Latar Belakang
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang
baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada
tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan
sebagai
suatu
lembaga
negara
yang
independen
dalam
dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi.
Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat
beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada
penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut
aturan mainnya. Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan
dalam Undang Undang Bank Indonesia.
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan
pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan
terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi
yang layak edar atau biasa disebut clean money policy.
Adapun ruang lingkup sistem pembayaran dalam nilai besar yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia adalah BI-RTGS (Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement) dan BI-SSSS (Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System). Sedangkan dalam nilai kecil yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara garis besar sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu
Sistem pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non tunai. Perbedaan
mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen
yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan
berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam,
sedangkan pada sistem pembayaran non tunai instrumen yang digunakan
berupa Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota
Debet, maupun uang elektronik.
2
B.
Perumusan Masalah
I. Bagaimana realisasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Sumatera
Barat?
II. Apakah hambatan yang di hadapi KPw Bank Indonesia Prov. Sumbar
dalam mewujudkan Gerakan Nasional Non Tunai di Sumbar?
C.
KAJIAN TEORI
I.
II.
2)
Nota Debet
Nota debet adalah warkat atau surat yang digunakan untuk menagih
nasabah bank lain atau bank lain melalui kliring untuk dimasukkan ke
rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
Nota debet juga digunakan untuk keperluan transaksi antar kantor baik
nota debet dengan surat maupun nota debet dengan telegram. Nota
debet dengan surat atau dengan telegram disampaikan melalui Kantor
Pos.
3)
Nota Kredit
Kartu Kredit
c. Remittance
1) BI-RTGS
(Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement) adalah sistem transfer
dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam
waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas
transaksi
pembayaran,
khususnya
untuk
memproses
transaksi
pembayaran,
khususnya
untuk
memproses
transaksi
III.
IV.
tahapan teknis dalam rangka penerapan transaksi non tunai yang dijadikan
pilot project (proyek uji coba), seperti penerapan transaksi non tunai PDAM di
Sumatera Barat yang di lakukan pada tanggal 13 Agustus 2015. Adapun
tujuannya adalah untuk menerapkan transaksi non tunai pada masyarakat di
Prov. Sumbar dalam membayar tagihan air. Hal ini juga bermaksud untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mendukung program Bank
Indonesia.
4.
11
D.
tahun
2000,
Bank
Indonesia
memperkenalkan
kepada
stakeholder yakni perbankan nasional yang disebut real time gross settlement
(RTGS). BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian
setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh
Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting
dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk
memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System
(HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent).
Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi
pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem
pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically
Important Payment System). Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat,
selain berfungsi meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement
finality) setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi risiko
penyelesaian akhir (minimizing settlement risk).
12
BI-RTGS juga menjadi sarana transfer dana antar bank yang praktis,
cepat, efisien, aman dan handal. Disamping itu BI-RTGS yang dilengkapi
dengan mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management
fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi
otoritas informasi mengenai pengelolaan dana perbankan menjadi informasi
pendukung dalam menjalankan kegiatan operasi moneter dan early warning
system pengawasan bank.
BI-RTGS didesain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat
dilakukan secara gross settlement, real time, final dan irrevocable.
Penyelesaian transaksi BI RTGS dilakukan per transaksi secara seketika dan
tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real time terbatas pada proses pengiriman
transaksi dari peserta pengirim kepada Bank Indonesia untuk diteruskan
kepada peserta penerima. Sementara itu waktu penyelesaian akhir transaksi
transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan kondisi dan standar
sistem pemrosesan pengiriman dan penerimaan transaksi di internal peserta,
sehingga dapat saja terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian akhir pada
BI-RTGS dengan penerimaan transfer dana pada rekening nasabah.
BI-RTGS juga merupakan Settlement Processor. Sebagai settlement
processor, BI-RTGS menjadi sarana penyelesaian akhir bagi transaksi
pembayaran ritel, meliputi pembukuan hasil kliring yang diselenggarakan oleh
BI (SKNBI) dan hasil kliring ATM/kartu debit/kartu kredit. Selain transaksi
pembayaran ritel, BI-RTGS juga menjadi sarana pelimpahan penyelesaian
akhir transaksi serah dana dari perdagangan sekuritas, transaksi perdagangan
13
valas antar bank, setelmen dana dari operasi moneter/operasi pasar terbuka
(OPT), transaksi pembayaran pemerintah dan transaksi surat berharga.
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
Nominal
15,000
10,000
5,000
0
Grafik 1.1
Di Sumatera Barat, terdapat fluktuasi dalam perkembangan sistem BIRTGS seperti yang terlihat pada grafik 1.1. Transaksi terbanyak terjadi pada
caturwulan II tahun 2015 sebanyak Rp 40 triliun disebabkan sebagian Bank
Umum mengalihkan transaksinya ke RTGS dan transaksi terendah terjadi di
caturwulan I tahun 2012.
14
15
secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005,
SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran,
khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail
Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu
transaksi di bawah Rp.100 juta.
1,800,000
40,000
1,600,000
35,000
1,400,000
30,000
1,200,000
1,000,000
Nilai
nilai (juta Rp)
(Juta Rp)
800,000
25,000
volume - sisi20,000
kanan
Jumlah
(Lembar)
15,000
600,000
10,000
400,000
5,000
200,000
0
Grafik 1.2
terjadi pesat di akhir tahun. Namun terdapat anomali di bulan Juni 2015
disebabkan oleh penyesuaian sistem SKNBI generasi II sehingga Bank Umum
mengalihkan sebagian besar transaksinya ke RTGS.
17
tabungan bank anda di bank penerbit tersebut. Fungsi dari kartu debit adalah
untuk memudahkan pembayaran ketika berbelanja tanpa harus membawa uang
tunai. Dalam beberapa kasus, nomor rekening primer diberikan secara
eksklusif untuk digunakan di Internet dan tidak ada kartu fisik.
Di banyak negara, penggunaan kartu debit telah menjadi begitu luas
karena dapat menggantikan pembayaran melalui cek ataupun uang tunai.
Tidak seperti kartu kredit dan kartu bayar, pembayaran menggunakan kartu
debit langsung ditransfer dari rekening bank pemegang kartu, bukan mereka
membayar kembali uang tersebut di kemudian hari.
Kartu debit biasanya juga memungkinkan untuk penarikan uang tunai
secara instan, karena dapat bertindak sebagai kartu ATM untuk penarikan
tunai. Penjual/pemilik usaha mungkin juga menawarkan fasilitas cashback
untuk pelanggan, dimana pelanggan dapat menarik uang tunai bersama dengan
pembelian mereka.
Nominal
420.00
410.00
400.00
390.00
380.00
Triliun Rp 370.00
360.00
350.00
340.00
330.00
320.00
18
Grafik 1.3
Kartu Kredit
Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel
(retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang
diterbitkan kepada pengguna sistem tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda
dengan kartu debit di mana penerbit kartu kredit meminjamkan konsumen
uang dan bukan mengambil uang dari rekening. Fungsinya hampir sama
seperti kartu debit, untuk belanja dan membayar non tunai. Yang
membedakannya adalah: Jika kartu debit sistem pembayarannya dengan cara
mengambil/memotong saldo kita yang terdapat di rekening bank, tapi kalau
kartu kredit dengan cara hutang.
19
Nominal
30.00
25.00
25.00
24.00
20.00
23.00
Triliun Rp 15.00
22.00 Juta
10.00
21.00
5.00
20.00
0.00
19.00
Grafik 1.4
20
memperoleh
keuntungan
yang
semestinya
customer-oriented
E.
22
F.
DAFTAR PUSTAKA
Fungsi
Bank
Indonesia.
(2015).
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-
Sistem
Pembayaran.
(2015).
http://www.bi.go.id/id/sistem-
pada
18
http://www.bi.go.id/id/sistem-
23
24