Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM

Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

DAFTAR ISI
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 2
B. Deskripsi ................................................................................................................................. 2
Pengertian E-Money (Uang Elektronik) ...................................................................................... 2
Jenis-jenis E-Money .................................................................................................................... 3
Perbedaan EMoney dengan E Wallet. ........................................................................................ 4
Penerbit .................................................................................................................................. 4
Alat pembayaran .................................................................................................................... 5
Kegunaan ................................................................................................................................ 5
Maksimal saldo ....................................................................................................................... 5
Manfaat dan Risiko Uang Elektronik ........................................................................................... 5
 Manfaat Uang Elektronik ................................................................................................ 5
 Risiko Uang Elektronik .................................................................................................... 5
C. Fatwa DSN MUI Terkait Uang Elektronik (E-Money)............................................................... 6
 Ketentuan Biaya Layanan Fasilitas ...................................................................................... 6
 Ketentuan dan Batasan Penyelenggaraan dan Penggunaan Uang Elektronik: ................... 6
 Ketentuan Khusus ............................................................................................................... 6
D. Tinjauan Fiqh Muamalah Pada BSM E-Money ........................................................................ 6
Hasil Wawancara dengan pihak BSM terkait BSM Emoney ........................................................ 7
Analisa Kelompok terkait BSM Emoney ...................................................................................... 9
E. Kesimpulan ........................................................................................................................... 11
KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

1|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

A. Latar Belakang
Di era industri 4.0 teknologi semakin berkembang sampai merambah kedalam
system pembayaran, sehingga mengalami dinamika perubahan secara signifikan. Meski
uang yang secara fisik sampai saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
alat pembayaran, namun seiring dengan majunya teknologi, pola pembayaran dengan cara
tunai secara berangsur beralih menuju pembayaran less-cash. Terkait dengan hal ini, Bank
Indonesia (BI) mendorong Gerakan Less Cash Society (LCS) atau penggunaan uang
elektronik sebagai pengganti pembayaran tunai di Indonesia.

Bank Mandiri Syariah (BSM) sebagai salah satu bank syariah di Indonesia
mendukung implementasi pembayaran non-tunai melalui kartu Mandiri Syariah e-Money.
Disitus www.rebuplika.co.id dengan judul berita “BSM akan Pasarkan 25 Ribu Kartu e-
Money Syariah”, Edwin Dwidjajanto sebagai Direktur Distribution and Services Mandiri
Syariah menjelaskan bahwa kartu e-money Mandiri Syariah merupakan hasil kerjasama co-
branding dengan Bank Mandiri guna meningkatkan layanan dan kelengkapan pilihan
produk bagi nasabah.

Berhubungan dengan pengimplementasian nilai Syariah pada produk E-Money


BSM ini, kelompok kami melakukan pengamatan dan observasi beberapa hal terkait E-
Money BSM pada kantor layanan BSM KCP Babakan Madang Kab. Bogor, kemudian
melakukan peninjauan dan menyesuaikannya dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia No: 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang uang elektronik syariah.

B. Deskripsi
Pengertian E-Money (Uang Elektronik)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia uang adalah alat tukar atau standar pengukur
nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas,
emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu 1.
Menurut kepala Bank Indonesia Institute, Bapak Solikin2 uang adalah suatu benda
yang dapat ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dapat
disimpan dan juga dapat digunakan untuk membayar utang di waktu yang akan datang.

1
Kbbi (2008), hal. 1575.
2
Solikin M. Juhro, Tempat tgl lahir : Surabaya, 10 Oktober 1967. Kepala Bank Indonesia Institute, Bank
Indonesia.Selama sekitar 20 tahun berkarier di Bank Indonesia, ia banyak menggeluti kegiatan riset dan
analisis kebijakan ekonomi moneter, aktif sebagai narasumber di berbagai forum
akademis/kebanksentralan tingkat nasional maupun internasional.

2|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

Dengan kata lain, uang adalah suatu benda yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai: (1)
alat tukar (medium of exchange), (2) alat penyimpan nilai (store of value), (3) satuan hitung
(unit of account), dan (4) ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered
payment).3
Adapun Uang Elektronik atau yang disebut E-Money Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 11/12/PBI/2009 adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai
uang yang disetor dahulu oleh pemegang kepada penerbit, yang tersimpan secara elektronik
dalam suatu media seperti server atau chip, dan nilai uang tersebut bukan merupakan
simpanan serta digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
4
merupakan penerbit uang elektronik tersebut.

Jenis-jenis E-Money
 Berdasarkan tercatat atau tidaknya data identitass pemegang pada penerbit uang
elektronik dibagi menjadi:
a. Uang Elektronik registered, merupakan Uang Elektronik yang data identitas
pemegangnya tercatat/terdaftar pada penerbit Uang Elektronik. Dalam
kaitan ini, penerbit harus menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam
menerbitkan Uang Elektronik Registered.
b. Uang Elektronik unregistered, merupakan Uang Elektronik yang data
identitas pemegangnya tidak tercatat/terdaftar pada penerbit Uang
Elektronik.
 Berdasarkan Bentuknya, dibedakan menjadi:
a) Berbentuk Chip yang ditanam pada kartu atau media lain (chip based).
Kebanyakan uang elektronik yang chip based sejauh ini tampil dalam
bentuk kartu. Berikut beberapa contoh uang elektronik chip based yaitu
Flazz BCA, E-Money Mandiri, Brizzi BRI, Tap Cash BNI, Blink BTN,
Mega Cash, Nobu E-Money, JakCard Bank DKI dan Skye Mobile Money
terbitan Skye Sab Indonesia 5.

3
Uang (Pengertian, Penciptan dan Peranannya dalam perekonomian), Solikin dan Suseno, hal. 9, Jakarta :
PPSK 2002.
4
Peraturan Bank Indonesia No: 11/12/PBI/2009, hal. 3. https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-
pembayaran/Pages/pbi_111209.aspx
5
Kompas.com dengan judul "Uang Elektronik Vs Dompet Elektronik, Mana yang Lebih Menarik
Digunakan?", https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/28/120000326/uang-elektronik-vs-dompet-
elektronik-mana-yang-lebih-menarik-digunakan?page=all

3|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

b) Berbentuk Server atau aplikasi yang diakses dengan menggunakan jaringan


Internet atau disebut juga dengan E-Wallet6, namun ewallet secara khusus
memiliki beberapa perbedaan dengan Emoney yang akan dibahas pada Poin
berikutnya. Contoh dari Emoney berbasis server: Sakuku dari BCA, E-cash
dari Mandiri, Tbank dari BRI, Ecash dari Mandiri, Unikqu dari BNI dan
Rekening Ponsel dari CIMB. Ada juga yang diterbitkan oleh Perusahaan
seperti Tcash milik Telkom grup, XL Tunai, Dompetku dari Indosat, Gopay,
Ovo dan Dana.

Perbedaan EMoney dengan E Wallet.


Ada beberapa perbedaan antara eMoney dan eWallet yang bisa di spesifikasikan
dari segi penerbitan, bentuk pembayaran, kegunaan dan jumlah saldo maksimummnya.
Berikut ini perinciannya7:
Penerbit
Emoney hanya boleh diterbitkan oleh Bank sedangkan Ewallet bisa diterbitkan oleh
Bank ataupun Perusahaan setelah mendapakan izin dari BI 89

6
https://jalantikus.com/tips/beda-ewallet-emoney/
7
Easypay.co.id dengan judul “Cari Tahu Tentang e-Money dan e-Wallet”, https://easypay.co.id/cari-tahu-
tentang-e-money-dan-e-wallet/
8
Kompas.com dengan judul "Uang Elektronik Vs Dompet Elektronik,..?", Referensi sebelumnya
9
https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/informasi-perizinan/uang-elektronik/penyelenggara-
berizin/Pages/default.aspx

4|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

Alat pembayaran
Perbedaan yang mencolok dalam eMoney dan eWallet adalah alat pembayarannya.
eMoney biasanya menggunakan kartu untuk pembayaran, sedangkan eWallet akan
menggunakan aplikasi untuk melakukan pembayaran.
Kegunaan
E-Money lebih banyak digunakan untuk transaksi di jalan tol, pembayaran tiket
transportasi publik, transaksi pembelian di gerai ritel, pembayaran parkir sampai pembelian
tiket di tempat hiburan, dan lain sebagainya.
Adapun E-Wallet jangkauan penggunaannya kebanyakan untuk belanja online, belanja di
gerai ritel offline, pembelian pulsa telepon, pembelian token listrik, tagihan BPJS, tagihan
TV berbayar, dan lain sebagainya.
Maksimal saldo
Perbedaan lain antara e-money dan e-wallet adalah jumla maksimal saldo yang
dimungkinkan. Pada e-money, untuk jenis unregistered pengisian saldo hanya maksimal 1
juta, sedangkan yang sudah terdaftar bisa sampai 5 juta. Sedangkan e-wallet untuk jenis
unregistered maksimal 2 juta, adapun yang sudah terdaftar bisa sampai 10 juta.

Manfaat dan Risiko Uang Elektronik10


 Manfaat Uang Elektronik
Penggunaan Uang Elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi pembayaran
tanpa perlu membawa uang tunai.
Tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang (seperti permen) akibat
padagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil (receh).
Sangat applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi,
seperti: transportasi, parkir, tol, fast food, dll.
 Risiko Uang Elektronik
Walapun di satu sisi terdapat beberapa manfaat dari Uang Elektronik, tetapi di sisi lain
terdapat risiko yang perlu disikapi dengan kehati-hatian dari para penggunanya, seperti :
Risiko uang elektronik hilang dan dapat digunakan oleh pihak lain, karena pada prinsipnya
uang elektronik sama seperti uang tunai yang apabila hilang tidak dapat diklaim kepada
penerbit.

10
Bi.go.id dengan judul “Uang Elektronik”, https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-
konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/uang-elektronik/Pages/default.aspx

5|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

Risiko karena masih kurang pahamnya pengguna dalam menggunakan uang elektronik,
seperti pengguna tidak menyadari uang elektronik yang digunakan ditempelkan 2 (dua) kali
pada reader untuk suatu transaksi yang sama sehingga nilai uang elektronik berkurang lebih
besar dari nilai transaksi.

C. Fatwa DSN MUI Terkait Uang Elektronik (E-Money)11


 Ketentuan Biaya Layanan Fasilitas
Dalam penyelenggaraan uang elektronik. penerbit dapat mengenakan biaya layanan
fasilitas uang elektronik kepada pemegang dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Biaya-biaya layanan fasilitas harus berupa biaya riil untuk mendukung proses kelancaran
penyelenggaraan uang elektronik.
2. Pengenaan biaya-biaya layanan fasilitas harus disampaikan kepada pemegang kartu
secara benar sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Ketentuan dan Batasan Penyelenggaraan dan Penggunaan Uang


Elektronik:
Penyelenggaraan dan penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari:
1. Transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risywah dan israf.
2. Transaksi atas objek yang haram atau maksiat

 Ketentuan Khusus
1. Jumlah nominal uang elektronik yang ada pada penerbit harus ditempatkan di bank
syariah.
2. Dalam hal kartu yang digunakan sebagai media uang elektronik hilang maka jumlah
nominal uang yang ada di penerbit tidak boleh hilang.

D. Tinjauan Fiqh Muamalah Pada BSM E-Money


Terkait E-Money konvensioal yang secara umum banyak digunakan di masyarakat
pada prinsipnya kata Oni Sahroni12 dalam bukunya “Fikih Muamalah Kontemporer”13
yang juga pernah beliau bahas dalam kajiannya di Youtube yang berjudul “Kupas Tuntas
Emoney menurut syariah”14, e-money yang digunakan saat ini adalah e-money
konvensional atau non syariah, karena yang terjadi antara pihak-pihak yang terkait e-money

11
https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/
12
Lahir di Serang 26 Nov 1975, dikenal sebagai ahli Fikih Muamalat. Pendidikan sarjana S1, S2, S3 pada
jurusaan Fikih Muamalah Universitas al-Azhar Kairo.
13
Fikih Muamalah Kontemporer, Oni Sahroni, hal.22-25. Republika 2019, jakarta
14
Youtube, Judul “Kupas Tuntas Emoney menurut syariah”,
https://www.youtube.com/watch?v=qggLZOQS87U&feature=youtu.be

6|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

tidak jelas atau adanya gharar dan tidak mengikuti skema transaksi syariah sehingga hak
dan kewajiban para pihak tidak bisa diketahui. Apalagi jika penempatan dananya disimpan
di bank konvensional akan terdapat bunga atas penempatan dana di bank konvensional
sebagai mitra penerbit e-money.
Hak pemegang kartu menjadi hilang pada saat kartu yang dimilikinya hilang,
padahal dana yang tersimpan adalah milik pemegang e-money sesuai skema qardh atau
wadhi’ah yang berlaku antara keduanya. Oleh karena itu, menggunakan e-money yang
berlaku saat ini tidak diperkenankan kecuali untuk kondisi darurat, yaitu kondisi yang
memenuhi indikator berikut:
a) Diwajibkan oleh peraturan perundang-undang, sehingga tidak bisa menggunakan
jasa kecuali dengan e-money tersebut.
b) Tidak ada alternatif e-money syariah.
c) Risiko finansial primer jika tidak menggunakan e-money saat ini.
Kemudiat terkait BSM Emoney secara khusus, Edwin Rahmat15 pernah malakukan
peninjauan tentang aspek shariah compliance (kepatuhan syariah) dari BSM Emoney yang
di publikasikan melalui media Kompasiana. Setelah menjelaskan tentang akad - akad
syariah yang mungkin dilakukan terkait emoney beliau mengatakan "Lalu apakah E Money
yang dikeluarkan BSM sudah sesuai prinsip syariah? Jika kita melihat tentang syarat dan
ketentuan penggunaan BSM E Money, maka penulis melihat belum adanya kejelasan akad
yang digunakan pada BSM E Money tersebut. Padahal dari yang disampaikan diatas sudah
jelas bahwa, kejelasan dalam transaksi menjadi sangat penting dalam prinsip syariah. BSM
tidak menjelaskan akad apa saja yang digunakan pada E Money tersebut. Tentu hal ini
menimbulkan pertanyaan, apakah E Money yang dikeluarkan BSM sesuai dengan prinsip
syariah?”16

Hasil Wawancara dengan pihak BSM terkait BSM Emoney


Untuk meninjau lebih dalam terkait pengimplementasian aspek syariah yang ada
pada BSM Emoney, beberapa perwakilan dari kelompok kami melakukan wawancara
langsung ke pihak BSM. Kami dilayani oleh Kostumer Servis dan berikut hasil
wawancara kami17:

15
Pengajar di jurusan perbankan syariah di UIA Jakarta, juga penulis media online di Kompasiana.com
16
Kompasiana.com, Judul “BSM Emoney, Sudah Syariah?”,
https://www.kompasiana.com/edwynrahmat/5c5d90e612ae941a3d472f86/bsm-e-money-sudah-sesuai-
syariah-atau-belum
17
Nara Sumber : Cecep, sebagai Kostumer Servis BSM KCP Babakan madang, Bellanove, Sentul.

7|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

1. Kapan uang elektronik (emoney) Syariah BSM diterbitkan? kurang pasti

2. Apakah e-money BSM diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri sendiri? Iya

3. Berapa harga kartu uang elektronik BSM? Rp25.000 belum termasuk isinya.

4. Uang Rp25.000 itu untuk biaya apa saja ? untuk biaya pembuatan kartu

5. Apakah ada rincian dari Rp25.000 itu? tidak ada

6. Apakah e-money BSM dijual khusus atau dijual umum? Umum, bisa dibeli dimana
saja.

7. Apakah e-money BSM terdaftar atau tidak (jenis registered)? Tidak terdaftar, sistem
penjualan nya jual beli putus.

8. Jika kartu e-money BSM hilang Apakah bisa diklaim dan digantikan dananya oleh
BSM? Tidak digantikan, namun jika kehilangan kartu bisa langsung datang ke kantor
BSM atau menelepon ke call center untuk melaporkan nomor kartu nya agar diblok
dan tidak digunakan oleh orang lain. tapi tetap dana tidak digantikan.

9. Dana yang di top up ke e-money BSM akan tersimpan di bank apa? di bank Syariah
Mandiri.

10. Apakah ada biaya top up dari rekening BSM ke e-money BSM? Iya biasanya ada
1000.

11. Dari BSM ke emoney bank Mandiri (konvensional)? Ada 1000

12. Biaya Rp1.000 Itu untuk apa? Untung jasa pemindahan dari rekening ke emoney.

13. Jika top up ke emoney konvensional, Biaya Rp1.000 itu masuk ke mana? Masuk ke
BSM

14. Apa hubungan BSM dengan Bank Mandiri terkait e-money ini? hanya co branding

15. Kenapa BSM bisa tarik tunai di ATM Mandiri secara gratis? Setahu saya ada dana
BSM yang disimpan di Mandiri, begitu juga ada uang Bank Mandiri yang disimpan
di BSM. (BSM adalah nasabah mandiri, begitu juga sebaliknya)

16. Saat top up, apa akad pemilik kartu dengan BSM? Wadiah

8|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

Analisa Kelompok terkait BSM Emoney


Dari pertanyann-pertanyaan yang kami ajukan diatas ada beberapa jawaban dari
pihak BSM yang sudah menunjukan kesesuaian BSM Emoney dengan beberapa aspek
syariah yang termaktub pada Fatwa DSN MUI No: 116/DSN-MUI/IX/2017 tentang uang
elektronik syariah, pun ada beberapa poin yang masih belum sesuai. Dibagian ini kelompok
kami akan memberikan beberapa analisa terkait hal-hal yang belum sesuai tersebut.
Pertama, mengenai kartu BSM Emoney yang dijual dengan harga Rp. 25000 (poin
pertanyaan No. 3) pihak BSM tidak memberikan rincian terkait pengalokasian dari harga
tersebut, melainkan bersih untuk biaya pembuatan kartu dan publising. menurut kami,
dalam hal ini tidak terdapat unsur gharar (tidak jelas), karena skema yang diterapkan adalah
akad jual beli yang mana penjual bebas untuk memasang harga, dan sudah sesuai dengan
fatwa DSN-MUI No: 116/DSN-MUI/IX/2017 bagian kelima tentang Ketentuan dan
Batasan Penyelenggaraan dan Penggunaan Uang Elektronik, yaitu “Penyelenggaraan dan
penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari:
1. Transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risywah dan israf.
2. Transaksi atas objek yang haram atau maksiat”
Kedua, terkait masalah top up yang diberlakukan pihak BSM saat memindahkan
dana dari rekening BSM ke Emoney (Poin pertanyaan 10 &11). Dalam Islam yang terkait
dengan masalah akad sebagaimana pada uraian Fatwa DSN MUI, mengenai pemberlakuan
biaya atau fee dalam top-up pada uang elektronik, dalam pembebanan biaya kepada pihak
pemegang uang elektrik, pihak bank selaku penerbit uang elektrik dapat dibenarkan karena
pembebanan biaya top-up kepada pihak nasabah selaku pemegang uang elektronik
termasuk ke dalam ujrah atau beban sewa kepada pihak bank selaku penerbit uang
elektronik.
Hal ini disandarkan kepada aturan fatwa DSN MUI No: 116/DSN-MUI/IX/20I7
Tentang Uang Elektronik Syariah bagian Ketiga Pasal 1 yang menyebutkan : “Akad antara
penerbit dengan pemegang uang elektronik adalah akad wadi'ah atau akad qardh”. Dengan
adanya penggunaan akad wadi’ah antara pihak bank dan pihak nasabah, maka pihak bank
selaku pihak yang dititipkan (wadi’i) berhak atas fee dari jasa penitipan yang dilakukan
nasabah selaku pihak penitip (Mud’i). Terkait hal tersebut Ulama berbeda pendapat
mengenai pengambilan fee atau jasa dari Wadiah. Juga disandarkan kepada ketentuan fatwa
DSN MUI pada bagian Keempat : “Ketentuan Layanan Fasilitas”, ayat (1) dan (2)

9|Fiqh Muam alah


Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

menyebutkan bahwa : a) Biaya-biaya layanan fasilitas harus berupa biaya riil untuk
mendukung proses kelancaran
penyelenggaraan uang elektronik; dan b) Pengenaan biaya-biaya layanan fasilitas harus
disampaikan kepada pemegang kartu secara benar sesuai syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Tanggapan Ustazd Erwandi terkait akad yang digunakan pada Emoney adalah akad
As-Shorf, Sebagaiman yang telah dijelaskan pada pengertian Emoney sebelumnya bahwa
dengan disamakannya uang elektronik dengan uang, maka pertukaran antara nilai uang
tunai (cash) dengan nilai uang elektronik merupakan pertukaran atau jual beli mata uang
sejenis yang dalam literatur Fikih Muamalat dikenal dengan Al-Sharf.
Secara umum jual beli mata uang (Sharf) diidentikkan dengan tukar menukar antara
emas dan emas dan perak dengan perak atau emas dengan perak. Dengan demikian, yang
menjadi syarat-syarat dalam transaksi tukar menukar emas dengan emas dan perak dengan
perak atau emas dengan perak tersebut berlaku juga dalam transaksi jual beli mata uang.
Syarat-syarat tersebut adalah; tunai, jumlahnya sama, tidak boleh ada khiyar syarat, dan
tidak boleh ditangguhkan.
Ketiga, Mengenai penggunaan kartu BSM E-money (Pertanyaan 8), ternyata
kurang sesuai dengan Pasal 24 yang terkandung dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
16/8/PBI/2014. Sistem keamanan teknologi uang elektronik (e-money) pada
kenyataannya dinilai kurang aman bagi pengguna, terlebih ketika kartu e-money tersebut
secara tidak sengaja berpindah tangan atau hilang. Dalam hal ini, pengguna ataupun
pemilik yang kehilangan kartu e-money BSM tidak dapat melakukan upaya untuk
memperjuangkan haknya atas kartu e-money BSM tersebut meskipun kartu itu masih bisa
diblokir.. Berdasarkan hal tersebut, maka kami memberikan kesimpulan bahwa Penerapan
produk e-money yang diterbitkan oleh PT Bank Syariah Mandiri belum sesuai dengan
Pasal 24 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 dan Fatwa DSN-MUI No:
116/DSN-MUI/IX/2017 bagian Ketentuan Khusus nomor 2 yang berbunyi “Dalam hal
kartu yang digunakan sebagai media uang elektronik hilang maka jumlah nominal uang
yang ada di penerbit tidak boleh hilang”.

10 | F i q h M u a m a l a h
Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

E. Kesimpulan
1. Uang elektronik syariah yang ditilik pada Fatwa DSN-MUI No: 116/DSN- MUI/IX/2017
terhadap implementasi produk uang elektronik (e-money BSM)
berdasarkan hasil dari kajian kami, dapat dikatakan bahwa pelaksanaannya belum
memenuhi seluruh unsur yang termaktub didalam Fatwa DSN-MUI No: 116/DSN-
MUI/IX/2017 yaitu bagian Ketentuan Khusus terkait kehilangan kartu E-money.
Jika kartu hilang maka jumlah uang yang ada di penerbit tidak boleh hilang, artinya fatwa
mengharuskan kertu E-money memiliki pengamanan khusus seperti pin, dan
di Bank Syariah Mandiri tidak demikian.
2. Dalam kondisi saat ini, menggunakan e-money yang berlaku saat ini tidak
diperkenankan kecuali untuk kondisi darurat, yaitu kondisi yang memenuhi
indikator berikut:
a. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undang, sehingga tidak bisa
menggunakan jasa kecuali dengan e-money tersebut.
b. Tidak ada alternatif e-money syariah.
c. Risiko finansial primer jika tidak menggunakan e-money saat ini.
3. Sesuai dengan Qoidah Usul Fiqh “‫ روعي أعظمهما ضررا بارتكاب أخفهما‬،‫ ”إذا تعارض مفسدتان‬yang
mana jika kita dihadapkan dengan dua madhorot, maka dilihat mana yang lebih berbahaya
untuh ditinggalkan dan memilih mafsadat yang lebih ringan. Jadi menggunakan BSM
Emoney yang sudah mengandung beberapa aspek syariah lebih ringan Mafsadat yang
mungkin ditimbulkan dibandingkan menggunakan Emoney Konvensional yang sudah jelas
secara umum mekanisme yang digunakan terdapat unsur RIBA.

11 | F i q h M u a m a l a h
Penerapan Syariah pada Produk E-Money BSM
Ditilik Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Tentang Uang Elektronik Syari’ah

KAJIAN PUSTAKA
1. Kbbi, Pusat Bahasa, Jakarta (2008),
2. Uang (Pengertian, Penciptan dan Peranannya dalam perekonomian), Solikin dan
Suseno, Jakarta : PPSK 2002.
3. Fikih Muamalah Kontemporer, Oni Sahroni. Republika 2019, jakarta
4. Peraturan Bank Indonesia No: 11/12/PBI/2009, hal. 3.
5. https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/pbi_111209.aspx
6. https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/
7. Kompas.com dengan judul "Uang Elektronik Vs Dompet Elektronik, Mana yang
Lebih Menarik Digunakan?",
8. https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/28/120000326/uang-elektronik-vs-
dompet-elektronik-mana-yang-lebih-menarik-digunakan?page=all
9. Kompasiana.com, Judul “BSM Emoney, Sudah
Syariah?”,https://www.kompasiana.com/edwynrahmat/5c5d90e612ae941a3d472f86/
bsm-e-money-sudah-sesuai-syariah-atau-belum
10. Easypay.co.id dengan judul “Cari Tahu Tentang e-Money dan e-
Wallet”,https://easypay.co.id/cari-tahu-tentang-e-money-dan-e-wallet/
11. Bi.go.id dengan judul “Uang Elektronik”, https://www.bi.go.id/id/edukasi-
perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/uang-
elektronik/Pages/default.aspx
12. Youtube, Judul “Kupas Tuntas Emoney menurut
syariah”,https://www.youtube.com/watch?v=qggLZOQS87U&feature=youtu.be

12 | F i q h M u a m a l a h

Anda mungkin juga menyukai