Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati untuk
mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi. Sistem
pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan
ekonomi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin banyak dan semakin
besarnya nilai transaksi serta risiko, dibutuhkan adanya sistem pembayaran dan alat
pembayaran yang cepat, lancar dan aman. Keberhasilan sistem pembayaran akan dapat
mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan. Sebaliknya ketidaklancaran atau
kegagalan sistem pembayaran akan memberikan dampak yang kurang baik pada kestabilan
perekonomian.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud Bank Sentral ?

2. Bagaimanakah sistem pembayaran?

3. Bagaimanakah evolusi sistem pembayaran?

4. Bagaimanakah peran BI dalam sistem pembayaran?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu Sistem Pembayaran

2. Mengetahui Evolusi Sistem Pembayaran

3. Mengetahui Peran BI dalam sistem pembayaran


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Bank Sentral


Bank sentral adalah lembaga keuangan perbankan yang berbentuk badan hukum.
Bank sentral memiliki beberapa persamaan dengan bank umum lainnya, antara lain:
1. Melakukan fungsi Intermediasi, memberikan kredit kepada bank-bank komersial, khususnya
melalui fasilitas diskonto.
2. Mengumpulkan dana, dana yang dikumpulkan bank sentral ada yang bersifat wajib dipenuhi,
contohnya Giro Wajib Minimum (GWM), dan dana yang dikumpulkan melalui mekanisme
pasar, misalnya perjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
3. Asetnya didominasi oleh aset finansial.
4. Mempunyai hakmonopoli untuk mengedarkan uang kertas dan logam, kegiatan ini hanya
boleh dilakukan oleh bank sentral.
5. Berkedudukan di ibu kota negara (Jakarta)

Perbedaan bank sentral dan bank lainnya


Bank sentral memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda dengan sebuah bank. Bank
sebagai salah satu bentuk lambaga keuangan yang pada umumnya mempunyai 2 peran.
Pertama, abnk fungsinya sebagai institusi penampung dana yang menerima deposito,
membayar untuk dan atas nama deposan dan menyediakan fasilitas penukaran mata uang
asing. Kedua, bank juga berperan sebagai perusahaan yang berorientasi profit dengan
menyediakan produk-produk liabilities dan memberi pinjaman kepada nasabah.
Sema bank memiliki 2 peran tersebut. Namun, bank sentral tidak hanya memiliki
peran-peran yang sama dengan bank-bank lainnya. Bank sentral juga memiliki perbedaan
dengan bank lainnya, perbedaan tersebut antara lain:
Item Bank Sentral Bank Lainnya
Fungsi dan Tugas- Menetapkan dan melak- - Lembaga intermediasi
sanakan kebijakan mo- neter
- Mengatur dan menjaga
kelancaran system pem-
bayaran.
- Mengatur dan menga- wasi
bank
Dasar Hukum Didirikan berdasarkan Un- Didirikan berdasarkan akte
dang-undang Notaris
Izin Operasi Berdasarkan Undang-Undang Izin Bank Indonesia
Bentuk Hukum Lembaga Negara Perseroan terbatas, Perusa-
haan daerah, Koperasi.
Modal Kekayaaan negara yang Setoran dari para pemodal
dipisahkan (perseorangan ataupun badan)
Tujuan Mencapai kestabilan nilai Mencari Keuangan
tukar (Inflasi)
Sumber penghasilan
- Pengelolaan cadangan de- - Suku bunga kredit
visa - Fee
- Denda perbankan - Suku bunga SBI
- Fee sistem pembayaran

A. Pengertian Sistem Pembayaran

Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati untuk
mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi. Sistem
pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

Dalam pandangan Manuel Guitian mantan Direktur the Monetary and Exchange Affairs
Department IMF, sistem pembayaran mencakup seperangkat alat dan sarana umum yang
diterima dalam melakukan pembayaran, kerangka kelembagaan dan organisasi yang
mengatur pembayaran tersebut (termasuk peraturan prudensial), dan prosedur operasi serta
jaringan komunikasi yang digunakan untuk memulai dan mengirimkan informasi pembayaran
dari pembayar kepada penerima dan menyelesaikan pembayaran.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkap aturan,
lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suati kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sementara itu menurut
Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem pembayaran mencakup seperangkat sarana,
prosedur perbankan dan sistem transfer dana antarbank yang menjamin sirkulasi uang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan
pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Hal ini juga melibatkan
berbagai lembaga, seperti bank sentral, bank umum, bank komersial dan lembaga keuangan
lainnya. Bank sentral dan bank umum atau bank komersial menjadi penyelenggara dan
penguna sistem pembayaran yang besar.

B. Pengertian alat pembayaran

Alat Pembayaran, selain uang yang masih menjadi Alat Pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat, terdapat pula alat pembayaran non tunai. Sebagai contoh, telah dikenal alat
pembayaran berbasis kertas (misalnya Cek dan Giro Bilyet) atau Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK), seperti Kartu Kredit dan Kartu ATM/Kartu Debet. Sedangkan
untuk sistem transfer, telah dilakukan pengembangan sistem transfer dana secara
berkesinambungan oleh Bank Indonesia, sehingga saat ini telah tersedia sistem BI-RTGS
(Real Time Gross Settlement) dan BI-SKN (Sistem Kliring Nasional). Ravi Vendra's Blog,
"Perkembangan Alat Pembayaran dan Sistem Transfer Modern dari Sudut Pandang Sistem
Informasi", Berikut ini beberapa Penggolongan Metode Pembayaran dan Sistem Transfer
secara Garis besar yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Alat Pembayaran Menggunakan Uang Kartal

· Uang Pecahan Logam (Rp 100,- , Rp 200,- , Rp 500,- , Rp 1.000,-)

· Uang Pecahan Kertas (Rp 1.000,- , Rp 2.000,- , Rp 5.000,- dan seterusnya)

b. Alat Pembayaran Menggunakan Uang Giral

· Cek (Cheque)

· BG (Bilyet Giro)

c. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)

· Kartu Debit (Kartu ATM)

· Kartu Kredit

d. Sistem Transfer Dana Bank Indonesia

· BI RTGS (Real Time Gross Settlement)

· BI SKN (Sistem Kliring Nasional)

e. Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU)

· Electronic Money (Uang Elektronik)

· Sistem Remittance (Pengiriman Uang). ( Ibid.)

C. Definisi Pembayaran
Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan
ekonomi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin banyak dan semakin
besarnya nilai transaksi serta risiko, dibutuhkan adanya sistem pembayaran dan alat
pembayaran yang cepat, lancar dan aman. Keberhasilan sistem pembayaran akan dapat
mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan. Sebaliknya ketidaklancaran atau
kegagalan sistem pembayaran akan memberikan dampak yang kurang baik pada kestabilan
perekonomian.

Pembayaran adalah aktivitas pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi. Pembayaran ini terjadi setiap hari, melibatkan ribuan transaksi
ekonomi yang beraneka ragam, seperti seperti jual beli barang dan jasa, pembelian dan
pelunasan kredit, melibatkan miliaran rupiah dengan berbagai alat pembayaran seperti
pembayaran tunai dengan uang kartal, Cheque, Bilyet Giro, Wesel dan lain-lain.

Proses pembayaran memang mudah dan sederhana, tetapi bisa juga kompleks dan sulit
tergantung dari kompleks tidaknya transaksi ekonomi yang terjadi. Pembayaran secara umum
dapat diartikan sebagai “pindahnya kepemilikan hak atas dana dari pembayar kepada
penerimanya”. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembayaran adalah perpindahan
hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara bersamaan terjadi
perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.

Pembayaran bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang terjadi secara spontan
tanpa ada kaitannya dengan transaksi lain, sebab setiap pembayaran merupakan realisasi dari
suatu transaksi ekonomi. Pembayaran dapat dilakukan secara tradisional sederhana yang
tidak memerlukan jasa bank, atau suatu proses yang cukup rumit, dimana lembaga perbankan
mempunyai peran yang sangat penting dan memerlukan jasa-jasa perantara karena tanpa jasa
perantara tidak dapat terlaksana dengan aman cepat dan efisien.

D. Komponen- komponen yang Membentuk Sistem Pembayaran

Adapun komponen-komponen yang membentuk sistem pembayaran adalah sebagai berikut.

a. Alat pembayaran

Alat pembayaran (payment instruments). Setiap transaksi pembayaran memerlukan beberapa


bentuk alat pembayaran yang memenuhi standar fisik, hukum dan peraturan. Alat
pembayaran dapat dikelompokkan atas alat pembayaran tunai dan alat pembayaran nontunai.
Alat pembayaran tunai contoh sederhana dari alat pembayaran. Alat pembayaran tunai lebih
banyak memakai uang kartal (uang kertas dan logam). Sementara itu, alat pembayaran
nontunai memerlukan penggunaan satu atau lebih untuk menyelesaikan transaksi.

b. Sistem pembayaran

Sistem pembayaran yang memproses berbagai instrumen pembayaran (interbank fund


transfer system). Variasi cukup banyak tergantung pada alat pembayaran yang diprosesnya.
Faktor penting yang memengaruhi pengoprasian sistem transfer dana antarbank adalah
penggunaan teknologi informasi. Pengolahan data elektronik dan telekomunikasi, misalnya,
telah memungkinkan pengenalan Real Time Gross Settlement System (RTGS). RTGS adalah
proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi
dan bersifat real time.

c. Lembaga yang memproses sistem pembayaran

Lembaga yang memproses sistem pembayaran (payment systems operators). Di Indonesia


lembaga tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. Bank Indonesia menggunakan sistem BI-RTGS dan SKNBI. Dengan BI-RTGS, Bank
Indonesia memproses setelmen transfer kredit antarbank untuk high value transfer, setelmen
kliring BI, setelmen kliring pasar modal, setelmen kliring switching company, setelmen surat
berharga dan transfer dalam rangka pengelolaan dan fiskal. Semuanya menggunakan central
bank money. Sementara itu dengan SKNBI, Bank Indonesia melakukan kliring antarbank
untuk alat pembayaran cek, BG, nota debet lainnya, dan transfer kredit antarbank.

2. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menggunakan Central Depository and Book
Entry Settlement System (C-BEST). Perusahaan ini menyelenggarakan kliring surat berharga
pasar modal di Bursa Efek Indonesia. Settlement kliring surat berharga ini disetel pada
Sistem BI-RTGS.

3. Switching atau penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).


Sistem yang digunakan adalah Shared ATM Network, Shared Debit Network dan Shared
Credit Card Network. Dengan sistem ini mereka memproses kliring APMK dan melakukan
setelmen pada bank atau lembaga lain yang ditunjuk sebagai lembaga setelmen.

d. Saluran pembayaran

Saluran pembayaran (delivery channel), antara lain mencakup hal-hal berikut.

1. Electronic Data Capturing (EDC) yang ada di merchant/took untuk membaca transaksi
yang dilakukan menggunakan alat pembayaran, seperti katu ATM, debet, kartu kredit.

2. Teller input atau petugas teller di bank yang melakukan pengiriman dana atas dasar draft
perintah transfer yang dibuat oleh pengirim dana.

3. Mesen ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pengganti teller yang dapat melanjutkan instruksi
pengiriman dana.

4. Internet, mobile banking dan phone banking.

E. Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian

Adapun peran sistem pembayaran dalam perekonomian adalah sebagai berikut.

1) Menjamin kelancaran pasar sebagai tempat di mana transaksi terjadi.

2) Memungkinkan terjadinya spesialisasi pada produksi.

3) Membantu menentukan seberapa efisien transaksi dilakukan dan diselesaikan.

4) Mempengaruhi tingkat dan laju pertumbuhan ekonomi serta efisien pasar keuangan.
5) Elemen penting dalam infrastruktur keuangan untuk mendukung terciptanya stabilitas
sistem keuangan.

6) Sebagai channel utama transmisi kebijakan moneter untuk mendukung kebijakan


pengendalian moneter yang lebih efektif dan efisien.

7) Mendukung efisiensi dan efektivitas fungsi intermediasi lembaga keuangan.

8) Mendorong mobilitas aliran dana secara lebih cepat melalui layanan sistem pembayaran
yang lebih beragam.

F. Risiko dalam Sistem Pembayaran dan Pengendalian

Perkembangan teknologi informasi denagn segala bentuknya memang member berbagai


kemudahan, kecepatan dan kelancaran sistem pembayaran. Di balik ini semua, ada juga
ketergantungan. Misalnya ketergantungan sistem transfer dana elektronik terhadap
kehandalan infrastruktur jaringan komunikasi. Kinerja yang kurang baik dari jaringan
komunikasi dapat menimbulkan risiko operasional. Gangguan operasional juga berpotensi
memperlambat mekanisme settlement dana. Timbullah risiko likuiditas. Risiko ini terjadi
karena pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajiban pada waktunya. Akibatnya,
likuiditas pihak lain terpengaruh. Pada gilirannya risiko likuiditas dapat meningkat menjadi
risiko kredit. Hal yang paling ditakuti karena dapat menggoncangkan stabilitas sistem
keuangan adalah risiko sistemik.

Selain risiko-risiko ini masih banyak risiko lain yang akan dihadapi jika sistem pembayaran
tidak dikendalikan dengan baik. Hal ini menjadi tanggung jawab masing-masing
penyelenggara sistem pembayaran. Untuk itu, Bank Indonesia yang berperan sebagai
operator, regulator, dan pengguna sistem pembayaran mempunyai kewajiban sebagai
berikut.

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan, baik yang dituangkan dalam bentuk regulasi atau
bentuk lainnya.

b. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran.

c. Konsultasi dan fasilitas pada penyelenggara sistem pembayaran.


d. Pengawasan (oversight) terutama kepada penyelenggara sistem pembayaran untuk menilai
kesesuaian sistem yang dikelolanya dengan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia di bidang
sistem pembayaran.

e. Melakukan sosialisasi dan edukasi.

G. Ekonomi Sistem Pembayaran

a. Evolusi Sistem Pembayaran: Dari Barter ke Sistem Pembayaran E-Commerce

Sistem pembayaran mengikuti tahapan perkembangan ekonomi. Tahapan evolusi si8stem


pembayaran dimulai dari sistem barter. Sistem ini merupakan sistem perekonomian yang
paling sederhana di kalangan masyarakat primitif. Dalam masyarakat primitif, transaksi
melibatkan pertukaran fisik langsung barang atau barter. Barter merupakan sistem
pembayaran dengan komoditas barang tertentu yang merepresentasikan suatu nilai tertentu.

Kelemahan utama barter sebagai sistem pembayaran terletak pada kenyataan bahwa transaksi
dapat terjadi karena ada dua keinginan pada waktu tertentu. Dalam transaksi ini “penjual”
harus mau menerima apa yang akan diserahkan oleh “pembeli”. Hal ini terjadi karena
masyarakat primitif hanya memiliki seperangkat barang yang terbatas yang akan ditukar
dalam sistem barter. Dalam perekonomian masyarakat primitif, masih sedikit spesialisasi
tenaga kerja atau produksi.

Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah spesialisasi tenaga kerja dalam


perekonomian. Bila ada spesialisasi tenaga kerja, perekonomian akan menjadi lebih maju.
Spesialisasi membuat produktivitas lebih besar. Akibatnya, pendapatan meningkat dan
barang yang akan dikonsumsi akan lebih banyak. Selain itu, spesialisasi mengarah pada
kebutuhan akan adanya perdagangan. Dengan spesialisasi, masing-masing anggota
masyarakat tidak lagi menghasilkan semua atau sebagian besar dari kebutuhannya. Itulah
sebabnya mereka harus mencarinya melalui perdagangan. Dalam kondisi seperti ini sistem
barter menjadi lebih sulit. Perlu ada alat pertukaran yang dapat diterima secara umum sebagai
pembayaran dalam transaksi, penyimpan nilai yang aman, dan mewakili unit hitung standar.
Dalam hal ini uang komoditas memfasilitasi spesialisasi dan perdagangan. Uang komoditasi
adalah barang yang diterima secara umum sebagai alat tukar. Barang itu tetap memilikinilai
meskipun tidak sedang digunakan sebagai uang. Contoh uang komoditas adalah logam mulia,
merica, tembakau, kulit hewan, dan garam.

Dengan adanya uang komoditas, perdagangan menjadi semakin luas. Tidak perlu ada dua
keinginan yang saling timbale balik sebagai dasar terjadinya transaksi. Akibatnya, uang
komoditas dapat menurunkan biaya transaksi dan memfasilitasi perdagangan, yang ada
gilirannya memungkinkan spesialisasi dan produktivitas yang lebh besar.

Meskipun demikian uang komoditas juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya antara lain
sebagai berikut.

1. Uang komoditas tidak berlaku secara universal. Uang komoditas diterima sebagai alat
tukar secara lokal.

2. Uang komoditas tidak memiliki nilai yang stabil. Hal ini karena nilainya berfluktuasi
sesuai dengan pasokan dan permintaan untuk komoditas tersebut.

3. Uang komoditas tidak dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan.

4. Banyak jenis uang komoditas yang besar, berat, atau tidak nyaman untuk dibawa.

Dengan kelemahan uang komoditas, akhirnya, sistem pembayaran berevolusi sampai pada
situasi yang kita lihat sekarang. Uang fiat sebagian besar menggantikan uang yang terbuat
dari logam mulia. Secara historis, kebanyakan negara menggunakan standar emas. Hal ini
terjadi pada periode waktu ketika nilai nominal mata uang yang diperlukan harus didukung
100% oleh emas dengan nilai yang sama. Jumlah uang yang beredar dalam negeri pada waktu
itu selalu ditukarkan dengan emas. Jumlah uang yang beredar itu hanya bisa berkembang jika
cadangan emas semakin banyak. Sejarah mencatat bahwa penemuan emas besar-besaran di
California dan Alaska menyebabkan peningkatan besar persediaan emas di seluruh dunia
yang pada gilirannya menyebabkan periode inflasi harga di seluruh dunia. Saat ini, sebagian
besar mata uang dalam negeri tidak didukung oleh emas. Stok mata uang ditentukan oleh
negara sendiri.

Uang fiat adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang
sah. Uang fiat melibatkan pengaturan secara hukum dan negara dapat mengubahnya sesuai
dengan keinginannya. Uang fiat diterima secara luas, karena dinyatakan oleh
pemerintah/berdasarkan undang-undang sebagai alat pembayaran yang sah dan sebagai alat
untuk menyelesaikan masalah utang piutang.

Kelemahan utama uang kertas dan uang logam antara lain adalah mudah dicuri dan cukup
berat untuk dibawa dalam jumlah besar. Untuk mengatasi masalah ini, digunakanlah cek
dalam sistem pembayaran.

Cek adalah perintah dari seseorang ke bank tempat dia memiliki rekening untuk mengirimkan
uang dari rekeningnya ke rekening orang lain ketika orang tersebut meyetorkan cek yang
diterimanya. Dengan adanya cek, transaksi ekonomi dapat terjadi tanpa ada sejumlah besar
uang. Dengan ini sistem pembayaran pun semakin efisien. Kelebihan cek dibanding dengan
alat tukar sebelumnya antara lain sebagai berikut.

1. Dengan cek, pembayayaran yang saling membatalkan dapat diselesaikan dengan


pembatalan cek tanpa perpindahan uang secara fisik.

2. Pembayaran transaksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan mudah.

3. Cek memberikan bukti pembelian dengan nyaman.

Meskipun demikian. Kita juga menghadapi kesulitan dalam menggunakan cek. Pertama, kita
tidak dapat melakukan pembayaran yang cepat dengan orang yang di lokasi yang berbeda.
Selain itu, biaya administrasinya juga mahal. Kesulitan-kesulitan ini mulai teratasi dengan
perkembangan teknologi komunikasi. Internet telah mempermudah kita untuk melakukan
transaksi pembayaran. Teknologi pembayaran secara elektronik tidak hanya menggantikan
cek tetapi juga tunai dengan e-money. Bentuk pertama e-money adalah kartu debit. Kartu
debit memungkinkan konsumen membeli barang dan jasa secara langsung dengan
memindahkan dana secara elektronik dari rekening pribadinya ke rekening penjualnya.

Pembayaran secara elektronik semakin berkembang seiring dengan perkembangan e-


commerce. Contoh sistem pembayaran elektronik untuk e-commerce dapat dilihat pada
peraga berikut.
b. Keterangan Contoh Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran kartu kredit digital (Digital credit card payment system) Pelayanan yang
aman untuk pembayaran kartu kredit melalui internet. Tujuannya agarinformasi
yangditransmisikan antara pengguna, penjual, dan bank terlindungi. e-Charge

Dompet digital (digital wallet) Piranti lunak untuk menyimpan informasi kartu kredit dan
informasi lainnya yang digunakan dalam pengisian formulir dan pembayaran barang melalui
jaringan internet. MSN Wallet MasterPass Wallet

Sistem pembayaran digital dengan saldo terakumulasi (accumulated balance digital payment
system) Mengakumulasi pembelian micropayment sebagai saldo utang yang harus dibayar
secara berkala pada kartu kredit dan tagihan telpon. Micropayment adalah sistem pembayaran
untuk pembelian barang yang nilainya sangat kecil, seperti mengunduh sebuah artikel atau
klip music dari situs internet. Qpass, Valista. Peppercoin

Sistem pembayaran nilai tersimpan (stored value payment system) Memungkinkan konsumen
melakukan pembayaran langsung kepada penjual berdasarkan nilai yang tersimpan dalam
rekening digital. eCount Mondex Card

Uang tunai digital (e-cash) Mata uang digital yang dapat digunakan untuk pembayaran
ClearBit

Sistem pembayaran rekan ke rekan (peer-to-peer payment system) berbasis Web


Mengirimkan uang menggunakan Web ke seseorang atau penjual yang tidak memiliki sarana
untuk menerima pembayaran kartu kredit. PayPal

Cek digital (digital checking) Cek elektronik dengan tanda tangan digital untuk pengamanan
E-Check

Sistem pembayaran dan penyampaian tagihan elektronik Mendukung pembayaran elektronik


untuk pembelian barang secara online maupun secara fisik untuk produk dan layanan setelah
pembeliannya dilakukan. CheckFree, Yahoo!Bill Pay

H. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran

a. Peran Bank Indonesia

Tujuan bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pengaturan dan pengelolaan kelancaran sistem pembayaran nasional
(SPN). Kelanacaran SPN juga perlu didukung oleh infrastruktur yang andal. Semakin lancar
dan andal SPN, semakin lancar pula transmisi kebijakan moneternya. Kelancaran kebijakan
moneter tersebut pada akhirnya akan bermuara pada stabilitas nilai tukar.

Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai
otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain
itu, Bank Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan dan perizinan serta
melakukan pengawasan atas SPN.

Selain itu, masih ada tugas Bank Indonesia dalam SPN, misalnya, peran sebagai
penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank
sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat
pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik, hingga
memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.

Dalam hal alat pembayaran tunai, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang
berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran tersebut, Bank Indonesia senantiasa
berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisiyang layak edar (clean
money policy).

Sebelum mengeluarkan uang rupiah, dilakukan perencanaan terlebih dahulu agar uang yang
dikeluarkan memiliki kualitas yang baik. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia
meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan,
nilai intrinsik, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah
serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun ke depan. Berdasarkan
perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk uang emisi baru
maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.

Uang rupiah yang telah dikeluarkan kemudian diedarkan ke seluruh wilayah melalui kantor
Bank Indonesia. Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada
bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui
penerimaan setoran dan pembayaran uang rupiah. Sementara itu, kepada masyarakat
dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor
Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran
uang kecil.

Setelah mengeluarkan uang rupiah, kegiatan pengelolaan yang dilakukan Bank Indonesia
adalah pencabutan uang terhadap pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan ini dimaksudkan untuk mencegah dan
meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan.
Uang rupiah yang dicabut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau
pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Sementara itu, untuk menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di
masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan
adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetakan yang kurang
sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.

b. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai


Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan lazim digunakan masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga
keuangan bukan bank, baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring, maupun
sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia.

Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai yang besar diselenggarakan Bank Indonesia
melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.

Hampir 95% transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak. Contohnya,
transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah,
transaksi valuta asing, serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Pada
tahun 2010, misalnya, BI-RTGS telah melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3 triliun per
hari. Sementara itu, sebagai perbandingan, transaksi nontunai dengan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik yang dilakukan bank atau lembaga
keuangan bukan bank hanya sekitar Rp8,8 triliun per hari.

Mengingat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, maka kontinuitas
dan stabilitasnya harus dijaga. Jika sesaat saja sistem BI-RTGS mengalami gangguan, maka
akan sangat mengganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan. Oleh karena itu, Bank
Indonesia sangat peduli dalam menjaga stabilitas BI-RTGS yang dikategorikan sebagai
Systemically Important Payment System (SIPS). SIPS adalah sistem yang memproses
transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat mendesak. Selain SIPS, dikenal pula System
Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan oleh masyarakat
luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalm kategori SWIPS ini. Bank Indonesia juga
peduli dengan SWIPS karena sistem ini digunakan secara luas oleh masyarakat. Jika terjadi
gangguan, maka kepentingan masyarakat dalam melakukan pembayaran akan terganggu.

Bank Indonesia tidak hanya peduli pada terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi
juga kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Terciptanya efisiensi sistem pembayaran
berarti member kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat
diakses di seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Kesetaraan akses berarti Bank
Indonesia memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran. Sementara itu, aspek perlindungan konsumen dimaksudkan Bank Indonesia
mewajibkan penyelenggara sistem pembayaran nontunai untuk mengadopsi asas-asas
perlindungan konsumen secara wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati untuk
mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi. Sistem
pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Dalam
mentransfer pasti memiliki kendala-kendala, maupun risiko-risikonya.

Pembayaran adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang
secara bersamaan terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.

Perkembangan Sistem Pembayaran diawali dari sistem Sistem Pertukaran Barter, Uang
Logam, Uang Tanda, Uang Kertas, Uang Giral,

Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian adalah menjaga stabilitas keuangan dan
perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakan moneter serta sebagai alat untuk meningkatkan
efisiensi ekonomi suatu negara.

Kewenangan Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran adalah menetapkan kebijakan,


mengatur, melaksanakan, dan memberi persetujuan, perizinan dan pengawasan atas
penyelenggaraanjasa sistem pembayaran.

B. Saran

Dalam melakukan sistem pembayaran apalagi dala mentransfer uang hendaklah berhati-hati,
karena terdapat banyak kendala atau risiko yang terjadi pada sistem pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai