Anda di halaman 1dari 24

A.

Latar Belakang
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang
baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada
tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan

sebagai

suatu

lembaga

negara

yang

independen

dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah


dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
undang-undang ini. Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian
dari prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya
kegagalan untuk memelihara kestabilan nilai Rupiah seperti tercermin pada
kenaikan hargaharga dapat merugikan karena berakibat menurunkan
pendapatan riil masyarakat dan melemahkan daya saing perekonomian
nasional dalam kancah perekonomian dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut
Bank Indonesia di dukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Salah satunya yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran.
Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi.
Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat
beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada
penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut
aturan mainnya. Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan
dalam Undang Undang Bank Indonesia.
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan
pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan
terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi
yang layak edar atau biasa disebut clean money policy.
Adapun ruang lingkup sistem pembayaran dalam nilai besar yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia adalah BI-RTGS (Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement) dan BI-SSSS (Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System). Sedangkan dalam nilai kecil yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara garis besar sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu
Sistem pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non tunai. Perbedaan
mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen
yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan
berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam,
sedangkan pada sistem pembayaran non tunai instrumen yang digunakan
berupa Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota
Debet, maupun uang elektronik.
2

Saat ini Bank Indonesia dalam proses melakukan sosialisasi


elektronifikasi, yaitu suatu upaya yang terpadu dan terintegrasi untuk
mengubah pembayaran dari tunai menjadi non tunai. Terhitung mulai tanggal
14 Agustus 2014, Bank Indonesia dan lima lembaga di Indonesia telah bekerja
sama dalam menggalakkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau
masyarakat yang bertransaksi tanpa uang tunai (less cash society).
Adapun tujuan elektronifikasi ini adalah untuk mendukung program
anti pencucian uang dan pencegahan suap/korupsi serta meminimalisir
shadow economy. Saat ini penggunaan kartu ATM dan Debit pada Maret 2015
sudah mencapai 103 juta kartu dengan 12.6 juta transaksi/hari. Hal ini
menunjukkan respon positif dari masyarakat Indonesia dalam menggunakan
pembayaran non tunai. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengetahui lebih dalam tentang aspek Sistem Pembayaran Non Tunai di
Bank Indonesia. Maka dalam penulisan laporan magang keahlian ini penulis
memilih judul, Realisasi Gerakan Nasional Non Tunai Di Provinsi
Sumatera Barat.

B.

Perumusan Masalah
I. Bagaimana realisasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Sumatera
Barat?
II. Apakah hambatan yang di hadapi KPw Bank Indonesia Prov. Sumbar
dalam mewujudkan Gerakan Nasional Non Tunai di Sumbar?

C.

KAJIAN TEORI
I.

Pengertian Alat Pembayaran Non Tunai


Pada tahun 1959-1966 transaksi pembayaran non tunai antar kantor

Bank Indonesia dilakukan dengan menggunakan sarana telegram, teleks, atau


telepon. Permintaan pengiriman uang oleh bank, menggunakan formulir
Permintaan Pengiriman Uang Dalam Negeri yang diisi berdasarkan bilyet giro
dari bank. Penerusannya ke kantor yang dituju dilakukan dengan telegram
(kawat) atau telepon atau teleks. Transaksi-transaksi antar kantor Bank
Indonesia baik untuk keperluan biaya maupun untuk keperluan pendapatan
menggunakan warkat antar kantor yaitu Nota Debet dengan Teleks (NDT) atau
Nota Debet dengan Surat (NDS) untuk transaksi debet dan Nota Kredit dengan
Teleks (NKT) atau Nota Kredit dengan Surat (NKS) untuk transaksi kredit.
Sistem pembayaran untuk transaksi luar negeri tidak mengalami
perubahan, yaitu menggunakan letter of credit, transfer dana dari atau ke luar
negeri menggunakan surat (mail transfer) atau menggunakan telegram
(telegraphic transfer). Secara umum, alat pembayaran non tunai adalah
instrumen yang digunakan berupa alat pembayaran kartu (APMK), cek, bilyet
giro, nota debet maupun uang eletronik. Sedangkan untuk sistem transfer
tersedia sistem BI-RTGS dan sistem Kliring Nasional.

II.

Jenis-jenis Alat Pembayaran Non Tunai


a. Alat Pembayaran Berbasis Warkat (Paper Based)
Instrumen berbasis warkat telah diatur dalam hukum dan
dikenal dalam praktek perbankan di Indonesia seperti Alat Pembayaran
Cek dan Bilyet Giro, Nota Debet dan Nota Kredit .
1) Alat Pembayaran Cek dan Bilyet Giro
Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah
dana yang tercantum dalam cek. Penarikan cek dapat dilakukan baik
"atas nama" maupun "atas unjuk" dan merupakan surat berharga yang
dapat diperdagangkan (negotiable paper).
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan
dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.
Cek dan Bilyet Giro merupakan alat pembayaran paling lama yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Cek telah diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), sementara Bilyet Giro
pertama kali diatur tahun 1972 dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Penggunaan Cek dan BG untuk pembayaran umumnya dilakukan oleh
pelaku usaha dalam mendukung kelancaran transaksi bisnisnya.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan nasabah individu
menggunakan Cek dan Bilyet Giro dalam melakukan pembayaran.

2)

Nota Debet

Nota debet adalah warkat atau surat yang digunakan untuk menagih
nasabah bank lain atau bank lain melalui kliring untuk dimasukkan ke
rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
Nota debet juga digunakan untuk keperluan transaksi antar kantor baik
nota debet dengan surat maupun nota debet dengan telegram. Nota
debet dengan surat atau dengan telegram disampaikan melalui Kantor
Pos.
3)

Nota Kredit

Nota kredit adalah warkat atau surat yang digunakan untuk


mengirimkan atau memindahkan dana bukan tunai kepada nasabah
bank lain atau kepada bank lain melalui kliring. Nota kredit juga
digunakan untuk keperluan transaksi antar kantor baik nota kredit
dengan surat maupun nota kredit dengan telegram. Nota kredit dengan
surat atau dengan telegram disampaikan melalui Kantor Pos.
b. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
1)

Kartu Kredit

Kredit adalah kepercayaan, mendapat kredit berarti mendapat


kepercayaan. Kredit adalah fasilitas yang disediakan oleh bank dimana
seseorang atau badan usaha meminjam uang untuk membeli produk
dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Jika

seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga


tagihan.
Prinsip kartu kredit adalah buy now pay later, artinya pada saat
transaksi kewajiban membayar pemegang kartu ditalangi terlebih
dahulu oleh penerbit kartu kredit, sedangkan pelunasannya dilakukan
setelah jatuh tempo.
2)

Kartu ATM dan Kartu Debet

Salah satu instrumen pembayaran berbasis kartu yang penting dalam


sistem pembayaran adalah kartu Debet dan Kartu ATM yang
transaksinya dilakukan melalui mesin ATM. Kartu Debet dan kartu
ATM adalah kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik
rekening, yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis
atas rekening tersebut. Pada saat kartu digunakan bertransaksi akan
langsung mengurangi dana yang tersedia pada rekening.
3) Uang Elektronik
Uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk
elektronik dimana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik
tertentu. Penggunanya harus menyetorkan uangnya terlebih dahulu
kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum
menggunakannya untuk keperluan bertransaksi. Ketika digunakan,
nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan
berkurang sebesar nilai transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali
(top-up). Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik
dapat berupa chip atau server.
7

c. Remittance
1) BI-RTGS
(Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement) adalah sistem transfer
dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam
waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas
transaksi

pembayaran,

khususnya

untuk

memproses

transaksi

pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau


transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp100 juta ke atas dan bersifat
segera (urgent).
2) BI-SSSS
(Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System) merupakan
sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring
debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya
dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia
pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas
transaksi

pembayaran,

khususnya

untuk

memproses

transaksi

pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau


transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp.100 juta.

III.

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai


Alat pembayaran non tunai sudah berkembang dan semakin lazim

dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa


pembayaran non tunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank
(LSB), baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun
sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di
Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan
Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan
Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh
penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.
Bisa dibayangkan, hampir 95 persen transaksi keuangan nasional
bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang
Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi
valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BIRTGS. Pada tahun 2010, BI-RTGS melakukan transaksi sedikitnya Rp174.3
triliun per hari.
Sedangkan transaksi non tunai dengan alat pembayaran menggunakan
kartu (APMK) dan uang elektronik masing-masing nilai transaksinya hanya
Rp8.8 triliun per hari yang dilakukan bank atau LSB. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian realisasi secara nomina adalah proses
mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan.
9

IV.

Tahapan Realisasi Gerakan Nasional Non Tunai di Prov. Sumbar


1.

Melakukan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi

Kelompok Terarah dengan Pemerintah Daerah dan Perbankan. Focus Group


Discussion merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu
masalah tertentu yang sangat spesifik (Irwanto, 2007). Henning dan Columbia
(1990) menjelaskan bahwa diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari
sekelompok kecil orang yang dipimpin seorang narasumber atau moderator
yang mendorong peserta untuk berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang
dianggap penting dan berkaitan dengan topik saat itu. Hal ini bertujuan untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya Gerakan Nasional Non Tunai di
Sumatera Barat. Focus Group Discussion dengan Pemerintah Kota Padang
dilakukan tanggal 18 Mei 2015 dan hasil yang diperoleh adalah berupa
peluang transaksi non tunai di lingkungan Pemda dan persiapan serta kendala
perbankan dalam penerapan transaksi non tunai.
2.

Penyusunan komitmen (MoU) antara Bank Indonesia dengan

Pemerintah Daerah dalam rangka penerapan transaksi non tunai. Menurut


Munir Fuady, Memorandum of Understanding adalah perjanjian pendahuluan,
dalam arti nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian lain yang
mengaturnya secara detail, karena itu, memorandum of understanding
berisikan hal-hal yang pokok saja. Sedangkan, menurut Erman Rajagukguk,
Memorandum of Understanding adalah dokumen yang memuat saling
10

pengertian di antara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari


memorandum of understanding harus dimasukkan ke dalam kontrak, sehingga
ia mempunyai kekuatan mengikat.
3.

Koordinasi dengan Perbankan dan Pemda untuk merumuskan

tahapan teknis dalam rangka penerapan transaksi non tunai yang dijadikan
pilot project (proyek uji coba), seperti penerapan transaksi non tunai PDAM di
Sumatera Barat yang di lakukan pada tanggal 13 Agustus 2015. Adapun
tujuannya adalah untuk menerapkan transaksi non tunai pada masyarakat di
Prov. Sumbar dalam membayar tagihan air. Hal ini juga bermaksud untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mendukung program Bank
Indonesia.
4.

Pra-Implementasi Gerakan Nasional Non Tunai dengan

mengadakan rapat teknis antara Perbankan dengan instansi daerah. Rapat


teknis ini dilakukan guna mendiskusikan lebih lanjut implementasi GNNT di
Sumbar dan evaluasi pilot project.

11

D.

HASIL DAN PEMBAHASAN


I) Realisasi Gerakan Nasional Non Tunai Di Provinsi Sumatera Barat
a) BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) di Prov. Sumbar
Sejak

tahun

2000,

Bank

Indonesia

memperkenalkan

kepada

stakeholder yakni perbankan nasional yang disebut real time gross settlement
(RTGS). BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian
setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh
Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting
dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk
memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System
(HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent).
Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi
pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem
pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically
Important Payment System). Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat,
selain berfungsi meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement
finality) setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi risiko
penyelesaian akhir (minimizing settlement risk).

12

BI-RTGS juga menjadi sarana transfer dana antar bank yang praktis,
cepat, efisien, aman dan handal. Disamping itu BI-RTGS yang dilengkapi
dengan mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management
fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi
otoritas informasi mengenai pengelolaan dana perbankan menjadi informasi
pendukung dalam menjalankan kegiatan operasi moneter dan early warning
system pengawasan bank.
BI-RTGS didesain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat
dilakukan secara gross settlement, real time, final dan irrevocable.
Penyelesaian transaksi BI RTGS dilakukan per transaksi secara seketika dan
tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real time terbatas pada proses pengiriman
transaksi dari peserta pengirim kepada Bank Indonesia untuk diteruskan
kepada peserta penerima. Sementara itu waktu penyelesaian akhir transaksi
transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan kondisi dan standar
sistem pemrosesan pengiriman dan penerimaan transaksi di internal peserta,
sehingga dapat saja terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian akhir pada
BI-RTGS dengan penerimaan transfer dana pada rekening nasabah.
BI-RTGS juga merupakan Settlement Processor. Sebagai settlement
processor, BI-RTGS menjadi sarana penyelesaian akhir bagi transaksi
pembayaran ritel, meliputi pembukuan hasil kliring yang diselenggarakan oleh
BI (SKNBI) dan hasil kliring ATM/kartu debit/kartu kredit. Selain transaksi
pembayaran ritel, BI-RTGS juga menjadi sarana pelimpahan penyelesaian
akhir transaksi serah dana dari perdagangan sekuritas, transaksi perdagangan

13

valas antar bank, setelmen dana dari operasi moneter/operasi pasar terbuka
(OPT), transaksi pembayaran pemerintah dan transaksi surat berharga.

Grafik Penggunaan RTGS Prov. Sumbar

40,000
35,000
30,000
25,000
20,000

Nominal

15,000
10,000
5,000
0

Grafik 1.1

Di Sumatera Barat, terdapat fluktuasi dalam perkembangan sistem BIRTGS seperti yang terlihat pada grafik 1.1. Transaksi terbanyak terjadi pada
caturwulan II tahun 2015 sebanyak Rp 40 triliun disebabkan sebagian Bank
Umum mengalihkan transaksinya ke RTGS dan transaksi terendah terjadi di
caturwulan I tahun 2012.
14

Grafik di atas menggambarkan adanya perkembangan RTGS di


Sumbar yang menunjukkan hasil positif setiap tahunnya dan sudah
terlaksananya realisasi GNNT meskipun masih memerlukan sosialisasi dan
edukasi.

b) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Prov.Sumbar


Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2009 (UU BI), menyebutkan bahwa tugas Bank Indonesia
yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan
andal yang mendukung stabilitas sistem keuangan maka sesuai Pasal 16 UU
BI, Bank Indonesia menyelenggarakan sistem kliring antar bank yang dikenal
dengan nama Sistem Kliring nasional Bank Indonesia atau dikenal dengan
nama SKNBI.
Penyelenggaraan kliring oleh BI diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring
Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI).
SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring
debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan

15

secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005,
SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran,
khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail
Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu
transaksi di bawah Rp.100 juta.

Grafik Penggunaan SKNBI di Prov. Sumbar

1,800,000

40,000

1,600,000

35,000

1,400,000

30,000

1,200,000
1,000,000
Nilai
nilai (juta Rp)
(Juta Rp)
800,000

25,000
volume - sisi20,000
kanan

Jumlah
(Lembar)

15,000

600,000

10,000

400,000

5,000

200,000
0

Grafik 1.2

Berdasarkan grafik 1.2, perkembangan sistem kliring di Sumbar selalu


mengalami peningkatan. Terlihat pada bulan Desember 2014 sistem kliring
mengalami peningkatan yang cukup besar dikarenakan pertumbuhan ekonomi
16

terjadi pesat di akhir tahun. Namun terdapat anomali di bulan Juni 2015
disebabkan oleh penyesuaian sistem SKNBI generasi II sehingga Bank Umum
mengalihkan sebagian besar transaksinya ke RTGS.

c) Penggunaan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)


Kartu ATM+Debit
Kartu ATM adalah kartu yang dikeluarkan oleh bank untuk layanan
nasabahnya yang fungsinya untuk menarik/mengambil uang tunai di mesin
atm. ATM sendiri singkatannya adalah Automatic Teller Machine, dan dalam
bahasa Indonesia disebut Anjungan Tunai Mandiri. Jadi kartu ATM adalah
kartu yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin ATM.
Selain untuk mengambil uang tunai, manfaat lain kartu ATM bisa
transfer, cek saldo, bayar pulsa, bayar PLN dan lain sebagainya berdasarkan
ketersediaan menu yang terdapat di mesin tersebut. Saat mengambil uang
tunai, kartu ATM ada batasnya atau biasa yang disebut limit.
Sedangkan kartu debit adalah sebuah kartu pembayaran secara
elektronik yang diterbitkan oleh Bank. Kartu ini dapat berfungsi sebagai
pengganti pembayaran dengan uang tunai. Kartu ini mengacu pada saldo

17

tabungan bank anda di bank penerbit tersebut. Fungsi dari kartu debit adalah
untuk memudahkan pembayaran ketika berbelanja tanpa harus membawa uang
tunai. Dalam beberapa kasus, nomor rekening primer diberikan secara
eksklusif untuk digunakan di Internet dan tidak ada kartu fisik.
Di banyak negara, penggunaan kartu debit telah menjadi begitu luas
karena dapat menggantikan pembayaran melalui cek ataupun uang tunai.
Tidak seperti kartu kredit dan kartu bayar, pembayaran menggunakan kartu
debit langsung ditransfer dari rekening bank pemegang kartu, bukan mereka
membayar kembali uang tersebut di kemudian hari.
Kartu debit biasanya juga memungkinkan untuk penarikan uang tunai
secara instan, karena dapat bertindak sebagai kartu ATM untuk penarikan
tunai. Penjual/pemilik usaha mungkin juga menawarkan fasilitas cashback
untuk pelanggan, dimana pelanggan dapat menarik uang tunai bersama dengan
pembelian mereka.

Grafik Penggunan Kartu ATM+Debit Bulan Januari-Juni 2015

Nominal
420.00
410.00
400.00
390.00
380.00
Triliun Rp 370.00
360.00
350.00
340.00
330.00
320.00

Volume (Sisi Kanan)


390.00
380.00
370.00
360.00
350.00 Juta
340.00
330.00
320.00
310.00

18

Grafik 1.3

Berdasarkan grafik penggunaan kartu ATM+Debit secara Nasional


pada bulan Januari-Juni 2015 terus mengalami peningkatan. Transaksi
terbanyak terjadi di bulan Mei 2015 sebanyak Rp 415 triliun dengan frekuensi
sebesar 385 juta. Dan transaksi terendah terjadi di bulan Februari 2015
sebanyak Rp 325 triliun dengan frekuensi sebesar 335 juta.

Kartu Kredit
Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel
(retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang
diterbitkan kepada pengguna sistem tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda
dengan kartu debit di mana penerbit kartu kredit meminjamkan konsumen
uang dan bukan mengambil uang dari rekening. Fungsinya hampir sama
seperti kartu debit, untuk belanja dan membayar non tunai. Yang
membedakannya adalah: Jika kartu debit sistem pembayarannya dengan cara
mengambil/memotong saldo kita yang terdapat di rekening bank, tapi kalau
kartu kredit dengan cara hutang.

Grafik Penggunaan Kartu Kredit Bulan Januari-Juni 2015

19

Nominal

Volume (Sisi Kanan)

30.00

25.00

25.00

24.00

20.00

23.00

Triliun Rp 15.00

22.00 Juta

10.00

21.00

5.00

20.00

0.00

19.00

Grafik 1.4

Grafik penggunaan kartu kredit secara Nasional juga mengalami


peningkatan setiap bulannya dengan frekuensi yang terus meningkat. Hal ini
menunjukkan masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Sumbar sudah
memberikan positif terhadap penggunaan kartu kredit.

II) Hambatan yang di hadapi KPw Bank Indonesia Prov.Sumbar dalam


mewujudkan Gerakan Nasional Non-Tunai di Sumbar
Terdapat dua hambatan dalam mewujudkan GNNT di Sumbar yaitu
merubah mindset pelaku bisnis dan masyarakat dengan melakukan edukasi
dan sosialisasi. Hal ini termasuk tantangan besar dalam mewujudkan GNNT di
Sumbar karena tidak semua masyarakat Sumbar yang paham dengan

20

penggunaan teknologi serta adanya prejudice tentang penggunaan kartu atm


dan kartu debet.
Hambatan lain yaitu penetapan biaya penggunaan jasa Perbankan
terkadang membutuhkan negosiasi yang cukup panjang, di satu sisi Bank
sebagai pelaku industri dituntut untuk profit-oriented sementara Pemda juga
ingin

memperoleh

keuntungan

yang

semestinya

customer-oriented

(mengutamakan pelayanan masyarakat). Dalam hal ini, Bank Indonesia


menjadi katalisator antara Bank Umum dan Pemerintah demi mewujudkan
Gerakan Nasional Non Tunai.

E.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
(a) Penggunaan BI-RTGS di Prov. Sumbar tiap tahunnya terus meningkat.
Volume transaksi RTGS di pengaruhi oleh aktivitas ekonomi. Misalnya
pada saat liburan sekolah dan hari raya besar keagamaan transaksi RTGS
cenderung tinggi. Seperti grafik 1.1, setiap caturwulan IV transaksi RTGS
selalu meningkat drastis. Sama halnya dengan sistem kliring di Sumbar
yang terus meningkat, namun terdapat anomali di bulan Juni 2015 yang
disebabkan oleh persiapan sistem SKNBI generasi II sehingga sebagian
besar Bank Umum mengalihkan transaksinya ke RTGS. Secara
keseluruhan BI-RTGS dan Sistem Kliring di Prov. Sumbar mengalami
21

perkembangan positif setiap tahunnya dan realisasi GNNT untuk bagian


RTGS dan Sistem Kliring telah terlaksana dengan baik.
(b) Berdasarkan data yang di dapat secara Nasional, penggunaan alat
pembayaran menggunakan kartu (APMK) di Indonesia termasuk Sumbar
terus mengalami peningkatan. Selain itu Bank Indonesia terus melakukan
edukasi dan sosialisasi untuk mempengaruhi masyarakat tentang Gerakan
Nasional Non-Tunai di Indonesia khususnya Sumbar. Saat ini KPw Bank
Indonesia Prov. Sumbar sudah menandatangani MoU dengan tiga
Pemerintah Daerah yaitu Kota Pasaman Barat, Kota Padang dan Prov.
Sumbar. Dimana target penandatanganan MoU hanya dengan satu Pemda
namun KPw Bank Indonesia Prov. Sumbar berhasil melebihi target.
2. Saran
(a) Bank Indonesia sebagai katalisator terus melakukan edukasi dan sosialisasi
terhadap penyuluh-penyuluh seperti guru untuk mempercepat perluasan
pemahaman masyarakat terhadap instrumen pembayaran non tunai.
(b) Pelaku industri berperan besar dalam mewujudkan GNNT di Sumbar.
Untuk itu Bank Indonesia berperan dalam mendorong para pelaku industri
demi memperlancar instrumen pembayaran non tunai di Sumbar.

22

F.

DAFTAR PUSTAKA
Fungsi

Bank

Indonesia.

(2015).

http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-

bi/tujuan/Contents/Pendukung.aspx pada 14 Agustus 2015. Akses Online


Pengertian

Sistem

Pembayaran.

(2015).

http://www.bi.go.id/id/sistem-

pembayaran/Contents/Default.aspx pada 18 Agustus 2015. Akses Online


Pengertian dan Penjelasan BI-RTGS. (2015). http://www.bi.go.id/id/sistempembayaran/sistem-setelmen/bi-rtgs/bi-rtgs/Contents/Default.aspx

pada

18

Agustus 2015. Akses Online


Pengertian dan Penjelasan SKNBI. (2015).

http://www.bi.go.id/id/sistem-

pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx pada 18 Agustus 2015. Akses


Online

23

Pengertian Kartu Kredit. (2015). https://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_kredit pada


20 Agustus 2015. Akses Online
Pengertian Kartu Debit. (2015). https://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_debit pada 20
Agustus 2015. Akses Online
Tim Sistem Pembayaran. Unit Operasional SP Non Tunai dan Keuangan Inklusif.
Materi Magang Bank Indonesia Padang

24

Anda mungkin juga menyukai