.22
Asas kerelaan dari semua pihak yang terkait (antaradin) yang sesuai denan surat
an-Nisa’ ayat 29 dari sini kata “suka sama suka” mengandung pengartian sukarela,
tanpa adanya paksaan atau tekanan. Surat an-Nisa' ayat 29 :
ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب
ِ ٍ اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكو َن جِت ارةً عن َتر
َاض مْن ُك ْم َواَل َت ْقُتلُوا أَْن ُف َس ُك ْم إِ َّن اللَّه َ َْ ََ َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
يما ِ ِ
ً َكا َن ب ُك ْم َرح
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu
dengan jalan bathil, terkecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu....” (Q.S. An-Nisa': 29)23
21
Ibid.,
22
Al-Qurahdqhi Ali Muhyiddin, Fiqh Digital, 108
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 70.
Artinya: “Dari Daud Ibn Sholeh Al-Madani Rasulullah SAW bersabda,
sesungguhnya transaksi jual beli itu harus atas dasar kerelaan”24
Jadi sistem jual beli online dalam konteks hukum Islam diperbolehkan karena
dalam sistem jual beli ini tidak mengandung unsur penipuan, barang yang dijual
sesuai dengan informasi yang telah ada pada website yang disediakan oleh penjual.
Dan sistem jual beli online ini sama dengan sitem jual beli salam karena sudah
memenuhi syarat dan rukun dalam jual beli salam yaitu barang hanya dilihat dan
disebut ciri-cirinya saja, serta sama ada yang bertanggung jawab atas barang yang
dijual, adanya ketentuan harga yang telah disepakati dengan uang muka terlebih
dahulu sebelum menerima barang.
24
Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah Jilid II, 737.